Pada umumnya MPC = positif, kurang dari satu dan lebih dari setengah.
MPC = Positif, artinya bertambahnya pendapatan akan mengakibatkan
bertambahnya konsumsi.
MPC = Kurang dari satu, hal ini menunjukkan bahwa tambahan pendapatan
yang diterima tidak seluruhnya digunakan untuk konsumsi.
MPC = Lebih besar dari setengah, hal ini menunjukkan bahwa tambahan
pendapatan sebagian besar digunakan untuk konsumsi dan sisanya
yang jumlahnya lebih kecil merupakan saving (tabungan).
APC = Average Propencity to Consume atau hasrat konsumsi rata-rata,
adalah angka perbandingan antara besarnya konsumsi dan
pendapatan.
C
APC =
Y
Cara-cara menggambarkan Kurva Konsumsi (garis lurus/linier) dapat
dipelajari dari gambar 3.1 berikut ini:
Keterangan:
Adalah garis penolong, dimana setiap titik pada garis itu menunjukkan bahwa
seluruh pendapatan nasional habis dibelanjakan untuk konsumsi, sehingga C =
Y dan besarnya C akan terletak tepat pada garis 45 derajat.
1. Tingkat pendapatan Break Even atau disebut juga Break Even Level of
Income, adalah tingkat pendapatan nasional dimana pada tingkat pendapatan
itu besarnya pendapatan nasional persis sama besarnya pengeluaran
konsumsi (Y= C).
Letaknya:
Pendapatan nasional Break Even, terletak pada titik potong antara garis 45 o
dengan kurva konsumsi. Titik potong ini disebut Break Even Point (BEP).
a a
YBEP = atau
Y BEP = 1 - b 1 - MPC
C=a+bY
Cara merumuskannya,
adalah sebagai berikut:
Y = C
Y=a + bY
Y – APC> 1 bY = a
(1 – b)Y = a
Yl Y (Pendapatan Nasional)
Maka:
a
YBEP =
1-b
2. Pada tingkat pendapatan Break Even besarnya APC sama dengan satu.
Sedangkan pada tingkat pendapatan di bawah Break Even, APC lebih dari
satu serta pada tingkat pendapatan di atas Break Even, APC kurang dari
satu.
Cara menentukan fungsi Konsumsi:
Fungsi konsumsi garis lurus dapat ditentukan dengan cara: mencari besarnya
konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional yang berbeda. Dan dengan
ini fungsi konsumsi akan diperoleh, yaitu:
C = (APCX – MPC) .YX + MPC .Y
Scale line
Pengeluaran
(C) YX - APCX . YX
C = a + bY
BEP
MPC . YX
a
APCXYX
a
o
45
0
YBEP YX Pendapatan
Nasional (Y)
Gambar 3.2 Cara Menentukan Fungsi Konsumsi
C = a + bY,
maka: C = (APCx – MPC) Yx + MPC.Y
Contoh penggunaannya:
Misalnya, pada tingkat pendapatan nasional setinggi Rp 100 milyar besarnya
konsumsi adalah Rp 95 milyar. Dan pada tingkat pendapatan nasional Rp 120
milyar, besarnya konsumsi adalah Rp 110 milyar.
Penyelesaian
Y1 = 100 C1 = 95
Y2 = 120 C2 = 110
Maka ∆Y = 20 maka ∆C = 15
15
Sehingga MPC dapat ditentukan, yaitu MPC = = 0,75 a = [APCx – MPCx]Yx
20
C 95 = [0,95 – 0,75] .100
APC dapat dicari, yaitu APC = = = 0,95 = [0,20] [100] = 20
Y 100
Dengan demikian fungsi konsumsinya sudah dapat ditentukan yaitu:
C = 20 + 0,75 Y
Berarti a = 20 dan b = 0,75
a 20
YBEP = maka, YBEP =
1-b 1 – 0,75
YBEP =
20
0,25
YBEP = 80
Jadi dari keadaan di atas kita akan mengetahui besarnya pendapatan nasional
Break Even sebesar Rp 80 milyar.
Dan pada tingkat pendapatan nasional Break Even ini, besarnya pendapatan
nasional persis sama dengan besarnya pengeluaran konsumsi, sedangkan
besarnya tabungan adalah nol.
Selanjutnya keadaan tersebut dapat kita lihat gambar 3.3 sebagai berikut:
Scale line
C
C = 20 + 0,75Y
BEP
20
45 o
0
80 Y
S = (1 – b) Y – a
S=Y–C
C = a + bY
S = Y – (a + bY) sehingga :
Keadaan tersebut diatas dapat ditunjukkan dalam gambar 3.4 dibawah ini:
C, S
60 Scale Line
C = 20 + 0,75Y
40 BEP
20
S = -20 + 0,25Y
0 20 40 60 80 100 Y
-20
MPS = ∆S dimana:
∆Y
MPS + MPC = 1,
Maka MPS = 1 – MPC, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Y=C+S
∆Y = ∆C + ∆S bila kedua ruas dibagi dengan ∆Y, didapat:
∆Y ∆C ∆S
= + , jadi 1 = MPC + MPS
∆Y ∆Y ∆Y
Average Propencity to Save (APS)
APS disebut juga rata-rata hasrat menabung, yaitu perbandingan antara
besarnya saving (tabungan) pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan
besarnya pendapatan nasional tersebut.
S
Jadi APS = dimana:
Y
APS + APC = 1
Maka APS = 1 – APC, hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Y = C + S bila kedua ruas dibagi dengan Y, didapat,
Y C S
= + maka terbukti 1 = APC + APS
Y Y Y
dan APS = 1 – APC
a. Untuk konsumsi :
C1 = C0 + ∆C
∆C = MPC.∆Y
Maka C1 = C0 + MPC.∆Y
b. Untuk tabungan :
S1 = S0 + ∆S
∆S = MPS.∆Y
Maka S1 = S0 + (1 – MPC).∆Y
3.1.4. Hubungan antara Y, C, S, APC, APS, MPC dan MPS
Pada fungsi konsumsi yang linier tingginya MPC dan MPS pada setiap
pendapatan nasional adalah konstan. Dan karena MPC dan MPS konstan maka
naiknya pendapatan menyebabkan APC semakin kecil dan APS semakin
meningkat. Sebagai contoh diketahui C = 20 + 0,75 Y maka hubungan-
hubungan yang dimaksud pada berbagai pendapatan nasional dapat dilihat pada
tabel 3.1 berikut ini:
Fungsi Investasi:
Fungsi investasi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan investasi
dengan pendapatan nasional. Bentuk persamaan investasi adalah:
I = I0 + d Y dimana:
I = besarnya pengeluaran investasi dalam masyarakat
I0 = besarnya pengeluaran investasi pada tingkat pendapatan nasional sebesar
nol.
d = hasrat investasi marginal (Marginal Propencity to Investment = MPI)
∆I
MPI =
∆Y
Sebagai contohnya adalah:
Jika I0 sama dengan 30 dan MPI = 0,20 maka persamaan fungsi investasinya
adalah I = 30 + 0,2 Y, selanjutnya bentuk kurva investasinya terlihat pada
gambar 3.5 di bawah ini.
Investasi (I)
I = 30 + 0,2Y
100
90
70
50
30
0 200 Pendapatan Nasional (Y)
100 300 400
Investasi (I)
I0
Investasi (I)
I1
r0
r1
MEC
0 I0 I1 Investasi (I)
Inflationary Gap, adalah besarnya perbedaan antara jumlah investasi (I) yang
terjadi dengan saving full employment (Sf) dimana saving full employment lebih
kecil dari investasinya (Sf<I).
Deflationary Gap, adalah besarnya perbedaan antara investasi (I) yang terjadi
dengan saving full employment dimana saving full employment lebih besar dari
investasi. (Sf>I).
C1 + I 1 = Y1
Y1 = C2 + S2
C 2 + I2 = Y 2
Y2 = C3 + S3
C 3 + I3 = Y 3
Y3 = C4 + S4 dan seterusnya.
C, S, I S = -a+(1-b)Y
S=I
I0
0 Pendapatan
Nasional (Y)
-a
C, I
C+I
E
C
a+I0
BEP
a
45 o
YBEP YE Pendapatan
Nasional (Y)
Y = C+I
Y = a + bY + I0
Y = (a + I0) + bY
(1 – b) Y = a + I0
1
YE =( (a + I0 ) dimana k = 1/ 1- b (k = koefisien multiplier)
1–b
Sebagai contoh misalnya: apabila diketahui fungsi konsumsi suatu masyarakat C
= 0,75Y + 20, besarnya investasi per tahun Rp 30 (masing-masing dalam
milyar), maka dari data itu dapat dicari besarnya Y, C dan S keseimbangan
sebagai berikut:
1
Besarnya YE ………………………………… YE = (a + I0)
1–b
= 1/1-0,75 . ( 20+30)
YE = 200
Besarnya SE………………………………… SE = YE – CE
SE = 200 – 170
SE = 30
Scale Line
C, S, I C+I
E C = 20+0,75Y
50 S = 0.25Y - 20
BEP
E
30
I = 30
20
o
45
0
80 YE 200 Pendapatan
Nasional (Y)
-20
Contoh:
Diketahui:
a. Fungsi Konsumsi : C = 0,75 Y + 20 milyar
b. Pada periode sebelum tahun 2008, besarnya investasi pertahunnya adalah
sebesar 40 milyar rupiah.
c. Pada periode sesudah tahun 2008, besarnya investasi berubah menjadi 60
milyar rupiah pertahun.
Jawab:
Besarnya “Investment Multiplier”:
1 1
kI = = = 4
1–b 1 – 0,75
∆I = I1 – I0 = 60 – 40 = 20 milyar rupaiah
Y1 = Y0 + k1.∆I
Y1 = 240 + ( 4 x 20 ) = 320
Pendapatan nasional keseimbangan pada periode sesudah tahun 2008 ialah:
Pertanyaan:
a. Hitunglah besar inflationary gap atau deflationary gap-nya kalau diketahui
perekonomian mempunyai kapasitas produksi (Y f ) sebesar 200 milyar
rupiah per tahun.
b. Hitunglah inflationary gap dan deflationary gap apabila diketahui bahwa
kapasitas produksi nasional (Yf ) adalah 280 milyar rupiah.
c. Gambarkan grafiknya.
Jawab:
a. Untuk perekonomian yang mempunyai kapasitas produksi sebesar 200
milyar per tahun dan mempunyai fungsi konsumsi C = 0,75 Y + 20 milyar
rupiah, besarnya “full employment saving”adalah:
Sf = Yf – C = 200 – ((0,75 x 200) + 20)
= 30 milyar rupiah per tahun
Karena diketahui besarnya investasi yang terjadi adalah sebesar 40 milyar
rupiah setahun, maka besarnya “inflationary gap” atau I. G sebesar:
I.G = Investasi – full employment saving
= 40 milyar rupiah – 30 milyar rupiah
= 10 milyar rupiah
Karena diketahui I = 40 milyar rupiah per tahun, dan angka ini lebih kecil
bila dibandingkan dengan “full employment saving-nya”, maka besarnya
deflationary gap (D.G) adalah:
D.G = Full employment saving – investasi
= 50 milyar rupiah – 40 milyar rupiah
= 10 milyar rupiah
c. Grafik untuk inflationary dan deflationary gap :
C, I
Deflationary Gap
C+I
Inflationary Gap E
a+Io
0 45 o
200 240 280 Y
1
Y + ∆Y = (a + I0 + ∆I)
1-b
a + I0 ∆I a + I0
Y + ∆Y = + …… Kedua rumus dikurangi dengan atau
Y
1-b 1-b 1-b
∆I
∆Y =
1-b
∆Y 1 1
= atau
∆I 1-b MPS
Dari rumusan di atas, jelas bahwa besarnya multiplier investasi adalah sama
dengan kebalikan dari MPS, sehingga semakin kecil MPS semakin besarnya
multiplier-nya, sebagai contoh misalnya apabila fungsi konsumsi adalah C =
0,75Y + 20. Berarti MPC = 0,75 dan MPS = 0,25.
1 1 1
Sedang multipliernya: k = = =
1-b 1 - 0,75 0,25
k= 4
Contoh:
1. Diketahui S = -20 + 0,2 Y
I = 80
Ditanyakan:
a. Berapa besarnya YE ?
b. Berapa CE dan SE ?
c. Berapa pendapatan BEP ?
d. Bila ∆I = 10, berapa ∆Y, ∆C, dan ∆S ?
Jawab:
a. Syarat keseimbangan I = S
60= -20 + 0,2Y
80 = 0,2Y
80/0,2 = YE
400 = YE
YE = 400
b. C = 20 + 0,8 Y
CE = 20 + 0,8(400) = 340
S = -20 + 0,2 Y
SE = -20 + 0,2(400) = 60
c. Pendapatan BEP bila, Y = C
Y = 20 + 0,8Y
Y – 0,8Y = 20
0,2Y = 20
YBEP = 100
d. Bila ∆I = 10, maka;
1
∆Y = .10 = 50
1 – 0,8
∆C = (MPC) (∆Y)
= (0,8) (50) = 40
∆S = (MPC) (∆Y)
= (0,2) (50 ) = 10
Jawab:
a. I = S
I0 = -40 + 0,2 (500)
= 60
b. ∆Y = 100
1
∆Y = .∆I
1 – 0,8
100 = [I/(I – 0,8)] ∆I
100 = [I/(0,2] ∆I
100 =5. ∆I
20 = ∆I