Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adinda Wuri Shinta

NIM : 933417119

Kelas : Psikologi E

Mata Kuliah : Psikologi Lingkungan

Dosen : Sunarno, MA

Narasumber : Ryan Fadholi (Mahasiswa, Universitas Tidar, Prodi Ilmu Hukum)

Tema : Fenomena Ruang Personal Di Masa Social Distancing

Sebelumnya kita harus paham apa itu social distancing. Social Distancing
merupakan pembatasan sosial, menjaga jarak sosial, suatu tindakan pembatasan
diri dengan maksud dan tujuan tertentu atau biasa kita kenal dengan istilah PSBB.
Yang bertujuan untuk mengurangi suatu infeksi atau penyebaran penyakit
menular. Pada Desember 2019, dunia internasional dihebohkan dengan penemuan
virus baru yang disebut “Corona” di Wuhan, Tiongkok, yang bersumber dari
media, awal mula penyebarannya virus tersebut diduga melalui konsumsi daging
“kelelawar”. Beberapa bulan kemudian kasus tersebut menjadi isu internasional,
karena penyebarannya yang begitu cepat ke berbagai negara. Dan sekarang
penyebaran virus ini bisa melalui cairan dan udara.

PEMBAHASAN

Suatu hari, saya melakukan wawancara dengan teman saya yang berada di
daerah Magelang. Pada pukul 20.00, saya men-chatting dia di Whatsapp...

Saya : “Assalamu’alaikum ceeenngg....” (ceng itu panggilannya).

Narasumber : “Wa’alaikumsalam din, ada apa?”.


Saya : “Lagi repot ndak? Dirimu jadi narasumberku yaa... Wkwk”.

Narasumber : “Ngga din, narasumber opo din?”

Saya : “Kan aku ada tugas observasi dan wawancara sederhana, aku
pakai tema Fenomena ruang personal di masa social distancing”.

Narasumber : “Teros aku kon piye? Sampean takon aku jawab?”.

Saya : “Yups.... Kita mulai.. wkwk”.

Narasumber : “Ndang takon piye?”.

Saya : “Menurut Anda, apa sih social distancing itu?”.

Narasumber : “Social Distancing adalah pembatasan sosial/menjaga jarak sosial


dengan maksud dan tujuan tertentu, atau biasa kita kenal dengan PSBB”.

Saya : “Bagaimana social distancing bagi lansia?”.

Narasumber : “Lansia yang kurang paham terhadap teknologi cenderung akan


merasa bosan ketika PSBB. Dalam hal ini bisa menggunakan terknologi agar
lansia tidak cepat merasa bosan, seperti videocall”.

Saya : “Bagaimana supaya kita tidak merasa bosan saat karantina di


rumah?”.

Narasumber : “Kita bisa melakukan hal yang kita senangi selama itu tidak
melanggar aturan. Kita cenderung tidak akan merasa bosan jika kita melakukan
hal-hal yang kita senangi, seperti membaca, bermain game, dll”.

Saya : “Tetapi, jika terlalu sering dengan kegiatan tersebut seseorang


kan bisa merasa suntuk. Apakah hal itu bisa mempengaruhi psikis seseorang?”.

Narasumber : “Rasa suntuk/bosan di rumah itu memang bisa mempengaruhi


psikis seseorang. Namun, hal itu dapat dikontrol oleh diri sendiri. Dengan
melakukan kegiatan-kegiatan di rumah yang bermanfaat seperti olahraga, belajar
memasak, dan melakukan hal-hal menyenangkan lainnya”.
Saya : “Okee. Dan menurut Anda, apakah masyarakat di Indonesia ini
sudah termasuk masyarakat yang patuh terhadap adanya peraturan social
distancing/stay at home?”.

Narasumber : “Banyak masyarakat yang mulai menyadari pentingnya protokol


kesehatan dari pemerintah. Tapi, masih banyak pula masyarakat yang
bandel/ngeyel dengan alasan ekonomi. Dalam hal ini, kita harus bisa melihat dari
2 sisi. Sisi pemerintah yang benar-benar ingin menghentikan penyebaran Covid-
19 dengan cepat. Dan sisi masyarakat yang ingin memperjuangkan ekonomi
mereka. Mengingat belum ada jaminan yang diberikan pemerintah untuk
mengatasi masalah ekonomi masyarakat”.

Saya : “Okee... Makasih ceng...”.

Narasumber : “Oke dinn. Sama-sama”.

Percakapan pun berakhir......

KESIMPULAN

Social Distancing itu adalah salah satu cara untuk mengurangi terjadinya
penyebaran Covid-19. Pemerintah membuat aturan stay at home itu sebenarnya,
untuk kebaikan kesehatan masyarakat sendiri. Tetapi, masyarakat masih ada yang
tidak patuh terhadap peratuan tersebut. Maka, saat ini terjadilah penyebaran virus
tersebut dengan sangat pesat. Setiap hari data ODP, OTG, PDP dan Kematian
semakin meningkat. Namun, disisi lain masyarakat keluar rumah karena untuk
meningkatkan ekonomi mereka. Karena, saat ini pemerintah belum ada jaminan
ekonomi yang cukup untuk mengatasi masalah ekonomi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai