Disusun Oleh :
Muhammad Haickal Syahputra
5552200044
Jenis Akad
Akad terbagi menjadi 2, yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah/mu’awadah
1. Akad Tabarru’ (gratuitous contract) adalah perjanjian yang merupakan transaksi
yang ditujukan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini
adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan
Ada 3 jenis bentuk akad tabarru’,yaitu :
a. Meminjamkan uang
Meminjamkan uang termasuk akad tabarru’karena tidak boleh melebihkan
pembayaran atas pinjaman yang kita berikan, karena setiap kelebihan tanpa ‘iwad
adalah riba. Sedikitnya ada 3 jenis pinjaman, yaitu :
1) Qardh, merupakan pinjaman yang diberikan tanpa persyaratan apapun,
selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu.
2) Rahn,merupakan pinjaman yang mensyaratkan suatu jaminan dalam
bentuk atau jumlah tertentu
3) Hiwalah adalah bentuk pinjaman dengan cara pengalihan utang/piutang
dari pihak lain
b. Meminjamkan jasa
Meminjamkan jasa berupa keahlian atau keterampilan termasuk akad tabarru’
Minimal ada 3 jenis pinjaman
1) Wakalah (mewakili) : memberikan pinjaman berupa kemampuan kita saat
ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain. Pada konsep ini maka
yang kita lakukan hanya atas nama orang tersebut.
2) Wadi’ah (titipan) : merupakan bentuk turunan akad wakalah, dimana pada
akad ini telah dirinci tentang jenis pemeliharaan dan penitipan. Sehingga
selama pemberian jasa tersebut kita juga bertindak sebagai wakil dari
pemilik barang.
3) Kafalah (pinjaman bersyarat) : juga merupakan bentuk turunan akad
wakalah, dimana pada akad ini terjadi atas wakalah bersyarat.
c. Memberikan sesuatu
Minimal ada 3 bentuk akad :
1) Wakaf
2) Hibah/sedekah
3) Hadiah
2. Gharar
Dalam bahasa Arab ialah al-khathr artinya “pertaruhan”. Gharar berarti transaksi yang
mengandung unsur ketidakjelasan, sehingga dapat diartikan bahwa si pembeli tidak
mengetahui secara pasti apa yang dibelinya dan bagi si penjual pun tidak mengetahui apa
yang dijualnya secara pasti. Contohnya seperti membeli anak sapi dalam kandungan atau
membeli hasil pertanian yang belum melewati masa panen tiba.
3. Tadlis
Tadlis yaitu jika salah satu pihak menyembunyikan informasi dari pihak lainnya, sehingga
menimbulkan keuntungan kepada satu pihak saja dan merugikan pihak lain. Hal ini
dikarenakan ketidaktahuan informasi atas objek yang sedang diperjualbelikan. Tadlis dapat
terjadi karena empat hal yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, dan barang.
4. Ghabn
Ghabn adalah peristiwa jual beli dimana si penjual menaikkan harga objek dagangan di atas
harga pasar yang tidak diketahui oleh pihak pembeli. Ghabn dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Ghabn Qalil, ialah perbedaan harga dengan barang yang tidak terlalu jauh antara
harga pasar dengan harga yang ditawarkan dan masih dimaklumi oleh pembeli.
(2) Ghabn Fahish, yaitu perbedaan harga yang signifikan jauh di antara harga barang
dengan harga penawaran.
5. Risywah
Merupakan perbuatan yang memberi sesuatu kepada pihak lainnya, padahal bukan haknya
atau juga dikenal dengan istilah suap menyuap. Menurut pendapat para ulama bahwa ar-
Rasyi (penyuap) dan al-Murtasyi (penerima suap) perbuatan ini termasuk ke dalam kelompok
dosa besar. Hal ini termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 188.
6. Ba’i najasy
Bai Najasy atau manipulasi permintaan, bertujuan untuk meningkatkan omset penjualan
dengan cara menciptakan penawaran palsu.
7. Ikhtikar atau Penimbunan Barang
Dilakukan sebagai upaya memperoleh keuntungan yang berlipat-lipat dengan cara menjual
jumlah barang yang langka ditawarkan dengan harga yang selangit.
8. Bai al-mudtarr
Identik dengan jual butuh yaitu dilakukan karena salah satu pihak dalam kondisi yang sangat
membutuhkan, sehingga tidak menutup kemungkinan oleh pihak yang kuat mendapatkan
keuntungan yang lebih, akan tetapi merugikan pihak yang lainnya.
9. Ikrah
Ikrah adalah suatu perbuatan yang ditimbulkan dari pemaksa untuk mengerjakan perbuatan
yang dituntut oleh pemaksa. Dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Ikrah Mulji’, ialah sebuah paksaan yang dapat menghilangkan kerelaan dan
merusak ikhtiyar (pilihan) pada orang yang dipaksa. Wahbah Zuhaili berpendapat
bahwa ikrah mulji’ yaitu sebagai pemaksaan yang membuat seseorang tidak
mempunyai kemampuan seperti seseorang mengancam orang lain dengan sesuatu
yang merusak dirinya.
(2) Ghairu Mulji’, yakni paksaan yang dapat menghilangkan kerelaan, akan tetapi tidak
sampai merusak ikhtiyar pada seseorang yang sedang dipaksa.
Arifah, Shafira. (2020). Agar Tak Keliru, Ini 11 Jenis Transaksi yang Dilarang dalam Islam.
Diakses pada 24 Februari 2022 dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/shafira-
arifah-putri/transaksi-yang-dilarang-dalam-islam-c1c2/11
S, Abdul Qodri. (2018). Prinsip Sistem Keuangan Syariah. Diakses pada 24 Februari 2022
dari https://pkebs.feb.ugm.ac.id/2018/07/02/prinsip-sistem-keuangan-syariah/
Muljawan, Dadan dkk. (2020). Buku Pengayaan Pembelajaran Ekonomi Syariah Untuk
Sekolah Menengah Atas Kelas X. Jakarta: Bank Indonesia.
Nurhayati, Sri dan Wasilah Abdullah. (2019). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.