Anda di halaman 1dari 8

RESUME BAB 5

MODEL KESEIMBANGAN
Mata Kuliah Manajemen Portofolio dan Investasi
Dosen Pengampu : Rita Rosiana, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Muhammad Haickal Syahputra
5552200044

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
A. Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset.
Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh resiko
tersebut. Disini risiko bukan lagi diartikan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan, tetapi
diukur dengan beta. Penggunaan parameter ini konsisten dengan teori portofolio yang
mengatakan bahwa apabila pemodal melakukan diversifikasi dengan baik, maka pengukur
risiko dari tambahan saham ke dalam portofolio. Apabila pemodal memegang portofolio
pasar, maka sumbangan risiko ini tidak lain adalah beta.

Jika kita perhatikan perumusan standar CAPM maka sebenarnya pembentukan model
tersebut menggunakan serangkaian asumsi penyederhanaan. Pengujian suatu model bukanlah
pada realistis tidaknya asumsi-asumsi yang dipergunakan, tetapi pada seberapa tepat model
tersebut mencerminkan realitas. Meskipun demikian dijelaskan bagaimana kalau sebagian
asumsi-asumsi tersebut dilonggarkan, yaitu bagaimana kalau short telling tidak
diperkenankan dan bagaimana kalau tidak bisa dijumpai adanya Rr Hasilnya ternyata CAPM
yang standar tidaklah banyak mengalami perubahan.

B. Konsep – Konsep Penting CAPM


1. Risiko Sistematis (Systematic Risks)

Risiko Sistematis (Systematic risks) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang
berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari. Resiko
sistematis atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum merupakan resiko yang berkaitan
dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis
merupakan resiko yang tidak dapat didiversifikasi. Resiko ini timbul akibat pengaruh keadaan
perekonomian, politik dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan.
Risiko ini juga disebut indivertible risk. Faktor vang mempengaruhi:

a. Perubahan tingkat bunga


b. Kurs valuta asing
c. Kebijakan pemerintah
d. Daya beli masyarakat, dll

2. Risiko tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko tidak Sistematis (Unsystematic risk) adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam
sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Resiko yang tidak sistematis atau dikenal dengan
resiko spesifik (resiko perusahaan). adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar
secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan
penerbit sekuritas. Dalam manajemen portfolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa
diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio. Resiko ini juga
disebut diversifiable risk, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi:
a. Struktur modal
b. Struktur aset
c. Tingkat likuiditas

3. Risiko Pasar

Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai Interest Rate Risk, nilai investasi akan
menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami
capital loss. Reinvestment risk, resiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yeld yang
lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.

4. Default Risk

Resiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.

5. Inflation Risk

Resiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.

6. Currency Risk

Resiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.

7. Political Risk

Resiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena
perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.

8. Beta

Beta menghubungkan varian dari sebuah aset dengan portofolio pasar dengan varian dari
portofolio pasar, dan didefinisikasi sebagai laba yang diharapkan CAPM - hubungan BETA.
Garis pasar sekuritas (SMI) adalah sebuah spesifikasi CAPM akan bagaimana resiko dan
tingkat laba yang dibutuhkan untuk aset, sekuritas atau portofolio apapun adalah terkait.
Teori ini mengajukan sebuah hubungan linier antara resiko aset dan tingkat laba yang
dibutuhkannya.

Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa beta merupakan alat pengukur
resiko yang relevan, dan terdapat hubungan yang positif dan linear antara tingkat keuntungan
yang diharapkan dengan beta. Jika kita ingin mengetahui sumbangan suatu saham terhadap
resiko suatu portofolio yang di diversifikasi secara baik, tetapi kita harus mengukur resiko
pasarnya dan ini membawa kita untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap
perubahan pasar. Kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa
disebut sebagai beta investasi tersebut.

9. Security Market Line

Garis pasar modal menggambarkan trade-off resiko laba dalam pasar finansial dalam
ekuilibrium. Namun, hal itu hanya berlaku bagi portofolio efisien dan tidak bisa digunakan
untuk mempertimbangkan ekuilibrium laba yang diharapkan untuk satu negara. Dalam
CAPM semua investor akan memegang portofolio pasar, yang merupakan portofolio
pembanding terhadap portofolio lainnya yang diukur. Investor akan mengharapkan premi
resiko untuk membeli sebuah aset beresiko seperti saham. Semakin besar resiko dari saham
itu, maka seharusnya ssemakin tinggi premi resiko. Jika investor memegang portofolio yang
didiversifikasi dengan baik, mereka harus tertarik dalam resiko portofolio daripada resiko
sekuritas individual. Saham yang berbeda akan mempengaruhi sebuah portfolio yang
didiversifikasi dengan baik secara berbeda. Resiko relevan bagi sebuah saham individual
adalah kontribusinva pada resiko dari sebuah portofolio yang didiversifikasi dengan baik.

C. Mengapa Beta Merupakan Pengukur Yang Tepat Dari Indeks Pasar?

Saham dengan beta lebih besar dari 1,0 merupakan saham yang sangat peka terhadap
perubahan pasar, dan sebaliknya. Saham dengan beta lebih besar dari 1 disebut sebagai
saham yang agresif, sedangkan yang mempunyai kurang dari 1 disebut sebagai saham yang
defensif. Dengan demikian untuk saham-saham yang agresif, kalau terjadi perubahan (baik
naik maupun turun) tingkat keuntungan portofolio pasar sebesar 10%, maka tingkat
keuntungan saham-saham tersebut berubah dengan arah yang sama sebesar lebih dari 10%.
Keadaan sebaliknya berlaku untuk saham-saham yang defensif.

D. Pembuktian Formal Bahwa Beta Merupakan Pengukur Risiko

Penjelasan dalam bagian tersebut lebih merupakan penjelasan yang berdasarkan “common
sense". Pada bagian ini kita akan sajikan secara formal bagaimana ukuran risiko, yang semula
dinyatakan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan, kemudian "berubah” menjadi beta
saham tersebut.

E. Asumsi- Capital Asset Pricing Model Asumsi

Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada
suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan
mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga
mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para
investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat
diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan
pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk
free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang resikonya identik.
Selain asumsi-asumsi tersebut, CAPM memiliki asumsi lain yaitu sebagai berikut

1. Berdasarkan model Markowitz, masing-masing investor akan mendiversifikasikan


portofolionya dan memilih portofolio optimal berdasarkan preferensi investor
terhadap return dan resiko
2. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas di masa depan yang identik
3. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama
4. Semua investor dapat meminjam (borrowing) dan meminjamkan (lending) uang pada
tingkat return yang bebas risiko (risk free rate of return).
Asumsi ini menyatakan bahwa pemodal bisa menyimpan dan meminjam dengan
tingkat bunga yang sama dan bebas resiko jelas tidak realistis. Lebih realistis kalau
pemodal bisa menyimpan uangnya pada tingkat bunga yang bebas resiko (misal
dengan Sertifikat Bank Indonesia) tetapi kalau meminjam tentulah terbatas dan
tingkat bunga simpanan. Sebelum kita menggunakan asumsi tersebut, marilah kita
gunakan skenario pada saat pemodal tidak bisa menyimpan dan meminjam dengan
tingkat bunga bebas resiko yang sama. Ada beberapa model dalam Riskless Lending
dan Borrowing Rate ini yaitu:
a. Tidak ada Riskless Lending and Borrowing Rate
b. Terdapat Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing
5. Tidak ada biava transaksi
6. Tidak ada pajak pendapatan
Bentuk standar dari CAPM mengabaikan adanya pajak. Asumsi tersebut mempunyai
implikasi bahwa para pemodal bersikap indifferent untuk menerima penghasilan
dalam bentuk capital gains ataupun deviden dan bahwa para pemodal memegang
portofolio sekuritas yang berisiko yang sama. Apabila kita mengakui adanya pajak,
dan terutama bahwa pajak atas capital gains umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari sekuritas-sekuritas tersebut akan
berubah. Dengan adanya pajak para pemodal akan mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah pajak. Pertimbangan in mempunyai
implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang homogen (homogeneous
expectation) tentang keuntungan portfolio sebelum pajak, efficient frontier yang
relevan (setelah pajak) bagi masing-masing pemodal akan berbeda
7. Tidak ada inflasi
8. Terdapat banyak sekali investor dan tidak ada satu investor pun yang dapat
mempengaruhi harga suatu sekuritas. Investor adalah price taker
9. Pasar dalam kondisi seimbang (equilibrium). Implikasinya:
 Semua investor akan memilih portofolio pasar yaitu portofolio yang berisi
semua aktiva yang ada di pasar
 Portofolio pasar in adalah portofolio aktiva berisiko yang optimal, yaitu yang
berada pada efficient frontier
F. Hubungan Risiko Dan Keuntungan dalam Lingkup CAPM

Sejauh ini kita telah membicarakan pengukuran risiko dalam CAPM, yaitu digunakan beta
sebagai pengukur resiko (bukan lagi deviasi standar tingkat keuntungan). Kita juga tahu
bahwa investasi yang efisien adalah investasi yang memberikan resiko tertentu dengan resiko
terkecil. Dengan kata lain, kalau ada dua usulan investasi yang memberikan tingkat
keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang berbeda, maka investor yang rasional
akan memilih investasi yang mempunyai risiko yang lebih kecil.

Berdasarkan prinsip diatas, maka untuk memasukkan faktor risiko (yang diukur dengan beta)
kedalam penilaian (suatu) investasi. Karena nilai suatu aktiva tergantung anatara lain pada
tingkat keuntungan yang layak (=r) investasi/aktiva tersebut, maka CAPM in kita pergunakan
untuk menentukan beberapa r yang layak untuk suatu investasi dengan mengingat risiko
investasi tersebut.

G. Pelonggaran CAPM
a. Short Sales Tidak Diperkenankan

Asumsi ini merupakan salah satu asumsi yang sering ditanyakan oleh para mahasiswa karena
di Bursa Efek Jakarta sampai saat ini (pertengahan 1998) memang short sales belum
diperkenankan. Kita ingat bahwa short sales berarti menjual sekuritas yang belum dimiliki
dan menggunakan kas yang diperoleh untuk membeli sekuritas lain Seandainya short sales
tidak diperkenankan apa yang terjadi dengan CML? CML akan berhenti pada titik M. Dengan
kata lain CML hanya merupakan garis yang menghubungakan Rf dengan M. Ini berarti
bahwa M tetap merupakan portofolio yang efisien. Dalam kerangka CAPM para pemodal
akan memiliki portofolio pasar dalam kondisi ekuilibrium. Karena dalam kondisi ekuilibrium
tidak ada satu investor pun yang melakukan short selling, pelanggaran short selling tidak
akan merubah ekuilibrium. Jadi, CAPM yang sama tetap akan di peroleh meskipun short
selling tidak diperkenankan.

b. Modifikasi Riskless Lending and Borrowing Rate

Asumsi yang menyatakan bahwa pemodal bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat
bunga yang sama dan bebas resiko jelas tidak realists. Lebih realistis kalau pemodal bisa
menyimpan uangnya pada tingkat bunga yang bebas risiko (misal dengan Sertifikat Bank
Indonesia) tetapi kalau meminjam tentulah terbatas dan tingkat bunga simpanan. Sebelum
kita menggunakan asumsi tersebut, marilah kita gunakan skenario pada saat pemodal tidak
bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga bebas risiko yang sama. Ada beberapa
model dalam Riskless Lending dan Borrowing Rate ini yaitu:

1. Tidak ada Riskless Lending and Borrowing Rate


2. Terdapat Riskless Lending tetapi tidak ada Riskless Borrowing

c. Pajak

Bentuk standar dari CAP mengabaikan adanya pajak. Asumsi tersebut mempunyai implikasi
bahwa para pemodal bersikap indifferent untuk menerima penghasilan dalam bentuk capital
gains ataupun deviden dan bahwa para pemodal memegang portofolio sekuritas yang berisiko
yang sama. Apabila kita mengakui adanya pajak, dan terutama bahwa pajak atas capital gains
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pajak atas deviden, harga keseimbangan dari
sekuritas-sekuritas tersebut akan berubah. Dengan adanya pajak para pemodal akan
mempertimbangkan resiko dan keuntungan yang diharapkan atas dasar setelah pajak.
Pertimbangan ini mempunyai implikasi bahwa meskipun ada pengharapan yang homogen
(homogeneous expectation) tentang keuntungan portofolio sebelum pajak, efficient frontier
yang relevan (setelah pajak) bag masing-masing pemodal akan berbeda.

d. Faktor Likuiditas diperhatikan


Standar CAPM berpendapat bahwa para pemodal hanya berkepentingan dengan resiko dan
keuntungan. Meskipun demikian, karakteristik lain mungkin juga penting bagi pemodal.
Sebagai misal, masalah likuiditas, mungkin juga penting. Dalam konteks ini, likuiditas berarti
biaya yang ditanggung pemodal kalau ingin menjual sekuritasnya "secara tergesa-gesa".
Sebagai misal, rumah dianggap lebih tidak likuid dari pada sekuritas, karena 'untuk menjual
dan memperoleh fair price akan memerlukan waktu yang lebih lama. Untuk sekuritas,
pengertian dapat di ukur dari perbedaan antara (permintaan) harga jual dan harga beli.
Semakin besar selisih harga tersebut, semakin tidak likuid sekuritas tersebut. Bagi pemodal.
Portofolio yang lebih likuid akan dinilai lebih menarik dari pada portfolio yang tidak atau
kurang likuid.
Daftar Pustaka
Sudirman, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Sultan Amai Press IAIN Gorontalo,
(2015),
Lubis, Tona Aurora (2016). Manajemen Investasi dan Perilaku Keuangan. Jambi: Salim
Media Indonesia

Anda mungkin juga menyukai