PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 6 Tahun
2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah dinyatakan bahwa kepala Sekolah
adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola satuan pendidikan. Kepala
sekolah mempunyai peran yang sangat penting sebagai pemimpin pembelajaran dan agen
perubahan. Oleh karena itu guru yang akan diangkat menjadi kepala sekolah/madrasah, wajib
memilikikompetensi yang dipersyaratkan.Kompetensi yang dimaksud, sebagaimana diatur
dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
meliputi dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial.
Untuk memenuhi kompetensi tersebut, maka pengangkatan kepala sekolah dilakukan melalui
mekanisme yang telah ditentukan.
Mekanisme pengangkatan Kepala Sekolah sebagaimana yang diatur dalam
Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018, diawali dengan tahap seleksi bakal calon kepala
sekolah (BCKS) yang meliputi seleksi administrasi dan seleksi substansi. Seleksi
Administrasi dilakukanoleh Dinas PendidikanProvinsi/Kabupaten/Kota, sementara seleksi
substansi yang merupakan tes potensi kepemimpinan dilakukan oleh Lembaga
Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah (LPPKSPS).
Berdasarkan hasil pemantauan 8 SNP yang dilakukan di UPT SMP Negeri 2 masamba
kabupaten Luwu Utara .selama OJT 1, diperoleh informasi bahwa masalah utama yang
berkaitan dengan pembelajaran di sekolah tersebut adalah belum terlaksananya kegiatan
Berdasarkan hasil pemantauan 8 SNP yang dilakukan di UPT SMP Negeri 2 masamba
kabupaten Luwu Utara .selama OJT 1, diperoleh informasi bahwa masalah utama yang
berkaitan dengan pembelajaran di sekolah tersebut adalah belum terlaksananya kegiatan.
BCKS yang dinyatakan lolos dalam seleksi tersebut akan mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) Calon Kepala Sekolah (CKS) yang dilaksanakan oleh LPPKSPS
bekerjasama dengan Lembaga Penyelenggara Diklat (LPD) lainnya.
Diklat CKS dilaksanakan dengan 4 (empat) tahap yaitu tahap On the Job Training (OJT)
1, tahap In Service Training (IST) 1, tahap On the Job Training (OJT) 2, dan tahap In Service
Training (IST) 2 dengan pola 300 JP. OJT 1 dilaksanakan selama 20 JP, IST 1 dilaksanakan
selama 50 JP, OJT 2 dilaksanakan selama 200 JP, dan IST 2 dilaksanakan selama 30 JP.
1
2
OJT 1 adalah tahap pertama Diklat CKS yang dilaksanakan di sekolah masing-masing. Pada
tahap ini, CKS berlatih melakukan pengamatan (observasi) dan mengidentifikasi masalah
pembelajaran, melakukan refleksi atas hasil observasi serta mencari alternatif pemecahan
masalah. Di samping itu pada tahap ini, CKS juga mengidentifikasi indikator kompetensi Kepala
Sekolah yang masih lemah yang akan ditingkatkan pada kegiatan peningkatan kompetensi (PK)
di sekolah magang 2 pada saat pelaksanaan OJT 2.
Kegiatan IST 1 diawali dengan tes awal, selanjutnya bersama pengajar diklat peserta akan
diarahkan dan dibimbing untuk melaksanakan penugasan pembentukan karakter dan
merefleksikannya. Di samping itu peserta juga diarahkan untuk menyelesaikan tugas materi
pokok, menyusun pemecahan masalah, dan menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan
dilaksanakan pada tahap OJT 2. Pada akhir kegiatan IST 1 peserta mengerjakan tes akhir.
OJT 2 merupakan tahapan setelah pelaksanaan IST 1 dari Diklat CKS. Dalam melaksanakan
OJT 2, peserta didampingi secara langsung oleh Mentor 1 (kepala sekolah dari sekolah asal
CKS), Mentor 2 (kepala sekolah tempat m agang CKS), dan dibimbing oleh Pengajar Diklat.
Pada tahap OJT 2 ini, peserta berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan akan melaksanakan RTL yang telah disusun pada saat IST 1. Selanjutnya peserta
menyusun laporan hasil pelaksanaan RTL dan menyusun bahan presentasi dan gelar karya hasil
pelaksanaan RTL.
IST2 merupakan tahap terakhir pada pelaksanaan Diklat CKS. Pada tahap IST 2, peserta
akan melaksanakan presentasi dan gelar karya hasil pelaksanaan RTL dan mengevaluasi
pelaksanaan diklat. Sementara pengajar diklat akan membimbing, mengarahkan dan menilai
pelaksanaan presentasi dan gelar karya.
Pembelajaran sesuai dengan Standar Kelulusan . Hal tersebut ditandai dengan
kecenderungan guru menerapkan pembelajaran konvensional yang didominasi oleh metode
ceramah, sehingga aktivitas belajar peserta didik rendah. Rendahnya aktivitas belajar peserta
didik akan berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik, baik pada aspek sikap,
pengetahuan maupun keterampilan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu diterapkan model pembelajaran berbasis aktivitas,
yakni model pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan aktif peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran berbasis aktivitas yang dimaksud adalah
Discovery Learnig. Oleh karena itu untuk memenuhi tugas berupa Rencana Proyek
Kepemimpinan (RPK) yang dilakukan pada kegiatan OJT 2, penulis melakukan Bimbingan
2
Teknis (Bimtek) tentang Penerapan model pembelajaran Discovery Learning dalam
pembelajaran bagi guru UPT SMP Negeri 6 Sabbang Selatan kabupaten Luwu Utara. Selain
RPK, pada kegiatan OJT 2 juga dilakukan Peningkatan Kompetensi (PK) CKS di sekolah
magang 2 berdasarkan hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) yang
rendah.
B. Tujuan On the Job Training (OJT)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan laporan On the Job Training
(OJT) ini adalah untuk :
1. Meningkatkan kemampuan guru menerapkan model pembelajaran project Based learning
2. Meningkatkan kompetensi kepribadian calon kepala sekolah.
3. Meningkatkan kompetensi manajerial calon kepala sekolah.
4. Meningkatkan kompetensi kewirausahaan calon kepala sekolah.
5. Meningkatkan kompetensi supervisi calon kepala sekolah.
6. Meningkatkan kompetensi sosial calon kepala sekolah
7. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang berdampak pada pencapaian student
weelbeing.
3
BAB II
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM
A. Nama Kegiatan
Workshop peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning di UPT SMP Negeri 2 masamba Kabupaten Luwu Utara.
B. Pelaksanaan
Pertemuan selanjutnya dengan pola pendampingan secara individual dengan Tutor Sebaya
C. Peserta
Guru UPT SMP Negeri 2 Masamba sebanyak 11 orang
D. Metodologi
Metode yang digunakan : ceramah, curah pendapat, tanya jawab, latihan, dan demontrasi
E. Nara Sumber
Hasdin sinde ,S.Pdi (anggota , Kab. Luwu Utara)
F. Kepanitiaan
Penanggung jawab : Kepala UPT SMPN 2 Masamab
Ketua : Muh.Samsidin,S.Pd.
Sekretaris : Arabia, S.ag
Bendahara : Ernawati, S.Pdi
Anggota :
1 Anita ,S.pd
2 Sriwetti ,A.Md
4
G. Materi Kegiatan
Sosialisasi Permendikbud No 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah
Pengertian model pembelajaran Project based Learning
Karakteristik model pembelajaran project Based Learning
Langkah-langkah pembimbingan model pembelaran Project Based Leraning
Kelebihan dan kelemahan model pembelajran Project Based Learning
Menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran project Based Learning
6
I.Monitoring dan Evaluasi
monitoring dilaksanakan dari mulai tahap perencanaan sampai pelaksanaan dengan
menggunakan instrumen monev. Evaluasi pelaksanaan Bimtek dilakukan selama dan setelah
pelaksanaan Bimtek menggunakan instrumen evaluasi.
6
Kegiatan monitoring dilaksanakan dari mulai tahap perencanaan sampai pelaksanaan
dengan menggunakan instrumen monev. Evaluasi pelaksanaan Bimtek dilakukan selama dan
setelah pelaksanaan Bimtek menggunakan instrumen evaluasi.