Anda di halaman 1dari 4

NAMA : WASIH AL-KURNI

KELAS : IV C
NIM : 4442190151
MATA KULIAH : KESEHATAN DAN KESUBURUAN TANAH

1. PERBEDAAN HASIL LUMBUNG JANTAN DAN LUMBUNG BETINA

beberapa kandungan unsur hara dari kotoran sapi, yaitu kandungan unsur
hara C-Organik, tertinggi berada pada jantan, sebesar 10,42 %, Sedangkan
nilai C-Organik terendah berada pada betina, Untuk unsur kalium (K2O)
tertinggi diperoleh dari kotoran sapi jantan yaitu 0,56 %. Sedangkan nilai
K2O terendah diperoleh dari betina yaitu 0,36 %. Selain
Kandungan unsur hara dalam kotoran sapi bervariasi tergantungpada
keadaan tingkat produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan, serta individu
ternak sendiri (Abdulgani, 1988).Hal yang paling utama dari kotoran sapi
adalah kandungan unsur haranya. Setiap kandungan unsur hara yang
terkandung dalam kotoran ternak dapat dimanfaatkan kembali dengan
menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur hara
dalam kotoran yang penting untuk tanaman adalah unsur nitrogen (N), fosfor
(P), dan kalium (K). Dari hasil pemeriksaan kotoran sapi secara teknis di
laboratorium diperoleh data-data beberapa kandungan unsur hara dari kotoran
sapi dilokasi pengamatan, seperti C-Organik, unsur nitrogen (N), fosfor (P),
dan kalium (K).

2. SEJARAH PERKEBAMANGAN KESEHATAN DAN KESUBURAN


TANAH PADA ERA MODERN.

Tanah merupakan media tumbuh tanaman. Secara geologis tanah dapat disebut
bagian dari bumi yang terluar mempunyai ketebalan lapisan yang relatif tipis.
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan, dimana dalam proses
pembentukannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, seperti bahan
induk, iklim, topografi, vegetasi, atau organisme, dan waktu. Dalam proses
pembentukan tanah, faktor-faktor tersebut di atas bekerja secara dinamis dan
simultan melalui proses fisika, kimia, biologis, maupun proses ketiga-tiganya
bekerja secara bersamaan serta saling berinteraksi. Proses pembentukan tanah
berjalan terus menerus dan saling mempengaruhi, dominasi dari masing-masing
faktor pembentuk tanah sangat beragam.
Kebanyakan peneliti-peneliti pertanian di zaman dulu maupun di zaman
sekarang mengemukakan bahwa, warna tanah dapat dipakai sebagai kriteria
kesuburan suatu tanah. Pendapat umum peneliti ketika itu ialah tanah-tanah hitam
adalah subur, sedangkan yang berwarna pucat atau kelabu adalah tidak subur atau
rendah kesuburannya. Kebanyakan tulisan-tulisan yang berkenaan dengan
kesuburan tanah tempo dulu sebagian besar hanya menyangkut prihal latihan
pertanian saja. Hanya sedikit ditemukan bukti-bukti yang pendekatannya melalui
percobaan-percobaan mengenai problematik usaha tani. Walaupun begitu
umumnya manuskrip-manuskrip itu telah merefleksikan secara konprehensip
berbagai faktor yang dewasa ini dikenal mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Beberapa diantara tulisan-tulisan di zaman dulu itu sampai sekarang masih terus
ditelusuri. Rencana penelitian masih amat sederhana dan belum mengenal
metoda-metoda statistik seperti masa kini.
Umat manusia menghadapi tantangan menyelamatkan lingkungan hidup dan
mengkonservasi sumberdaya alam yang makin kuat. Ilmu kimia tanah dan
mikrobiologi tanah berpotensi besar membantu mencarikan jawaban atas
tantangan tersebut. Berbagai jawaban dapat diupayakan a.1. membatasi
penggunaan pupuk buatan, mendaurulangkan sisa pertanaman dan limbah
organik, menerapkan bioteknologi tanah dalam produksi pertanian, termasuk
penggunaan pupuk hayati (biofertilizers) dan penyehatan ekosistem tanah, dan
memanfaatkan kemampuan tanah berfungsi sebagai piranti sanitasi lingkungan.
Berkenaan dengan hal-hal tadi, penelitian tanah pada masa mendatang perlu
diarahkan ke pengembangan pengetahuan tentang kinetika proses kimia dan
biologi tanah. Kinetika proses yang khusus masih perlu didalami ialah yang
menyangkut mekanisme reaksi adsorpsi - desorpsi di permukaan butir-butir
penyusun tanah, dinamika pelarutan dan pengendapan mineral dalam tanah,
kerjasama kimiawi permukaan bahan mineral dengan bahan organik dalam reaksi
katalitis, proses pendauran hara secara hayati, dan interaksi biologi dalam tanah
pada umumnya dan interaksi tanaman - mikrobia di dalam risosfer pada
khususnya. Sehubungan dengan penyehatan tanah, bioteknologi tanah perlu
diarahkan ke penekanan populasi jasad patogen tanaman asal-tanah dan jasad
pemukim akar yang menghambat pertumbuhan akar (inhibitory root colonizers).
Bioteknologi tanah juga diperlukan berkenaan dengan pembersihan tanah yang
tercemar. Untuk ini diperlukan penelitian yang mendalam mengenai ekologi flora
dan fauna tanah serta biokimia tanah, termasuk kinetika biodegradasi dalam
kaitannya dengan genetika dan evolusi jasad. Dan penelitian-penelitian tersebut
akan dapat ditentukan indikator-indikator kesehatan tanah yang mencakup
mikrobia, fauna dan kegiatan ensim tanah.
Di bidang kesuburan tanah masih tetap dihadapi persoalan pengelolaan dan
penyuburan tanah untuk mencapai hasilpanen maksimum menurut ekonomi
secara ber kelanjutan. Maka rekomendasi pupuk dan pemupukan pada masa
mendatang diberikan berdasarkan evaluasi dampak lingkungan dan ekonomi
potensial. Karena banyak faktor yang harus diperhitungkan bersama-sama,
teknologi komputer dan teknik analisis sistem menjadi piranti pokok seorang
pakar kesuburan tanah. Sistem uji tanah perlu dikembangkan untuk dapat
menghasilkan informasi terandalkan dan dapat lebih mudah dinasabahkan dengan
cuaca atau musim, ketersediaan air bagi pertanaman, sistem pengolahan tanah,
varietas tanaman, jarak tanam, dan pergiliran pertanaman. Kesuburan tanah tidak
lagi difahami menurut anggitan Liebig, Mitscherlich-Baule-Spillman, atau
anggitan kimiawi-fisiologi sederhana yang lain. Kesuburan tanah menyangkut
banyak parameter dan hasilpanen suatu pertanaman ditentukan oleh seperangkat
faktor abiotik- biotik-agronomi-rekayasa yang berinteraksi secara rumit.

Anda mungkin juga menyukai