Fifi Nur Hidayah Ningseh-FKIK
Fifi Nur Hidayah Ningseh-FKIK
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 4 Oktober 2017
v
ABSTRAK
Deterjen tanah merupakan alternatif baru yang digunakan untuk menyucikan pakaian
dari najis mughalladzah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
deterjen serbuk yang mengandung tanah kaolin dan nano bentonit sebagai penyuci
najis mughalladzah. Tahap pertama dibuat tiga formula dengan memvariasikan tanah
kaolin dan nano bentonit sebagai berikut, yaitu : F1 (kaolin 10%), F2 (kaolin 5% :
nano bentonit 5%), dan F3 (nano bentonit 10%). Deterjen serbuk yang dihasilkan
dievaluasi sifat fisikokimianya meliputi organoleptik, pH, tinggi dan stabilitas busa,
stabilitas emulsi, kadar air, bahan tidak larut dalam air, dan daya deterjensi. Hasil uji
statistika menunjukkan variasi tanah kaolin dan nano bentonit pada ketiga formula
deterjen serbuk berpengaruh secara nyata terhadap parameter stabilitas busa, kadar
air, bahan tidak larut air, dan daya deterjensi. Namun, tidak berpengaruh secara nyata
terhadap parameter seperti pH, tinggi busa serta stabilitas emulsi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa deterjen serbuk dengan penambahan tanah nano bentonit 10%
(F3) merupakan formula terbaik, karena mempunyai karakteristik paling mendekati
standar. Selanjutnya, F3 dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan metode
difusi cakram. Hasil pengujian menunjukkan F3 memiliki aktivitas antibakteri pada
bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dengan diameter zona hambat sebesar 10,5
mm dan tidak memiliki aktivitas antibakteri pada Escherichia coli InaCC B5.
Kata Kunci : Najis mughalladzah, deterjen serbuk, kaolin, nano bentonit, antibakteri.
vi
ABSTRACT
Clay detergent is a new alternative cleansing that used to purify clothes from al-
mughalladzah profane. The aim of this study were to determine the characteristics
of detergent powder that containing kaoline and nano bentonite clay as Islamic
cleansing of al-mughalladzah profane. The first step, detergent made into three
formulas with variation of kaoline and nano bentonite clay follow as : F1 (10%
kaoline), F2 (5% kaoline : 5% nano bentonite), and F3 (10% nano bentonite).
Formulation of detergent powder then got physicochemical evaluation such as :
organoleptis, pH, high foam and it’s stability, emulsion stability, moisture content,
insoluble material in water, and detergency performance. The results of statistical
analysis showed that variation of kaoline and nano bentonite into formulations of
detergent powder have significant different on foam stability, moisture content,
insoluble material in water and detergency performance. But, there no significant
different on pH, foam height, and emulsion stability. The results of this research
showed that addition of 10% nano bentonite clay (F3) in formulation of detergent
powder was the best formula, cause have characteristics most approach standard.
Next step, F3 was analysis for antibacterial activity by disc diffusion method. The
results showed that F3 has an antibacterial activity againts Staphylococcus aureus
InCC B4 with diameter of inhibition zone is 10.5 mm, but F3 has not antibacterial
activity againts Escherichia coli InCC B5.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
kasih serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini hingga selesai. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Penyusunan
skripsi berjudul “Formulasi Deterjen Serbuk Sebagai Penyuci Najis Mughalladzah
Dengan Variasi Tanah Kaolin-Nano Bentonit” ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada tingkat Strata-1 (S1)
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, banyak sekali kesulitan
yang dihadapi penulis. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak
kepada penulis, maka segala kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari
semua pihak, penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik. Maka pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. M. Yanis Musdja, M. Sc., Apt dan Bapak Dr. Andria Agusta
selaku dosen pembimbing atas pengarahan, waktu, saran, dan terlebih atas
kesabaran yang diberikan kepada penulis dalam penelitian ini.
2. Bapak Dr. H. Arief Sumantri, S. KM., M. Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M. Si., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
atas segala ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Pihak Kementerian Agama RI yang telah memberikan bantuan beasiswa
kepada penulis sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S1.
viii
6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Abdul Muntholib dan Ibu Marpu’ah yang
selalu mendoakan dan memberikan limpahan kasih sayang, dan dukungan
berupa materi, motivasi dan nasihat bagi penulis. Doa yang tiada henti dari
Ayah dan Ibu selalu menjadi kekuatan penulis dalam menjalani pendidikan
ini.
7. Adik kecil penulis, Moch. Fimas Aditya yang selalu menjadi penghibur
bagi penulis, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan
penulis agar cepat lulus dan sukses.
8. Sahabatku tercinta, Ramaza, Zakiyatul, dan Elok yang selalu memberikan
semangat, masukan, dan saran selama penelitian hingga skripsi ini selesai.
9. Sahabat-sahabat CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya
angkatan 2013 yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, serta
kebersamaan yang tak terlupakan.
10. Sahabat seperjuangan dan seperantauan (Qurrotul Aini, Nihayatul kamila,
Abdul Karim, dan Ririn Novita) yang bersama-sama menjalani suka dan
duka selama menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Teman-teman penelitian (Ervina, Fandi, Azumary, Lulu Anisa dan Dini)
yang memberikan penulis bantuan dan dukungan selama penelitian.
12. Teman-teman seperjuangan Farmasi angkatan 2013 yang selalu menemani
di bangku perkuliahan. Terima kasih atas kebersamaan, pertemanan, serta
pengalamanan yang tak terlupakan.
13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, kritik dan masukan dari semua
pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat menambah kelimuan, khususnya di bidang farmasi.
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan pada internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullan Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undangan Hak Cipta.
Dengan demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini dibuat dengan
sebenarnya.
Dibuat : Jakarta
Pada tanggal : 4 Oktober 2017
Yang menyatakan,
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...........................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................4
xi
2.4.4 Formula Deterjen Serbuk ..................................................................11
2.5 Surfaktan .......................................................................................................13
2.5.1 Pengertian Surfaktan .........................................................................13
2.5.2 Klasifikasi Surfaktan.........................................................................14
2.6 Karakteristik Fisika-Kimia Deterjen Serbuk ................................................14
2.7 Tanah (Clay) .................................................................................................16
2.8 Komponen Pembentuk Deterjen Serbuk ......................................................17
2.8.1 Bentonit .............................................................................................17
2.8.2 Kaolin................................................................................................18
2.8.3 Metil Ester Sulfonat (MES) ..............................................................18
2.8.4 Sodium Tripolifosfat (STPP) ............................................................19
2.8.5 Natrium Karbonat .............................................................................20
2.8.6 Sodium Sulfat ...................................................................................20
2.8.7 Carboxymethyl Cellulose (CMC) .....................................................20
2.8.8 Sodium Silikat...................................................................................21
2.8.9 Parfum ...............................................................................................21
2.8.10 Aquades ............................................................................................22
2.9 Antibakteri ....................................................................................................22
2.9.1 Bakteri Uji.........................................................................................22
2.9.2 Metode Pengujian .............................................................................23
xii
3.3.4 Evaluasi Karakteristik Fisika-Kimia Deterjen Serbuk......................26
3.3.5 Teknik Analisa Data .........................................................................28
3.3.6 Uji Aktivitas Antibakteri ..................................................................28
3.3.7 Pengamatan dengan Mikroskop Elektron (SEM) ..............................28
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR ISTILAH
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
lapisan tanah yang ke berapa, karena pada dasarnya tanah/pasir adalah suci (Fatwa
Malaysia, 2006). Imam Al-Sharbini dalam kitab mughni al-Muhtaj menyebutkan
semua jenis tanah sekalipun debu dan pasir boleh digunakan untuk menyucikan
najis mughalladzah (Mauliana, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa semua jenis
tanah yang ada di atas muka bumi ini dapat digunakan untuk bersuci.
Kaolin dan bentonit merupakan jenis tanah yang sering digunakan dalam
formulasi. Tidak semua jenis tanah dapat diformulasikan menjadi deterjen serbuk,
hanya tanah yang memenuhi pharmaceutical grade, sehingga didapatkan formula
yang optimal. Beberapa jenis tanah mempunyai kandungan mineral serta ukuran
partikel yang berbeda, sehingga akan berpengaruh pada sifat tanah tersebut. Sifat
tanah yang berbeda mungkin saja akan menghasilkan karakteristik deterjen serbuk
yang berbeda pula.
Kaolin mengandung banyak mineral kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), sehingga
kaolin sering disebut sebagai lempung putih (Rowe, dkk.,2009). Kaolin memiliki
ukuran partikel yang baik yaitu 0,6 – 0,8 µm, sehingga memiliki luas permukaan
aktif besar yang dapat meningkatkan kemampuan untuk teradsorbsi ke dalam serat
pakaian (Rowe, dkk.,2009; dan Puziah, dkk.,2013). Bentonit merupakan jenis clay
yang mengandung 80% mineral monmorilonit dari kelompok smectite (Gunister,
et al., 2004). Bentonit juga mengandung mineral lain seperti kaolinit, klorit dan
komponen non-clay dalam jumlah yang cukup (Murray, 2006). Bentonit memiliki
ukuran partikel yang lebih besar antara 50 – 500 µm (Rowe, dkk.,2009). Reduksi
partikel bentonit menjadi nanopartikel diharapkan dapat memberikan keuntungan
karena ukuran partikel yang lebih kecil dapat menghasilkan luas permukaan yang
lebih besar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan bentonit dalam menyerap
kotoran (Parolo, dkk., 2010).
Pada penilitian ini tanah yang digunakan adalah kaolin dan nano bentonit.
Menurut Angkatavanich (2008) sabun dengan tanah kaolin memiliki penampilan
yang lebih baik, namun memiliki daya busa yang lebih rendah jika dibandingkan
bentonit. Sehingga pada penelitian ini dilakukan formulasi deterjen serbuk dengan
memvariasikan tanah kaolin, nano bentonit serta kombinasi kedua tanah tersebut
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik deterjen serbuk.
2.1 Thaharah
Menurut bahasa “thaharah” berarti bersuci. Sedang menurut syara’ berarti
membersihkan beberapa anggota badan tertentu dari hadats serta najis dengan
menggunakan sarana yang ditentukan oleh syariat Islam (Zurinal dan Aminuddin,
2008). Sarana thaharah diantaranya yaitu air atau tanah. Penggunaan debu/tanah
dilakukan sebagai pengganti apabila tidak ada air untuk bersuci (Abatasa, 2012).
2.2 Najis
Najis secara bahasa adalah “an-najasah” yang bermakna kotoran. Sedang
menurut istilah najis adalah kotoran yang dapat menghalangi kesahihan ibadah
sehingga wajib disucikan saat hendak mengerjakan ibadah (Sarwat, 2010). Najis
dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu (Zurinal dan Aminuddin, 2008) :
1. Najis mukhaffafah (ringan), yang termasuk najis ini adalah air kencing dari
anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum makan ataupun
minum selain air susu ibu.
2. Najis mutawasithah (sedang), yang termasuk dalam najis ini adalah semua
najis selain dari najis mukhaffafah dan najis mughallazhah, seperti darah,
bangkai (selain bangkai manusia, ikan dan belalang), semua yang keluar
dari lubang qubul dan dubur (kecuali air mani), dan khamer atau minuman
keras yang memabukkan (Rifa’i, 2006). Pada najis mutawasithah dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Najis hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya, tetapi tidak tampak
zat dan warnanya, baunya, atau rasanya, seperti air kecing yang sudah
kering.
b. Najis „ainiyah, yaitu najis yang masih jelas zat dan warnanya, baunya,
atau rasanya.
3. Najis mughallazhah (berat), yang termasuk ke dalam najis ini yaitu anjing
atau babi beserta derivatnya.
Para ulama menggolongkan anjing dan babi sebagai najis berat. Mazhab
Syafi’i dan Hambali menyatakan bahwa keseluruhan tubuh anjing adalah najis
berat, termasuk air liur dan keringatnya. Dan untuk mensucikannya harus dengan
mencucinya tujuh kali yang pertama kali dengan tanah. Hal ini dijelaskan dalam
hadist Nabi menurut riwayat Muslim dan Ahmad, yaitu (Sarwat, 2010) :
َ ُت أ
وَله هُن ٍ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسله َم طَهُى ُر إِنَا ِء أَ َح ِد ُك ْم إِ َذا َولَ َغ فِي ِه ْال َك ْلبُ أَ ْن يَ ْغ ِسلَهُ َس ْت َع َمرها
صلهى ه ال َرسُى ُل ه
َ َِّللا َ َق
ِ ةِاللُّت َرا
ا
Pendapat tentang kenajisan seluruh tubuh anjing ini juga dikuatkan dengan
hadits lainnya (Sarwat, 2010) :
Bahwa Rasululah SAW diundang masuk ke dalam rumah salah satu kaum
dan beliau mendatangi undangan itu. Di kala kaum yang lain mengundangnya dan
beliau tidak mendatanginya. Ketika ditanyakan kepada beliau apa sebabnya beliau
tidak mendatangi undangan yang kedua, beliau bersabda, "Di rumah yang kedua
ada anjing sedangkan di rumah yang pertama hanya ada kucing. Dan kucing itu
itu tidak najis" (HR. Al-Hakim dan Ad-Daruquthuny).
Menurut mazhab Hanafi menyebutkan bahwa najis dari anjing adalah air
liur, mulut, serta kotorannya. Sedangkan mazhab Maliki menyebutkan bahwa air
liurnya saja yang najis (Sarwat, 2010). Cara penyucian najis ini menurut mazhab
Maliki dan Hanafi yaitu dicuci sebanyak tujuh kali sebagai bentuk ibadah. Hal ini
dijelaskan dalam hadis berikut (Sarwat, 2010) :
Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda, "Bila anjing minum dari
wadah air milikmu, harus dicuci tujuh kali (HR. Bukhari dan Muslim).
Mazhab Hanafi dan Syafi'i sepakat mengatakan bahwa babi itu najis pada
keseluruhan tubuhnya, termasuk bagian yang terlepas seperti bulu, keringat, ludah
dan kotorannya (Sarwat, 2010). Dasarnya ada dalam Al-Qur’an yaitu :
manfaat yang sangat besar yaitu material nano lebih unggul pada berbagai bidang
terapan, termasuk biologi dan farmasi (Widyanti, 2010).
Secara umum terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam membuat
nanopartikel, yaitu top down dan bottom up. Top down merupakan pembuatan
material nano dengan memperkecil material besar menggunakan metode grinding
(penggerusan), dengan alat seperti milling. Sedangkan bottom up merupakan cara
merangkai atom-atom atau molekul dan menggabungkannya melalui reaksi kimia
(teknik sol-gel, presipitasi, serta aglomerasi fasa gas) untuk membentuk material
nano (Greiner R, 2009).
Gambar 2.1 Skematik sintesis nanomaterial dengan top down dan bottom up
(Farhani A, 2014)
2.4 Deterjen
2.4.1 Pengertian Deterjen
Deterjen didefinisikan sebagai produk pencuci/pembersih pakaian yang
mengandung komponen seperti surfaktan yang mampu menghilangkan kotoran
melalui proses fisika dan kimia terhadap unsur-unsur penyusun kotoran (Kurniati,
2008).
menjadi dua, yaitu dry mixing granulation (DMG) dan simple dry mixing
(CKS). Kelebihan deterjen serbuk padat/masif ini, yaitu tidak dibutuhkan
modal besar untuk pembuatanya.
2.5 Surfaktan
2.5.1 Pengertian Surfaktan
Surfaktan adalah salah satu oleokimia turunan yang merupakan senyawa
aktif penurun tegangan permukaan. Dalam satu molekulnya, surfaktan memiliki
dua gugus yang berbeda polaritasnya yaitu gugus polar dan non polar. Gugus
polar memperlihatkan afinitas yang kuat dengan pelarut polar, contohnya air,
sehingga sering disebut gugus hidrofilik. Gugus non polar biasa disebut hidrofob
atau lipofilik (Salager, 2002). Gugus hidrofobik umumnya hidrokarbon yang
terdiri atas 8 sampai 22 atom C, sedangkan gugus hidrofiliknya terdiri dari gugus
karboksilat, sulfonat, sulfat, garam ammonium kuartener (Supriyadi, 2008).
bentuk granula atau serbuk, homogen, bebas dari bahan asing dan tidak
boleh menimbulkan bau berlebih.
2. Nilai pH
Detergen bekerja efektif pada suasana basa atau alkali karena dapat
menetralkan kotoran, mendegradasi kotoran berlemak, dan pH tinggi juga
membantu kotoran tetap tersuspensi dalam larutan (Adiandri, 2006). Nilai
pH pada 1% larutan detergen bubuk dalam air harus berkisar antara 9.5
sampai 11.0 (SNI 06-4594-1998).
3. Kadar air
Kadar air dapat mempengaruhi tekstur detergen bubuk. Pengukuran
kadar air bertujuan agar dapat mengontrol kualitas detergen serbuk yang
dihasilkan. Prinsip pada penetapan kadar air adalah mengeringkan sampel
dalam oven pada suhu 100oC-105oC sampai diperoleh berat tetap. Menurut
Permono (2002), kadar air ideal untuk detergen berkisar antara 5-6 %.
4. Bobot Jenis
Bobot jenis berhubungan dengan kerataan suatu bahan, semakin rata
bahan campuran tersebut maka pengukuran bobot jenis secara berulang
akan diperoleh bobot jenis yang sama atau hampir sama (Permono, 2002).
Bobot jenis deterjen tipe reguler berkisar antara 0.35 sampai 0.55 g/ml
(Adami dan Moretti, 1996).
5. Stabilitas Emulsi
Suatu sistem emulsi, pada dasarnya adalah sistem yang tidak stabil,
karena masing-masing dari partikel cenderung bergabung dengan partikel
lainnya (Adiandri, 2006). Kekuatan lapisan antar muka (interfacial film)
merupakan sifat yang penting untuk membentuk stabilitas emulsi (Suryani,
dkk., 2000).
6. Bahan tidak Larut dalam Air
Pengukuran bahan tidak larut dalam air dilakukan untuk mengetahui
kemampuan kelarutan deterjen serbuk di dalam air dan kandungan benda
asing yangterdapat dalam detergen serbuk yang dihasilkan. Menurut SNI-
06-4594-1998, jumlah bahan tidak larut dalam air tidak boleh lebih dari
1% (Chasani, dkk.,2013).
7. Kadar Fosfat
Kadar fosfat merupakan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat
maupun terlarut, anorganik maupun organik pada sediaan deterjen. Fosfor
anorganik (soluble reactive phosphorus), misalnya ortofosfat. Keberadaan
fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat
menstimulir ledakan pertumbuhan alga di perairan (Effendi, 2006). Kadar
fosfor total pada perairan alami jarang melebihi 1 mg/l (Boyd, 1988).
8. Tinggi dan Stabilitas Busa
Busa yang dihasilkan produk deterjen serbuk harus stabil agar dapat
bertahan lama saat proses pencucian. Stabilitas busa merupakan penurunan
volume busa terhadap waktu. Stabilitas busa dapat dipengaruhi oleh jenis
surfaktan, suhu dan laju drainase (Stubenrauch, et al., 2003).
9. Daya Deterjensi
Daya deterjensi adalah jumlah kotoran yang bisa dilepaskan oleh
deterjen dari substrat (permukaan padat). Deterjensi akan menurun dengan
meningkatnya kesadahan air. Fenomena ini berlaku untuk semua surfaktan
(Salmiah, et al., 2001).
Bentonit berupa butiran halus, berwarna coklat, terasa licin bila diraba dan
dapat menyerap air (Rowe et al., 2009). Bentonit tidak larut dalam air, akan tetapi
mengembang sampai 12 kali volume air (Depkes Ri, 1995).
2.8.2 Kaolin
Kaolin adalah aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan dengan
pencucian. Sebagian besar kaolin mengandung kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), sehingga
kaolin biasanya disebut sebagai lempung putih (Nidya, 2008). Kandungan mineral
kaolin dapat dilihat pada tabel berikut :
Kaolin memiliki bentuk berupa serbuk ringan, putih, bebas dari butiran
kasar, tidak berbau, tidak mempunyai rasa dan licin. Kaolin praktis tidak larut
dalam etanol (95%), air, dietil eter, pelarut organik lainnya, asam encer dingin,
dan larutan alkali hidroksida (Rowe et al., 2009).
sulfonate (LAS) dan fatty alcohol ether sulfate (FAES). MES memiliki daya
detergensi yang lebih tinggi dibandingkan LAS dan alkohol sulfat (C12 AS), serta
MES terbiodegradasi lebih cepat bila dibandingkan dengan LAS (Watkins, 2001).
Tabel 2.5 Karakteristik Metil Ester Sulfonat Produksi Chemiton Corp. Inc.
Minyak Minyak Stearin Lemak Minyak
Hasil Reaksi Sulfonasi Kelapa Inti Sawit Sawit Tallow Kedelai
(C12-14) (C8-18) (C16-18) (C16-18) (C18)
α-MES 71.5 69.4 83 77.5 75.7
di –salt 2.1 1.8 3.5 5.2 6.3
Metanol 0.48 0.6 0.07 - 0.03
Hidrogen peroksida 0.1 0.04 0.13 0.15 0.05
Air 14 15.2 2.3 2.9 1.4
Petroleum eter terekstrak 2.6 2.7 2.4 4.8 7.2
Natrium karboksilat 0.2 0.2 0.3 0.3 0.5
Natrium sulfate - 1.8 1.5 2.3 2.4
Natrium metil sulfat 8 8.4 7.2 7.7 2.5
10% pH 5 5.3 5.3 5.4 5.8
Klett color, 5% active 30 310 45 180 410
[Sumber : Purwanto, 2006]
Menurut Manoi (2006), bahwa jumlah CMC yang diijinkan adalah berkisar dari
0,5 - 3,0%. Menurut Paristya, dkk., (2013), menyatakan bahwa penambahan CMC
yang berlebih bisa menurunkan daya deterjensi. Hal ini dikarenakan CMC adalah
senyawa polimer organik polar.
CMC berbentuk powder (serbuk) berwarna putih yang mudah larut dalam
air dingin maupun air panas. CMC memeiliki sifat mudah menyerap air (Kamal,
2010). Menurut Imerson (1992), pH sediaan CMC menjadi pertimbangan dalam
penggunaannya, jika pH <1, larutan tidak homogen karena terbentuk endapan;
larutan CMC 1% dengan pH 7,0 – 8,5 tidak terlalu berpengaruh terhadap
viskositas CMC. Pada pH < 3 viskositas CMC naik karena terbentuknya gel yang
sedikit larut, sedang pada pH di >10 viskositas CMC sedikit berkurang.
2.8.9 Parfume
Parfum berperan penting dalam hal ketertarikan konsumen pada deterjen.
Pada dasarnya, jenis parfum untuk deterjen dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
parfum umum dan parfum eksklusif. Parfum umum memiliki aroma yang sudah
dikenal oleh konsumen, sedangkan parfum eksklusif digunakan produsen deterjen
serbuk karena aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain
yang menggunakannya (Permono, 2002).
2.8.10 Aquades
Aquadest merupakan air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan,
pertukaran ion, atau osmosis terbalik (Rowe, et al., 2006). Aquades mempunyai
peran yang penting dalam hampir seluruh formulasi. Menurut Hargreaves (2003),
secara umum air dikelompokkan menjadi 3, yaitu: soft water (<100 mg/LCaCO3),
medium hard water (100 - 400 mg/LCaCO3) dan hard water (>400 mg/L CaCO3).
2.9 Antibakteri
Antibakteri merupakan senyawa kimia yang dihasilkan organisme hidup,
termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik yang dalam konsentrasi
rendah dapat menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih
mikroorganisme (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
2. Escherichiac coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berukuran 0,4-0,7
μm x 1,4 μm, yang berbentuk batang pendek dan tidak berspora, ada yang
memiliki kapsul ada pula yang tidak berkapsul, bergerak aktif tetapi
4. Stabilitas Emulsi
Air dan xylene digunakan untuk mengukur stabilitas emulsi dengan
perbandingan campuran air-xylene adalah 3:2. Dalam campuran air-xylene
ditambahkan 10% deterjen serbuk, kemudian dikocok dengan vortex mixer
selama 5 menit. Selanjutnya pemisahan emulsi air-xylene diukur setelah
24 jam. Penetapan stabilitas emulsi dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
sistem emulsi yang sempurna bernilai 100% (Bastian, 2012).
W2
% Kadar Air = x 100%
W1
Keterangan :
W1 = berat sampel (gram)
W2 = selisih berat sampel sebelum dan sesudah pengeringan (gram)
K1−K2
Bahan Tidak Larut Air (%) = x 100%
Ws
Keterangan :
K1 = bobot kertas saring yang telah dikeringkan
K2 = bobot kertas saring awal
Ws = bobot sampel awal
7. Daya Deterjensi
Deterjensi dilakukan untuk mengetahui kemampuan deterjen dalam
pembersihan kotoran dari suatu kain. Sampel sebanyak 1% dilarutkan
dalam 100 mL aquades sebagai larutan pencucian. Pengukuran dilakukan
menggunakan spektrofotometer uv-vis (λ = 450 nm). Nilai absorbansi
dicatat sebagai T1, dengan aquades sebagai standar. Kain putih bersih (25
cm2) direndam selama 30 menit pada larutan pencucian. Laruran rendaman
3.3.6 Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Bakteri yang Terdapat dalam Air
Liur Anjing.
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan di InaCC Bidang Mikrobiologi
LIPI, Cibinong. Pengujian antibakteri dilakukan menggunakan teknik difusi kertas
cakram. Bakteri yang digunakan adalah bakteri gram negatif yaitu E. coli InaCC
B5 dan gram positif yaitu S. aureus InaCC B4.
Tabel 4.1 Hasil Rata-rata Evaluasi Uji Pendahuluan Deterjen Serbuk Tanah
Viskositas Tinggi Busa Stabilitas Busa
Formula
(cPs) (cm) (%)
FKB1 1860 1,933 89,61
FKB2 1820 1,667 87,88
FKB3 1460 2,107 88,81
FKB4 1460 2,133 87,55
FKB5 1250 2,167 80,01
Keterangan : FKB1 (kaolin 1% : nano bentonit 9%); FKB2 (kaolin 3% : nano bentonit 7%);
FKB3 (kaolin 5% : nano bentonit 5%); FKB4 (kaolin 7% : nano bentonit 3%); dan FKB5
(kaolin 9% : nano bentonit 1%).
11
Pengujian 1
10
Pengujian 2
Pengujian 3
9,5
09
F1 F2 F3 Komersial
5,5
Tinggi Busa (cm)
5
Pengujian 1
4,5 Pengujian 2
Pengujian 3
4
0
3,5
F1 F2 F3 Komersial
Gambar 4.3 Diagram hasil pengujian tinggi busa deterjen serbuk tanah
95
Stabilitas Busa (%)
90
Pengujian 1
85
Pengujian 2
80 Pengujian 3
75
70
F1 F2 F3 Komersial
Gambar 4.4 Diagram hasil pengujian stabilitas busa deterjen serbuk tanah
80
Stabilitas Emulsi (%)
75
Pengujian 1
70
Pengujian 2
Pengujian 3
65
0
60
F1 F2 F3 Komersial
10
9
8
Gambar 4.6 Diagram hasil pengujian kadar air deterjen serbuk tanah
Dari data diatas terlihat nilai kadar air detergen serbuk tanah berada
diluar standar. Menurut Permono (2002), standar kadar air yang ideal untuk
deterjen serbuk adalah 5 – 6 %. Kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi
tekstur detergen serbuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga dapat mempengaruhi masa penyimpanan deterjen.
Berdasarkan hasil analisi statistik menggunakan one-way ANOVA,
nilai kadar air pada semua formula detergen serbuk tanah menunjukkan nilai
signifikansi 0,014 (sig <0,05) yang berarti terdapat perbedaan secara nyata
pada semua formula. Berdasarkan hasil analisis kruskal wallis antara semua
formula deterjen serbuk tanah dengan komersial juga menunjukkan nilai sig
<0,05 yaitu 0,019 yang berarti terdapat perbedaan yang nyata antara formula
deterjen serbuk tanah dengan komersial. Hal ini mungkin disebabkan oleh
sifat kaolin dan nano bentonit yang dapat menjerap air (Rowe, et al., 2009).
Berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa deterjen serbuk dengan tanah
nano bentonit mengandung kadar air lebih tinggi dibandingkan kaolin. Hal
ini dapat disebabkan oleh adanya kandungan kadar air dari nano bentonit.
Menurut Rowe, et al., (2009), bentonit memilki kandungan kadar air yang
tinggi yaitu 5-12%, sedangkan kaolin hanya memiliki kadar air sebesar 1%.
asing yang terdapat dalam detergen serbuk yang dihasilkan. Menurut SNI-
06-4594-1998, jumlah bahan tidak larut dalam air tidak boleh >1%.
10
Gambar 4.7 Diagram hasil pengujian bahan tidak larut air deterjen serbuk
tanah
1
0,9
Daya Deterjensi (Abs)
0,8
0,7
0,6
Pengujian 1
0,5
0,4 Pengujian 2
0,3 Pengujian 3
0,2
0,1
0
F1 F2 F3 Komersial
Gambar 4.8 Diagram hasil pengujian daya deterjensi deterjen serbuk tanah
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cair Tanah
Diameter Zona Hambat (mm)
Sampel E. coli InaCC B5 S. aureus InaCC B4
gram (-) gram (+)
F0 / kontrol negatif 0 0
F3 0 10,5
Keterangan : FM0 (Formula tanpa tanah), F3 (Nano bentonit 10%)
Gambar 4.9 Hasil pengujian aktivitas antibakteri (a) Bakteri E. coli InaCC B5
dengan penambahan F3 (nano bentonit 10%); (b) Bakteri S. aureus InaCC B4
dengan penambahan F3 (nano bentonit 10%); (c) Bakteri E. coli InaCC B5 tanpa
penambahan tanah (F0); dan (d) Bakteri S. aureus InaCC B4 tanpa penambahan
tanah (F0).
Pada gambar 4.9 terlihat F3 hanya memberikan zona hambat pada bakteri S.
aureus InaCC B4. Hal ini menunjukkan F3 kurang sensitif pada E. coli InaCC B5.
Kemungkinan dibutuhkan konsentrasi yang lebih tinggi agar dapat menghasilkan
zona hambat terhadap E. coli InaCC B5. Pada kontrol negatif (F0) terlihat tidak
memberikan zona hambat pada S. aureus InaCC B4 maupun E. coli InaCC B5
sehingga aktivitas antibakteri pada bakteri S. aureus InaCC B4 diduga dari tanah
nano bentonit dalam formula deterjen serbuk.
Aktivitas antibakteri pada S. aureus InaCC B4 diduga akibat dari mineral
montmorillonit. Monmorillonit merupakan mineral yang terdapat dalam bentonit
yaitu sekitar 80% (Gunister, et al., 2004). Sifat khusus montmorillonit adalah
dapat membentuk gel tiksotropik, menyerap air dalam jumlah besar, dan memiliki
kapasitas tukar kation yang tinggi yaitu 70–120 meq/100 g. Kapasitas pertukaran
kation ini memungkinkan mineral untuk mengikatkat ion anorganik dan organik
misalnya protein (WHO, 2005). Mineral monmorillonit dapat menghambat bakteri
S. aureus InaCC B4 dengan pertukaran ion logam pada mineral monmorillonit
2+
seperti Cu , Al3+, dan Si4+ dengan protein pada dinding bakteri, sehingga dapat
menyebabkan kematian pada bakteri (Magana, et al., 2008).
Berdasarkan hasil SEM terlihat bahwa sel normal S. aureus berbentuk bulat
dan tersusun seperti anggur dengan permukaan yang licin (Jawetz, 1980) (Gambar
4.10 (a)). Pengaruh penggunaan F3 (nano bentonit 10%) menyebabkan S. aureus
mengalami perubahan morfologi seperti bentuk sel menjadi tidak beraturan dan
permukaannya tidak rata karena terdapat tonjolan pada dinding sel (Gambar 4.10
(b)). S. aureus adalah bakteri gram positif yang memiliki lapisan peptidoglikan
tebal. Menurut Gilbert (1984) tonjolan kecil pada permukaan sel S. aureus terjadi
akibat dari peptidoglikan tidak mampu untuk menahan tekanan intraseluler yang
tinggi.
Mekanisme kerusakan dinding sel bakteri disebabkan oleh interaksi dengan
montmorillonit. Menurut Magana, et al., (2008) mekanisme kerusakan ini terjadi
melalui pertukaran ion dari komponen nano bentonit, yaitu montmorillonit dengan
komponen bakteri. Pertukara ion terjadi antara permukaan dinding bakteri yang
bermuatan negatif dengan permukaan monmorillonit yang bermuatan positif.
Hasil dari pertukaran ion ini adalah terjadi keterikatan antara dinding sel bakteri
dengan monmorillonit sehingga sel bakteri dapat mengalami plasmolisis.
5.1 Kesimpulan
1. Semua formula deterjen serbuk tanah memiliki organoleptik yang sama.
Namun terdapat perberbedaan pada warna, dimana F2 dan F3 berwarna
coklat sedangkan F1 berwarna putih.
2. Semua formula deterjen serbuk tanah telah memenuhi standar, kecuali
pada parameter kadar air dan bahan tidak larut air.
3. Formula yang menunjukkan karakteristik terbaik adalah formula yang
menggunakan nano bentonit 10% (F3).
4. F3 memiliki aktivitas antibakteri yang lemah pada S. aureus InaCC B4.
Namun, tidak memiliki aktivitas antibakteri pada E. coli InaCC B5.
5. Pada pengamatan menggunakan SEM, terdapat perubahan morfologi
yang cukup signifikan pada bakteri S. aureus InaCC B4.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan optimasi formula deterjen serbuk untuk mengurangi
kadar air dan bahan tidak larut air deterjen serbuk tanah.
2. Membuat standar khusus SNI pada bahan tidak larut air dalam sediaan
deterjen serbuk penyuci najis mughalladzah karena terkandung tanah
yang tidak larut air.
3. Melakukan pengujian karakteristik kimia deterjen serbuk seperti bobot
jenis, serta kadar fosfat untuk mengetahui kadar pencemaran deterjen
serbuk terhadap perairan.
4. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri deterjen serbuk tanah pada
bakteri E. coli dan S. aureus menggunakan konsentrasi yang berbeda.
5. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri deterjen serbuk tanah pada
bakteri dalam air liur anjing dengan metode swab.
6. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri deterjen serbuk tanah pada
jenis bakteri lain yang terdapat dalam air liur anjing.
DAFTAR PUSTAKA
Adiandri, R.S., 2006, Kajian Pengaruh Konsentrasi Metanol dan Lama Reaksi
pada Proses Pemurnian Metil Ester Sulfonat terhadap Karakteristik
Detergen Serbuk. [Tesis] Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Ali Sadeghian Maryan, dan Majid Montazer. 2014. Natural and organo-
montmorillonite as antibacterial nanoclays for cotton garment. Journal of
Industrial and Engineering Chemistry. Iran : Elsevier Publishing.
ASTM D1331. 2000. Standard Test Methods for Surface and Interfacial Tension
of Solutions of Surface-Active Agents. Annual Book of ASTM Standards,
Vol 15.04. Easton, MD, USA.
Atikah, Nur. 2015. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum
americanum L) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans.
[skripsi], Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ayoup, M., Ghrair, J.I., and Thilo, S., 2009, Preparation and Characterization,
Water Air Soil Pollut, Journal of Nanoparticulate Zeolitic Tuff for
Immobilizing Heavy Metals in Soil, 203: 155.
Aziz, Syaikhul. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Umbi
Bakung Putih (Crinum asiaticum L.) terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.
[skripsi], Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. 359.
Buzea, C., Blandino, I.I.P, dan Robbie, K., 2007, Nanomaterial and nanoparticles
: sources and toxicity, Biointerphases, 2: MR170– MR172
Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok : Patent
Cooperation Treaty (PTC).
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Erasov V. S., M. Yu. Pletnev, and B. V. Pokidko. 2015. Stability and Rheology of
Foams Containing Microbial Polysaccharide and Particles of Silica and
Bentonite Clay. Colloid Journal, Vol. 77, No. 5, p. 614–621. Moscow :
Russia
Farhani, A Nisa, 2014, Kombinasi Teknik Top Down Dan Bottom Up Dalam
Pembuatan Nanokristalin Hidoksiapatit Dari Batu Gamping, [skripsi],
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB, Bogor.
Fauzan A, 2013, Sintesis Natrium Silikat dari Lumpur Lapindo sebagai Inhibitor
Korosi, Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 2, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya.
Handayani A.P. 2009. Pengaruh Peningkatan Kosentrasi Ekstrak Etanol 96% Biji
Alpukat (Perseae americana Mill) Terhadap Formulasi Sabun Padat
Transparan. [skripsi], Fakultas Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Handi, A. 2008. Tanah Steril Dan Sabun Calr Tanah Steril Sebagai Bahan
Antimikroba Terhadap Air Llur Anjing. [skripsi], Fakultas Kedokteran
Hewan IPB, Bogor.
Handrayani, L., Aryani R., Indra. 2015. Liquid Bath Soap Formulation and
Antibacterial Activity Test Against Staphylococcus aureus of Kecombrang
(Etlingera elatior [Jack] R. M. Sm.) Flos Extract. Pharmaceutical
Technology. ISSN 9-772476-969006: 17-22.
Herlina, 1999, Pembuatan Karakteristik dan Uji Aktivitas Stuktur Bentonit pada
Peningkatan Kualitas Minyak Jelantah,Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Hermawan, A., Hana, W dan Wiwiek T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli dengan Metode Diffusi Disk. Surabaya : Universitas
Airlangga.
Hie, Bernat. 2010. Adsorpsi Surfaktan Kationik (HDTMA-Br) dan Anionik (SDS)
pada Polyelectrolyte Bilayer-Modified Zeolite (PEB-MZ) Serta Uji
Kestrabilan Interaksi Polielektrolit-Surfaktan, Fakultas MIPA, UI, Depok.
Hui, Y.H. 1996. Bailey‟s Industrial Oil and Fat Product. Vol. 3. A Wiley-
Interscience Publication. John Wiley & Sons, Inc. United State.
Imerson, A. (Ed)., 1992, Thickening and Gelling Agent form Food, Blackie
Akademic & Proffesional, Glasgow.
Jauhari, Lendra Tantowi. 2010. Seleksi dan Identifikasi Kapang Endofit Penghasil
Antimikroba Penghambat Pertumbuhan Mikroba Patogen [skripsi] Program
Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kamal, Netty., 2010, Pengaruh Bahan Aditif Carboxyl Methyl Cellulose (CMC)
Terhadap Beberapa Parameter Pada Larutan Sukrosa,Jurnal Teknologi
Vol. I, Edisi 17, Teknik Kimia, ITENAS, Bandung.
Lyman, C. Fiori, and E. Lifshin. 1992. Scanning electron microscopy and X-ray
microanalysis : A text for biologist, materials Scientist, and cytologists, 2nd
ed. Plemun Press, New York, New York, 820 p.
Lynn, J.L. 2005. Detergents and Detergency. Didalam Fereidoon S. (Eds.) 2005.
Baileys Industrial Oil and Fat Products From Oil and Fats.New Jersey : John
Wiley & Sons.
Magaňa, S.M., Quintana, P., Aguilar, D.H., Toledo, J.A., Ángeles-Chávez, C.,
Cortés, M.A.,Léon, L., Freile-Pelegrın, Y., López, T., Torres Sánchez,
R.M., 2008. Antibacterial activity of montmorillonites modified with silver.
Journal of Molecular Catalysis A: Chemical 281 (2008) 192–199.
Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2003. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4
Tahun 2003 Tentang Standardisasi Fatwa Halal. Jakarta : Majelis Ulama
Indonesia Komisi Fatwa.
Nidya, Chitraningrum, 2008., Sifat Mekanik dan Termal Pada Bahan Nano
komposit Epoxy-Clay Tapanuli. Depok : Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia.
Nisa’, Fakhrun. 2016. Formulasi Sabun Cair Minyak Nilam (Pogostemon cablin
Benth.) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923.
[skripsi], Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Parolo, M E., Avena, M.J., Pettinari, G., Zajonkovsky, I., Valles, J.M. & Baschini,
M.T. (2010). Antimicrobial properties of tetracycline and minocycline-
montmorillonites. Applied Clay Science, 49: 194-199.
Paye, Marc, Andre O. Barel dan H.I. Maibach. 2006. Handbook of Cosmetic
Science and Technology, 2nd Ed. New York: CRC Press.
Puziah Hashim, Norrahimah Kassim, Dzulkifly Mat Hashim, Hamdan Jol. 2013.
Study on the Requirement of Clay for Islamic Cleansing in Halal Food
Industry, The Online Journal of Science and Technology. Selangor,
Malaysia : Faculty of Agriculture University Putra Malaysia.
Razak, A., Djamal, A., Revilla, G. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.) terhadap Pertumbuhan Bakteri S.
aureus Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Rifa’i, Mohammad. 2006. Risalah Tuntutan Shalat lengkap. Semarang: PT. Kraya
Toha Putra.
Safitri, Devy. 2009. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa Pada Formulasi Sabun Padat
Transparan dengan Lendir Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.). Program
Studi Farmasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Salager, J.L. 2002. Surfactants Types and Uses. Version 2. FIRP Booklet #E300-
A: Teaching Aid in Surfactant Science & Engineering in English.
Universidad De Los Andes, Mérida-Venezuela.
Salmiah, A.,R. Awang dan R. Ghazali. 2001. Properties of Sodium Soap Derived
From Palm–Based Dihydroxystearic Acid. J. Palm Research. Vol 13 (2):33-
38. Malaysian Palm Oil Board, Kuala Lumpur.
Sarwat, Ahmad, Lc. 2010. Fiqh Thaharah. Jakarta : DU Center Press. Hal 64
Silaban, Lowysa Wanti. 2009. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri
dari Kulit Buah Sentul (Sandoricum koethape (Burm. f.) Merr) terhadap
Beberapa Bakteri Secara In Vitro. Fakultas Farmasi Universitas Sumatra
Utara.
Suryani, A., I. Sailah dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi
Industri Pertanian. IPB, Bogor.
Trimurti, B., C. Fauziah, dan Kristin, 2009, Aplikasi Enzim Protease dalam
Formulasi Deterjen Cair Berbasis Metil Ester Sulfonat (MES) yang Ramah
Lingkungan,Jurnal, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Watkins, C. 2001. Surfactant and Detergent : All Eyes are on Texas. Inform
12:1152-1159.
WHO (World Health Organization). 2005. Bentonite, Kaolin, And Selected Clay
Minerals. Geneva : Environmental health criteria ; 231
Studi Literatur
Perbandingan konsetrasi
terpilih
Evaluasi pH
Tinggi busa
Kualitas Deterjen Sifat Fisiko-Kimia
Daya Deterjensi Stabilitas busa
Kadar air
MES Aquades
Kaolin CMC
Homogenisasi
Nano Bentonit Parfum
Sediaan I
Deterjen serbuk
kasar
Deterjen serbuk
Evaluasi
F1 (Kaolin 10%)
1. Berat sediaan awal : 200 gram 175,8 gram
x 100% = 87,90%
2. Berat setelah pengeringan : 180,6 gram 200 gram
3. Berat setelah sortasi : 175,8 gram
Lanjutan...
Formula
Percobaan ke- F1 F2 F3 Komersial
t0 t5 t0 t5 t0 t5 t0 t5
1 4,8 3,8 4,8 3,9 5 4,1 4,2 3,5
2 4,7 3,9 4,7 3,9 4,8 3,9 4,5 3,7
3 4,7 3,9 4,9 4 4,9 4,1 4,2 3,5
Keterangan t0= tinggi busa awal; dan t5 = tinggi busa setelah 5 menit
3,8 3,9
Uji ke-1 : x 100% = 79,17% Uji ke-1 : x 100% = 81,25%
4,8 4,8
3,9 3,9
Uji ke-2 : x 100% = 82,99% Uji ke-2 : x 100% = 82,99%
4,7 4,7
3,9 4
Uji ke-3 : x 100% = 82,99% Uji ke-3 : x 100% = 81,63%
4,7 4,9
4,1 3,5
Uji ke-1 : x 100% = 82,00% Uji ke-1 : x 100% = 83,33%
5 4,2
3,9 3,7
Uji ke-2 : x 100% = 81,25% Uji ke-2 : x 100% = 82,22%
4,8 4,5
4,1 3,5
Uji ke-3 : x 100% = 83,67% Uji ke-3 : x 100% = 83,33%
4,9 4,2
Formula
Percobaan ke- F1 F2 F3 Komersial
t0 t24 t0 t24 t0 t24 t0 t24
1 6 2 6 1,9 6 1,8 6 1,7
2 6 1,9 6 1,9 6 1,8 6 1,7
3 6 1,9 6 1,9 6 1,9 6 1,8
Keterangan t0= tinggi awal; dan t5 = tinggi pemisahan setelah 24 jam
6−2 6−1,9
Uji ke-1 : x 100% = 66,67% Uji ke-1 : x 100% = 68,33%
6 6
6−1,9 6−1,9
Uji ke-2 : x 100% = 68,33% Uji ke-2 : x 100% = 68,33%
6 6
6−1,9 6−1,9
Uji ke-3 : x 100% = 68,33% Uji ke-3 : x 100% = 68,33%
6 6
6−1,8 6−1,7
Uji ke-1 : x 100% = 70,00% Uji ke-1 : x 100% = 71,67%
6 6
6−1,8 6−1,7
Uji ke-2 : x 100% = 70,00% Uji ke-2 : x 100% = 71,67%
6 6
6−1,9 6−1,8
Uji ke-3 : x 100% = 68,33% Uji ke-3 : x 100% = 70,00%
6 6
W2
Rumus Kadar air (%) = x 100%
W1
Keterangan :
W1 = berat sampel (gram)
W2 = selisih berat sebelum dan setelah pengeringan (gram)
Lanjutan...
0,25 0,25
Uji ke-1 : x 100% = 8,33% Uji ke-1 : x 100% = 8,33%
3 3
0,23 0,26
Uji ke-2 : x 100% = 7,67% Uji ke-2 : x 100% = 8,67%
3 3
0,24 0,25
Uji ke-3 : x 100% = 8,00% Uji ke-3 : x 100% = 8,33%
3 3
0,28 0,17
Uji ke-1 : x 100% = 9,33% Uji ke-1 : x 100% = 5,67%
3 3
0,26 0,15
Uji ke-2 : x 100% = 8,67% Uji ke-2 : x 100% = 5,00%
3 3
0,28 0,15
Uji ke-3 : x 100% = 9,33% Uji ke-3 : x 100% = 5,00%
3 3
Lampiran 8. Data Evaluasi Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah
K1−K2
Rumus Bahan tidak larut air (%) = x 100%
Ws
Keterangan :
K1 = berat kertas saring setelah pengeringan
K2 = berat kertas saring awal
Ws = berat sampel
Lanjutan...
0,082 0,069
Uji ke-1 : x 100% = 8,20% Uji ke-1 : x 100% = 6,90%
1 1
0,085 0,064
Uji ke-2 : x 100% = 8,50% Uji ke-2 : x 100% = 6,40%
1 1
0,092 0,061
Uji ke-3 : x 100% = 9,20% Uji ke-3 : x 100% = 6,10%
1 1
0,049 0,018
Uji ke-1 : x 100% = 4,90% Uji ke-1 : x 100% = 1,80%
1 1
0,043 0,021
Uji ke-2 : x 100% = 4,30% Uji ke-2 : x 100% = 2,10%
1 1
0,039 0,016
Uji ke-3 : x 100% = 3,90% Uji ke-3 : x 100% = 1,60%
1 1
Lanjutan...
Uji ke-1 : 16,103 – (0,119 + 15,524) Uji ke-1 : 16,348 – (0,163 + 15,680)
= 0,460 = 0,505
Uji ke-1 : 16,128 – (0,186 + 15,455) Uji ke-1 : 16,364 – (0,060 + 15,760)
= 0,487 = 0,544
Uji ke-1 : 16,109 – (0,264 + 15,393) Uji ke-1 : 16,514 – (0,199 + 15,784)
= 0,452 = 0,531
Uji ke-1 : 11,276 – (0,567 + 10,131) Uji ke-1 : 7,426 – (0,033 + 6,954)
= 0,578 = 0,439
Uji ke-1 : 11,342 – (0,222 + 10,521) Uji ke-1 : 7,382 – (0,151 + 6,784)
= 0,599 = 0,447
Uji ke-1 : 11,573 – (0,293 + 10,695) Uji ke-1 : 7,418 – (0,1029 + 6,892)
= 0,585 = 0,424
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah
Pengukuran Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah (%)
Formula F1 F2 F3 Komersial
Uji ke-1 8,20 6,90 4,90 1,80
Uji ke-2 8,50 6,40 4,30 2,10
Uji ke-3 9,20 6,10 3,90 1,60
Rata-rata±SD 8,63±0,51 6,47±0,40 4,37±0,50 1,83±0,25
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Daya Deterjensi Deterjen Serbuk Tanah dengan
Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups ,002 2 ,001 3,301 ,108
Within Groups ,002 6 ,000
Total ,005 8
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,000 2,000 -,012333 ,015658 ,724 -,06038 ,03571
3,000 -,039333 ,015658 ,101 -,08738 ,00871
2,000 1,000 ,012333 ,015658 ,724 -,03571 ,06038
3,000 -,027000 ,015658 ,272 -,07504 ,02104
3,000 1,000 ,039333 ,015658 ,101 -,00871 ,08738
2,000 ,027000 ,015658 ,272 -,02104 ,07504
Test of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
pH ,418 12 ,000 ,644 12 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Lanjutan...
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik Tinggi Busa Deterjen Serbuk Tanah
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
*
Tinggi Busa .189 9 .200 .950 9 .687
a. Lilliefors Significance Correction
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,000 2,000 -,066667 ,072008 ,645 -,28761 ,15427
3,000 -,166667 ,072008 ,129 -,38761 ,05427
2,000 1,000 ,066667 ,072008 ,645 -,15427 ,28761
3,000 -,100000 ,072008 ,404 -,32094 ,12094
3,000 1,000 ,166667 ,072008 ,129 -,05427 ,38761
2,000 ,100000 ,072008 ,404 -,12094 ,32094
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Tinggi Busa ,276 12 ,012 ,853 12 ,040
a. Lilliefors Significance Correction
Lanjutan...
Uji Kruskal Wallis Tinggi Busa Deterjen Serbuk Tanah dengan Komersil
a,b
Test Statistics
TinggiBusa
Chi-Square 8,542
Df 3
Asymp. Sig. ,036
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Stabilitas Busa Deterjen Serbuk Tanah
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
*
Stabilitas Busa ,211 9 ,200 ,907 9 ,294
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups ,530 2 ,265 ,110 ,898
Within Groups 14,480 6 2,413
Total 15,010 8
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,000 2,000 -,240000 1,268402 ,981 -4,13180 3,65180
3,000 -,591000 1,268402 ,889 -4,48280 3,30080
2,000 1,000 ,240000 1,268402 ,981 -3,65180 4,13180
3,000 -,351000 1,268402 ,959 -4,24280 3,54080
3,000 1,000 ,591000 1,268402 ,889 -3,30080 4,48280
2,000 ,351000 1,268402 ,959 -3,54080 4,24280
Lanjutan...
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2,643 3 ,881 ,461 ,717
Within Groups 15,302 8 1,913
Total 17,945 11
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,000 2,000 -,240000 1,129250 ,996 -3,85626 3,37626
3,000 -,591000 1,129250 ,951 -4,20726 3,02526
4,000 -1,246000 1,129250 ,698 -4,86226 2,37026
2,000 1,000 ,240000 1,129250 ,996 -3,37626 3,85626
3,000 -,351000 1,129250 ,989 -3,96726 3,26526
4,000 -1,006000 1,129250 ,810 -4,62226 2,61026
3,000 1,000 ,591000 1,129250 ,951 -3,02526 4,20726
2,000 ,351000 1,129250 ,989 -3,26526 3,96726
4,000 -,655000 1,129250 ,935 -4,27126 2,96126
4,000 1,000 1,246000 1,129250 ,698 -2,37026 4,86226
2,000 1,006000 1,129250 ,810 -2,61026 4,62226
3,000 ,655000 1,129250 ,935 -2,96126 4,27126
Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Stabilitas Emulsi Deterjen Serbuk Tanah
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Stabilitas Emulsi ,352 9 ,002 ,780 9 ,012
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Stabilitas Emulsi ,294 12 ,005 ,867 12 ,059
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Kruskal Wallis Stabilitas Emulsi F1 dan F2 Deterjen serbuk Tanah dengan
Komersil
a,b
Test Statistics
StabilitasEmulsi
Chi-Square 8,690
Df 3
Asymp. Sig. ,034
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
Lanjutan...
Uji Kruskal Wallis Stabilitas Emulsi F3 Deterjen serbuk Tanah dengan Komersil
a,b
Test Statistics
StabilitasEmulsi
Chi-Square 2,722
Df 1
Asymp. Sig. ,099
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
Lampiran 15. Hasil Uji Statistik Kadar Air Deterjen Serbuk Tanah
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
KadarAir ,186 9 ,200 ,926 9 ,441
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,873 2 ,936 9,513 ,014
Within Groups ,591 6 ,098
Total 2,463 8
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1,000 2,000 -,444333 ,256152 ,268 -1,23028 ,34161
*
3,000 -1,110000 ,256152 ,012 -1,89595 -,32405
2,000 1,000 ,444333 ,256152 ,268 -,34161 1,23028
3,000 -,665667 ,256152 ,090 -1,45161 ,12028
*
3,000 1,000 1,110000 ,256152 ,012 ,32405 1,89595
2,000 ,665667 ,256152 ,090 -,12028 1,45161
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lanjutan...
Uji Kruskal Wallis Kadar Air Deterjen serbuk Tanah dengan Komersil
a,b
Test Statistics
KadarAir
Chi-Square 9,904
df 3
Asymp. Sig. ,019
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
Lampiran 16. Hasil Uji Statistik Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah
Uji One-Way ANOVA Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 27,309 2 13,654 60,240 ,000
Within Groups 1,360 6 ,227
Total 28,669 8
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
1,000 2,000 2,166667 ,388730 ,003 ,97394 3,35940
*
3,000 4,266667 ,388730 ,000 3,07394 5,45940
*
2,000 1,000 -2,166667 ,388730 ,003 -3,35940 -,97394
*
3,000 2,100000 ,388730 ,004 ,90727 3,29273
*
3,000 1,000 -4,266667 ,388730 ,000 -5,45940 -3,07394
*
2,000 -2,100000 ,388730 ,004 -3,29273 -,90727
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lanjutan...
Uji Normalitas Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah dengan Komersil
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
BahanTidakLarutAir ,138 12 ,200 ,937 12 ,464
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Homogenitas Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah dengan Komersil
Uji One-Way ANOVA Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah dengan
Komersil
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 76,076 3 25,359 136,459 ,000
Within Groups 1,487 8 ,186
Total 77,562 11
Uji Tukey Bahan Tidak Larut Air Deterjen Serbuk Tanah dengan Komersil
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
1,000 2,000 2,166667 ,351979 ,001 1,03951 3,29383
*
3,000 4,266667 ,351979 ,000 3,13951 5,39383
*
4,000 6,800000 ,351979 ,000 5,67284 7,92716
*
2,000 1,000 -2,166667 ,351979 ,001 -3,29383 -1,03951
*
3,000 2,100000 ,351979 ,002 ,97284 3,22716
*
4,000 4,633333 ,351979 ,000 3,50617 5,76049
*
3,000 1,000 -4,266667 ,351979 ,000 -5,39383 -3,13951
*
2,000 -2,100000 ,351979 ,002 -3,22716 -,97284
*
4,000 2,533333 ,351979 ,000 1,40617 3,66049
*
4,000 1,000 -6,800000 ,351979 ,000 -7,92716 -5,67284
*
2,000 -4,633333 ,351979 ,000 -5,76049 -3,50617
*
3,000 -2,533333 ,351979 ,000 -3,66049 -1,40617
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Daya Deterjensi Deterjen Serbuk Tanah
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
*
DayaDeterjensi ,160 9 ,200 ,936 9 ,543
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,022 2 ,011 38,985 ,000
Within Groups ,002 6 ,000
Total ,024 8
Multiple Comparisons
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
1,000 2,000 -,060333 ,013703 ,011 -,10238 -,01829
*
3,000 -,121000 ,013703 ,000 -,16305 -,07895
*
2,000 1,000 ,060333 ,013703 ,011 ,01829 ,10238
*
3,000 -,060667 ,013703 ,011 -,10271 -,01862
*
3,000 1,000 ,121000 ,013703 ,000 ,07895 ,16305
*
2,000 ,060667 ,013703 ,011 ,01862 ,10271
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lanjutan...
Uji One-Way ANOVA Daya Deterjensi Deterjen Serbuk Tanah dengan Komersil
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,040 3 ,013 54,662 ,000
Within Groups ,002 8 ,000
Total ,042 11