Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT RSI
JEMURSARI SURABAYA

MOHAMMAD ADI RESA JUNAEDI

1120021062

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai bukti
bahwa mahasiswa di bawah ini telah mengikuti Praktikum Profesi Ners :
Nama Mahasiswa : Mohammad Adi Resa Junaedi
NPM : 1120021062
Kompetensi : Keperawatan Medikal Anak
Waktu Pelaksanaan : 03 Januari – 16 Januari 2022
Tempat : RSI Jemursari Surabaya
Ruang : Melati

Surabaya,

Mohammad Adi Resa Junaedi


NPM.1120021062

Mengetahui,

Kepala Ruangan Pembimbing Klinik

NPP. NPP.

Pembimbing Akademik

NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Bronkopneumonia
1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkhopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah suatu infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang
berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan
oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing
(Samuel, A., 2014).
2. Etiologi Bronkopneumonia
Penyebab terbanyak Bronkopneumonia pada anak adalah bakteri pneumokokus
dan virus. Sedangkan pada bayi dan anak kecil sering ditemukan staphylocomlus
aureus sebagai penyebab terberat, paling serius dan sangat progresif dengan angka
kematian yang tinggi. Proses terjadinya Bronkopneumonia didahului oleh terjadinya
peradangan pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya diawali oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Bronkopneumonia disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah :
a. Bakteri (Pneumokokus, Streptokokus, Staphylocomlus, H. Influenza, Klebsiela
mycoplasma pneumonia).
b. Virus (virus adena, virus parainfluenza, virus influenza).
c. Jamur (Histoplasma, Capsulatum, Koksidiodes).
d. Protozoa (Pneumokistis Karinti)
(Septian Andriyani., dkk., 2021).
3. Klasifikasi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia dikelompokkan berdasarkan pedoman dan tatalaksana sebagai
berikut:
a. Bronkopneumonia sangat berat
Apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak mampu minum, maka
anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik.
b. Bronkopneumonia berat
Apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan masih mampu minum,
maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik.
c. Bronkopneumonia
Apabila tidak terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan pernafasan cepat
yaitu >60x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan, >50x/menit pada anak
usia 2 bulan – 1 tahun, >40x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun.
d. Bukan Bronkopneumonia
Hanya terdapat batuk tanpa adanya gejala dan tanda-tanda seperti diatas, tidak
memerlukan perawatan dan tidak perlu pemberian antibiotik .
(Septian Andriyani., dkk., 2021).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering terlihat pada anak yang menderita penyakit
Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Demam yang tinggi (39°C-40°C) terkadang disertai kejang.
b. Anak tampak gelisah dan terdapat nyeri dada ditandai dengan kesulitan bernapas
dan batuk.
c. Takipnea dan pernapasan dangkal disertai pernapasan cuping hidung.
d. Terkadang disertai muntah dan diare.
e. Terdapat suara napas tambahan seperti ronchi dan wheezing
f. Keletihan akibat proses peradangan dan hipoksia
g. Ventilasi berkurang akibat penimbuhan mukus
(Septian Andriyani., dkk., 2021).
5. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu tubuh
meningkat sampai 39-40°C dan dapat disertai kejang karena demam yang sangat
tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea, pernafasan
cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis disekitar hidung
dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2009). Bakteri yang masuk ke
paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui saluran napas yang menimbulkan
reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam
alveoli dan jaringan interstitial (Riyadi & Sukarmin, 2009). Alveoli dan septa menjadi
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative sedikit
leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Apabila proses konsolidasi tidak
dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada
alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan. Perubahan tersebut
akan berdampak pada pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja jantung meningkat akibat saturasi oksigen
yang menurun dan hiperkapnia. Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan
penderita mengalami pucat sampai sianosis (Riyadi & Sukarmin, 2013).
6. Pathway

Penyebab (virus, bakteri, jamur)

Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Bronkus Kuman terbawa ke Saluran cerna Kuman berlebih di Bronkus

Proses Peradangan Infeksi Saluran Cerna Dilatasi Peradangan


pembuluh
Peningkatan Flora darah
Akumulasi Sekret di Bronkus Peningkatan
Norrmal di Usus
suhu tubuh
Eksudat
Peristaltik di usus masuk
Bersihan jalan Mokus
meningkat alveoli
nafas tidak bronkus Hipertermia
efektif meningkat
Malabsorpsi Gg. Difusi
Bau Mulut Tidak Sedap gas Hipoksia
Diare
Anoreksia
Analisa gas Fatique
darah <
Intake Kurang

Defisit Nutrisi
Gangguan Intoleransi
Pertukaran Aktivitas
Gas
(Ngemba, 2015).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thoraks
Ditemukan penyebaran bercak konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Kadar leukositosis mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergesaran ke kiri.
c. GDA : kemungkinan tidak normal, tergantung luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tidak ada
retensi CO2
e. LED meningkat
WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3
f. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah.
g. Bilirubin kemungkinan meningkat
Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka menunjukkan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sistoplasmik (Septian Andriyani., dkk., 2021).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit pneumonia
adalah dengan pemberian antibiotik, pengobatan suportif, dan vaksinasi. Pengobatan
suportif bila virus pneumonia , bila kondisi anak berat harus dirawat di rumah sakit.
Selanjutnya berikan oksigen sesuai kebutuhan anak dan sesuai program pengobatan ,
lakukan fisioterapi dada untuk membantu anak mengeluarkan dahak, setiap empat jam
atau sesuai petunjuk, berikan cairan intravena untuk mencegah dehidrasi. Untuk
mengatasi infeksi, berikan antibiotik sesuai program, misalnya amoxicillin,
clarithromycin/erythromycin dan ampicillin. Ada dua golongan antibiotik yang
dipakai untuk mengobati pneumonia yaitu golongan penicillin dan golongan
sefalosporin. Apabila pada pemeriksaan pewarnaan gram terdapat organisme, dan
cairan berbau tidak enak maka lakukan pemasangan chest tube. Pemberian zink dapat
mencegah terjadinya pneumonia pada anak walaupun jika untuk terapi zink kurang
bermanfaat. Pemberian zink 20 mg/hari pada anak pneumonia efektif terhadap
pemulihan demam, sesak nafas, dan laju pernapasan (Riyadi,2012).
9. Komplikasi
a. Atelektasis merupakan suatu kondisi dimana paru – paru gagal atau tidak dapat
mengembang secara sempurna yang disebabkan karena mobilisasi reflek batuk
berkurang.
b. Empiema merupakan suatu kondisi terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
akibat infeksi dari bakteri bronkopneumonia.
c. Abses paru merupakan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan penumpukan pus
di dalam paru – paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik
e. Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian dalam jantung
(endokardium) yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam aliran darah.
f. Meningitis merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang
yang diakibatkan oleh infeksi bakteri.
(Septian Andriyani., dkk., 2021)
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Bronkopneumonia
1. Pengkajian
a. Identitas
Seperti: nama, tempat tanggal lahir/umur, Bronchopneumonia sering terjadi pada
bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan
kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
b. Keluhan Utama
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bronchopneumonia Virus
Biasanya didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk rinitis
dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada pneumonia bakteri.
Bronchopneumonia virus tidak dapat dibedakan dengan Bronchopneumonia
bakteri dan mukuplasma.
b) Bronchopneumonia Stafilokokus (bakteri)
Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah
dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan
mengalami kesulitan pernapasan.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu: Biasanya anak sering menderita penyakit saluran
pernapasan bagian atas. Riwayat penyakit campak / fertusis (pada
Bronchopneumonia)
3) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit.
4) Riwayat psikososial dan perkembangan Kelainan Bronchopneumonia juga
dapat membuat anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakadekuatan oksigen dan
nutrien pada tingkat jaringan, sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan yang cukup.
5) Riwayat Imunisasi
Biasanya pasien belum mendapatkan imunisasi yang lengkap seperti DPT-HB-
Hib
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala-leher : Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang
ditemukan pembesaran Kelenjer getah bening.
2) Mata : Biasanya pada pasien dengan Bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva
3) Hidung : Pada pemeriksaan hidung secara umum ada tampak mengalami nafas
pendek, dalam, dan terjadi cupping hidung.
4) Mulut: Biasanya pada wajah klien Brochopneumonia terlihat sianosis terutama
pada bibir
5) Thorax: Biasanya pada anak dengan diagnosa medis Bronchopneumonia, hasil
inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang pendek dan dalam,
palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi terdengar sonor, auskultasi akan
terdengar suara tambahan pada paru yaitu ronchi,weezing dan stridor. Pada
neonatus, bayi akan terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah,
bahkan takipneu.
6) Abdomen: Biasanya ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
7) Kulit: Biasanya pada klien yang kekurangan O2 kulit akan tampak pucat atau
sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
8) Ekstremitas: Biasanya pada ekstremitas akral teraba dingin bahkan bahkan crt
> 2 detik karena kurangnya suplai oksigen ke Perifer, ujung-ujung kuku
sianosis
d. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
Biasanya pada rontgen thoraks ditemukan beberapa lobus berbercak-bercak
infiltrasi.
2) Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabangcabang utama
dari arbor trakeobronkial. Jaringan yang diambil untuk pemeriksaan
diagnostik , secara terapeutik digunakan untuk mengidentifiksi dan mengangkat
benda asing
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Gangguan pertukaran gas
3) Hipertermia
4) Defisit Nutrisi
5) Diare
6) Intoleransi Aktivitas
3. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


.
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas Pemantauan Respirasi
tidak efektif Kode : 01001 Kode : 1.01014
Kode. D.0001 Tujuan : Observasi :
Kategori : Fisiologis Diharapkan setelah 1. Monitor frekuensi,
Subkategori : diberikan tindakan selama irama, kedalaman
Respirasi 2x5 jam masalah dan upaya napas.
Definisi : keperawatan dapat teratasi. 2. Monitor pola napas
Ketidakmampuan Kriteria Hasil : 3. Monitor saturasi
membersihkan sekret 1. Batuk efektif dari skala oksigen
atau obstruksi jalan 2 (cukup menurun) 4. Monitor hasil X-
napas untuk menjadi skala 4 (cukup ray Thoraks
mempertahankan meningkat) Terapeutik :
jalan napas tetap 2. Gelisah dari skala 2 1. Atur interval
paten. (cukup meningkat) pemantauan
Penyebab : menjadi skala 4 (cukup respirasi sesuai
Fisiologis menurun) kondisi pasien
1. Spasme jalan 3. Frekuensi nafas dari 2. Dokumentasikan
napas skala 2 (cukup hasil pemantauan.
2. Hipersekresi memburuk) menjadi Edukasi :
jalan napas skala 4 (cukup 1. Jelaskan tujuan
3. Disfungsi membaik) dan prosedur
neuromuskuler pemantauan
4. Benda asing 2. Informasikan hasil
dalam jalan pemantauan, jika
napas. perlu.
5. Adanya jalan
napas buatan
6. Sekresi yang
tertahan
7. Hiperplasia
dinding jalan
napas
8. Proses Infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen
farmakologis
mis. Anestesi
Situsional
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan Polutan
Gejala dan tanda
Mayor
1. Batuk tidak
efektif
2. Tidak mampu
batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi,
wheezing dan
atau ronkhi
kering
5. Mekonium di
jalan napas pada
neonatus
Gejala dan tanda
Minor
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas
menurun
4. Frekuensi napas
berubah
5. Pola napas
berubah
2. Hipertermia Termogulasi Manajemen Hipertermi
Kode : D.0130 Kode : L.14134 Kode: 1.15506
Kategori : Diharapkan setelah dibeikan Observasi
Lingkungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi
Subkategori : selama 2x5 jam masalah Penyebab
Keamanan dan keperawatan dapat teratasi. hipertermi
Proteksi Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu
Definisi : 1. Kulit merah dari skala 4 tubuh
Suhu tubuh (cukup menurun) Terapeutik
meningkat diatas menjadi skala 2 (cukup 1. Sediakan
rentang normal meningkat) lingkungan yang
tubuh. 2. Suhu tubuh dari skala dingin.
Penyebab : (cukup memburuk) 2. Longgarkan atau
1. Dehidrasi menjadi skala 4 (cukup lepaskan pakaian
2. Terpapar membaik) 3. Berikan cairan oral
lingkungan Edukasi
panas 1. Anjurkan tirah
3. Proses penyakit baring
(misalnya Kolaborasi
infeksi, kanker) 1. Kolaborasi
4. Ketidaksesuaian pemberian cairan
pakaian dengan dan elektrolit
suhu intravena, jika
lingkungan. perlu
5. Peningkatan laju
metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas
berlebihan
8. Penggunaan
inkubator
Gejala dan tanda
mayor
Objektif
1. Suhu tubuh
diatas nilai
normal.
Gejala dan tanda
minor
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa
hangat

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat memberikan
langsung Tindakan terhadap klien
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkag terkahir dalam proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencara keperawatan tercapai atau
tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Ngemba, H. R. 2015. Model Inferensi Sistem Pendukung Keputusan Pathay Klinik Asuhan
Keperawatan Bronchopneumonia. Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed),
page 4.
Riyadi,. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Graha Ilmu
Samuel, A. (2014). [ Laporan Kasus ] Bronkopneumonia on Pediatric Patient. J Agromed
Unila, 1(2), 185–189.
Septian Andriyani., dkk. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai