Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN DASAR PROFESI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN AKTIFITAS DI RUANG MAWAR RSI JEMURSARI
SURABAYA

Fasilitator :
Imamatul Faizah S.Kep., Ns., M. Tr.Kep

Disusun Oleh :

M. Adi Resa Junaedi (1120021062)

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan ini dibuat sebagai bukti telah mengikuti praktik kerja
lapangan dengan kompetensi Keperawatan Dasar profesi yang dilaksanakan pada
tanggal 27 September 2021 – 10 Oktober 2021

Surabaya, 01 Oktober 2021

(M. Adi Resa Junaedi)


NIM. 1120021062
Mengetahui,
Pembimbing Ruangan Kepala Ruangan

(Ita Fitriyah, Amd.Keb) (Widiyawati, Amd.Keb)

Pembimbing Akademik

(Imamatul Faizah, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan aktivitas istirahat merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi (Tarwoto dan Wartonah, 2015). Aktivitas
mobilisasi juga digunakan untuk menunjukan pertahanan diri, melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari dan berpartisipasi dalam aktivitas rekreasi (Potter,
Perry, 2011). Istirahat bermakna ketenangan relaksasi, tanpa stress emosional dan
bebas dari ansietas. Istirahat memulihkan energi seseorang yang memungkinkan
orang tersebut untuk menjalankan fungsi dengan optimal (Kozier, 2012).
Masalah-masalah yang dapat terjadi pada gangguan kebutuhan aktivitas
istirahat yakni risiko intoleransi aktivitas, gangguan mobilisasi, hambatan
mobilitas di tempat tidur, hambatan mobilitas fisik, insomnia, deprivasi tidur,
kesiapan meningkatkan tidur dan gangguan pola tidur (SDKI, 2018).Tidur
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur dan istirahat
yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi dan beraktivitas akan menurunkan
serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2014). Tidur merupakan proses
fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari
keterjagaan (Potter & Perry, 2014).
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat factor eksternal (SDKI, 2017). Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika
individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas
atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang di inginkannya (Lynda Juall, 2014). Kualitas tidur
inadekuat adalah fragmentasi dan terputusnya tidur akibat periode singkat terjaga
di malam hari yang sering dan berulang.
Kualitas tidur merupakan kepuasaan seseorang terhadap tidur, sehingga
seorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjuntiva merah, mata perih, kurang perhatian, sakit kepala dan sering menguap
atau mengantuk (Hidayat, 2011). Kuantitas tidur inadekuat adalah durasi tidur
yang inadekuat berdasarkan kebutuhan tidur sesuai usia akibat kesulitan memulai
(awitan tidur yang terlambat) dan atau mempertahankan tidur (periode panjang
terjaga di malam hari). Beberapa masalah yang dapat terjadi pada gangguan pola
tidur yang berhubungan dengan kualitas dan kuantias, misalnya insomnia,
hipersomnia, parasomnia, narkolepsi, apneu tidur dan mendengkur, serta
mendengkur (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Gangguan aktivitas istirahat (tidur) yang tidak tertangani dengan baik dapat
menimbulkan beberapa masalah, misalnya menurut data epidemiologi, tidur yang
kurang dari 6 jam atau tidur yang lebih dari 9 jam per hari erat hubungannya
dengan peningkatan mortilitas , adapun contoh-contoh yang dapat meningkatkan
mortilitas tersebut seperti penyakit jantung dan kanker (Potter & Perry, 2011).
Masalah gangguan tidur pada aspek mood, meliputi iritabilitas, mood yang
berubah-ubah. Sedangkan masalah pada fungsi kognitif, meliputi konsentrasi
yang berkurang, waktu reaksi yang melambat, dan penurunan daya ingat
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Berbagai penyakit dengan risiko tinggi akan gangguan pola tidur adalah
nyeri/kolik, hipertiroidisme, penyakit paru obstruktif kronis, kehamilan,
tumor/kanker, periode pasca partum, dan kondisi pasca operasi (SDKI, 2017).
Menurut Wartonah (2011), kondisi sakit dapat memicu seseorang mengalami
gangguan tidur. Orang yang mengalami gangguan tidur diketahui dapat
mempengaruhi kualitas hidup dan psikologis penderita kanker, sehingga
gangguan tidur seperti nyeri dapat membangunkan seseorang dari tidur (Akman,
Yavuzsen,& Sevgen, 2015).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dan melakukan asuhan keperawatan pada
pasien gangguan kebutuhan aktifitas
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar kebutuhan aktifitas
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan kebutuhan
aktifitas
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan kebutuhan aktifitas
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kebutuhan Aktivitas
2.1.1 Definisi
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
musculoskeletal.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teraturyang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi
(Mubarak, 2011). Sedangkan Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif,
dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total,
tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya
(Mubarak, 2011).Kata istirahat mempunyai arti sangat luas meliputi
bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan
aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan,
menyulitkan atau menjengkelkan.Istirahat mengacu pada kondisi dimana
badan mengalami relaksasi dan menjadikan nyaman.diantara mental dan
fisik. Secara umum, istirarahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, santai
tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah (Rokhmah, et al.,
2016).
2.1.2 Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai
berikut:
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
2.1.3 Tanda dan Gejala
Menurut (Potter & Perry, 2011) tanda dan gejala pada gangguan aktivitas
yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang
lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam
berjalan.
2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas
tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat
menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis
otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses
pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi
pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas
otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat
terganggu pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau
mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran
maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur, radang
sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke
otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak
dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi
gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak
sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
2.1.5 Pathway

Penyakit Lingkungan
1. Demam 1. Lingkungan bising
2. Nyeri post SC 2. Lingkungan ramai
3. Penyakit pernafasan 3. Pencahayaan

Dampak dari sakit


Terjadi perubahan suasana
menjadikan pasien
seperti gaduh makan akan
kurang tidur atau tidak
menghambat tidurnya
dapat tidur

1. Bangun terlalu dini


2. Kesulitan memulai tidur
3. Menyatakan tidak merasa
cukup istirahat

Gangguan Intoleransi Gangguan


pola tidur aktifitas mobilitas fisik
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologi :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat menggangu tidur
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur klien mengikuti
irama sirkardian tidur normal klien
2. Terapi farmakologi
Tindakan medis pada pasien gangguan tidur yaitu dengan cara
pemberian obat golongan hipnotiksedatif.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Status kesehatan saat ini
Alasan pasien yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan
dalam mobilisasi dan imobilitas, seperti adanya nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imoblitias,
daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama
terjadinya gangguan mobilitas.
2. Status kesehatan lalu
a. Penyakit yang pernah dialami berhubungan dengan sistem
neurologis (trauma kepala, kecelakaan cerebrovaskular dll),
peningkatan TIK, miasternia gravis, SGB, cedera medulla
spninalis dll.
b. Riwayat penyakit sistem kardiovaskular (infark miokard, PJK dll)
c. Riwayat penyakit sistem pernafasan (PPOM, pneumonia, dll)
d. Riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur,
arhtritis dll)
e. Riwayat pemakaian oba seperti sedative, hipnotik, depresan sistem
syaraf pusat, dll
3. Riwayat Kesehatan
a. Susunan keluarga (genogram 3 generasi)
b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga (dx. Medis, hub dg
klien)
c. Penyakit yang sedang diderita keluarga (dx medis, hub dgn klien)
4. Pemeriksaan penunjang
a. Fungsi jantung: EKG, exercise stress test,
echocardiography, kateterisasi jantung, angiografi.
b. Ventilasi & oksigenasi: spirometri, oksimetri, pemeriksaan darah
lengkap.
c. Struktur sistem pernafasan: X-ray thorax, bronkhoskopi, CT Scan
paru
d. Infeksi sistem pernafasan: kultur apus tenggorok, sitologi, BTA.
5. Kemampuan mobilitas
Menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun
dan berpindah tanpa bantuan, aktiifitas sehari-hari meliputi makan,
mandi, berpakaian, penggunaan toilet, mobilitas ditempat tidur,
berpindah, berbelanja, berjalan, memasak dll.
6. Kemampuan rentang gerak (ROM)
Dilakukan pada daerah bahu, siku, lengan, panggul dan kaki, gerakan
ROM terdiri darii fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, hiperekstensi.
7. Perubahan intoleransi aktivitas
a. Berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan, antara
lain: suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thorak,
adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat
respirasi.
b. Berhubungan dengan perubahan sistem kardiovaskular, antara
lain: nadi, tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya
thrombus, serta perubahan TTV setelah aktivitas atau perubahan
posisi.
8. Perubahan psikologis

Perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan


mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, perubahan dalam mekanisme koping dll.

9. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran: Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo


koma, koma.

b. Penampilan/keadaan umum: lemah, pucat, dll

c. Vital sign: tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan.

d. Kepala: bentuk, rambut, warna, kebersihan, rontok, ketombe, dll

e. Kulit: kelainan, warna, turgor, lesi, kelembaban, pruritus, ruam,


benjolan, tekstur, kebersihan, suhu kulit (palpasi) dll

f. Mata: bentuk, konjungtiva, tanda-tanda radang, pemeriksaan mata


terakhir, operasi mata, fungsi penglihatan: baik/kabut/tidak
jelas/nyeri, dll.

g. Hidung: reaksi alergi dan cara mengatasinya, perdarahan, pernah


mengalami flu/frekuensi dalam setahun, sinus dll

h. Telinga: bentuk, hlang pendengaran, alat bantu dengar, serumen,


infeksi, tinnitus, dll

i. Mulut dan tenggorokan: kesulitan/gangguan bicara, pemeriksaan


gigi, warna, bau, nyeri, kesulitan mengunyah/menelan.

j. Dada

1) Jantung: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

2) Paru-paru: inspeksi, palplasi, perkusi, auskultasi

k. Abdomen: inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi

l. Ekstremitas atas dan bawah

1) Inspeksi dan palpasi (tulang, otot dan sendi)

2) Keadaan kuku: capllary refill

m. Genetalia: discharge, bau

n. Pemeriksaan penunjang

1) Data laboratorium

2) Hasil pemeriksaan diagnostik lainnya

o. Terapi
2.2.2 Diagnosa dan Intervensi
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
Gangguan Pola Tidur Pola Tidur Edukasi Aktifitas/Istirahat
Definisi: Gangguan kualitas dan 1. Identifikasi kesiapan dan
Kriteria Hasil
kuantitas waktu tidur akibat faktor kemampuan menerima informasi
eksternal 1. Keluhan sulit tidur dari skala 4
Penyebab: (cukup meningkat) menjadi skala 2 2. Sediakan materi dan media
1. Hambatan lingkungan (mis. (cukup menurun) pengaturan aktifitas dan istirahat
kelembapan lingkungan sekitar, 2. Keluhan sering terjaga dari skala 4
3. Jadwalkan pemberian
suhu lingkungan, pencahayaan, (cukup meningkat) menjadi skala 2
Pendidikan Kesehatan sesuai
kebisingan, bau tidak sedap, jadwal (cukup menurun)
kesepakatan
pemantauan/pemeriksaan/tindakan) 3. Keluhan tidak puas tidur dari skala
2. Kurang control tidur 4 (cukup meningkat) menjadi skala 4. Jelaskan pentingnya melakukan
3. Kurang privasi 2 (cukup menurun) aktifitas fisik/olahraga secara
4. Restraint fisik 4. Keluhan pola tidur berubah dari rutin
5. Ketiadaan teman tidur skala 4 (cukup meningkat) menjadi
6. Tidak familiar dengan peralatan skala 2 (cukup menurun) 5. Ajarkan cara mengidentifikasi
tidur 5. Keluhan istirahat tidak cukup dari kebutuhan istirahat ajarkan cara
Gejala dan Tanda Mayor skala 4 (cukup meningkat) menjadi mengidentifikasi target dan jenis
Subjektif: skala 2 (cukup menurun) aktifitas sesuai kemampuan
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
Objektif: -
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
Mengeluh kemampuan beraktifitas
menurun
Objektif: -
Kondisi Klinis Terkait
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktif kronik
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
Intoleransi Aktifitas Toleransi Aktifitas Manajemen Energi
Definisi: Kriteria Hasil 1. Identifikasi gangguan fungsi
Ketidakcukupan energi untuk 1. Kemudahan dalam melakukan tubuh yang mengakibatkan
melakukan aktifitas sehari – hari aktifitas sehari – hari dari skala 2 kelelahan
Penyebab (cukup menurun) menjadi skala 4 2. Monitor kelelahan fisik dan
(cukup meningkat) emosional
1. Ketidakseimbangan antara suplai
2. Kekuatan tubuh bagian atas dari 3. Monitor pola dan jam tidur
dan kebutuhan oksigen
skala 2 (cukup menurun) menjadi 4. Sediakan lingkungan nyaman
2. Tirah baring
skala 4 (cukup meningkat) dan rendah stimulus
3. Kelemahan
3. Kekuatan tubuh bagian bawah dari 5. Berikan aktifitas distraksi yang
4. Imobilitas
skala 2 (cukup menurun) menjadi menenangkan
5. Gaya hidup monoton
skala 4 (cukup meningkat) 6. Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Mayor
4. Keluhan Lelah dari skala 2 (cukup 7. Anjurkan melakukan aktifitas
Subjektif: Meangeluh Lelah
meningkat) menjadi skala 4 (cukup secara bertahap
Objektif: frekuensi jantung meniingkat
menurun) 8. Kolaborasi dengan ahli gizi
> 20% dari kondisi istirahat
tentang cara meningkatkan
Gejala dan Tanda Minor
asupan makanan
Subjektif:
1. Dispnea saat/setelah aktifitas
2. Merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas
3. Merasa lemah
Objektif:
1. Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah aktifitas
3. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
4. Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung coroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit Paru Obstruktif Akut
(PPOK)
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan musculoskeletal
Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi
Definisi: 1. Pergerakan ekstremitas dari skala 2 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Keterbatasan dalam Gerakan fisik dari (cukup menurun0 menjadi skala 4 keluhan fisik lainnya
satu atau lebih ekstremitas secara (cukup meningkat)
mandiri 2. Identifikasi toleransi fisik
Penyebab 2. Kekuatan otot dari skala 2 (cukup melakukan pergerakkan
1. Kerusakan integritas struktur tulang menurun0 menjadi skala 4 (cukup
3. Monitor kondisi umum selama
2. Perubahan metabolism meningkat) melakukan mobilisasi
3. Ketidakbugaran fisik 3. Rentang gerak (ROM) dari skala 2 4. Fasilitasi aktifitas mobilisasi
(cukup menurun0 menjadi skala 4 dengan alat bantu
4. Penurunan kendali otot (cukup meningkat)
5. Libatkan keluarga untuk
5. Penurunan massa otot 4. Gerakan terbatas dari skala 3 membantu pasien dalam
(sedang) menjadi skala 2 (cukup meningkatkan pergerakan
6. Penurunan kekuatan otot
meningkat)
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
7. Keterlambatan perkembangan
5. Kelemahan fisik dari skala 3 mobilisasi
8. Kekakuan sendi (sedang) menjadi skala 2 (cukup
meningkat) 7. Anjurkan melakukan mobilisasi
9. Kontraaktur dini

10. Malnutrisi 8. Ajarkan mobilisasi sederhana


yang harus dilakukan
11. Gangguan musculoskeletal
12. Gangguan neuromuscular
13. Indeks masa tubuh diatas persentil
ke-75 susuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi tentang
aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan pergerakan
21. Gangguan sensori persepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: mengeluh saat menggerakkan
ekstremitas
Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif:
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera Medula Spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
2.2.3 Implementasi
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan lingkungan, pengobatan, tindakan
untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari.
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai
atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
5. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Potter & Perry. 2011. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Kozier. (2012). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 13.
(terjemahan). Jakarta: Kedokteran EGC.
Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik. Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Akman, Yavuzsen, Sevgen, Eallidokuz, Y. (2015). Evaluation of sleep disorders in
cancer patients based on Pittsburgh Sleep Quality Index. Original Article,
553–559. https://doi.org/10.1111/ecc.12296
Mubarak, W. 2011. Promosi Kesehatan Masyarakat untuk Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai