Anda di halaman 1dari 7

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

TUGAS PERTEMUAN 13

OLEH
Rahmat Eka Putra
21065042

Perkembangan nilai budaya dan seni

Kebudayaan mengandung pengertian yang luas, meliputi suatu perasaan bangsa yang
kompleks. Kompleksitas perkembangan budaya meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainya yang di peroleh dari anggota
masyarakat. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki secara bersama oleh
warga suatu masyarakat. Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran sehingga
fungsional sebagai pedoman. keseluruhannya digunakan secara selektif dan kontekstual
sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi.
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengcrtian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah IBD dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities
yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities‟. Adapun istilah Humanities itu
sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan
halus (fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang „akan bisa
mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Secara demikian bisa dikatakan
bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai
homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi humanus, mereka harus
mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak mehinggalkan tanggung jawabnya
yang lain sebagai manusia itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic
Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities (yang disalin
ke dalam bahasa Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan Budaya (The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup
keahlian cabang ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke
dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa dan
lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana dikemukakan di atas,
adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya
(The Humanities), baik secara gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya
ataupun dengan menggunakan masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The
Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-
pengertian yang berasa! dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan
wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan,
Salah satu dasar yang harus dikuasai mahasiswa sebelu membahas dan juga
mempelajari materi tentangIBD maka ada materi yang harus dikuasai dan juga dipahami
dengan baik. Salah satu materi tersebut adalah nilai budaya, penting diketahui karena dengan
memahami nilai budaya ini maka kita akan dapat mengerti hakekat kebudayaan dan dan juga
budaya manusia sehingga tetap dapat hidup dan membuat suatu kebudayaan baru.

Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan masalah yang
harus ditanggulangi karena pertumbuhan penduduk di Indonesia meningkat dengan
cepat. Pada tahun 2008 jumlah penduduk di Indonesia sebanyak
228.523.300 jiwa, 2009 sebanyak 231.369.500 jiwa, dan tahun 2010 sebanyak
234.181.400 jiwa, sedangkan tahun 2011 jumlah penduduk sebanyak 236.954.100
jiwa (KepMenKes, 2011).

Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, dapat mempersulit


pemerintah dalam upaya menekan AKI (Angka Kematian Ibu) di tanah air. Perlu adanya
upaya besar untuk menekan laju pertumbuhan agar targer MDGs (Millenium Development
Goals), untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 tercapai. AKI merupakan salah satu
indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium
yang ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai
tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ risiko jumlah kematian ibu (SDKI,
2011).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), AKI di Indonesia telah berhasil diturunkan dari angka 307 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2002/2003 menjadi 270 pada tahun 2004,262 pada tahun
2005, dan 248 pada tahun 2007 sedangkan pada tahun 2010 jumlah angka kematian ibu
sebesar 11.534 kematian. Pada tahun 2011 jumlah kematian ibu sebesar 228 per 100.000
kelahiran. Target MDGs, jumlah kematian ibu pada tahun 2015 menjadi 102 per
100.000 kelahiran ( SDKI,2011)
Penyebab kematian ibu secara langsung di Indonesia disebabkan karena
pendarahan, hipertensi saat hamil/preeklamsia dan infeksi. Pendarahan menempati
persentasi tertinggi sebagai penyebab kematian ibu, sedangkan penyebab tidak langsung
kematian ibu di Indonesia adalah usia yang terlalu muda, usia yang terlalu tua saat
melahirkan, terlalu sering melahirkan, dan terlalu banyak anak yang dilahirkan atau
yang sering disebut dengan istilah empat terlalu (BKKBN, 2010).
Dalam rangka pengendalian jumlah penduduk dan menurunkan angka kematian ibu,
pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970 dimana
tujuannya untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan reproduksi yang berkualitas, serta mengendalikan angka kelahiran yang pada
akhirnya akan meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga kecil
berkualitas (Sulistyawati,
2011). KB berperan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena
kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam keadaan dan saat yang tepat akan
lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selain itu juga
berperan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan.

Aspirasi Masyarakat

Pengertian Aspirasi.
Aspirasi merupakan suatu topik pembahasan yang tidak dapat terlepas dari kehidupan
masyarakat, sebab aspirasi berkaitan dengan pandangan, minat dan harapan/cita-cita
masyarakat didalam kehidupan. Masyarakat sebagai suatu kesatuan yang mampu
mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya, tidak terlepas dari proses pendidikan
didalam kehidupannya. Berbagai harapan dan cita-cita mengenai pendidikan menjadi suatu
aspirasi tersendiri bagi masyarakat.
Adapun contoh aspirasi masyarakat kawasan industri bulu mata sebagai berikut:
1. Ketetapan hati.
Dalam aspirasi masyarakat bahwa pentingnya pendidikan sebagai suatu proses untuk
membuka wawasan masyarakat, pola pikir, dan upaya peningkatan intelektual masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2011:175) yang
menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi
pekerti, pikiran, dan jas anak-anak. Dalam aspirasi masyarakat pendidikan merupakan suatu
hal yang harus berada didalam masyarakat ditengah-tengah kencangnya arus globalisasi.
Globalisasi sebagai suatu era digital menuntut masyarakat sebagai pelaku sosial memiliki
kecerdasan dalam mengikuti perubahan zaman. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi
masyarakat, yang berdampak pada lahirnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting
pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu upaya yang
ditujukan untuk menghantarkan manusia kedalam kesempatan hidup. Sebagai suatu jembatan
transformasi, pendidikan memiliki peran yang besar dalam upaya penyempurnaan manusia.

2. Minat.
Pendidikan keterampilan oleh masyarakat kawasan industri bulu karena masyarakat
menyadari bahw a untuk bekal masa depan tidak hany a intelektual saja yang dibutuhkan,
melainkan juga keterampilan. Keterampilan sebagai bekal masa depan diharapkan mampu
menjadi jembatan bagi masyarakat kawasan industri bulu mata untuk mengembangkan
potensi dirinya. Lahirnya minat masyarakat terhadap pendidikan keterampilan, tentu saja
tidak terpelas dari lingkungan sosial masyarakat kawasan industri bulu mata, yang merupakan
keterampilan di dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999:25) yang
menyatakan bahwa minat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan kerja, bakat dan jenis
kelamin. Selain itu bahwa pendidikan keterampilan merupakan pendidikan yang dibutuhkan
masyarakat kawasan industri bulu mata, mengingat tingkat pendidikan masyarakat yang
masih rendah.
3. Cita-cita.
Dipermudahnya akses masyarakat kelas bawah terhadap pendidikan dengan harapan bahwa
hak asasi masyarakat dalam pendidikan dapat benar-benar diperoleh. Hal ini sesuai dengan
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 11, Ayat 1, yang
menyatakan “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi”. Harapan masyarakat kepada penyelenggara pendidikan yang lebih baik,
terutama dalam akses mengenyam pendidikan, menjadi perhatian tersendiri, ditengah-tengah
rendahnya partisipasi sekolah masyarakat kawasan industri bulu mata. Harapan ini tentu
ditujukan untuk kemajuan SDM dan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini bahwa masyaraka
terharap pendidikan mampu mencetak SDM yang berkualitas,

4. Intelegensi.
Masyarakat berpendapat bahwa masyarakat harus berpendidikan sampai pada tingkat Sekolah
Menengah Atas, dengan pertimbangan zaman semakin maju, sehingga harus mampu
mengikuti perubahan zaman dan berlaku sesuai dengan aturan kelompoknya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hurlock (1999:25) yang menyatakan bahwa level pendidikan merupakan
suatu hal yang penting dalam suatu kelompok. Tingkat pendidikan menjadi suatu hal yang
penting dalam sebuah kelompok, menjadi sebuah persyaratan bagi seorang individu yang
merupakan pelaku sosial didalam masyarakat. Pemikiran masyarakat mengenai batas minimal
tingkat pendidikan yang harus dienyam masyarakat, tidak semata-mata karena faktor
perubahan zaman yang menuntut intelektualitas masyarakat, melainkan juga karena
keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut bahwa
diketahui besar masyarakat kawasan industri bulu mata adalah masyarakat dengan kondisi
perekonomian yang masih berada di kelas bawah. Kondisi ini kemudian juga mempengaruhi
pemikiran masyarakat mengenai batas minimal tingkat pendidikan yang harus dicapai
masyarakat. Pemikiran masyarakat yang berpandangan bahwa masyarakat kelas bawah cukup
hanya memiliki aspirasi tingkat pendidikan sampai pada jenjang pendidikan menengah
karena kondisi perekonomian, merupakan suatu kesadaran magis.
Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 11, Ayat
2, yang berbunyi “pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas
tahun”. Pada dasarnya, ekonomi, sebuah penghalang bagi masyarakat kelas bawah untuk
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
5. Tujuan.
Masyarakat kawasan industri bulu mata berpendapat bahwa, tujuan dari seseorang
berpendidikan ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan guna mencapai masa depan yang
lebih baik. Bagi masyarakat kawasan industri bulu mata, pendidikan merupakan jembatan
untuk mencapai harapan dan cita-cita seseorang di masa depan. Selain itu tujuan seseorang
berpendidikan juga agar masyarakat dapat lebih maju, berbudaya, bermartabat dan dapat
mengikuti perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang
tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi
“untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap , kreatif, mandiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab”.
Tujuan masyarakat ini merupakan sebuah gambaran bahwa pada dasarnya pendidikan
memiliki peranan yang besar dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang sesuai dengan
budaya yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa
pendidikan memiliki dua muka, yang pertama sebagai jembatan dalam mencapai masa depan
masyarakat dan yang kedua sebagai jembatan dalam upaya pembentukan masyarakat yang
berbudaya.

Keterbelakangan budaya dan sarana


Keterbelakangan budaya itu adalah sebutan yang diberikan oleh sekelompok masysrakat
(yang mengatakan dirinya suda maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi
pendudkung budaya, kebudayaan pasti dinilai sebagai suatu yang bernilai dan baik. Terlepas
dari kenyataan apakah kebudayaan itu tradisional atau sudah ketinggalan jaman. Oleh karena
itu penilaian dari masyarakat luar dinilai subjektif. Dan seharusnya masyarakat bukan
menilainya melainkan hanya melihat kesesuaian kebudayaan tersebut terhadap perubahan
jaman. Jika sesuai dengan perubahan jaman makan dapat dikatakan maju, dan jika tidak
sesuai maka dikatakan belum maju.
Sebenarnya tidak ada kebudayaan yang mutlak statis atau mengalami kemandegan. Dan
tidak ada kebudayaan yang tidak berubah, sekurang-kurangnya ada bagian tertentu yang
berubah walaupun tidak secara utuh berubah. Terjadinya perubahan tidak ernah berhenti
sepanjang masa, bahkan perubahan kea rah yang negative. Apalagi dijaman sekarang
perubahan besar terjadi di dunia perkembangan iptek dan merambah ke seluruh bidang
kehidupan.
Khususnya dengan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai iptek, telekomunikasi,
dan transportasi yang membuat bumi terasa lebih kecil karena telekomunikasi seakan- akan
menembus batasan Negara yang dikenal dengan era globalisasi. Maka mudah terajadi
pertukaran budaya antar bangsa. Jika terjadi pertautan antar budaya baru dari luar dengan
unsur kebudayaan lama yang lambat barubah maka akan terjadilah apa yang disebut dengan
kesenjangan kebudayaan (cultural lag).
Perubahan kebudayaan terjadi karena adanya penemuan kebudayaan baru baik dari luar
atau dari dalam masyarakat itu sendiri. Kebudayaan baru baik bersifat materil seperti
peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat
nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang budaya menabung, keluarga berencana,
penghargaan terhadap waktu dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi karena.
- Letak gaeografis tempat tinggal masyarakat (terpencil)
- Penolakan masyarakt terhadap datangnya unsur budaya baru karena dianggap dapat
merusak sendi masyarakat.
Itu factor yang ke empat yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, semoga
dengan mengetahui factor ini masyarakat bisa mawas diri dan mencegah timbulnya
permasalahan dalam dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai