TUGAS PERTEMUAN 11
OLEH:
Rahmat Eka Putra
21065042
Jawab:
1. Pestalozzi
Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli dan pembaharu pendidikan Swiss yang
memberikan pengaruh besar pada pembangunan sistem pendidikan di Eropa dan Amerika
bahkan sampai sekarang. Tidak hanya karena dia seorang guru yang inovatif, tetapi dia juga
mempunyai komitmen untuk melakukan reformasi sosial, dan juga melaksanakan proyek-
proyek kemanusiaan yang melibatkan anak-anak yatim selama perang. Metode
pendidikannya menekankan pada pentingnya memberikan cinta dan kasih sayang,
menciptakan lingkungan kekeluargaan dimana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
alami menjadi a whole person dengan keseimbangan intelektual, fisik, dan kemampuan
teknis, dan dengan pertumbuhan emosional, moral, etika, serta agama.
Melalui asosiasinya dengan para reformis, Pestalozzi menjadi sadar akan masalah-
masalah sosial, yang membantu dia dalam mengembangkan tiga hal, yaitu tujuan
pendidikan, metode pendidikan dan disiplin dalam kelas.
Pendapat Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro dalam makalah " Sketsa Pendidikan Humanis
Religius"(2008) tentang prinsip-prinsip pendidikan humanis sangat sejalan dengan
pandangan Pestalozzi adalah sebagai berikut:
-Tujuan pendidikan dan proses pendidikan berasal dari anak (siswa). Oleh karenanya
kurikulum dan tujuan pendidikan menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan prakarsa
anak.
-Siswa adalah aktif bukan pasif. Anak memiliki keinginan belajar dan akan melakukan
aktivitas belajar apabila mereka tidak difrustasikan belajarnya oleh orang dewasa atau
penguasa yang memaksakan keinginannya.
-Peran guru adalah sebagai penasehat, pembimbing, teman belajar bukan penguasa kelas.
Tugas guru membantu siswa belajar, sehingga siswa memiliki kemandirian dalam
belajar.Guru berperan sebagai pembimbing dan yang melakukan kegiatan mencari dan
menemukan pengetahuan bersama siswa. Tidak boleh ada pembelajaran yang bersifat
otoriter, dimana guru sebagai penguasa dan murid menyesuaikan.
-Sekolah sebagai bentuk kecil dari masyarakat luas. Pendidikan seharusnya tidak
sekedar dibatasi sebagai kegiatan di dalam kelas dengan dibatasi empat dinding sehingga
terpisah dari masyarakat luas. Karena pendidikan yang bermakna adalah apabila pendidikan
itu dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat.
-Aktivitas belajar harus berfokus pada pemecahan masalah, bukan sekedar mengajarkan mata
pelajaran. Pemecahan masalah adalah bagian dari kegiatan kehidupan oleh karenanya
pendidikan harus membangun kemajuan siswa untuk memcahkan masalah. Kegiatan
pendidikan bukan sebagai pemberian informasi atau data dari guru pada siswa yang terbatas
sebagai aktivitas mengumpulkan dan mengingat kembali pengetahuan statis.
Metode Pendidikan
Pestalozzi menekankan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak, bukan pada kurikulum
ataupun guru. Karena pengetahuan terletak di dalam human being, tujuan pembelajaran
adalah untuk menemukan cara untuk membentangkan pengetahuan yang tersembunyi.
Pestalozzi mendukung bahwa pengalaman langsung adalah metode yang paling baik. Dia
juga mendukung spontanitas dan aktivitas pribadi; hal ini berlawanan dengan metode yang
berbasis kurikulum, metode berpusat pada guru yang dulu berlaku.
Kehidupan Kelas
Apabila kehidupan ruang kelas bisa baik maka diharapkan tujuan instruksional bisa dicapai.
Akhirnya terwujud perubahan siswa melalui proses yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa, sehingga siswa bisa hidup dalam
masyarakat.
B. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia
1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun
Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia
dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk mendirikan sekolah
taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti kemerdekaan. Konsepsi Taman Siswa
pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara dalam solusi menyikapi kegelisahan-kegelisahan
rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam
asas dan dasar yang diterapkan Taman Siswa. Orientasi Asas Dan Dasar Pendidikan Dari
Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas perjuangan yang diperlukan pada waktu itu
menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya. Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan
adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila
diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik
murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian
tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak
mengatur diri sendiri berdiri (Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan damai (orde
en vrede) dan bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei).
Ketiga hal ini merupakan dasar alat pendidikan bagi anak-anak yang disebut †œamong
metode†• (sistem-among) yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai
pemimpin yang berdiri di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak
didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan †œTut Wuri
Handayani†•. Menyinggung masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik
kecenderungan dari bangsa kita untuk menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan ke
barat-baratan telah menimbulkan kekacauan. Menurut Kihajar Dewantara Sistem pengajaran
yang terlampau memikirkan kecerdasan pikiran yang melanggar dasar-dasar kodrati yag
terdapat dalam kebudayaan sendiri. Sementara hal yang menyangkut tentang
dasar kerakyatan untuk memepertinggi pengajaran yang dianggap perlu dengan
memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok asas untuk percaya kepada kekuatan sendiri.
Dalam dunia pendidikan mengharuskan adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru- guru untuk
mendekati anak didiknya. Sesungguhnya semua hal tersebut merupakan pengalaman dan
pengetahuan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan barat yang mengusahakan kebahagian
diri, bangsa dan kemanusiaan.