Anda di halaman 1dari 6

DASAR DASAR ILMU PENDIDIKAN

TUGAS PERTEMUAN 11

OLEH:
Rahmat Eka Putra
21065042

Tugas: Buatlah ringkasan bacaan mengenai tokoh tokoh pendidikan

Jawab:

A. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh dari Luar Negeri

1. Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Switzerland pada tanggal 12 Januari


1746. Ayahnya meninggal ketika dia berumur lima tahun, dan ibunya membesarkannya
bersama adiknya sendiri. Pestalozzi mulai mengenyam pendidikan formal pada umur
sembilan tahun, tetapi dia sukses menempuh pendidikan dengan tepat waktu. Dia belajar di
Universitas Zurich di mana dia bertemu dengan Johann Kasper Lavater yang mempengaruhi
dia dalam dunia politik. Kematian Lavater merubah pandangan dia dan akhirnya dia
memutuskan untuk mencurahkan hidupnya pada pendidikan (Heafford,
1967).

Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli dan pembaharu pendidikan Swiss yang
memberikan pengaruh besar pada pembangunan sistem pendidikan di Eropa dan Amerika
bahkan sampai sekarang. Tidak hanya karena dia seorang guru yang inovatif, tetapi dia juga
mempunyai komitmen untuk melakukan reformasi sosial, dan juga melaksanakan proyek-
proyek kemanusiaan yang melibatkan anak-anak yatim selama perang. Metode
pendidikannya menekankan pada pentingnya memberikan cinta dan kasih sayang,
menciptakan lingkungan kekeluargaan dimana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
alami menjadi a whole person dengan keseimbangan intelektual, fisik, dan kemampuan
teknis, dan dengan pertumbuhan emosional, moral, etika, serta agama.

Melalui asosiasinya dengan para reformis, Pestalozzi menjadi sadar akan masalah-
masalah sosial, yang membantu dia dalam mengembangkan tiga hal, yaitu tujuan
pendidikan, metode pendidikan dan disiplin dalam kelas.

Prinsip dan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan bukan untuk menanamkan pengetahuan, namun untuk


membentangkan kemampuan alami dan mengembangkan kemampuan yang tersembunyi
dalam setiap orang. Dengan kata lain, pendidik perlu memfokuskan pada human being,
pada anak, dan bukan pada pendidikan itu sendiri.

Pendapat Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro dalam makalah " Sketsa Pendidikan Humanis
Religius"(2008) tentang prinsip-prinsip pendidikan humanis sangat sejalan dengan
pandangan Pestalozzi adalah sebagai berikut:
-Tujuan pendidikan dan proses pendidikan berasal dari anak (siswa). Oleh karenanya
kurikulum dan tujuan pendidikan menyesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan prakarsa
anak.
-Siswa adalah aktif bukan pasif. Anak memiliki keinginan belajar dan akan melakukan
aktivitas belajar apabila mereka tidak difrustasikan belajarnya oleh orang dewasa atau
penguasa yang memaksakan keinginannya.
-Peran guru adalah sebagai penasehat, pembimbing, teman belajar bukan penguasa kelas.
Tugas guru membantu siswa belajar, sehingga siswa memiliki kemandirian dalam
belajar.Guru berperan sebagai pembimbing dan yang melakukan kegiatan mencari dan
menemukan pengetahuan bersama siswa. Tidak boleh ada pembelajaran yang bersifat
otoriter, dimana guru sebagai penguasa dan murid menyesuaikan.
-Sekolah sebagai bentuk kecil dari masyarakat luas. Pendidikan seharusnya tidak
sekedar dibatasi sebagai kegiatan di dalam kelas dengan dibatasi empat dinding sehingga
terpisah dari masyarakat luas. Karena pendidikan yang bermakna adalah apabila pendidikan
itu dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat.
-Aktivitas belajar harus berfokus pada pemecahan masalah, bukan sekedar mengajarkan mata
pelajaran. Pemecahan masalah adalah bagian dari kegiatan kehidupan oleh karenanya
pendidikan harus membangun kemajuan siswa untuk memcahkan masalah. Kegiatan
pendidikan bukan sebagai pemberian informasi atau data dari guru pada siswa yang terbatas
sebagai aktivitas mengumpulkan dan mengingat kembali pengetahuan statis.

Metode Pendidikan

Pestalozzi menekankan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak, bukan pada kurikulum
ataupun guru. Karena pengetahuan terletak di dalam human being, tujuan pembelajaran
adalah untuk menemukan cara untuk membentangkan pengetahuan yang tersembunyi.
Pestalozzi mendukung bahwa pengalaman langsung adalah metode yang paling baik. Dia
juga mendukung spontanitas dan aktivitas pribadi; hal ini berlawanan dengan metode yang
berbasis kurikulum, metode berpusat pada guru yang dulu berlaku.

Kehidupan Kelas

Pestalozzi menganjurkan agar kehidupan kelas seharusnya seperti kehidupan keluarga.


Atmosfer kelas harus mempunyai suasana loving and caring. Sebagaimana yang terjadi dalam
keluarga, harus ada kerjasama, saling mencintai satu sama lain, baik antara guru dengan
siswa maupun siswa dengan siswa.
Untuk menciptakan kehidupan ruang kelas yang baik ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru, antara lain:
-Pelajaran dilaksanakan dengan rambu-rambu kurikulum.
-Siswa diberi motivasi agar mempunyai harapan tinggi dan diarahkan agar berorientasi pada
pelajaran.
-Pelajaran jelas dan terfokus, apabila siswa tidak memahami, maka guru mengulang kembali
sampai siswa paham.
-Waktu di kelas digunakan untuk belajar dan tidak terlalu banyak mengurusi masalah
kedisiplinan.
-Kehidupan kelas diciptakan agar siswa senang dan melaksanakan kegiatan dengan sukses
dan efisien.
-Kegiatan rutin dilaksanakan dengan efisien danInteraksi antara guru dan murid positif.
Insentif dan reward bagi siswa dilakukan untuk meningkatkan prestasi.

Apabila kehidupan ruang kelas bisa baik maka diharapkan tujuan instruksional bisa dicapai.
Akhirnya terwujud perubahan siswa melalui proses yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa, sehingga siswa bisa hidup dalam
masyarakat.
B. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia

1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun
Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi
menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia
dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan


bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian
sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena
sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo,
Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.
Pada masanya, ia tergolong penulis handal.

Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan


semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga
aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi
Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada
waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran
nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai
Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status
badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda
melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan
menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913.
Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat
perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional,
Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli
1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik
agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh
kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di
Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis.

Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk mendirikan sekolah
taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti kemerdekaan. Konsepsi Taman Siswa
pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara dalam solusi menyikapi kegelisahan-kegelisahan
rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam
asas dan dasar yang diterapkan Taman Siswa. Orientasi Asas Dan Dasar Pendidikan Dari
Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas perjuangan yang diperlukan pada waktu itu
menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya. Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan
adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila
diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik
murid-murid supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian
tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak
mengatur diri sendiri berdiri (Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan damai (orde
en vrede) dan bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groei).
Ketiga hal ini merupakan dasar alat pendidikan bagi anak-anak yang disebut †œamong
metode†• (sistem-among) yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru sebagai
pemimpin yang berdiri di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberi kesempatan anak
didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan †œTut Wuri
Handayani†•. Menyinggung masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik
kecenderungan dari bangsa kita untuk menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan ke
barat-baratan telah menimbulkan kekacauan. Menurut Kihajar Dewantara Sistem pengajaran
yang terlampau memikirkan kecerdasan pikiran yang melanggar dasar-dasar kodrati yag
terdapat dalam kebudayaan sendiri. Sementara hal yang menyangkut tentang
dasar kerakyatan untuk memepertinggi pengajaran yang dianggap perlu dengan
memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok asas untuk percaya kepada kekuatan sendiri.
Dalam dunia pendidikan mengharuskan adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru- guru untuk
mendekati anak didiknya. Sesungguhnya semua hal tersebut merupakan pengalaman dan
pengetahuan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan barat yang mengusahakan kebahagian
diri, bangsa dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai