Anda di halaman 1dari 6

Rangkuman Mata Kuliah Teori Akuntansi

“Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure”

DisusunOleh:

Kelompok 4

Navis Al Rizky (A031191019)

Tatang Supryatno (A031191065)

Universitas Hasanuddin Makassar

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Departemen Akuntansi

Tahun 2021
Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4

A. Contract Theory
Teori kontak adalah sebuah teori yang menjelaskan tentang hubungan antara
pemasok dengan konsumen sebagai factor-faktor produksi. Sebagai contoh,
ketika kita membeli semangkok bakso di sebuah warung. Warung tersebut
akan secara langsung maupun tidak langsung memiliki kontak dengan
pemasok dalam menyediakan bahan baku produksi bakso tersebut. Atau
dengan kata lain, secara tidak langsung kita akan tehubung kontrak dengan
para pemasok tersebut yang sebagai output dari bahan yang dipasok adalah
semangkuk bakso.
Perusahaan perlu menyediakan laporan keuangan karena adanya kontrak
tersebut (siapa pembeli dan penjual). Laporan keuangan tersebut akan
menunjukkan bahwa perusahaan dapat menyelesaikan pembayaran atas
pembelian bahan baku. Selain itu, dapat meyakinkan bagi karyawan bahwa
perusahaan dapat dijadikan sebagai tempat bergantung mencari kehidupan.
Kontrak perusahaan dapat dilakukan dengan investor, kreditor, konsumen,
maupun perusahaan.
B. Agency Theory
Hubungan agency dapat dikatakan terjadi apabila telah terjadi ikatan kontrak
antara satu orang atau lebih. Misalnya seorang principal dengan seorang
agen. Yang mana dalam pengambilan keputusan ini, principal memberikan
kekuasaan kepada si agen tersebut. Baik agen maupun principal memiliki
kepentingan untuk dirinya sendiri, yakni untuk memaksimalkan subyek yang
ada dan untuk kepentingan bersama. Alasan terjadinya divergensi antara
kepentingan diri sendiri dengan prilaku kooperatif adalah :
1. Seleksi yang merugikan. Yakni kesalahan informasi yang terjadi ketika
agen menggunakan informasi khusus yang didalamnya tidak dapat
diverifikasi oleh principal bahwa keputusan yang diambil oleh agen
merupakan keputusan yang tepat yang sesuai dengan keinginan principal.
2. Masalah resiko moral, yakni ketika kontrak kesepakatan dalam pergantian
tidak dilakukan secara sempurna sehingga menimbulkan masalah
motivasional dan konflik.

Masalah keagenan disini muncul ketika seorang agen bersikap seolah-olah


sedang memaksimalkan prinsip kesejahteraan padahal tidak demikian.

Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4


Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4

Sebagai contoh dimana agen adalah manajer perusahaan. Manajer konsisten


dengan meningkatkan biaya melalui penggunaan kendaraan perusahaan,
ukuran biaya suatu operasional, dan pemberian bonus yang cukup signifikan.
Disini masalah itu timbul karena akan menimbulkan biaya agen yang
kemudian akan menurunkan kesejahteraan principal (pemegang saham)
karena perbedaan kepentingan ini. Hal inilah yang mendorong Jensen dan
Meckeling yang kemudian membagi biaya agensi menjadi 3, yaitu :

 Biaya pemantauan, yang mana untuk memantau perilaku agen.


 Biaya obligasi , yang mana semakin besar resiko meminjamkan
pemberi pinjaman maka semakin besar pula pemantauan terhdapa
perusahaan dalam berinvestasi dengan menyediakan utang (dalam hal
ini manajer bertindak sebagai agen pemberi pinjaman.
 Kerugian sisa, dalam kondisi tertentu harga akan dilindungi oleh
pemegang saham. Akibatnya agen menerima gaji yang kurang dari
yang seharusnya ia terima, sehingga insentif untuk obligasi dimiliki
pemegang saham dan agen menanggung biaya pemantauan perilaku.
C. Price Protection & Shareholder/Managers Agency Problem
Adanya asimetri informasi mengakibatkan timbulnya agency problem.
Asimetri informasi sendiri merupakan kondisi dimana pihak manajemen lebih
mengetahui kondisi perusahaan dibandingkan principal. Dengan demikian
akan menimbulkan biaya kepada para pemegang saham dalam setiap
Tindakan yang dilakukan oleh agen tersebut.
Menurut Scott (silalahi,2012), perusahaan memiliki banyak kontrak. Misalnya
kontrak perusahaan dengan manajer, atau antara perusahaan dengan
krediturnya. Antara agen dan principal, keduanya ingin memaksimumkan
utility masing-masing dengan informasi yang dimilikinya. Disatu sisi, agen
memiliki informasi lebih banyak dan disisi lain principal hanya sedikit. Kedua
hal inilah yang kemudian menimbulkan adanya asimetry information.
Lebih lanjut, Scott menjelaskan bahwa terdapat dua macam asimetri
informasi, yaitu :
1) Adverse selection, yaitu kenyataan bahwa manajer dan orang-orang
dalam perusahaan lebih banyak mengetahui informasi tentang
keadaan dan prospek perusahaan dibanding para pemegang saham

Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4


Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4

(pihak luar). Selain itu, terdapat pula beberapa fakta yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan yang diambil oleh para
pemegang saham namun informasi tersebut tidak disampaikan kepada
para pemegang saham.
2) Moral hazard, yaitukegiatan yang dilakukan manajer dalam
perusahaan tidak sepenuhnya diketahui oleh pemegang saham dan
pemberi pinjaman sehingga seorang manajer dapat melakukan
tindaka-tindakan yang tidak sesuai dengan kontrak dan mungkin
melanggaar etika yang tidak seharusnya dilakukan.
D. Shareholder-Debtholder Agency Problem
Dalam konteks ini manajer dan pemegang saham diasumsikan memiliki
kepentingan yang sama. Smith dan warner mengakui adanya masalah yang
timbul dari keagenan utang sehingga dapat menimbulkan empat metode
utama mentransfer kekayaan dari debtholders kepada shareholders, yaitu:
1) Pembayaran dividen berlebihan
2) Substitusi asset
3) Kurangnya investasi
4) Klaim pencairan

Shareholders dan debtholders sama-sama memberikan dana. Shareholders


memberi dana dalam bentuk modal. Debtholders membeli dana dalam bentuk
utang, sehingga utang tersebut perlu dikembalikan suatu saat nanti. Manajer
bertindak sebagai wakil shareholders . Debtholders memberi pinjaman
kepada shareholders . Hak debtholders harus dipenuhi terlebih dahulu bila
sudah terpenuhi baru hak shareholders. Jika yang dirugikan adalah
shareholders, pembayaran deviden diselesaikan setelah membayar
kewajiban kepada debtholders. Hak shareholders semakin berkurang bila
kinerja perusahaan semakin turun.

E. Expost Opportunism VS Ex Ante Efficient Contracting


Cara yang paling dekat dalam pendekatan oportunistik adalah pendekatan
kontrak yang efisien. Jika kontrak efisien, mereka menyelaraskan
kepentingan agen dan parsial sehingga tindakan yang dilakukan
menguntungkan keduanya, dan meningkatkan nilai perusahaan. Teori
agencymengakui bahwa agen akan mendapatkan sanksi dimasa depan jika

Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4


Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4

mentransfer kekayaan dari principal. Ex post opportunism terjadi ketika


setelah kontak disepakati, agen mengambil tindakan yang mentransfer dari
parsial untuk diri mereka sendiri. Ex ante efficient contracting terjadi ketika
agen mengambil tindakan memaksimalkan jumlah kekayaan yang tersedia
untuk mendistribusikan diantara para pelaku dan agen ex ante sebelum
kontrak selesai.
F. Signalling Theory
Manajer menyediakan informasi dalam bentuk laporan keuangan kepada
investor yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan. Seperti halnya
dalam efficient contracting, manajer memberikan informasi dalam bentuk
laporan keuangan karena mereka memiliki keunggulan komparatif dan
mengontrol dalam pelaksanaan kegiatan usaha perusahaan.
Informasi hypothesis sejalan dengan signaling theory, dimana manajer
menggunakan akun sebagai sinyal ekspektasi dan intens mengenai masa
depan perusahaan. Konsekuensi logika dari signaling theory adalah terdapat
insentif untuk semua manajer dalam mengekspektasikan keuntungan di masa
depan karena jika investor memercapai sinyal tersebut, maka harga saham
akan naik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan.
G. Conservatism, Accounting Standards And Agency Costs
Untuk meminimalkan biaya keagenan diperlukan tata kelola yang efisien
dengan cara yaitu pasar modal yang berfungsi dengan baik dengan
pemegang saham dan demokrasi perusahaan. Pendekatan lain juga
dilakukan dengan model pengendalian agen dimana membatasi kuasa dari
pemegang saham dan pemegang utang, hal ini muncul karena manajer
mempunyai masa jabatan dan kewajiban yang terbatas dan hal ini dapat
memberi mereka bias untuk memperkenalkan gangguan menjadi nilai
estimasi.
IASB dalam Godfrey (2010) berargumen bahwa bias yang terdapat dalam
paham konservatif di akuntansi tidak mengungkap gambaran keuangan yang
sebenarnya dan mengurangi informasi kepada investor. Mereka
merekomendasikan adanya pengakuan keuntungan yang tepat waktu seperti
halnya pada kerugian. Pelaksanaan pelaporan eksternal menyediakan
eksternalitas tata kelola perusahaan dengan : Ex ante : mengecilkan investasi
piala (investasi piala adalah saat manajemen berinvestasi dalam suatu proyek
Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4
Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4

yang dapat memperpanjang kontrol manajemen atau menambah pamor) Ex


post : mengecilkan investasi arus kas negatif.
Basu dalam Godfrey (2010) berargumen bahwa permintaan untuk permintaan
konservatisme yang kondisional telah meningkat selama bertahun-tahun
sebagai akibat dari gugatan yang lebih tinggi dan permintaan untuk kontrak
berbasis kompensasi.

Daftar Pustaka

Godfrey, I., Hodgson, A., Tarca, A., Hamilton, J., & Holmes, S. (2010). Accounting
Theory 7TH Edition. Australia: John Wiley & sons.

Ch 11 : Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure Kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai