Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESESUAIAN TUGAS DAN TEKNOLOGI


SISTEM INFORMASI KEPERILAKUAN

Oleh :

NOVIOLA DWIHANI HERNANDA A031171034

MUH. MUSYIRUL ALHAKKI A031171326

HUSNUL AWALIA SUWARDI A031171339

MUH. ADNANDA SUWARSYAH F. A031171505

DIAH MEGA SATRIYA PRATIWI A031171536

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami
diberi kesehatan walafiat, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang menhadi tugas mata
kuliah Sistem Informasi Keperilakuan.
Makalah yang berjudul Kesesuaian Tugas dan Teknologi merupakan aplikasi dari kami
selain untuk memenuhi tugas mata kukiah tersebut juga untuk memberikan pengetahuan tentang
Kesesuaian Tugas dan Teknologi.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak, baik itu dari dosen
kami ataupun pihak-pihak lainnya yang turut serta membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasihkarrna mereka semualah kami mempunyai motivasi dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun menjadi
referensi kita dalam mengenal dan mempelajari Kesesuaian Tugas dan Teknologi. Dalam
makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik
guna memperbaiki sangat kami nantikan. Semoga makalah ini dapat menambah lebih banyak
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Makassar, 25 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penerapan teknologi informasi di dalam organisasi tidak hanya sekedar menginstalasi
teknologi tersebut untuk digunakan melakukan suatu pekerjaan. Untuk penerapan teknologi
informasi berhasil, maka teknologi tersebut harus sesuai dengan tugas yang dibantunya. Kondisi
ini disebut dengan kesesuaian tugas-teknologi. Kesesuaian tugas-teknologi (task-technology fit)
merupakan suatu konstruk yang belum dibicarakan atau secara implisit supaya saja di penelitian-
penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, pembahasan mengenai hal ini menarik dan penting.
Kesesuaian tugas-teknologi (task-technology fit) juga disarankan di teori perilaku
interpersonal (theory of interpersonal behavior). Kesesuaian tugas-teknologi (task-technology
fit) melibatkan dua komponen yang berinteraksi, yaitu tugas-tugas yang harus dilakukan dan
teknologi-teknologi yang digunakan untuk membantu melaksanakan tugasnya Bab ini akan
membahas tentang tugas-tugas apa saja yang terlibat dalam kaitannya dengan sistem teknologi
informasi, arti kesesuaian itu sendiri, dan teknologi-teknologi yang umunya digunakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Model Kesesuaian Tugas-Teknologi?
2. Apa yang dimaksud dengan tugas dan bagaimana klasifikasi serta lingkungan unik tugas?
3. Apa yang dimaksud dengan kesesuain dan bagaimana pengklasifikasiannya?
4. Apa yang dimaksud dengan teknologi GGS dan bagaimana strukturnya?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan Model Kesesuaian Tugas-Teknologi
2. Menjelaskan tugas dan klasifikasi serta lingkungan-lingkungan unik tugas
3. Menjelaskan kesesuaian serta pengklasifikasiannya
4. Menjelaskan Teknologi GGS serta struktur-struktur GGS
BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL KESESUAIAN TUGAS-TEKNOLOGI


Kesesuaian tugas-teknologi (task-technology fit) secara umum dapat didefinisikan seberapa
besar suatu teknologi membantu seorang individual dalam melakukan kumpulan dari tugas-
tugasnya. Kesesuaian tugas-teknologi (task- technology fit) lebih rinci dapat didefinisikan
sebagai suatu profil ideal yang dibentuk dari suatu kumpulan ketergantungan-ketergantungan
tugas yang konsisten secara internal dengan elemen-elemen teknologi digunakan yang akan
berakibat pada kinerja pelaksana tugas. Profil ideal dapat dioperasionalkan sebagai keselarasan
yang menerus dari tugas dan teknologi.
Venkatraman and Prescott (1990) mengusulkan tiga langkah dalam melakukan pengujian
kesesuaian tugas dan teknologi sebagai berikut ini.
1. Mengidentifikasikan lingkungan-lingkungan tugas yang berbeda.
2. Menentukan dukungan teknologikal yang ideal untuk masing-masing lingkungan tugas.
3. Menguji efek kinerja dari keselarasan tugas-teknologi.

B. TUGAS
Suatu tugas (task) didefinisikan secara luas sebagai dilakukan BueA tindakan-tindakan oleh
individual- individual untuk merubah masukan-masukan menjadi keluaran-keluaran. Suatu tugas
yang berhubungan dengan perilaku dapat didefinisikan oleh Zigurs et al. (1998) sebagai
kebutuhan-kebutuhan perilaku untuk menyelesaikan suatu tujuan-tujuan yang sudah ditentukan,
lewat beberapa proses, menggunakan informasi yang diberikan (the behavior requirements for
accomplishing stated goals, via some process, using given information).
Banyak ahli di perilaku grup percaya bahwa sifat dari tugas (task) mempunyai peran yang
penting di proses dan kinerja interaksi grup (Poole et al, 1985; Shaw 1981). Di literatur group
support systems (GSS), penelitian-penelitian awal, misalnya DeSanctis dan Gallupe (1987) dan
Huber (1984) menekankan pada pentingnya tugas (task). Penelitian- penelitian selanjutnya sudah
memasukan tugas (task) sebagai suatu variabel yang penting (misalnya Benbasat dan Lim 1993;
Nunamaker et al, 1991).

 Klasifikasi Tugas
Hackman (1969) mengklasifikasikan tugas kedalam empat konsepsualisasi yaitu sebagai
berikut ini.
1. Tugas sebagai penjelas perilaku (task as behavior description).
2. Tugas sebagai tuntutan-tuntutan kemampuan (task as ability requirements).
3. Tugas sebagai tugas (Task qua task).
4. Tugas sebagai kebutuhan-kebutuhan perilaku (task as behavior requirements).
Tugas-tugas yang masuk kategori pertama dan kedua kurang berguna untuk digunakan di
penelitian tentang tugas-tugas grup. Kategori yang pertama, yaitu tugas sebagai suatu penjelas
perilaku (task as behavior description) kurang berguna karena tugas sebagai variabel independen
didefinisikan dalam bentuk dependen variabel (yaitu kinerja grup) bukannya dalam bentuk
properti- properti dari variabel independen itu sendiri. Kategori yang kedua, yaitu tugas sebagai
tuntutan-tuntutan kemampuan (task as ability requirements) juga gagal mendefinisikan suatu
tugas dalam bentuk properti-propertinya, tetapi secara atif lebih ke aspek-aspek kemampuan dari
pelakunya. Kedua kategori yang lainnya dalam mendefinisikan suatu tugas perlu dikaji lebih
lanjut.
Tugas sebagai tugas (the task qua task) memfokuskan pada material-material sesungguhnya
dari suatu tugas yang dipresentasikan ke grup. Di literatur tugas sebagai tugas, beberapa
penelitian memfokuskan pada kerumitan (complexity) sebagai karakteristik dari suatu tugas.
Campbell (1988) mendefinisikan kerumitan dalam bentuk jalur-jalur solusi dan
hubungannya dengan hasil- hasil akhir. Definisi ini memungkinkan untuk melihat kerumitan
ditentukan sebagai sesuatu yang independen dari orang yang melakukan tugasnya.
Kerumitan tugas (task complexity), menurut Wood (1986), mempunyai tiga komponen
sebagai berikut ini.
1. Kerumitan koordinatif (coordinative complexity) adalah jumlah dari urutan-urutan tidak
linear antara komponen-komponen dan produk-produk tugas.
2. Kerumitan komponen (component complexity) adalah jumlah dari kegiatan-kegiatan
berbeda dan jumlah dari isyarat- isyarat informasi berbeda yang terlibat di suatu tugas.
3. Kerumitan dinamik (dynamic complexity) adalah kestabilan hubungan-hubungan antara
masukan-masukan dan produk.

 Lingkungan-Lingkungan Unik Tugas


Definisi tugas yang diberikan sebelumnya berfokus pada kerumitan tugas (task complexity).
Kerumitan merupakan salah satu karakteristik dari tugas yang banyak diteliti. Kerumitan tugas
juga merupakan bagian analisis yang penting di literatur sistem teknologi informasi (Dennis dan
Gallupe, 1993; Dennis et al., 1990; Gray et al., 19900; Pinsonneault dan Kraemer 1989).
Kerumitan juga berhubungan baik dengan proses dan hasil dari kinerja tugas. Dengan demikian,
kerumitan mempunyai peran yang nenting dalam membedakan lingkungan-lingkungan tugas
yang berbeda.
Tingkat kerumitan tugas telah didefinisikan lewat empat dimensi yang masing-masing
penting digunakan untuk mendefinisikan lingkungan-lingkungan tugas yang unik (Campbell,
1988).
1. Dimensi pertama adalah kejamakan hasil (outcome multiplicity)
2. Dimensi kedua adalah kejamakan skema solusi (solution scheme multiplicity)
3. Dimensi ketiga adalah ketergantungan pertentangan (conflicting interdependence).
4. Dimensi keempat adalah skema solusi/ketidakpastian hasil (solution scheme/outcome
uncertainty).

C. KESESUAIAN
Walaupun kesesuaian (fit) telah banyak dilakukan dan digunakan di penelitian-penelitian
yang menggunakan teori kontingensi, tetapi arti yang tepat dari fit masih belum jelas. Menurut
Drazin and Van de Ven (1985), tiga definisi yang berbeda dari fit di teori kontingensi telah
diidenti- fikasikan, yaitu:
1. kesesuaian sebagai kongruen (fit as
congruence),
2. kesesuaian sebagai interaksi (fit as
interaction), dan
3. kesesuaian sebagai konsistensi internal (fit
as internal consistency)
Menurut Venkatraman (1989), ketiga macam kesesuaian dikembangkan menjadi enam
perspektif unik dari kesesuaian di literatur strategi, yaitu:
1. kesesuaian sebagai kecocokan (fit as matching),
2. kesesuaian sebagai kovariasi (fit as covariation),
3. kesesuaian sebagai gestalts (fit as gestalts),
4. kesesuaian sebagai moderasi (fit as moderation),
5. kesesuaian sebagai mediasi (fit as mediation), dan
6. kesesuaian sebagai deviasi profil (fit as profile deviation).

 Tugas-Tugas Sederhana
Tugas-tugas sederhana (simple tasks) mempunyai sebuah hasil yang diinginkan, sebuah
skema solusi, dan tidak mempunyai interdependensi konflik atau tidak mem punyai
ketidakpastian solusi skema/hasil.
Dalam kontek GSS, Zigurs et al. (1998) menjelaskan untuk tugas-tugas sederhana, GSS
harusnya menyediakan dukungan komunikasi sehingga anggota-anggota grup dapat
mengkomunikasikan ide-ide mereka tentang solusi permasalahan satu dengan yang lainnya.
Terlalu banyak struktur atau fokus pada pengolahan informasi akan meng- ganggu kebutuhan
komunikasi yang sederhana dan merusak kinerja grup. Oleh karena itu, fokus dari tugas- tugas
sederhana adalah pada dimensi dukungan informasi.

 Tugas-Tugas Permasalahan
Untuk tugas-tugas permasalahan (problem tasks), fokus utamanya adalah untuk menemukan
skema solusi terbaik dari skema-skema. Keberadaan dari skema-skema solusi yang banyak
meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pengolahan informasi untuk tugas yang dilakukan.

 Tugas-Tugas Keputusan
Fokus dari tugas-tugas keputusan adalah pada pembentukan suatu solusi yang memenuhi
beberapa hasil. Masing-masing hasil yang diinginkan melibatkan suatu arus. pengolahan
informasi yang terpisah yang menunjukkan baik muatan informasi tinggi dan diversiti informasi
yang tinggi. Tipe tugas ini membutuhkan dukungan pengolahan informasi yang tinggi untuk
mendukung evaluasi informasi. Proses penstrukturan juga sangat penting untuk meyakin- kan
bahwa grup melakukan semua tahapan identifikasi kriteria dan evaluasi terhadap alternatif-
alternatif. Dukungan komunikasi seharusnya rendah untuk meng- hindari muatan komunikasi.
Dengan demikian fokus dari tugas-tugas keputusan adalah pada dua dimensi yaitu pengolahan
informasi dan proses penstrukturan.
 Tugas-Tugas Pertimbangan
Tugas-tugas pertimbangan (judgment tasks) menekankan pada mengatasi konflik dan
ketidakpastian informasi dalam menyelesaikan tugas tersebut. Dengan demikian pengolahan
informasi sangat penting dan dukungan informasi juga penting. Ketika konflik dan
ketidakpastian memuncak, komunikasi yang banyak diperlukan. Dimensi proses penstrukturan
untuk tipe tugas ini seharusnya rendah untuk menghindari penekanan belebihan pada pembuatan
dan pelaksanaan agenda yang dapat cenderung membatasi pertukaran informasi yang penting.
Oleh karena itu, fokus dari tugas-tugas pertimbangan seharusnya pada dimensi-dimensi
dukungan informasi dan pengolahan informasi.

 Tugas-Tugas Fusi
Muatan informasi, diversiti informasi, konflik, dan ketidakpastian adalah bagian dari tugas-
tugas fusi (fuzzy tasks). Jika kompleksitas tinggi, maka peningkatan dari pengolahan informasi
menjadi penting. Penekanan utama pada tugas-tugas ini adalah pada komunikasi antara anggota-
anggota grup dan mengumpulkan informasi permasalahan. Proses penstrukturan juga hal yang
penting untuk membantu grup-grup menstrukturkan proses sehingga mereka dapat
menyelesaikan tugas mereka. Struktur yang dibuat harus luwes dan mudah diadaptasikan ke
kebutuhan-kebutuhan grup. Oleh karena fokus dari tugas-tugas fusi seharusnya pada dukungan
komunikasi, pengolahan informasi, dan pada tingkat menengah dari proses penstrukturan.

D. TEKNOLOGI GSS
Sistem-sistem pendukung grup (group support systems) atau GSS didefinisikan sebagai
sistem-sistem yang mengkombinasikan komunikasi, komputer, dan teknologi keptusan untuk
mendukung formulasi dan solusi permasalahan di pertemuan grup (DeSanctis and Gallupe 1987).
Sistem-sistem pendukung grup (group support systems) atau GSS juga didefinisikan sebagai
kumpulan teknologi- keputusan teknologi bantuan komputer yang digunakan untuk membantu
grup-grup mengidentifikasikan dan menemukan permasalahan-permasalahan, kesempatan-
kesempatan, dan isu-isu (Huber et al. 1993).
Definisi di atas adalah definisi untuk sistemnya, yaitu sistem pendukung grup. Sistem ini
menggunakan teknologi. Suatu teknologi didefinisikan sebagai alat-alat yang diguna- kan oleh
individual-individual untuk membantu menjalan- kan tugas-tugas mereka. Dalam konteks
penelitian sistem informasi, teknologi dihubungkan dengan sistem-sistem komputer (perangkat
keras, perangkat lunak dan data) dan juga dukungan jasa-jasa kepada pemakai-pemakai
(pelatihan, jalur-jalur bantuan, dan lainnya) yang disediakan untuk membantu pemakai-pemakai
menyelesaikan tugasnya. Teknologi sistem-sistem pendukung keputusan didefinisikan sebagai
suatu kumpulan alat-alat komunikasi (communication tools), alat-alat penstrukturan (structuring
tools), dan alat-alat pemrosesan informasi (information processing tools) yang dirancang untuk
dapat berkerja bersama-sama mendukung penyelesaian tugas-tugas grup. etga komponen
teknologi ini oleh Zigurs dan Buckland (1998) disebut dengan struktur-struktur dari GSS.

E. STRUKTUR-STRUKTUR GSS
Banyak macam dari GSS yang tersedia. Dennis et al. (2001) mengelompokkan GSS kedalam
struktur-struktur sosial (social structures) yaitu kemampuannya untuk mendorong grup-grup
berinteraksi dengan cara yang tertentu.
Tiga macam kemampuan-kemampuan atau struktur-struktur sosial yang disediakan oleh GSS
menurut Zigurs dan Buckland (1998) adalah sebagai berikut :
1. Dukungan komunikasi (communication support)
2. Dukungan pengolahan informasi (information processing support)
3. Struktur proses (process structure)

 Dukungan Komunikasi
Dukungan komunikasi dapat didefinisikan sebagai aspek apapun dari teknnologi yang
mendukung, meningkatkan, atau mendefinisikan kemampuan dari anggota-anggota grup untuk
berkomunikasi satu dengan lainnya. Ini termasuk elemen-elemen seperti masukan, umpan balik,
dan suatu tampilan grup. Dimensi dukungan teknologi ini juga termasuk konfigurasi fisik dari
kanal-kanal komunikasi, karena konfigurasi ini mendefinisikan bagaimana anggota-anggota grup
dapat berkomunikasi.

 Dukungan Pengolahan Informasi


Dukungan pengolahan informasi menurut (Zigurs dan Buckland, 1998) adalah cara-cara
untuk mengevaluasi, mengumpulkan, mengagregasi informmasi, mengorganisasikan, dan
menganalisis informasi. Dukungan pengolahan informasi dapat meningkatkan kinerja karena
dapat mengurangi kehilangan-kehilangan yang disebabkan karena menganalisis tugas yang tidak
lengkap atau dapat meningkatkan keuntungan karena terjadi sinergi, mendorong informasi lebih
banyak dibagikan, dan mempromosikan evaluasi lebih objektif.

 Struktur Proses
Struktur proses adalah segala aspek dari teknologi yang mendukung, meningkatkan, dan
mendefinisikan proses yang mana grup-grup berinteraksi, termasuk kemampuan-kemampuan
membentuk agenda, pelaksanaan agenda fasilitasi, dan menciptakan suatu catatan lengkap dari
interaksi grup. Struktur proses (process structure) ini dipercaya oleh Zigurs dan Buckland (1998)
dapat membantu memecahkan tugas grup dengan cara yang efisien dan efektif. Struktur proses
(process structure) berarti mengembangkan suatu agenda kinerja tugas untuk grup supaya dapat
melakukan tugasnya dengan menerapkan agendanya. Struktur proses (process structure)
dilakukan untuk meyakinkan grup mengikuti agenda yang telah dikembangkan (Zigurs dan
Buckland, 1998).
Untuk grup yang sudah mapan menggunakan GSS dalam waktu yang lama, struktur proses
(h) dapat muncul dari norma-norma grup atau rutin-rutin habit yang bertumbuh untuk membatasi
cara grup berpikir dan menggunakan GSS (DeSanctis dan Poole 1994). Untuk grup yang masih
baru atau jarang menggunakan GSS yang juga belum mempunyai norma-norma atau rutin-rutin
mapan dari penggunaan GSS, struktur proses dapat dilakukan lewat pelatihan-pelatihan yang
mendorong grup mengikuti agenda terencana dan menggunakan fasilitasi yang mem- bantu
anggota grup mengikuti agenda. Struktur proses (process structure) membuat grup akan
menggunakan GSS seperti yang dikehendaki oleh perancangnya (Wheeler dan Valacich 1996).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penerapan teknologi informasi di dalam organisasi tidak hanya sekedar menginstalasi
teknologi tersebut untuk digunakan melakukan suatu pekerjaan. Untuk penerapan
teknologi informasi berhasil, maka teknologi tersebut harus sesuai dengan tugas yang
dibantunya. Kondisi ini disebut dengan kesesuaian tugas-teknologi. Kesesuaian tugas-
teknologi (task-technology fit) merupakan suatu konstruk yang belum dibicarakan atau
secara implisit supaya saja di penelitian-penelitian sebelumnya. Oleh karena itu,
pembahasan mengenai hal ini menarik dan penting.
Kesesuaian tugas-teknologi (task- technology fit) lebih rinci dapat didefinisikan
sebagai suatu profil ideal yang dibentuk dari suatu kumpulan ketergantungan-
ketergantungan tugas yang konsisten secara internal dengan elemen-elemen teknologi
digunakan yang akan berakibat pada kinerja pelaksana tugas. Profil ideal dapat
dioperasionalkan sebagai keselarasan yang menerus dari tugas dan teknologi
DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto. 2016. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta : 2007.

Anda mungkin juga menyukai