Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
TEMATIK
Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Tematik
Dosen Pengajar : Nur Atikoh, M.Pd.

Disusun Oleh

(Kelompok 3)
Adilla Zahrotunisa (2008107031)

Syifa Maghfira Salsabila (2008107044)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH/3/B


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-
Nya, Maka pada hari ini makalah yang berjudul "Karakteristik Pembelajaran Tematik"dapat
diselesaikan.

Makalah ini berisikan tentang Karakteristik Pembeajaran Tematik, semoga makalah


ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dri awal sampai akhir. Semoga Allah Swt senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.

Majalengka, 20 September 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………...................................................... 2

DAFTAR ISI …………………………............................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN…………………...................................................... 4
A. LATAR BELAKANG …..…………..................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH …………...................................................... 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN………….................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN……………………................................................... 6
A. KARKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK .............................. 6
B. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN
TEMATIK ............................................................................................. 7
C. PRINSIP DASAR PEMBELAJARN TEMATIK ................................. 10
D. IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK ....................................... 11
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
TEMATIK .............................................................................................. 12
F. MANFAAT PEMBELAJARAN TEMATIK.......................................... 13
G. AKTIVITAS SISWA DALAM KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
TEMATIK ............................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ………………................................................................... 19


KESIMPULAN ………..................................................................................... 19
SARAN ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA………..…...................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ,
EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu
memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Saat ini,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I –III untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang
terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka
mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta
didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Dengan demikian
dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan,
maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yaitu kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai
jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Pada saat ini banyak sekolah yang belum melaksanakan pembelajaran tematik,
padahal oleh pemerintah telah dianjurkan.Guru-guru dikelas rendah banyak mengalami
kendala untuk melakukan pembelajaran tematik, karena kurangnya wawasan dan pemahaman
pentang pe`mebelajaran tematik.Oleh karena itu dengan adanya makalah ini, penulis berharap
para pembaca atau para calon guru yang membaca makalah ini dapat memahami tentang
pembelajaran tematik dan bisa mengebangkan dan menerapkan pembelajaran tematik ini di
lapangan (sekolah) untuk kelas rendah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik pembelajaran tematik?

4
2. Apa saja keunggulan dan kelemahan pembelajaran tematik?
3. Bagaimana prinsip dasar pembelajaran tematik?
4. Bagaimana Implikasi pembelajaran tematik?
5. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik?
6. Apa manfaat pembelajaran tematik?
7. Bagaimana aktifitas siswa dalam karakteristik pembelajaran tematik?

D. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan mkalah ini yaitu supaya pembaca atau calon-calon guru MI
mengetahui :
1. Karakteristik Pembelajaran Tematik
2. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
4. Implikasi Pembelajaran Tematik
5. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
6. Manfaat Pembelajaran Tematik
7. Aktifitas Siswa Dalam Karakteristik Pembelajaran Tematik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Dalam Model Pembelajaran Tematik di kelas awal yang diterbitkan Balitbang
Diknas, tahun 2006 dikemukakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di
sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut:
 Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untuk melakukan aktivitas belajar.
 Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk
memahami hal-hal yang lebih abstrak.
 Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
 Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa
mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan
untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
 Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran

6
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
 Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

B. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Tematik


Pembelajarn tematik mempunyai karakteristi berpusat pada siswa-siswi,
memberikan pengalaman langsung, pemisahan antar matapelajaran tidak begitu
jelas, menyajikan konsepdari berbagai matapelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa siswi, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan. Dari karakteristik tersebut, pembelajaran tematik mempunyai
keunggulan dan kelemahan.
Beberapa keunggulan dan kelemahan pembelajaran tematik bandingkan
pembelajaran konvensional menurut Saud, (2006) antara lain sebaagai berikut.
 Mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas. Sehingga guru
dituntut untuk memeiliki wawasan, pemahaman, dan kreatifitas tinggi
karena adanya tuntutan untuk memeahami keterkaitan antara satu pokok
bahasan (subtansi) dengan pokok bahasan lain dari berbagai mata
pelajaran. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik,dan
kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan
material maupun metodologik suatu pokok bahasan.
 Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi
pembelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai
dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan
siswa-siswi. Dalam kaitan ini, pembelajar4an terpadu memberikan peluang
terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema
atau pokok vbahasan yang disampaikan.
 Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disamping
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal tersebut terjadi

7
karena proses pemaduan sejumlah unsur tujuan, materi maupun langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki undur kesamaan atau keterkaitan.
 Mempermudah dan memotivasi siswa-siswi untuk, mengenal, menerima,
menyerap dan memahami ketekaitan atau hubungan anatr konsep,
pengetahuan,nilai, dan tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok
bahasan atau bidang studi. Dengan menggunakan model pembelajaran
terpadu, secara psikologis, siswa-siswi digiring berfikir luas dan mendalam
untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan kosep
pembelajaran tematik yang disajikan guru. Selanjutnya siswa-siswi akan
terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh dan menyeluruh, sistematik dan
analitik.

Pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan yaitu:

 Dari aspek guru, model ini menuntut tersediaya peran guru yang
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,
keterampilan metedologik yang handal, kepercayaan diri dan etos
akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan materi. Akibat akademiknya, guru dituntut untuk
menggali informasi/pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan, salah satu strateginya harus membaca literatur (buku) secara
mendalam. Tanpa adanya seperti diatas, model pembelajaran tematik
sulit diwujudkan.
 Dari aspek siswa-siswi, pembelajaran tematik termasuk memiliki
peluang untuk pengembangan kreatifitas akademik, yang menuntut
kemampuan belajar siswa-siswi yang relatif baik,baik dari aspek
intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut terjadi karena model
ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (menjiwai),
kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), dan kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi di
atas tidak termiliki maka sangat sulit pembelajaran model ini
diterapkan.
 Dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak
dan berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta

8
mempermidah mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang
diperlukan. Dengan demikian jika pembelajaran tematik ini hendak
dikembangkan, maka perpustkaan perlu dikembangkan pula secara
bersamaan, bila keadaan yang dituntut tersebut tidak dapat terpenuhi
maka agak sulit untuk menerapkan pembelajaran tematik ini.
 Dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis
kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya. Kurikulum harus
bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang beroriensi pada pencapaian
pemahaman sisw-siswi terhadap materi, kurikulum yang memberikan
kewenangan sepenuhnya pada guru untuk mengembangkannya baik
dalam materi, metode, maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan
pembelajarannya.
 Dilihat dari sistem penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik
tersebut membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran (objek,
indikator, dan prosedur) yang terpadu dalam arti sistem yang berusaha
menetapkan keberhasilan belajar siswa-siswi dilihat dari beberapa
mata pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain, hasil belajar siswa-
siswi merupakan kumpulan dan panduan penguasaan dari berbagai
materi yang digabungkan. Dalam kaitan ini guru disamping dituntut
mampu menyediakan teknik dan prosedur dalam pelaksanaan penilaian
dan pengukuran yang terpadu, juga dituntut melakukan koordinasi
dengan guru lain bila ternyata materi tersebut diajarkan dalam
beberapa matapelajaran oleh guru yang berbeda. Ketiadaan sistem
evaluasi dan pengukuran seperti itu, kemungkinan sekali penilaian
tidak bisa dilakukan secara absah dan terpercaya sesuai dengan
tuntutan tujuan yang ditetapkan.
 Dari segi suasana dan penekanan proses pembelajaran, pembelajaran
tematik berkecenderungan mengakibatkan “tenggelamnya”
pengutamaan salah satu atau lebih matapelajaran. Dengan kata lain,
ketika seorang guru mengajarkan sebuah tema/pokok bahasan, maka
guru tersebut berkecenderungan lebih mengutamakan,
menekankan,atau mengintensifkan subtansi gabungan tersebut sesuai
pmahaman, selera dan subjektifitas guru itu sendiri. Secara kurikuler,

9
akan terjadi pendominasian terhadap materi tertentu, serta sebaliknya
sekaligus terjadi proses pengabaian terhadap materi/matapelajaran lain
yang dipadukan.

C. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

1. Prinsip Penggalian Tema

 Tema hendaknya tidak terlalu lias, namun dengan mudah digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran
 Tema harus bermakna, maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi suswa-siswi untuk belajar selanjutnya
 Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak
 Tema harus mewadahi sebagian besar minat anak
 Tema hnedaknya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi din
dalam rentang waktu belajar
 Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat
(asas relevansi)
 Tema hendaknya sesuai dengan ketersediaan dengan sumber belajar

2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Tematik

 Guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses
pembelajaran
 Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok
 Guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan

3. Prinsip Evaluasi

 Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk mengevaluasi diri sendiri


(self evaluation) disamping bentuk evaluasi lain
 Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi erolehan belajar yang
telah dicapai berdasarkan keterkaitan keberhasilan pencapaian tujuan.

4. Prinsip Reaksi

10
 Guru harus bereaksi terhadap aksi siwa-siswi dalam semua peristiwa serta
tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh
dan bermakna
 Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini, dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai
sebagai dampak penggiring.

D. Implikasi Pembelajaran Tematik

Dalam implementasi pembelajaran tematik di SD/MI mempunyai

beberapa implikasi yang mencakup:

 Implikasi bagi guru


yaitu pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam
menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih
kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran
menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.
 Implikasi bagi siswa
yaitu siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan,
kelompok kecil, ataupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan
pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi
kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah.
 Implikasi terhadap sarana-prasarana, sumber belajar, dan media
1) Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik
secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana
dan prasarana belajar.
2) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik
yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan
pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di
lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

11
3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing
mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku
suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
 Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
1) Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan
ruang tersebut meliputi: Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema
yang sedang dilaksanakan.
2) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan
keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk
ditikar/karpet.
4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
 Implikasi terhadap pemilihan metode. Sesuai dengan karakteristik
pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu
disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode.
Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi,bercakap-
cakap.

E. Langkah-langkah Menyusun Pembelajaran Tematik

Implementasi pembelajaran tematik, dilakukan dengan langkah-langkah


sebagai berikut:

12
1. Mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran
2. Memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk
setiap kelas dan semester, misalnya tema: Diri sendiri, keluarga, lingkungan,
tempat umum, pengalaman, budi pekerti, kegemaran, tumbuhan, hiburan,
binatang, transportasi, kesehatan, K3; Makanan, pendidikan, pekerjaan, peristiwa,
parawisata, kejadian sehari-hari, negara, pertanian, komunikasi.
3. Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah
ini penyusun memperkirakan dab menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada
sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan tema apa. Langkah ini dapat
dilakukan untuk semua mata pelajaran.
4. Membuat pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dibuat dalam
bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan
anatara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
5. Menyusun silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik.

Catatan:

 Silabus disusun sesuai dengan format silabus mata pelajaran


 Dalam menyusun silabus, usahakan menciptakan berbagai kegiatan yang
sesuai dengan kompetensi dan tema. Kegiatan-kegiatan itu misalnya:
o Menagdakan kunjungan ke pertanian, pasar warung, pabrik
o Memanfaatkan cerita dari buku atau majalah anak-anak
 Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam
pembelajaran tematik dibuatkan silabus tesendiri.

F. Manfaat Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari dan menghubungkanya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Dengan

13
pelaksanaan pemebelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat
yaitu:

1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isis mata
pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi
bahkan ditambahkan
2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir
3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai
proses dan amteri yang tidak terpecah pecah
4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
- Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran.
- Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan
sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.
- Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
- Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek
kehidupan. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai sudut pandang.
- Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa
dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.

Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
- Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
- Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif.
- Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan
sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
- Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.

14
- Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresias dan pemahaman.

G. Aktifitas Siswa Dalam Karakteristik Pembelajaran Tematik

Berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif, suatu aktifitas mental untuk
memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain yang
memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Piaget (dalam Karli,2004) berpendapat bahwa pada
kognisinya, setiap orang memiliki pengaturan dari dalam (self-regulation) yang berkembang
sepanjang hidupnya seperti kematangan pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi. Piaget
mengungkapkan bahwa proses perolehan pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik
kognitif yang hanya dapat diatasi melalui self regulation sehingga pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya.

Penerapan pembelajaran terpadu dapat membantu mengembangkan kemampuan


berpikir siswa, dimana siswa dihadapkan pada konsep-konsep yang dapat ditinjau dari
berbagai bidang studi, dari berbagai sudut pandang. Disini siswa belajar untuk menganalisis
konsep tersebut dan kemudian menemukan pola hubungan diantara konsep tersebut.
Pembelajaran terpadu sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjejali
siswa dengan ingatan dan hapalan semata dan miskin dengan aktifitas dalam perolehan
pengetahuan tersebut. Menurut Wadsworth (dalam Suparno,2003,141) mengingat dan
menghafal tidak dianggap sebagai belajar yang sesungguhnya karena kegiatan tersebut tidak
memasukkan proses asimilasi dan pemahaman.

Piaget berpendapat, bahwa pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh murid dalam
berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu,
kegiatan murid dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting
dalam system piaget. Proses balajar harus membantu dan memungkinkan murid aktif
mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini, penekanan pembelajaran aktif terletak pada
kebutuhan dan kemampuan siswa atau student centre bukan teacher centre.

Menurut Piaget, seorang anak mempunyai cara berfikir yang berbeda secara kualitatif
dengan ornag dewasa dalam melihat dan mempelajari realitas. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran, guru seyogyanyalah memahami cara berfikir murid dalam memandang suatu
objek yang dipelajarinya. Guru hendaknya menyediakan bahan belajar yang sesuai dengan

15
taraf perkembangan kognitif anak agar dapat memudahkan mereka menuntaskan materi
pelajaran yang diberikan dan lebih berhasil dalam membentuk konstruksi pengetahuan dalam
fikiran anak tersebut.

Anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya dengan baik, jika ia diberi peluang untuk
dapat aktif berinteraksi dalam pembelajaran, baik dengan guru, media pengajaran, lingkungan
sosial, dan sebagainya. Dengan belajar secara aktif, anak dapat mengolah bahan belajar,
bertanya secara aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, sehingga mampu memecahkan
permasalahan, membuat kesimpulan dan bahkan merumuskan suatu rumusan menggunakan
kata-kata sendiri. Peran guru sebagai fasilitator, dan motivator sangat penting bagi
keberhasilan anak dalam mengkonstruksi pengetahuannya, dan guru bukanlah sebagai
pentransfer ilmu pengetahuan semata.

Pembelajaran tematik membuka peluang yang sangat besar untuk penciptaan situasi
belajar tersebut, dimana guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator sementara siswa
aktif membangun pengetahuannya berdasarkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Pembelajaran tematik memberi kesempatan pada siswa dalam rangka menemukan
dan membangun pengetahuannya, dengan memberikan keleluasaan pada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya, pemikirannya, dan rasa keingintahuannya akan objek belajar
yang dipelajarinya, baik secara lisan dan tulisan. Disini peranan guru sebagai jembatan antara
anak dengan pengetahuan untuk meminimalkan terjadinya miskonsepsi anak terhadap suatu
konsep atau materi pelajaran.

Piaget mengemukakan bahwa ada dua hal yang dapat menjadi motivasi intrinsik
dalam diri seseorang, yaitu : adanya proses asimilasi dan adanya situasi konflik yang
merangsang seseorang melakukan akomodasi. Tindakan asimilasi ini akan menghubungkan
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang dengan hal baru yang sedang dipelajari atau
ditemukannya. Agar proses adaptasi dan asimilasi ini berjalan baik, diperlukan kegiatan
pengulangan dalam suatu latihan atau praktik. Pengetahuan baru yang telah dikonstruksikan
perlu dilatih dengan pengulangan agar semakin bermakna bagi dirinya.

Dalam pembelajaran tematik memiliki karakteristik sangat fleksibel dalam


penerapannya memberikan peluang bagi siswa untuk dapat melakukan proses pengulangan
dalam praktek atau latihan, mengingat pembahasan mengenai suatu tema tertentu memakan
waktu yang cukup lama, berkisar 1-3 minggu tergantung pada jumlah kompetensi dan materi
yang dikaitkan dalam tema tersebut.

16
Sementara itu, keadaan konflik kognitif, menurut Piaget, diperlukan untuk
merangsang seseorang mengadakan akomodasi atau perubahan pengetahuan. Dalam
menyusun pembelajaran tematik, guru dalam hal ini memerlukan penguasaan terhadap tanda-
tanda konflik dan tahu bagaimana menciptakan konflik agar murid tertantang secara kognitif
untuk mengubah dan mengembangkan pengetahuannya.

Piaget juga mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak juga tergantung pada
interaksi unsur-unsur lain, seperti kematangan diri dan transmisi sosial. Oleh karena itu dalam
lingkungan sekolah, perlu diperhatikan tingkat kematangan murid untuk menangkap
pelajaran dan bagaimana mereka berinteraksi dalam lingkungan sosial mereka, seperti
pertemanan. Hal ini dapat dilakukan dalam pembelajaran tematik, dimana kegiatan
pembelajaran bagi siswa melibatkan aktifitas siswa secara bervariasi tergantung tujuan dan
kebutuhan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak hanya bersifat DDHC (duduk, dengar,
hapal dan catat) saja, melainkan dilakukan secara berkelompok baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Guru dapat pula mendatangkan nara sumber lain yang merupakan ahli di
bidangnya untuk memperkuat konsep yang dimiliki oleh siswa yang sesuai dengan tema yang
dibahas pada saat itu. Hal ini tentu dapat mengembangkan aktifitas minds-on siswa.

Minds-on atau keterampilan berpikir termasuk ke dalam ranah kognitif. Istilah


kognitif itu sendiri berasal dari bahasa latin “cognoscre” yang berarti mengetahui (to know).
Istilah kognitif ini erat kaitannya dengan konsep intelektual atau intelegensia. Claparede dan
Stern mendefinisikan intelegensia sebagai suatu adaptasi mental pada lingkungan baru
(Depdiknas. 2007). Intelegensia adalah potensi biopsikologis yang ditentukan oleh faktor
genetik dan sifat-sifat psikologinya, mulai dari kekuatan kognitifnya sampai dengan
kecenderungan kepribadiannya.

Untuk dapat menyusun sebuah pembelajaran tematik yang menitikberatkan pada


aktifitas minds-on maka seorang guru hendaklah memahami klasifikasi keterampilan berpikir
apa yang hendak dikembangkan pada diri siswa seperti yang diungkapkan oleh Presseisen,
dan taksonomi belajar yang dikemukakan oleh Benjamin S.Bloom pada tahun 1956.
Kemampuan berpikir seseorang dapat berupa keterampilan yang dapat diamati maupun yang
tidak dapat diamati, antara lain pemahaman informasi, pengelolaan gagasan, penilaian
terhadap informasi atau perilaku. Kemampuan berpikir menurut Taksonomi Bloom diatur ke
dalam enam tingkatan, yaitu dari yang terendah (knowledge) hingga yang tertinggi

17
(evaluation). Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual.

 Evaluasi (Evaluation)
 Sintesis (Synthesis)
 Analisis (Analysis)
 Aplikasi (Application)
 Pemahaman (Comprehension)
 Pengetahuan (Knowledge)

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan.
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
 Berpusat pada siswa
 Memberikan pengalaman langsung
 Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
 Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
 Bersifat fleksibel
 Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
 Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

Manfaat pembelajaran tematik pembelajaran tematik lebih menekankan pada


keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman
langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada
kebutuhan dan perkembangan anak.

B. Saran

19
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Kuliah, M., & Lawson, F. (1988). Rencana Pelaksanaan Perkuliahan ( Rpp ). 11–17.
Laila, Q. N., Tinggi, S., Tarbiyah, I., Al, N., & Mojokerto, H. (2016). Pembelajaran Tematik
Terpadu Pada Jenjang Sd/Mi. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3(2).
Muklis, M. (2012). Pembelajaran Tematik PEMBELAJARAN TEMATIK Mohamad Muklis
STAIN Samarinda. Fenomena, IV(20), 63–76.
‫ ح‬.‫ و‬.‫ س‬.‫ ع‬.‫ ن‬.‫ س‬,‫بارانی‬. (n.d.). No Title ‫بررسی فلور و پراکنش جغرافیایی گیاهان در ارتباط با اقلیم در مراتع‬
148 .‫(منطقه ایرانشهر استان‬April 2011), 148–16

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) da Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru
Tianto.2012. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik.Jakarta : Prestasi Pustakarya

http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/07/model-tematik-kelas-awal.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai