KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
TEMATIK
Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Tematik
Dosen Pengajar : Nur Atikoh, M.Pd.
Disusun Oleh
(Kelompok 3)
Adilla Zahrotunisa (2008107031)
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-
Nya, Maka pada hari ini makalah yang berjudul "Karakteristik Pembelajaran Tematik"dapat
diselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dri awal sampai akhir. Semoga Allah Swt senantiasa meridhai
segala usaha kita. Aamiin.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………...................................................... 4
A. LATAR BELAKANG …..…………..................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH …………...................................................... 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN………….................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN……………………................................................... 6
A. KARKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK .............................. 6
B. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN
TEMATIK ............................................................................................. 7
C. PRINSIP DASAR PEMBELAJARN TEMATIK ................................. 10
D. IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK ....................................... 11
E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
TEMATIK .............................................................................................. 12
F. MANFAAT PEMBELAJARAN TEMATIK.......................................... 13
G. AKTIVITAS SISWA DALAM KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
TEMATIK ............................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ,
EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu
memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung
kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung. Saat ini,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I –III untuk setiap mata pelajaran dilakukan
secara terpisah. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala
sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran
secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan
membuat kesulitan bagi peserta didik. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang
terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka
mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta
didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Dengan demikian
dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan,
maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yaitu kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai
jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Pada saat ini banyak sekolah yang belum melaksanakan pembelajaran tematik,
padahal oleh pemerintah telah dianjurkan.Guru-guru dikelas rendah banyak mengalami
kendala untuk melakukan pembelajaran tematik, karena kurangnya wawasan dan pemahaman
pentang pe`mebelajaran tematik.Oleh karena itu dengan adanya makalah ini, penulis berharap
para pembaca atau para calon guru yang membaca makalah ini dapat memahami tentang
pembelajaran tematik dan bisa mengebangkan dan menerapkan pembelajaran tematik ini di
lapangan (sekolah) untuk kelas rendah.
B. Rumusan Masalah
4
2. Apa saja keunggulan dan kelemahan pembelajaran tematik?
3. Bagaimana prinsip dasar pembelajaran tematik?
4. Bagaimana Implikasi pembelajaran tematik?
5. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik?
6. Apa manfaat pembelajaran tematik?
7. Bagaimana aktifitas siswa dalam karakteristik pembelajaran tematik?
D. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penulisan mkalah ini yaitu supaya pembaca atau calon-calon guru MI
mengetahui :
1. Karakteristik Pembelajaran Tematik
2. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
3. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
4. Implikasi Pembelajaran Tematik
5. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
6. Manfaat Pembelajaran Tematik
7. Aktifitas Siswa Dalam Karakteristik Pembelajaran Tematik
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
7
karena proses pemaduan sejumlah unsur tujuan, materi maupun langkah
pembelajaran yang dipandang memiliki undur kesamaan atau keterkaitan.
Mempermudah dan memotivasi siswa-siswi untuk, mengenal, menerima,
menyerap dan memahami ketekaitan atau hubungan anatr konsep,
pengetahuan,nilai, dan tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok
bahasan atau bidang studi. Dengan menggunakan model pembelajaran
terpadu, secara psikologis, siswa-siswi digiring berfikir luas dan mendalam
untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan kosep
pembelajaran tematik yang disajikan guru. Selanjutnya siswa-siswi akan
terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh dan menyeluruh, sistematik dan
analitik.
Dari aspek guru, model ini menuntut tersediaya peran guru yang
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi,
keterampilan metedologik yang handal, kepercayaan diri dan etos
akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan materi. Akibat akademiknya, guru dituntut untuk
menggali informasi/pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan, salah satu strateginya harus membaca literatur (buku) secara
mendalam. Tanpa adanya seperti diatas, model pembelajaran tematik
sulit diwujudkan.
Dari aspek siswa-siswi, pembelajaran tematik termasuk memiliki
peluang untuk pengembangan kreatifitas akademik, yang menuntut
kemampuan belajar siswa-siswi yang relatif baik,baik dari aspek
intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut terjadi karena model
ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik (menjiwai),
kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), dan kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi di
atas tidak termiliki maka sangat sulit pembelajaran model ini
diterapkan.
Dari aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak
dan berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta
8
mempermidah mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang
diperlukan. Dengan demikian jika pembelajaran tematik ini hendak
dikembangkan, maka perpustkaan perlu dikembangkan pula secara
bersamaan, bila keadaan yang dituntut tersebut tidak dapat terpenuhi
maka agak sulit untuk menerapkan pembelajaran tematik ini.
Dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis
kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya. Kurikulum harus
bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang beroriensi pada pencapaian
pemahaman sisw-siswi terhadap materi, kurikulum yang memberikan
kewenangan sepenuhnya pada guru untuk mengembangkannya baik
dalam materi, metode, maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan
pembelajarannya.
Dilihat dari sistem penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik
tersebut membutuhkan sistem penilaian dan pengukuran (objek,
indikator, dan prosedur) yang terpadu dalam arti sistem yang berusaha
menetapkan keberhasilan belajar siswa-siswi dilihat dari beberapa
mata pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain, hasil belajar siswa-
siswi merupakan kumpulan dan panduan penguasaan dari berbagai
materi yang digabungkan. Dalam kaitan ini guru disamping dituntut
mampu menyediakan teknik dan prosedur dalam pelaksanaan penilaian
dan pengukuran yang terpadu, juga dituntut melakukan koordinasi
dengan guru lain bila ternyata materi tersebut diajarkan dalam
beberapa matapelajaran oleh guru yang berbeda. Ketiadaan sistem
evaluasi dan pengukuran seperti itu, kemungkinan sekali penilaian
tidak bisa dilakukan secara absah dan terpercaya sesuai dengan
tuntutan tujuan yang ditetapkan.
Dari segi suasana dan penekanan proses pembelajaran, pembelajaran
tematik berkecenderungan mengakibatkan “tenggelamnya”
pengutamaan salah satu atau lebih matapelajaran. Dengan kata lain,
ketika seorang guru mengajarkan sebuah tema/pokok bahasan, maka
guru tersebut berkecenderungan lebih mengutamakan,
menekankan,atau mengintensifkan subtansi gabungan tersebut sesuai
pmahaman, selera dan subjektifitas guru itu sendiri. Secara kurikuler,
9
akan terjadi pendominasian terhadap materi tertentu, serta sebaliknya
sekaligus terjadi proses pengabaian terhadap materi/matapelajaran lain
yang dipadukan.
Tema hendaknya tidak terlalu lias, namun dengan mudah digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran
Tema harus bermakna, maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi suswa-siswi untuk belajar selanjutnya
Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak
Tema harus mewadahi sebagian besar minat anak
Tema hnedaknya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi din
dalam rentang waktu belajar
Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat
(asas relevansi)
Tema hendaknya sesuai dengan ketersediaan dengan sumber belajar
Guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses
pembelajaran
Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok
Guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan
3. Prinsip Evaluasi
4. Prinsip Reaksi
10
Guru harus bereaksi terhadap aksi siwa-siswi dalam semua peristiwa serta
tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh
dan bermakna
Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini, dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai
sebagai dampak penggiring.
11
3) Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep yang abstrak.
4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing
mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku
suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.
Implikasi terhadap Pengaturan ruangan
1) Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan
pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan
ruang tersebut meliputi: Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema
yang sedang dilaksanakan.
2) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan
keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk
ditikar/karpet.
4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
6) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
Implikasi terhadap pemilihan metode. Sesuai dengan karakteristik
pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu
disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode.
Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi,bercakap-
cakap.
12
1. Mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap
mata pelajaran
2. Memilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk
setiap kelas dan semester, misalnya tema: Diri sendiri, keluarga, lingkungan,
tempat umum, pengalaman, budi pekerti, kegemaran, tumbuhan, hiburan,
binatang, transportasi, kesehatan, K3; Makanan, pendidikan, pekerjaan, peristiwa,
parawisata, kejadian sehari-hari, negara, pertanian, komunikasi.
3. Membuat “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”. Dalam langkah
ini penyusun memperkirakan dab menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada
sebuah mata pelajaran cocok dikembangkan dengan tema apa. Langkah ini dapat
dilakukan untuk semua mata pelajaran.
4. Membuat pemetaan pembelajaran tematik. Pemetaan ini dapat dibuat dalam
bentuk matriks atau jaringan topik. Dalam pemetaan ini akan terlihat kaitan
anatara tema dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
5. Menyusun silabus berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik.
Catatan:
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar
secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari dan menghubungkanya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Dengan
13
pelaksanaan pemebelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat
yaitu:
1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isis mata
pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi
bahkan ditambahkan
2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir
3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai
proses dan amteri yang tidak terpecah pecah
4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan
semakin baik dan meningkat.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
- Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran.
- Materi pelajaran tidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan
sepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.
- Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinyu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas.
- Guru dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek
kehidupan. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari
berbagai sudut pandang.
- Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa
dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
- Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
- Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif.
- Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkan dengan
minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untuk membuat keputusan
sendiri dan bertanggung jawab pada keberhasilan belajar.
- Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
14
- Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga
meningkatkan apresias dan pemahaman.
Berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif, suatu aktifitas mental untuk
memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain yang
memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Piaget (dalam Karli,2004) berpendapat bahwa pada
kognisinya, setiap orang memiliki pengaturan dari dalam (self-regulation) yang berkembang
sepanjang hidupnya seperti kematangan pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi. Piaget
mengungkapkan bahwa proses perolehan pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik
kognitif yang hanya dapat diatasi melalui self regulation sehingga pengetahuan akan
dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Piaget berpendapat, bahwa pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh murid dalam
berhadapan dengan lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu,
kegiatan murid dalam membentuk pengetahuannya sendiri menjadi hal yang sangat penting
dalam system piaget. Proses balajar harus membantu dan memungkinkan murid aktif
mengkonstruksi pengetahuannya. Dalam hal ini, penekanan pembelajaran aktif terletak pada
kebutuhan dan kemampuan siswa atau student centre bukan teacher centre.
Menurut Piaget, seorang anak mempunyai cara berfikir yang berbeda secara kualitatif
dengan ornag dewasa dalam melihat dan mempelajari realitas. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran, guru seyogyanyalah memahami cara berfikir murid dalam memandang suatu
objek yang dipelajarinya. Guru hendaknya menyediakan bahan belajar yang sesuai dengan
15
taraf perkembangan kognitif anak agar dapat memudahkan mereka menuntaskan materi
pelajaran yang diberikan dan lebih berhasil dalam membentuk konstruksi pengetahuan dalam
fikiran anak tersebut.
Anak dapat mengkonstruksi pengetahuannya dengan baik, jika ia diberi peluang untuk
dapat aktif berinteraksi dalam pembelajaran, baik dengan guru, media pengajaran, lingkungan
sosial, dan sebagainya. Dengan belajar secara aktif, anak dapat mengolah bahan belajar,
bertanya secara aktif, dan mencerna bahan dengan kritis, sehingga mampu memecahkan
permasalahan, membuat kesimpulan dan bahkan merumuskan suatu rumusan menggunakan
kata-kata sendiri. Peran guru sebagai fasilitator, dan motivator sangat penting bagi
keberhasilan anak dalam mengkonstruksi pengetahuannya, dan guru bukanlah sebagai
pentransfer ilmu pengetahuan semata.
Pembelajaran tematik membuka peluang yang sangat besar untuk penciptaan situasi
belajar tersebut, dimana guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator sementara siswa
aktif membangun pengetahuannya berdasarkan serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Pembelajaran tematik memberi kesempatan pada siswa dalam rangka menemukan
dan membangun pengetahuannya, dengan memberikan keleluasaan pada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya, pemikirannya, dan rasa keingintahuannya akan objek belajar
yang dipelajarinya, baik secara lisan dan tulisan. Disini peranan guru sebagai jembatan antara
anak dengan pengetahuan untuk meminimalkan terjadinya miskonsepsi anak terhadap suatu
konsep atau materi pelajaran.
Piaget mengemukakan bahwa ada dua hal yang dapat menjadi motivasi intrinsik
dalam diri seseorang, yaitu : adanya proses asimilasi dan adanya situasi konflik yang
merangsang seseorang melakukan akomodasi. Tindakan asimilasi ini akan menghubungkan
pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang dengan hal baru yang sedang dipelajari atau
ditemukannya. Agar proses adaptasi dan asimilasi ini berjalan baik, diperlukan kegiatan
pengulangan dalam suatu latihan atau praktik. Pengetahuan baru yang telah dikonstruksikan
perlu dilatih dengan pengulangan agar semakin bermakna bagi dirinya.
16
Sementara itu, keadaan konflik kognitif, menurut Piaget, diperlukan untuk
merangsang seseorang mengadakan akomodasi atau perubahan pengetahuan. Dalam
menyusun pembelajaran tematik, guru dalam hal ini memerlukan penguasaan terhadap tanda-
tanda konflik dan tahu bagaimana menciptakan konflik agar murid tertantang secara kognitif
untuk mengubah dan mengembangkan pengetahuannya.
Piaget juga mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak juga tergantung pada
interaksi unsur-unsur lain, seperti kematangan diri dan transmisi sosial. Oleh karena itu dalam
lingkungan sekolah, perlu diperhatikan tingkat kematangan murid untuk menangkap
pelajaran dan bagaimana mereka berinteraksi dalam lingkungan sosial mereka, seperti
pertemanan. Hal ini dapat dilakukan dalam pembelajaran tematik, dimana kegiatan
pembelajaran bagi siswa melibatkan aktifitas siswa secara bervariasi tergantung tujuan dan
kebutuhan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak hanya bersifat DDHC (duduk, dengar,
hapal dan catat) saja, melainkan dilakukan secara berkelompok baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Guru dapat pula mendatangkan nara sumber lain yang merupakan ahli di
bidangnya untuk memperkuat konsep yang dimiliki oleh siswa yang sesuai dengan tema yang
dibahas pada saat itu. Hal ini tentu dapat mengembangkan aktifitas minds-on siswa.
17
(evaluation). Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap
pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual.
Evaluasi (Evaluation)
Sintesis (Synthesis)
Analisis (Analysis)
Aplikasi (Application)
Pemahaman (Comprehension)
Pengetahuan (Knowledge)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan.
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
Berpusat pada siswa
Memberikan pengalaman langsung
Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Bersifat fleksibel
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget
yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada
kebutuhan dan perkembangan anak.
B. Saran
19
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Kuliah, M., & Lawson, F. (1988). Rencana Pelaksanaan Perkuliahan ( Rpp ). 11–17.
Laila, Q. N., Tinggi, S., Tarbiyah, I., Al, N., & Mojokerto, H. (2016). Pembelajaran Tematik
Terpadu Pada Jenjang Sd/Mi. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 3(2).
Muklis, M. (2012). Pembelajaran Tematik PEMBELAJARAN TEMATIK Mohamad Muklis
STAIN Samarinda. Fenomena, IV(20), 63–76.
ح. و. س. ع. ن. س,بارانی. (n.d.). No Title بررسی فلور و پراکنش جغرافیایی گیاهان در ارتباط با اقلیم در مراتع
148 .(منطقه ایرانشهر استانApril 2011), 148–16
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/07/model-tematik-kelas-awal.pdf
20