KELAS D
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya system informasi akuntansi. Keberhasilan suatu system
informasi akuntansi tak lepas dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang memberikan responsnya.
Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya
peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu
lainnya, seperti ilmu psikologi khususnya psikologi kognitif, antropologi, dan sosial, lahirlah akuntansi
keperilakuan. Penelitian terkait dengan akuntansi keperilakuan merupakan suatu penelitian yang cukup menarik
dilakukan oleh akademisi, mahasiswa maupun pratisi dengan beberapa topic yang beragam. Melihat hal ini
maka penulis tertarik untuk mengangkat makalah dengan judul "Topik-Topik Penelitian Akuntansi Keperilakuan".
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
PEMBAHASAN
Menurut Wijaya (2003) penelitian di bidang akuntansi keperilakuan sebenarnya sudah ada
lebih awal dibandingkan dengan penelitian di bidang pasar modal dengan menggunakan teori pasar
efisien. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership
Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan.2005).
Hal itu diawali dari penelitian Chris Argyris (1952), seorang teoretikus bisnis Amerika, dalam jurnalnya
"The Impact of Budgets on People" yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran.
Kemudian dilanjutkan lagi olch Argyris di tahun 1953 dalam jurnal Harvard Business Review dengan
judul "Human Problems with Budgets." Bahkan penelitian oleh Argyris ini mendahului Maslow,
McGregor, atau Likert yang dianggap sebagai pionir penelitian bidang keperilakuan dalam bisnis.
Walaupun riset awal berkaitan dengan akuntansi keperilakuan sudah ada sejak penelitian Argyris tahun
1952, namun istilah behavioral accounting research (BAR) atau riset akuntansi keperilakuan baru
diketahui pada tahun 1967 yang dikenalkan oleh S.W. Becker dalam artikelnya yang diterbitkan di
Journal of Accounting Research (JAR) yang berjudul "Discussion of the Effect of Frequency of
Feedback on Attitudes and Performance." Artikel S.W. Becker ini adalah review dari tulisan Cook
(1967).
Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuun. Bidang riset
keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) nesia yang
diselenggarakan setiap t olch IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (1A1) bekerja sama dengan
Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi
menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan:
akuntansi sektor publik dan perpajakan sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi
dan akuntansi syariah Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan
dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.
2.2 Riset didefinisikan sebagai studi temang perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan
Persamaan dan Perbedaan Riset Akuntansi Keperilakuan dengan Akuntansi Lain Hofstede
dan Kinerd menyatakan bahwa penelitian akuntansi keperilakuan dapat dipengaruhi oleh fungsi atau
laporan akuntansi. Becker mengatakan bahwa perbedaan penelitian akuntansi keperilakuan dengan
bidang lain adalah penelitian akuntansi keperitakuan mengaplikasi teori dan metodologi dari ilmu
keperilakuan untuk memeriksa persinggungan antara informasi dan proses akuntansi dengan perilaku
manusia (termasuk perilaku organisasional) Meskipun tidak dinyatakan sebagai sebuah definisi namun
pandangan Becker lebih definitif dan tegas dibandingkan dengan definisi Hofstede dan Kinerd. Menurut
Birnberg dan Shields riset akuntansi keperilakuan merupakan satu aliran riset tersendiri yang berbeda
dari aliran riset lainnya, seperti EMI (efficient market hypothesis) dan AR (analytical research). Namun,
riset akuntansi keperilakuan memiliki kesamaan dengan aliran riset lain, yaitu:
Selain memiliki kesamaan, riset akuntansi keperilakuan berbeda dari aliran riset lain.
Perbedaan riset akuntansi keperilakuan dengan aliran riset lain terletak pada asumsi peneliti.
metodologi, dan orientasi terhadap isu akuntansi. Sebagai contoh, EMH berfokus pada data sekunder
dan kekuatan pasar, sedangkan riset akuntansi keperilakuan berfokus pada perilaku individu dan
kelompok. AR mendeskripsikan bagaimana orang diharapkan berperilaku dalam kondisi dan asumsi
tertentu, sedangkan riset akuntansi keperilakuan mengamati perilaku orang.
Birnberg dan Shields (1989) mengidentifikasi ada 5 cabang ilmu yang memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penelitian akuntansi keperilakuan. Kelima cabang tersebut adalah ekonomika,
ilmu politik, teori organisasi (hubungan antar manusia), psikolog, dan. sosiologi. Ditahun 1950-an, ada
penolakan terhadap asumsi dasar ilmu ekonomika bahwa dalam organisasi hanya ada satu actor
(pelaku) yang memiliki seluruh informasi. Pada saat itu, perusahaan dipandang sebagai sebuah koalisi
dari para manajer. Perusahaan tidak mempunyai tujuan, tetapi koalisis yang dominan yang menentukan
tujuan perusahaan. Implikusinya, kekuatan politik yang bekerja dan perusahaan bukan lagi bertujuan
untuk memaksimalkan laba, tetapi untuk memaksimalkan anggota koalisi. Penggunaan dasar ilmu
politik dan teori organisasi sangat berperan dalam hal ini.
Bidang psikologi menjadi sangat vocal dalam penelitian akuntansi keperitakuan Dewasa ini,
topic psikologi yang paling sering digunakan dalam penelitian akuntansi keperilakuan adalah Bayesian,
lens model dan judgement. Penggunaan teon Bayesian berasal dari teori keputusan yang meminjam
ilmu statistika. Fokus dari penggunaan teori ini dalam penelitian akuntansi keperlakuan adalah apakah
perilaku mamusia konsisten dengan revisi probabilitas Bayesian. Penggunaan model lensa difokuskan
untuk memperoleh hubungan antara peristiwa dengan seperangkat sinyal (ees). Penggunaan judgment
dalam penelitian akuntansi keperilakuan difokuskan kepada bagaimana seorang ahli (expert) bertindak
mengambil keputusan dan apakah keputusan yang diambil oleh seorang ahli berdasarkan judgment
lebih baik daripada keputusan berdasar perhitungan statistik. Hasil umum menyatakan bahwa hasil
statistik mempunyai kemampuan prediksi lebih baik daripada judgment ahli. Penelitian akuntansi
keperilakuan yang menggunakan teori organisasional misalnya penelitian tentang efek partisipasi
terhadap kinerja.
Belakangan ini juga banyak penelitian tentang kailan struktur organisasi, teknologi, tugas, dan
lingkungan. Teori kontinjensi juga banyak digunakan dalam penelitian akuntansi keperilakuan. Intinya
adalah tidak ada satu tipe organisasi yang cocok untuk semua keadaan. Penggunaan ekonomika
analitikal dan sosiologi semakin banyak akhir-akhir ini. Ekonomika analitikal berfokus kepada sejumlah
asumsi dan variable penting dalam model normatif dari perilaku manusia. Topik moral hazard sangat
sering dijumpai dalam penelitian akuntansi keperilakuan yang berbasis pendekatan agensi.
Penggunaan ilmu sosiologi umumnya untuk mempelajari keefektifan fungsi sistem pengendalian dalam
organisasi.
Process theory adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Vroom serta Porter dan Lawler,
sedangkan Contemporary Theories terdiri dari Equity Theory dan Attribution Theory. Menurut Leslie
Kren (1997), dari berbagai teori motivasi tersebut, teori motivasi kerja yang paling dominan
dipergunakan dalam pengembangan penelitian akuntansi keperilakuan adalah Expectancy Theories
dan Attribution Theorier. Selain Expectancy Theories dan Attribution Theories, teori motivasi lain yang
juga banyak dipergunakan dalam penelitian adalah Goal Theory yang dikemukakan oleh Edwin A.
Locke (Murray, 1990)
Teori ini sebenarnya telah mulai dikembangkan sejak tahun 1930an. Tetapi model
expectancy theory yang sistematis dan komprehensif pertama kali dikemukakan oleh Victor
Vroom pada bukunya Work and Motivation (1964) Usaha Vroom tersebut kemudian
dikembangkan oleh Galbraith dan Cummings (1967) Porter dan Lawler (1968), Gran (1969)
dan Campbell et al. (1970) seperti yang dimuat dalam Luthans (1998). Dalam expectancy
theory motivasi individu ditentukan olch expentancies dan valences Expectancies adalah
keyakinan tentang kemungkinan bahwa perilaku tertentu (seperti misalnya bekerja lebih keras)
akan menimbulkan hasil tertentu (seperti misalnya kenaikan gaji). Valences berarti nilai yang
diberikan individu atas outcome (hasil) atau rewards yang akan dia terima.
Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Edwin A. Locke (1968). Teori ini
mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua cognitions yaitu values dan
intentions (atau tujuan). Yang dimaksud dengan values adalah apa yang dihargai seseorang
sebagai upaya mendapatkan kemakmuran welfare. Orang telah menentukan goal atas
perilakunya dimasa depan dan goal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang
sesungguhnya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran)
dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai
oleh individu. Jika seorang individu komit dengan sasaran tertentu, maka hal ini akan
mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya.
Penelitian yang menggunakan teori ini bisa dilihat dari variabel penelitian yang
dipergunakan antara lain goal level, goal commitment need for achievement, serta goal setting
(Murray, 1990). Menurut Shields & Young (1993) penelitian yang menggunakan pendekatan
goal theory memfokuskan hubungan antara desain pengendalian manajemen terhadap
variabel motivasional seperti motivasi, komitmen organisasi, kinerja serta kepuasan kerja.
motivasi, Artinya dengan adanya partisipasi anggaran, target atas level tujuan yang ditetapkan
bisa tercapai, yang kemudian hal itu akan mempengaruhi motivasi kerja yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja. Kedua, partisipasi anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja
melalui variabel goal level, goal commitment, dan variabel motivasi.
Hal ini berarti adanya partisipasi anggaran, akan meningkatkan tercapainya goal
level, dengan kemampuan karyawan mencapai goal level, hal itu akan meningkatkan
komitmen karyawan pada tujuan unitnya, hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan motivasi
kerja karyawan, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja. Ketiga, partisipasi anggaran akan
bias meningkatkan kinerja melalui goal commitment dan motivasi.
Jika prinsipal bisa mengawasi usaha agen, a first-best contract yang mendasarkan
pembayaran gaji atas usaha yang telah dilakukan, tidak semata-mata hasilnya, dapat
dilakukan. Namun kondisi idcal tersebut sangat sulit dicapai. Berbagai penelitian yang
berhubungan dengan sistem konpensasi biasanya dilakukan dalam konteks tidak adanya first
hest contract. Hal ini yang lebih banyak terjadi karena agen yang lebih memahami perusahaan
sehingga menimbulkan kesenjangan informasi (information asymmetry) yang menyebabkan
prinsipal tak mampu untuk menentukan apakah usaha yang dilakukan agen memang benar-
benar optimal.
Dalam penelitian Nouri dan Parker (1996) tersebut, peneliti memasukkan variabel
kontijensi komitmen organisasi atas hubungan antara partisipasi unggaran dan slack
anggaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya slack anggaran bisa
dikurangi jika manajer yang berpartisipasi tinggi dalam penyusunan anggaran punya komitmen
organisasi yang tinggi.
Fokus dari isu pengauditan adalah auditor baik internal maupun eksternal. Penelitian akuntansi
keperilakuan untuk isu ini muncul 10 tahun lebih lama daripada isu pengendalian manajerial. Penelitian
isu pengauditan baru secara sistematis dilakukan orang tahun 1970 an. Hal inipun dipicu oleh adanya
dana dari the Peat Marwick Foundation sehingga lahirlah Research Opportunities in Auditing. Penelitian
dengan menggunakan auditor sebagai partisipan akan mengurangi masalah validitas ekstemal yang
sering menjadi masalah ketika mahasiswa yang digunakan sebagai partisipan untuk memerankan
auditor. Namun di sisi lain. penggunaan auditor sebagai partisipan membutuhkan setting tugas yang
lebih realistik karena keahlian (expertise) mereka sangat sensitif terhadap variasi tugas dan settingnya.
Namun, penggunaan mahasiswa juga mengandung sisi positif, yaitu tidak terkontaminası olch keadaan
sesungguhnya.
Beberapa topik dalam penelitian di bidang ini berkaitan dengan judgment auditor, yaitu
diantaranya adalah topik konsensus dan pengalaman auditor, penggunaan statistik dan judgment
auditor, dan judgment dengan menggunakan alat bantu pengambilan keputusan. Topik mengenai
consensus auditor sebagai cermin dari respon auditor dalam pengambilan keputusan merupakan topik
yang paling awal. Kemudian penelitian beralih kepada pengalaman auditor karena diproposisikan
bahwa auditor yang lebih berpengalaman memiliki judgment yang lebih baik.
Studi tentang penilaian dan pengambilan keputusan dalam akuntansi lebih dari 30
tahun. Meskipun penelitian akuntansi telah menghasilkan ratusan studi yang berkaitan.
dengan topic pengambilan keputusan, studi JDM (Judgement and Decission Making) terus
menjadi salah satu topik yang paling dinamis dan cepat berubah dalam penelitian akuntansi.
Alasan teoritis untuk mempelajari JDM di akuntansi dimana akuntansi memiliki fitur
unik dimana tidak dikembangkan oleh teori-teori dalam disiplin ilmu lain. Sebagai contoh,
proses review di audit adalah unik karena menggabungkan unsur pertanggungjawaban
kepada atasan dan pengambilan keputusan kelompok. Lebih menariknya, akuntan dan auditor
dalam penelitian akuntansi tunduk pada peraturan, standar profesional, dan pembatasan
lainnya dalam praktek.
Penelitian JDM membahas dua isu dasar. Pertama, mengkaji kualitas dari individu
JDM. Dengan kata lain, peneliti JDM berusaha untuk mengukur kinerja individu ketika
melakukan penilaian dan pengambilan keputusan. Kedua, penelitian JDM meneliti faktor-
faktor penentu dari tinggi dan rendahnya kualitas JDM. Faktor-faktor yang menyebabkan JDM
berkualitas rendah dapat dianggap sebagai penyebab "masalah" JDM, sementara faktor-
faktor yang menyebabkan berkualitas tinggi dapat dianggap sebagai solusi dalam
permasalahan JDM. Penyebab masalah dan solusi meliputi faktor input maupun proses.
Faktor input adalah pengambil keputusan membawa ke tugas (seperti pengetahuan) atau
wajah saat melakukan tugas (seperti tekanan waktu). Penelitian JDM telah dilakukan di semua
bidang fungsional akuntansi, penelitian JDM di audit adalah yang paling matang. Audit telah
menjadi area fungsional utama untuk penelitian JDM sejak 1970-an.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian akuntansi keperilakuan dapat dikatakn dimulai tahun 1952 melalui penelitian "The Impact of
Budgets on People" oleh Argyris. Namun untuk istilah akuntansi sendiri baru muncul pada tahun 1967 dalam
artikel Journal of Accountuing Research oleh Becker. Selanjutnya, pada tahun 1989 terbit jumal "Behavioral
Research in Accounting" yang memuat secara khusus mengenai penelitian akuntansi keperilakuan.
Perbedaan penelitian akuntansi keperilakuan dengan bidang lain adalah penelitian akuntansi
keperilakuan mengaplikasi teori dan metodologi dari ilmu keperilakuan untuk memeriksa persinggungan antara
informasi dan proses akuntansi dengan perilaku manusia (termasuk perilaku organisasional) Namun, riset
akuntansi keperilakuan memiliki kesamaan dengan aliran riset akuntansi lain, yaitu, fenomena yang diuji sama,
Observasi yang dilakukan sama, dan audients yang dituju sama.
Terdapat 5 (lima) cabang ilmu yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan penelitian
akuntansi keperilakuan yaitu ekonomika, ilmu politik, teori organisasi (hubungan antar manusia), psikolog, dan,
sosiologi.
Penelitian akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan normatif kemudian
deskriptif lalu universalistic approach. Tetapi karena pendekatan ini banyak kelemahannya, segeralah muncul
pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian sangat besar dalam bidang penelitian yaitu pendekatan
kontijensi.
Teori motivasi kerja yang paling dominan dipergunakan dalam pengembangan penelitian akuntansi
keperilakuan adalah Expectaney Theories, Attribution Theories, Goa! Theory dan sebagai tambahan Integrasi
Pendekatan.
Penelitian isu pengauditan baru secara sistematis dilakukan orang di tahun 1970-an. Penelitian
akuntansi keperilakuan pada bidang pengauditan mengalami perkembangan yang dinamis. Mayoritas penelitian
eksperimen di bidang audit adalah dalam judgement and decision making (JDM).