Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENELITIAN AKUNTANSI KEPRILAKUAN

Disusun oleh kelompok 5 :

NURBAHIDAYATI C 301 19 101

NABILA C 301 19 145

RAHMAWATI C 301 19 153

IREN CITRA DEWI C 301 19 155

NUR FITRI C 301 19 159

MOH. NUR ALAMSYAH C 301 19 182

KELAS D

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Akuntansi adalah informasi, atau lebih tepatnya system informasi akuntansi. Keberhasilan suatu system
informasi akuntansi tak lepas dari perilaku manusia selaku pemakai dan yang memberikan responsnya.
Perkembangan akuntansi pun tak lepas dari perilaku. Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya
peranan manusia (akuntan dan auditor) dalam bidang akuntansi, maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu
lainnya, seperti ilmu psikologi khususnya psikologi kognitif, antropologi, dan sosial, lahirlah akuntansi
keperilakuan. Penelitian terkait dengan akuntansi keperilakuan merupakan suatu penelitian yang cukup menarik
dilakukan oleh akademisi, mahasiswa maupun pratisi dengan beberapa topic yang beragam. Melihat hal ini
maka penulis tertarik untuk mengangkat makalah dengan judul "Topik-Topik Penelitian Akuntansi Keperilakuan".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.

1. Bagaimana sejarah singkat penelitian akuntansi keperilakuan?


2. Apakah persamaan dan perbedaan riset akuntansi keperilakuan dengan riset akuntansi lain?
3. Apa saja ilmu dasar yang mendukung akuntansi keperilakuan?
4. Bagaimana penelitian akuntansi keperilakuan dalam akuntansi manajemen?
5. Berdasarkan teori motivasi kerja, apa saja perspektif paling dominan dipergunakan dalam
pengembangan penelitian akuntansi keperilakuan?
6. Bagaimana penelitian akuntansi keperilakuan dalam pengauditan?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ditujukan untuk mencapai tujuan yaitu :

a) Untuk mengetahui sejarah singkat penelitian akuntansi keperilakuan


b) Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan riset akuntansi keperilakuan dengan riset
akuntansi lain.
c) Untuk mengetahui ilmu dasar yang mendukung akuntansi keperilakuan; keperilakuan dalam
akuntansi
d) Untuk mengetahui penelitian akuntansi manajemen,
e) Untuk mengetahui perspektif paling dominan dipergunakan dalam pengembangan penelitian
akuntansi keperilakuan berdasarkan teori motivasi kerja
f) Untuk mengetahui penelitian akuntansi keperilakuan dalam pengauditan.
1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yaitu:

1) Dapat mengetahui sejarah singkat penelitian akuntansi keperilakuan,


2) Dapat mengetahui persamaan dan perbedaan riset akuntansi keperilakuan dengan riset
akuntansi lain
3) Dapat mengetahun ilmu dasar yang mendukung akuntansi keperlakuan.
4) Dapat mengetahui Penelitian manajemen
5) Dapat mengetahui perspektif paling dominan dipergunakan pengembangan kerja: akuntansi
keperilakuan dalam akuntansi dalam penelitian akuntansi keperilakuan berdasarkan teori
motivasi
6) Dapat mengetahui penelitian akuntansi keperilakuan dalam pengauditan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah singkat Penelitian Akuntansi Keperilakuan

Menurut Wijaya (2003) penelitian di bidang akuntansi keperilakuan sebenarnya sudah ada
lebih awal dibandingkan dengan penelitian di bidang pasar modal dengan menggunakan teori pasar
efisien. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership
Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan.2005).
Hal itu diawali dari penelitian Chris Argyris (1952), seorang teoretikus bisnis Amerika, dalam jurnalnya
"The Impact of Budgets on People" yang meneliti hubungan antara manusia dengan anggaran.
Kemudian dilanjutkan lagi olch Argyris di tahun 1953 dalam jurnal Harvard Business Review dengan
judul "Human Problems with Budgets." Bahkan penelitian oleh Argyris ini mendahului Maslow,
McGregor, atau Likert yang dianggap sebagai pionir penelitian bidang keperilakuan dalam bisnis.
Walaupun riset awal berkaitan dengan akuntansi keperilakuan sudah ada sejak penelitian Argyris tahun
1952, namun istilah behavioral accounting research (BAR) atau riset akuntansi keperilakuan baru
diketahui pada tahun 1967 yang dikenalkan oleh S.W. Becker dalam artikelnya yang diterbitkan di
Journal of Accounting Research (JAR) yang berjudul "Discussion of the Effect of Frequency of
Feedback on Attitudes and Performance." Artikel S.W. Becker ini adalah review dari tulisan Cook
(1967).

Di Indonesia, penelitian akuntansi keperilakuan sudah semakin berkembang Menjelang


pergantian abad ke 20 menuju ke abad 21, semakin banyak jurnal akuntansi yang muncul dan
terakreditasi yang memungkinkan banyaknya publikasi penelitian akuntansi keperilakuan Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia (JRA) yang diterbitkan oleh Al Kompartemen Akuntan Pendidik pertama kali terbit
pada tahun 1998 telah didominasi olch penelitian akuntansi keperilakuan.Jurnal ini dipandang sebagai
salah satu dari jurnal akuntansi yang bermutu dipandang dari pengelolanya dari IAI kompartemen
akuntan pendidik, pereviewnya mayoritas doctor akuntansi dari penjuru nusantara, dan penerbitannya
rutin.

Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuun. Bidang riset
keperilakuan juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) nesia yang
diselenggarakan setiap t olch IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (1A1) bekerja sama dengan
Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi
menjadi lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan:
akuntansi sektor publik dan perpajakan sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi
dan akuntansi syariah Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan
dengan akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.

2.2 Riset didefinisikan sebagai studi temang perilaku akuntan atau perilaku non-akuntan

Persamaan dan Perbedaan Riset Akuntansi Keperilakuan dengan Akuntansi Lain Hofstede
dan Kinerd menyatakan bahwa penelitian akuntansi keperilakuan dapat dipengaruhi oleh fungsi atau
laporan akuntansi. Becker mengatakan bahwa perbedaan penelitian akuntansi keperilakuan dengan
bidang lain adalah penelitian akuntansi keperitakuan mengaplikasi teori dan metodologi dari ilmu
keperilakuan untuk memeriksa persinggungan antara informasi dan proses akuntansi dengan perilaku
manusia (termasuk perilaku organisasional) Meskipun tidak dinyatakan sebagai sebuah definisi namun
pandangan Becker lebih definitif dan tegas dibandingkan dengan definisi Hofstede dan Kinerd. Menurut
Birnberg dan Shields riset akuntansi keperilakuan merupakan satu aliran riset tersendiri yang berbeda
dari aliran riset lainnya, seperti EMI (efficient market hypothesis) dan AR (analytical research). Namun,
riset akuntansi keperilakuan memiliki kesamaan dengan aliran riset lain, yaitu:

 Fenomena yang diuji sama, yaitu fenomena akuntansi,


 Observasi yang dilakukan sama, yaitu secara sistematik,
 Audients yang dituju sama, yaitu pengambil keputusan, teoretisi, investor, manajer.

Selain memiliki kesamaan, riset akuntansi keperilakuan berbeda dari aliran riset lain.
Perbedaan riset akuntansi keperilakuan dengan aliran riset lain terletak pada asumsi peneliti.
metodologi, dan orientasi terhadap isu akuntansi. Sebagai contoh, EMH berfokus pada data sekunder
dan kekuatan pasar, sedangkan riset akuntansi keperilakuan berfokus pada perilaku individu dan
kelompok. AR mendeskripsikan bagaimana orang diharapkan berperilaku dalam kondisi dan asumsi
tertentu, sedangkan riset akuntansi keperilakuan mengamati perilaku orang.

2.3 Ilmu Dasar Pendukung

Birnberg dan Shields (1989) mengidentifikasi ada 5 cabang ilmu yang memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penelitian akuntansi keperilakuan. Kelima cabang tersebut adalah ekonomika,
ilmu politik, teori organisasi (hubungan antar manusia), psikolog, dan. sosiologi. Ditahun 1950-an, ada
penolakan terhadap asumsi dasar ilmu ekonomika bahwa dalam organisasi hanya ada satu actor
(pelaku) yang memiliki seluruh informasi. Pada saat itu, perusahaan dipandang sebagai sebuah koalisi
dari para manajer. Perusahaan tidak mempunyai tujuan, tetapi koalisis yang dominan yang menentukan
tujuan perusahaan. Implikusinya, kekuatan politik yang bekerja dan perusahaan bukan lagi bertujuan
untuk memaksimalkan laba, tetapi untuk memaksimalkan anggota koalisi. Penggunaan dasar ilmu
politik dan teori organisasi sangat berperan dalam hal ini.
Bidang psikologi menjadi sangat vocal dalam penelitian akuntansi keperitakuan Dewasa ini,
topic psikologi yang paling sering digunakan dalam penelitian akuntansi keperilakuan adalah Bayesian,
lens model dan judgement. Penggunaan teon Bayesian berasal dari teori keputusan yang meminjam
ilmu statistika. Fokus dari penggunaan teori ini dalam penelitian akuntansi keperlakuan adalah apakah
perilaku mamusia konsisten dengan revisi probabilitas Bayesian. Penggunaan model lensa difokuskan
untuk memperoleh hubungan antara peristiwa dengan seperangkat sinyal (ees). Penggunaan judgment
dalam penelitian akuntansi keperilakuan difokuskan kepada bagaimana seorang ahli (expert) bertindak
mengambil keputusan dan apakah keputusan yang diambil oleh seorang ahli berdasarkan judgment
lebih baik daripada keputusan berdasar perhitungan statistik. Hasil umum menyatakan bahwa hasil
statistik mempunyai kemampuan prediksi lebih baik daripada judgment ahli. Penelitian akuntansi
keperilakuan yang menggunakan teori organisasional misalnya penelitian tentang efek partisipasi
terhadap kinerja.

Belakangan ini juga banyak penelitian tentang kailan struktur organisasi, teknologi, tugas, dan
lingkungan. Teori kontinjensi juga banyak digunakan dalam penelitian akuntansi keperilakuan. Intinya
adalah tidak ada satu tipe organisasi yang cocok untuk semua keadaan. Penggunaan ekonomika
analitikal dan sosiologi semakin banyak akhir-akhir ini. Ekonomika analitikal berfokus kepada sejumlah
asumsi dan variable penting dalam model normatif dari perilaku manusia. Topik moral hazard sangat
sering dijumpai dalam penelitian akuntansi keperilakuan yang berbasis pendekatan agensi.
Penggunaan ilmu sosiologi umumnya untuk mempelajari keefektifan fungsi sistem pengendalian dalam
organisasi.

2.4 Penelitian Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen

2.4.1 Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen


musih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan
harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset
diperluas dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting), dan masalah harga transfer (transfer pricing).
Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif, yaitu hanya mengangkat
permasalahan mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model seperti
arus kas yang didiskonto (discounted cash flow), atau pemrograman lincar (linear
programming) guna membantu murujer membuat keputusan ekonomi yang optimal, tanpa
melibatkan factor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas desain pengendalian manajemen,
seperti perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi.

2.4.2 Dari Pendekatan Umum ke Pendekatan Kontijensi


Penelitian akuntansi keperilakan pada awalnya dirancang dengan pendekatan
universalistic appach, seperti penelitian Argyris (19521 Hopwood (1972) dan Otley (1978).
Tetapi karena pendekatan ini banyak kelemahannya, segeralah muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian sangat besar dalam bidang penelitian yaitu pendekatan
kontijensi (Kren dan Liao, 1988). Secara umum teori i menyatakan bahwa perancangan dan
penggunaan desain sistem pengendalian manajemen tergantung karakteristik organisasi dan
kondisi lingkungan dimana sistem tersebut akan diterapkan (Fisher, 1995), Teori ini merespon
pendekatun universalistic yang menyatakan bahwa suatu sistem hias diterapkan dalam
karakteristik perusahaan apapun dan kondisi pengendalian bias lingkungan di mana saja.

Temuan empiris pendekatan kontijensi cukup menggembirakan. Sebagian besar


penelitian yang dipublikasikan menunjukkan bahwa memang keefektifan system pengndalian
ditentukan oleh faktor-faktor kontekstual seperti motivasi, komitmen, struktur organisasi,
ketidakpastian lingkungan, dan strategi. Dalam penelitian anggaran partisipatif misalnya,
esensi terpentung adalah pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran ditentukan oleh
motivasi, ketidakpastian lingkungan, budaya, struktur, strategi dan sebagainya. Dalam
penelitian desain akuntansi manajemen, temuan empiris menunjukkan bahwa pengaruh
desain akuntansi manajemen (ruang lingkup pelaporan, ketepatwaktuan, integrasi, dan
agregasi) dipengaruhi oleh ketidakpastian lingkungan, kinerja, struktur, dan sebagainya.

Dalam penelitian penilaian kinerja, bukti empiris menunujukkan bahwa kesesuaian


antara system penilaian kenerja dengan ketidakpastian lingkungan memengaruhi kinerja.
Temuan yang ada sudah mendukung system pengendalian yang bersifat kontijen, namun
mengingat berbagai penelitian yang ada sebagian besar hanya menjelaskan satu atau dua
dimensi saja dari system pengendalian, temuan-temuan in masih bersifat parsial dalam
menjelaskan nilai ekonomis atau kegunaan dari system pengendalian bagi perusahaan secara
keseluruhan.

2.5 Berbagai Perspektif Teoretis

Penelitian akuntansi keperilakuan di bidang akuntansi manajemen didominasi pada dua


landasan konseptual yaitu teori keperilakuan khususnya perilaku organisasi serta teori agensi (agency
theori) yang mendasarkan pada ilmu ekonomi (Shield dan Young, 1993 serta Kren, 1997). Sejak tahun
1970an, banyak penelitian mengangkat isu tentang aspek-aspek motivasional dalam desain akuntansi
manajemen. Toori perilaku organisasi yang banyak dipergunakan dalam desain penelitian adalah teori
motivasi-kerja (work motivation) dengan berbagai pendukungnya. Menurut Luthans. F. (1998) secura
garis besar ada 3 (tiga) golongan besar teori motivasi kerja yaitu:

1) Content Theories, yang menjelaskan apa motivasi seseorang dalam bekerja:


2) Process Theories (Expectancy Theories), yang lebih menfokuskan pada faktor faktor yang
mempengaruhi proses kognitif seseorang untuk bekerja; dan
3) Conteporary Theory, Content Theories terdiri dari Maslow's Hierarchy of Need Herzberg's
Two-Factor Theory serta Alderfer's ERG Theory

Process theory adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Vroom serta Porter dan Lawler,
sedangkan Contemporary Theories terdiri dari Equity Theory dan Attribution Theory. Menurut Leslie
Kren (1997), dari berbagai teori motivasi tersebut, teori motivasi kerja yang paling dominan
dipergunakan dalam pengembangan penelitian akuntansi keperilakuan adalah Expectancy Theories
dan Attribution Theorier. Selain Expectancy Theories dan Attribution Theories, teori motivasi lain yang
juga banyak dipergunakan dalam penelitian adalah Goal Theory yang dikemukakan oleh Edwin A.
Locke (Murray, 1990)

2.5.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)

Atribution Theory mempelajari proses bagaimana seseorang mengintrepretasikan


suatu peristiwa, mempelajari bagaimana seseorang menginterpretasikan alasan atau schab
perilakunya (Luthans, 1998 serta Steers, 1988). Tooni ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang
mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh kombinasi antara
kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
misalnya kemampuan atau usaha dan eksternal forces yaitu faktor-faktor yang berasal dari
luar misalnya task difficulty atau keberuntungan. Berdasarkan hal itu maka seseorang
termotivasi untuk memahami lingkungannya dan sebab-sebab kejadian tertentu. Dalam
penelitian keperilakuan, teori ini diterapkan dengan dipergunakannya variabel focus of control.
Variabel tersebut terdiri dari dua komponen yaitu internal locus of control dan external locus of
control. Internal locus of control adalah perasaan yang dialami seseorang bahwa dia mampu
secara personal mempengaruhi kinerjanya serta perilakunya melalui kemampuan, keahlian
dan usaha yang dia miliki. Dilain pihak external locus of control adalah perasaan yang dialami
seseorang bahwa perilakunya sangat ditentukan oleh faktor-faktor diluar pengendaliannya.

2.5.2 Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori ini sebenarnya telah mulai dikembangkan sejak tahun 1930an. Tetapi model
expectancy theory yang sistematis dan komprehensif pertama kali dikemukakan oleh Victor
Vroom pada bukunya Work and Motivation (1964) Usaha Vroom tersebut kemudian
dikembangkan oleh Galbraith dan Cummings (1967) Porter dan Lawler (1968), Gran (1969)
dan Campbell et al. (1970) seperti yang dimuat dalam Luthans (1998). Dalam expectancy
theory motivasi individu ditentukan olch expentancies dan valences Expectancies adalah
keyakinan tentang kemungkinan bahwa perilaku tertentu (seperti misalnya bekerja lebih keras)
akan menimbulkan hasil tertentu (seperti misalnya kenaikan gaji). Valences berarti nilai yang
diberikan individu atas outcome (hasil) atau rewards yang akan dia terima.

2.5.3 Teori Tujuan (Goal Theory)

Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Edwin A. Locke (1968). Teori ini
mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua cognitions yaitu values dan
intentions (atau tujuan). Yang dimaksud dengan values adalah apa yang dihargai seseorang
sebagai upaya mendapatkan kemakmuran welfare. Orang telah menentukan goal atas
perilakunya dimasa depan dan goal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang
sesungguhnya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur oleh ide (pemikiran)
dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai
oleh individu. Jika seorang individu komit dengan sasaran tertentu, maka hal ini akan
mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya.

Penelitian yang menggunakan teori ini bisa dilihat dari variabel penelitian yang
dipergunakan antara lain goal level, goal commitment need for achievement, serta goal setting
(Murray, 1990). Menurut Shields & Young (1993) penelitian yang menggunakan pendekatan
goal theory memfokuskan hubungan antara desain pengendalian manajemen terhadap
variabel motivasional seperti motivasi, komitmen organisasi, kinerja serta kepuasan kerja.
motivasi, Artinya dengan adanya partisipasi anggaran, target atas level tujuan yang ditetapkan
bisa tercapai, yang kemudian hal itu akan mempengaruhi motivasi kerja yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja. Kedua, partisipasi anggaran akan berpengaruh terhadap kinerja
melalui variabel goal level, goal commitment, dan variabel motivasi.

Hal ini berarti adanya partisipasi anggaran, akan meningkatkan tercapainya goal
level, dengan kemampuan karyawan mencapai goal level, hal itu akan meningkatkan
komitmen karyawan pada tujuan unitnya, hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan motivasi
kerja karyawan, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja. Ketiga, partisipasi anggaran akan
bias meningkatkan kinerja melalui goal commitment dan motivasi.

2.5.4 Teori Agen

Penelitian akuntansi keperilakuan yang menggunakan teori agen mendasarkan


pemikiran bagaimana adanya perbedaan informasi antara atasan dan bawahan atau antara
kantor pusat dan kantor cabang atau adanya informasi asimetri mempengaruhi penggunaan
sistem akuntansi (Shield dan Young 1993). Toori ini mendasarkan pada teori ekonomi. Dari
sudut pandang teori agen, prinsipal (pemilik atau top manajemen) membawahi agen
(karyawan atau manajer yang lebih rendah) untk melaksanakan kinerja yang efisien Touri ini
mengasumsikan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi
lingkungan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa prinsipal adalah risk-neutral dan
agen adalah risk and effort averse. Agen dan prinsipal diasumsikan diamotivasi oleh
kepentingannya sendiri dan sering kepentingan antara keduanya berbenturan (Leslie dan Kren
1997).

Menurut pandangan prinsip kompensasi yang diberikan kepada agen tersebut


didasarkan pada hasil, sedangkan menurut agen dia lebih suka kalau sistem kompensasi
tersebut tidak semata-mata melihat hasil tapi juga tingkat usahanya. Berbagai penelitian yang
berhubungan dengan teori ini memfokuskan perhatian bagaimana agar sistem perjanjian
kontrak kompensasi bisa mencapai keseimbangan (Baiman, 1990). Alokasi atas kinerja
perusahaan antara prinsipal dan agen didasarkan pada kontrak tersebut baik tertulis maupun
tidak. Sistem kompensasi dalam kondisi yang ideal (first best) adalah langsung dihubungkan
dengan perilaku. Lebih lanjut karena faktor-faktor lingkungan dan keahlian agen lah yang akan
menentukan output, sistem pembayaran insentif berdasar output (hasil) menjadi tidak efisien
karena agen lah yang menanggung risiko jika ada factor lingkungan yang mengakibatkan
penurunan output.

Jika prinsipal bisa mengawasi usaha agen, a first-best contract yang mendasarkan
pembayaran gaji atas usaha yang telah dilakukan, tidak semata-mata hasilnya, dapat
dilakukan. Namun kondisi idcal tersebut sangat sulit dicapai. Berbagai penelitian yang
berhubungan dengan sistem konpensasi biasanya dilakukan dalam konteks tidak adanya first
hest contract. Hal ini yang lebih banyak terjadi karena agen yang lebih memahami perusahaan
sehingga menimbulkan kesenjangan informasi (information asymmetry) yang menyebabkan
prinsipal tak mampu untuk menentukan apakah usaha yang dilakukan agen memang benar-
benar optimal.

2.5.5 Integrasi Pendekatan

Idealnya, dalam merancang desain penelitian hendaknya kedua teori (teori


keperilakuan dan teori agen) diperhatikan. Namun usaha untuk mengintegrasikan kedua teori
tersebut nampaknya sangat sulit dilakukan. Biasanya suatu penelitian hanya mendasarkan
pada satu teori dan mengabaikan yang lain (Kren 1997). Kren dan Liao (1988) menyimpulkan
bahwa. kemungkinan penelitian yang mendasarkan pada teori keperilakuan mempunyai
kelemahan karena jarangnya variabel struktur penghargaan dimasukkan dalam model
penelitian. Sebaliknya, Frederickson (1992) menyatakan bahwa kesimpulan yang diambil dari
penelitian yang mendasarkan pada teori agen yang mengabaikan faktor-faktor keperilakuan.
harus diperhatikan secara hati-hati.
Menurut teori keperilakuan, variabel partisipasi anggaman akan memungkinkan
manajer untuk memberikan informasi yang dia miliki atas unit organisasi yang dia bawahi. Hal
ini dikarenakan, adanya partisipasi manajer dalam pembuatan anggaran unit organisasinya
memungkinkan terjadinya komunikasi yang positif antara atasan dan bawahan, sehingga hal
ini menyebabkan berkurangnya kecenderungan untuk menciptakan lack anggaran. Sehingga
dalam teori keperilakuan, partisipasi anggaran akan berhubungan negatif dengan variabel
slack anggaran. Sebaliknya, menurut teori agen, karena bawahan dipandang lebih tahu
tentang kondisi unit organisasi yang dia bawahi, adanya kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses penganggaran mendorong dia untuk membentuk slack anggaran Dengan
demikian, menurut teori agen hubungan antara variabel partisipasi anggaran dan slack
anggaran adalah positif Karena adanya pandangan yang sangat berlawanan dari kedua teori,
banyak peneliti dalam merumuskan hipotesa tidak semata-mata mendasarkan pada satu
pendekatan saja, tetapi juga melihat penelitian lain yang meneliti hubungan antar variabel
partisipasi anggaran dan slack anggaran. Tetapi karena kesimpulan hasil penelitian atas
hubungan dua variabel tersebut juga masih saling berlawanan, hal ini mendorong para peneliti
di bidang akuntansi keperilakuan untuk memasukkan variabel kontijensi atas hubungan antara
partisipasi anggaran dan slack anggaran. Dengan arti apakah partisipasi anggaran akan
meningkatkan slack atau menurunkan slack tergantung variabel kontijensi yang memoderasi
hubungan antara kedua variabel (Nouri dan Parker, 1996),

Dalam penelitian Nouri dan Parker (1996) tersebut, peneliti memasukkan variabel
kontijensi komitmen organisasi atas hubungan antara partisipasi unggaran dan slack
anggaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya slack anggaran bisa
dikurangi jika manajer yang berpartisipasi tinggi dalam penyusunan anggaran punya komitmen
organisasi yang tinggi.

2.6 Penelitian Akuntansi Keperilakuan dalam Pengauditan

Fokus dari isu pengauditan adalah auditor baik internal maupun eksternal. Penelitian akuntansi
keperilakuan untuk isu ini muncul 10 tahun lebih lama daripada isu pengendalian manajerial. Penelitian
isu pengauditan baru secara sistematis dilakukan orang tahun 1970 an. Hal inipun dipicu oleh adanya
dana dari the Peat Marwick Foundation sehingga lahirlah Research Opportunities in Auditing. Penelitian
dengan menggunakan auditor sebagai partisipan akan mengurangi masalah validitas ekstemal yang
sering menjadi masalah ketika mahasiswa yang digunakan sebagai partisipan untuk memerankan
auditor. Namun di sisi lain. penggunaan auditor sebagai partisipan membutuhkan setting tugas yang
lebih realistik karena keahlian (expertise) mereka sangat sensitif terhadap variasi tugas dan settingnya.
Namun, penggunaan mahasiswa juga mengandung sisi positif, yaitu tidak terkontaminası olch keadaan
sesungguhnya.
Beberapa topik dalam penelitian di bidang ini berkaitan dengan judgment auditor, yaitu
diantaranya adalah topik konsensus dan pengalaman auditor, penggunaan statistik dan judgment
auditor, dan judgment dengan menggunakan alat bantu pengambilan keputusan. Topik mengenai
consensus auditor sebagai cermin dari respon auditor dalam pengambilan keputusan merupakan topik
yang paling awal. Kemudian penelitian beralih kepada pengalaman auditor karena diproposisikan
bahwa auditor yang lebih berpengalaman memiliki judgment yang lebih baik.

2.6.1 Judgement and Decision Making (JDM)

Studi tentang penilaian dan pengambilan keputusan dalam akuntansi lebih dari 30
tahun. Meskipun penelitian akuntansi telah menghasilkan ratusan studi yang berkaitan.
dengan topic pengambilan keputusan, studi JDM (Judgement and Decission Making) terus
menjadi salah satu topik yang paling dinamis dan cepat berubah dalam penelitian akuntansi.

Alasan teoritis untuk mempelajari JDM di akuntansi dimana akuntansi memiliki fitur
unik dimana tidak dikembangkan oleh teori-teori dalam disiplin ilmu lain. Sebagai contoh,
proses review di audit adalah unik karena menggabungkan unsur pertanggungjawaban
kepada atasan dan pengambilan keputusan kelompok. Lebih menariknya, akuntan dan auditor
dalam penelitian akuntansi tunduk pada peraturan, standar profesional, dan pembatasan
lainnya dalam praktek.

Penelitian JDM membahas dua isu dasar. Pertama, mengkaji kualitas dari individu
JDM. Dengan kata lain, peneliti JDM berusaha untuk mengukur kinerja individu ketika
melakukan penilaian dan pengambilan keputusan. Kedua, penelitian JDM meneliti faktor-
faktor penentu dari tinggi dan rendahnya kualitas JDM. Faktor-faktor yang menyebabkan JDM
berkualitas rendah dapat dianggap sebagai penyebab "masalah" JDM, sementara faktor-
faktor yang menyebabkan berkualitas tinggi dapat dianggap sebagai solusi dalam
permasalahan JDM. Penyebab masalah dan solusi meliputi faktor input maupun proses.
Faktor input adalah pengambil keputusan membawa ke tugas (seperti pengetahuan) atau
wajah saat melakukan tugas (seperti tekanan waktu). Penelitian JDM telah dilakukan di semua
bidang fungsional akuntansi, penelitian JDM di audit adalah yang paling matang. Audit telah
menjadi area fungsional utama untuk penelitian JDM sejak 1970-an.

2.6.2 Metode Eksperimen dalam Audit

Riset eksperimental pengauditan (REP) merupakan bagian riset keperilakuan dalam


akuntansi yang berkaitan dengan pertimbangan dan pengambilan keputusan (judgment and
decision making). Kebanyakan penelitian akuntansi keperilakuan dalam bidang pengauditan
dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Menurut Ken T. Trotman (2008), secara
umum ada tiga tipe desain eksperimentasi dalam dunia audit, yaitu post-test only group design,
pre-test post-test control group design, dan factorial design.

1. Post-test only group design


Desain ini juga disebut two-group design. Subjek dialokasikan secara acak pada masing-
masing perlakuan. Sebagai contoh X1 dan X2 adalah dua tipe umpan balik yang berbeda atau
XI bisa menjadi variabel manipulasi dan X2 adalah kontrol grup. Variabel terikat diukur setelah
setiap sel menerima perlakuan atau disebut juga dengan post-test only design, dimana X2
adalah kontrol grup dari O1 dan 02 menentukan apakah perlakuan mempunyai pengaruh. Jika
XI dan X2 adalah perlakuan yang berbeda, perbandingan antara Ol dengan 02 ditentukan
perbandingan kompraratif dari dua perlakuan.
R XI O1
R X2 O2
Dimana,
X= suatu perlakuan (variabel bebas)
O = observasi (variabel terikat)
R = fakta bahwa subjek ditugaskan secara acak
Desain ini bisa diperluas lagi dengan jumlah level perlakuan yang ditingkatkan.
Sebagai contoh, jika tiga tipe berbeda dari umpan balik diuji dan satu kelompok sebagai
kontrol grup, maka desainnya menjadi
R X1 O1
R X2 O2
R X3 O3
R X4 O4
Dimana X1, X2, X3 adalah outcome feedback, task properties feedhack, dan
cognitive feedback, sedangkan X4 adalah kontrol grup. Bila kita membandingkan O1 dan
04 misalnya, berarti mebendingkan antara peningkatan kinerja melalui outcome feedback
pada tugas-tugas tertentu.
2. Pre-test post-test control group design
Dapat digambarkan sebagai berikut
R O1 X1 O2
R O3 X2 O4
Pada desain ini, subjek secara acak pada dua perlakuan, hanya saja pada desain ini
disertai dengan pre-test sebelum akhirnya variabel terikat di ukur melalui post- test.
Penggunaan pre-test mempunyai beberapa keuntungan yaitu bisa mengecek apak
acakisasi telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Heiman (1990) dalam penelitiannya
menggunakan pre-test/post-test desain. Pre-test mengambil subjek dengan cara menilai
kemungkinan hipotesis spesifik yang menyebabkan fluktuasi dalam rasio keuangan. Hasilnya
diketahui setelah ada post-test. Pada umumnya desain jenis ini pada pengauditan, subjek
menerima initial probability assessment sebelum menerima informasi atau bukti lebih lanjut (ini
yang disebut (pre-test). Kemudian, mereka menerima informasi tambahan berupa bukti audit
baru, dan akhirnya akan memberikan penilaian akhir (post-test). Fenomena seperti ini
sebenarnya sesuatu yang biasa dalam audit seperti audit keuangan atau audit forensik.
3. Faktorial design
Desain ini banyak sekali digunakan dalam desain eksperimen audit. Desain ini merupakan
uji simultan dari dua atau lebih variabel bebas untuk menentukan pengaruh setiap variabel
bebas terhadap variabel terkait beserta interaksinya. Faktorial desain yang paling sederhana
misalnya 2 X 2 yang berarti dua variabel bebas dimanipulasi, dimana masing-masing terdiri
dari dua level berati 4 sel yang tersedia. Subjek dimasukkan kedalam sel secara acak. Kalau
setiap subjek mendapatkan satu perlakuan disebut hetween subject, tetapi kalau dua
perlakuan disebut within subject.
Keuntungan dari factorial desain dalam penelitian audit adalah sebagai berikut.
 Memampukan eksperimenter untuk menguji pengaruh interaksi dari variabel bebas
terhadap variabel terkait;
 Mampu mengendalikan confounding effect, misalnya factor pengalaman subjek:
 Desain ini dapat meningkatkan validitas ekstemal sebuah penelit ian eksperimen
audit, missal meniliti pengalaman auditor pada berbagai pengalaman;
 Lebih ekonomis, karena setiap sel bisa terdiri dari 10 sampai 20 subjek/pertisipan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penelitian akuntansi keperilakuan dapat dikatakn dimulai tahun 1952 melalui penelitian "The Impact of
Budgets on People" oleh Argyris. Namun untuk istilah akuntansi sendiri baru muncul pada tahun 1967 dalam
artikel Journal of Accountuing Research oleh Becker. Selanjutnya, pada tahun 1989 terbit jumal "Behavioral
Research in Accounting" yang memuat secara khusus mengenai penelitian akuntansi keperilakuan.

Perbedaan penelitian akuntansi keperilakuan dengan bidang lain adalah penelitian akuntansi
keperilakuan mengaplikasi teori dan metodologi dari ilmu keperilakuan untuk memeriksa persinggungan antara
informasi dan proses akuntansi dengan perilaku manusia (termasuk perilaku organisasional) Namun, riset
akuntansi keperilakuan memiliki kesamaan dengan aliran riset akuntansi lain, yaitu, fenomena yang diuji sama,
Observasi yang dilakukan sama, dan audients yang dituju sama.

Terdapat 5 (lima) cabang ilmu yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan penelitian
akuntansi keperilakuan yaitu ekonomika, ilmu politik, teori organisasi (hubungan antar manusia), psikolog, dan,
sosiologi.

Penelitian akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan normatif kemudian
deskriptif lalu universalistic approach. Tetapi karena pendekatan ini banyak kelemahannya, segeralah muncul
pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian sangat besar dalam bidang penelitian yaitu pendekatan
kontijensi.

Teori motivasi kerja yang paling dominan dipergunakan dalam pengembangan penelitian akuntansi
keperilakuan adalah Expectaney Theories, Attribution Theories, Goa! Theory dan sebagai tambahan Integrasi
Pendekatan.

Penelitian isu pengauditan baru secara sistematis dilakukan orang di tahun 1970-an. Penelitian
akuntansi keperilakuan pada bidang pengauditan mengalami perkembangan yang dinamis. Mayoritas penelitian
eksperimen di bidang audit adalah dalam judgement and decision making (JDM).

Kebanyakan penelitian akuntansi keperilakuan dalam bidang pengauditan dilakukan dengan


menggunakan metode eksperimen. Secara umum ada tiga tipe desain eksperimentasi dalam dunia audit, yaitu
post-test only group design, pre-test post-test control group design, dan factorial design.

Anda mungkin juga menyukai