PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu di Indonesia menurut departemen kesehatan tahun 2002
adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dibanding dengan
sasaran Indonesia sehat 2010 dimana sasaran angka kematian ibu sebesar 150
per100.000. (Prawirohardjo S, 2002).
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi. Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di dunia
berkembang dan yang paling banyak adalah perdarahan pascasalin. Diperkirakan ada
14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal.
Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan. Di Inggris (2000) separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan
disebabkan oleh perdarahan pasca salin. (Carroli G dkk, 2008)
Penanganan perdarahan pasca salin membutuhkan keahlian tersendiri dan
memerlukan kerjasama multi disiplin. Kegagalan untuk menilai gambaran klinis,
perkiraan kehilangan darah yang tidak adekuat, pengobatan yang tertunda , kurangnya
kerja tim multi disiplin dan kegagalan untuk mencari bantuan adalah beberapa
masalah yang penting untuk diperhatikan. Dokter harus menyadari
tindakan bedah dan waktu intervensi yang tepat serta tim yang efektif bekerja dapat
memperbaiki hasil akhir. ( Mukherjee S, Arulkumaran S, 2009 )
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan pasca persalinan
terhambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. (Winkjosastro H dkk ,2002)
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terhambat dilakukan atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan
perawatan sarana yang memungkinkan, penggunaan darah dengan segera merupakan
kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak.
Setiap wanita hamil dan nifas yang mengalami perdarahan harus segera
dirawat dan ditentukan penyebabnya untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan
dengan tepat. Mengingat komplikasi yang sangat fatal dapat terjadi akibat
keterlambatan penanganan perdarahan pasca salin, pengenalan dini
dan penanganan segera dan tepat terhadap adanya tanda-tanda perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri akan menyelamatkan penderita dari kematian. Tindakan
pertama berupa perbaikan kontraksi uterus harus segera dilakukan secara simultan
dengan usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya syok akibat perdarahan
tersebut, dalam hal ini penting dilakukan suatu pengawasan yang ketat terhadap
tanda-tanda vital penderita dan keseimbangan cairannya.(Prawirohardjo S,2002)
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah 4T.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian keperawatan keluarga dengan 4T
b. Memberikan gambaran tentang analisa data dengan 4T
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan dengan 4T
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
4 terlalu adalah Hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun, hamil/
bersalin terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan
atau persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4).
B. Resiko 4 Terlalu
Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang
dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan
kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan
peran sebagai ibu (BKKBN, 2007:4).
b. Resiko Yang Dapat Terjadi
1) Secara fisik
Kehamilan terlalu muda beresiko bagi ibu dan juga bagi janinnya.
Resiko bagi ibu antara lain adalah perdarahan pada saat melahirkan antara
lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses
involusi. Lebih mudah untuk mengalami abortus, kelahiran prematur,
eklampsia/preeklamsia dan persalinan yang lama. Kemungkinan yang bisa
dialami oleh janin yaitu lahir prematur, BBLR (berat saat lahir < 2500
gram) dan cacat janin.
Kehamilan di usia muda beresiko tinggi karena saat itu ibu masih
dalam proses tumbuh akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu sehat antara 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan
tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress)
psikologis dan sosial ekonomi.[16]
d. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.
1) Keguguran
bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat
badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan
juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan
psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan
karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan
gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.
3) Mudah terjadi infeksi.
Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan
karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun
janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian
ibu. Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi.
b) Resiko pada bayinya :
Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35
tahun. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada
kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet
dan perdarahan.
b. Resiko Yang Dapat Terjadi
2) Pre-eklamspsi
4) Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat
Terlalu Tua (Hamil Usia > 35 tahun) Umur ibu juga mempengaruhi
kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung
mempunyai bayi yang berat badannya lebih rendah. Pada umur 35 tahun atau
lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan
lama dan perdarahan.
Selain itu, hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun
ialah kualitas sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada
usia ini punya resiko 4 kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun.
e. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Tua
Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu
mencapai 40 tahun atau lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada bayi.
Sel telur itu kan sudah ada di dalam organ reproduksi sejak wanita dilahirkan.
Namun, setiap bulan sel telur itu dilepaskan satu per satu karena sudah
matang. Berarti, sel telur yang tersimpan selama hampir 40 tahun ini usianya
juga sudah cukup tua. Karena, selama itu sel telur mungkin terkena paparan
radiasi. Di usia ini, wanita akan lebih sulit mendapatkan keturunan karena
tingkat kesuburan yang sudah menurun.
a) Resiko Pada Bayi.
Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena
kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan
makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.
Risiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-penyakit
degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai muncul.
Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang dilahirkan juga
bisa cacat.
Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi
seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.
Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat wanita
menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran.
Elastisitas jaringan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Di usia semakin lanjut, maka sering terjadi penipisan dinding pembuluh
darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai, namun masalah
pada kualitas dinding pembuluh darah khususnya yang terdapat di
dinding rahim, dengan adanya pembesaran ruang rahim akibat adanya
pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan
Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang
tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists, perempuan yang hamil di akhir usia
30-an dan 40-an lebih beresiko mengalami hipertensi saat kehamilan
(preeclampsia), kehamilan di luar rahim (kehamilan etopik),
mengalami keguguran.
Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada
dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.
Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan
oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas normal sering
menjadi penyebab kematian ibu yang melahirkan. Pre eklampsia banyak
dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil.
Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra.
Tanpa adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat sulit mengejan
sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua usia
ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun tidak dapat
disamaratakan antara individu satu dengan lainnya.
Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit
sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan
pada ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan secara Caesar.
f. Pencegahan
1) Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir. Karena,
Anda tetap bisa melahirkan secara normal. Anda dan bayi pun akan sehat-
sehat saja.
2) Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi
1) Keguguran
2) Anemia
5) Cacat bawaan
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan
yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan
perut yang menggantung.
b. Resiko Yang Akan Terjadi
3) Persalinan lama
dan sektor antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda,
organisasi profesi.
3) Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat antara lain
proses kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan aman dan sehat.
2) Ibu akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu
mengembangkan kesejahteraan
1. P
2. L
3. P
4. L
3) Genogram
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan
simbol-simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting, dan
dinamika keluarga dalam beberapa generasi. Bayangkan genogram sebagai
"pohon keluarga" yang sangat terperinci.
4) Tipe keluarga :
a. Jenis tipe keluarga
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
c. Suku Bangsa
d. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
III. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
1) Riwayat keluarga sebelumnya
2) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan
kesehatan (BCG/Polio/D kesehatan yang telah
PT/Campak) dilakukan
Menerima petugas 1 2 3 4
TINGKAT KEMANDIRIAN 1 2 3 4
Menerima petugas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KEPADA IBU A DENGAN DIAGNOSA 4T
DI MADEWANGI RT 02 /RW 02 KECAMATAN TAMANSARI
KOTA TASIKMALAYA
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. E
b. Umur : 29 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Penjahit
e. Pendidikan : SMP
f. Telepon : 087825441504
g. Suku/Bangsa : Sunda
h. Alamat : Madewangi RT 02 / RW 02
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
2. Komposisi
4. Tipe Keluarga
a. Jenis Tipe Keluarga :
keluarga Tn. E termasuk tipe keluarga berantai (serial family) karena Ibu
A yang telah menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :
yang menjadi masalah keluarga sekarang yaitu masalah ekonomi,
dikarenakan penghasil Tn. E tidak sepenuhnya dapat membiayai
kebutuhan keluarganya yang banyak.
5. Suku/Bangsa
Keluarga Ibu A bersuku sunda sama seperti tetangga-tetangganya. Ada
beberapa kegiatan lingkungan yang berhubungan dengan etnis seperti pada
Rabu pagi mengikuti pengajian dengan warga lainnya dan bila tidak ada
kegiatan biasa berkumpul dan berbincang di teras warga, bahasa yang biasa
digunakan dalam bersosialisasi dengan tetangganya yaitu bahasa sunda.
Keluarga Ibu A menggunakan pola busana modern, seperti Ibu A memakai
daster, anaknya yang perempuan dan laki-laki menggunakan baju kaos dan
celana panjang. Dalam masalah pengambilan keputusan adalah tugas Tn. E
tetapi sebelumnya melalui proses musyawarah dengan anggota keluarga. Jika
salah seorang dari keluarganya ada yang sakit langsung dibawa ke puskesmas
atau dengan membeli obat warung.
6. Agama dan Kepercayaan yang memengaruhi kesehatan
Keluarga Ibu A semuanya menganut agama islam, Ibu A juga rutin
menghadiri pengajian seminggu sekali. Keluarga meyakini bahwa setiap
penyakit pasti ada obatnya dan sakit merupakan ujian dari Alloh sekaligus
sebagai penghapus dosanya.
7. Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn. E sekitar Rp.2 000.000,-/bulan dan jumlah tersebut
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bila ada kebutuhan yang
belum terpenuhi Tn. E meminjamnya ke koperasi. Ibu A mengatakan
penghasilan suaminya tersebut cukup untuk membeli makan, bayar listrik dan
bekal anaknya, bila ada sisanya beliau tabungkan untuk kebutuhannya yang
lain.
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Ibu A jarang melakukan aktivitas rekreasi,hanya hiburan saat di
rumah dengan menonton televisi bersama-sama.
kamar
R. Tamu
kamar
teeras
Ket :
: Jendela
: Pintu
Pemeriksaan Ibu L
a. Keadaan Umum
TD 110/80 mmHg
N 82x/menit
R 22x/menit
S 36,4ºC
Status obstetrik G4P3A0
Usia kehamilan 7 bulan
BB/TB 53/146
g. Leher dan Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tenggorokan pembesaran kelenjar tiroid, fungsi menelan baik
1. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya
Ibu A berharap tidak akan menderita penyakit yang berbahaya serta anggota
keluarga yang lain juga tidak mudah terserang penyakit apapun. Ibu A juga
berharap anggota keluarganya tetap diberikan kesehatan oleh Alloh dan yang
terutama saat ini persalinannya lancar dan diselamatkan keduanya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah agar pelayanan
kesehatan tetap ditingkatkan dimana pun setiap anggota masyarakat berada
agar kesehatan setiap orang dapat terjamin dengan baik terutama yang
beresiko tinggi.
Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4
1 Menerima petugas
ANALISA DATA
Masalah : Aktual
DX 1 : Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
DX 2: Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarganya
yang sedang hamil dengan 4T
NO. TUJUAN KRITERIA HASIL
TGL TUJUAN KHUSUS INTERVENSI TTD
DX UMUM RESPON STANDAR
24 2 Setelah dilakukan
November tindakan TUK 1 Verbal dan Keluarga mampu menjelaskan 1. Jelaskan cara perawatan
2021 keperawatan Setelah dilakukan psikomotor kembali tentang : anggota keluarga dengan
selama 2 minggu tindakan keperawatan 1. Menyebutkan kembali cara penyakit anemia
maka diharapkan selama 2 kali perawatan pada anggota 2. Jelaskan dan
masalah istirahat- kunjungan ,keluarga keluarga dengan gangguan demonstrasikan menu
tidur dapat mampu merawat pada pemenuhan istirhat tidur makanan seimbang
teratasi anggota keluarga yaitu dengan : 3. Berikan kesempatan pada
dengan 4T a. Releksasi nafas dalam anggota keluarga untuk
b. Membersihkan diri mendemonstrasikan
terlebih dahulu 4. Berikan pujian
c. Mengatur posisi 5. Evaluasi keberhasilan
senyaman mungkin
d. Buat lingkungan dalam
keadaan nyaman dan
tenang
2. Mendemonstrasikan
perawatan anggota
keluarga dengan gangguan
pemenuhan istirahat-tidur
dengan melatih nafas
dalam dengan cara tarik
nafas panjang kemudian
tahan selama 2 setik dan
hembuskan melalui mulut
sampai hitungan ke tujuh,
terus ulangi sampai 4 kali
1 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang 4T S : klien mengatakan menjadi lebih paham atas
a. Definisi penyakit yang di deritanya
b. Resiko
O : keluarga dapat menjawab beberapa pertanyaan
c. pencegahan
yang diajukan oleh perawat dan klien dapat
Hasil: keluarga memahami dan mampu
mempraktikan
menjelaskan kembali tentang 4T
A : masalah gastritis teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2. 1. mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam S : klien mengatakan lebih nyaman dari sebelumnya
2. memberikan edukasi tentang Resiko hamil
O : klien dapat mendemonstrasikannya secara tepat
terlalu tua, Cara perawatan bayi, Teknik
menyusui yang benar, Edukasi KB, Senam nifas A : masalah teratasi sebagian
dan kegel, Nutrisi ibu menyusui P : lanjutkan intervensi
3. mengevaluasi pemahaman klien tentang
kesehatan
4. memberikan pujian atas keberhasilan
pencapaiannya.
Kemandirian Keluarga Sesudah Diberikan Pembinaan/Tindakan Keperawatan : KM-1
Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4
1 Menerima petugas
A. Kesimpulan
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam
setelahkelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran
genital.Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua yaitu perdarahan postpartum
primer, yangterjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir dan perdarahan postpartum
sekunder yangterjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran
bayiBanyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara lain 4T
(tonedimished, trauma, tissue, thrombin).
Faktor resiko ynga dapat menyebabkan perdarahan post partum antara lain
grande multipara, perpanjangan persalinan, chorioamnionitis, hipertensi, kehamilan
multiple, injeksi magnesium sulfat, perpanjangan pemberian oxytocin. Tanda dan
gelaja perdarahan postpartum secara umum antara lain perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
Pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil.
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan
darah (sistolik <90 mmHg), nadi (>100x/menit) dan napas cepat, pucat (Hb <8%),
extremitasdingin, sampai terjadi syok. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
perdarahan postpartum adalah anemia dan kematian akibat perdarahan yang tidak
segera ditangani. Diagnosa yang muncul antara lain kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan pervaginam, gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan perdarahan pervaginam, nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas
jaringan, ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian,
resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang
steril dan resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
Perdarahan pasca persalinan adalah suatu kejadian mendadak dan tidak dapat
diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Sebab
yang paling umum dari pendarahan pasca persalinan dini yang berat (yang terjadi
dalam 24 jam setelah melahirkan) adalah atonia uteri (kegagalan rahim untuk
berkontraksi sebagai mestinya setelah melahirkan). Plasenta yang tertinggal ,
perlukaan jalan lahir dan inversio uteri, juga merupakan sebab dari
pendarahan pasca persalinan. Pendarahan pasca persalinan lanjut (terjadi lebih dari 24
jam setelah kelahiran bayi) sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang
tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. Saat-saat setelah kelahiran bayi dan jam-
jam pertama pasca persalinan adalah saat penting untuk pencegahan,
diagnosa, dan penanganan pendarahan. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain pada
ibu seperti infeksi, maka kasus pendarahan dengan cepat dapat mengancam jiwa.
Seorang ibu dengan pendarahan hebat akan cepatmeninggal jika tidak mendapat
perawatan medis yang sesuai, termasuk pemberianobat-obatan, prosedur klinis
sederhana, transfusi darah dan atau operasi.
Di daerah atau wilayah dengan akses terbatas memperoleh perawatan petugas
medis, transportasi dan pelayanan gawat darurat, maka keterlambatan untuk
memperoleh kesehatan menjadi hal yang biasa, sehingga resiko kematian karena
perdarahan pasca persalinan menjadi tinggi, semua ibu hamil harus didorong untuk
mempersiapkan kehamilan dan kesiagaan terhadap komplikasi, dan agar melahirkan
dengan bantuan seorang dokter atau bidan, yang dapat memberikan
perawatan pencegahan pendarahan pasca persalinan. Keluarga dan masyarakat harus
mengetahui tanda-tanda bahaya utama, termasuk pendarahan masa kehamilan. Semua
ibu harus dipanatau secara dekat setelah melahirkan terhadap tanda-tanda pendarahan
tidaknormal, dan para pemberi perawatan harus dapat dan mampu menjamin akses
ketindakan penyelamatan hidup bilamana diperlukan. Penanganan perdarahan pasca
salin memerlukan penanganan multi disiplin untuk mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas. Salah satu algoritma penanganan perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atoni arteri adalah “Homeostatis”.
DAFTAR PUSTAKA
a. Akhter S, Begum MR, Kabir Z, Rashid M, Laila TR, Zabeen F.(2003): Use of
acondom to control massive PPH.
b. Medscape General Medicine. AlanH, DeCherney , Lauren Nathan ( 2003) Curren
Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment ,
c. Ninth edition; The McGraw-Hill Companies, IncCarroli G,Cuesta C, Abalos
E,Gulmezoglu AM, (2008): Epidemiology of postpartumhaemorrhage:a systematic
review;
d. Best Practice & Research Clinical Obstetrics andGynaecology, vol 22:6 , 999-
1012Castaneda S, Karrison T, Cibils LA, (2000):
e. Peripartum Hysterectomy , J Perinatmed,vol 28(6):472-81Chandraharan E,
Arulkumaran S.(2008) : Surgical aspects of postpartumhaemorrhage.
f. Best Pract Res Clin Obstet Gynecol, 102John M. Kirby, John R. Kachura, Dheeraj K.
Rajan, Kenneth W. Sniderman, MartinE. Simons, Rory C. Windrim, John C.
Kingdom, (2009) :
g. Arterial embolization for primary postpartum hemorrhage,Journal of Vascular and
Interventional Radiology,Volume 20, Issue 8, Pages 1036-1045
h. Mukherjee S, Arulkumaran S, (2009): Post-partum
haemorrhage;Obsterics,Gynaecology and Reproductive medicine, vol 19:5, hal 122-
126Prawirohardjo S.(2002) : Perdarahan Pasca
Persalinan. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .
Jakarta : YBP