Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu di Indonesia menurut departemen kesehatan tahun 2002
adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dibanding dengan
sasaran Indonesia sehat 2010 dimana sasaran angka kematian ibu sebesar 150
per100.000. (Prawirohardjo S, 2002).
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi. Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di dunia
berkembang dan yang paling banyak adalah perdarahan pascasalin. Diperkirakan ada
14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. 
Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan. Di Inggris (2000) separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan
disebabkan oleh perdarahan pasca salin. (Carroli G dkk, 2008) 
Penanganan perdarahan pasca salin membutuhkan keahlian tersendiri dan
memerlukan kerjasama multi disiplin. Kegagalan untuk menilai gambaran klinis,
perkiraan kehilangan darah yang tidak adekuat, pengobatan yang tertunda , kurangnya
kerja tim multi disiplin dan kegagalan untuk mencari bantuan adalah beberapa
masalah yang penting untuk diperhatikan. Dokter harus menyadari
tindakan bedah dan waktu intervensi yang tepat serta tim yang efektif bekerja dapat
memperbaiki hasil akhir. ( Mukherjee S, Arulkumaran S, 2009 )
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan pasca persalinan
terhambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. (Winkjosastro H dkk ,2002)
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terhambat dilakukan atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan
perawatan sarana yang memungkinkan, penggunaan darah dengan segera merupakan
kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak.
Setiap wanita hamil dan nifas yang mengalami perdarahan harus segera
dirawat dan ditentukan penyebabnya untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan
dengan tepat. Mengingat komplikasi yang sangat fatal dapat terjadi akibat
keterlambatan penanganan perdarahan pasca salin, pengenalan dini
dan penanganan segera dan tepat terhadap adanya tanda-tanda perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri akan menyelamatkan penderita dari kematian. Tindakan
pertama berupa perbaikan kontraksi uterus harus segera dilakukan secara simultan
dengan usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya syok akibat perdarahan
tersebut, dalam hal ini penting dilakukan suatu pengawasan yang ketat terhadap
tanda-tanda vital penderita dan keseimbangan cairannya.(Prawirohardjo S,2002)

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah 4T.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian keperawatan keluarga dengan 4T
b. Memberikan gambaran tentang analisa data dengan 4T
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan dengan 4T
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengertian

4 terlalu adalah  Hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun,  hamil/
bersalin terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan
atau persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4). 
B. Resiko 4 Terlalu

1) Terlalu Muda (Primi Muda)

a. Pengertian Terlalu Muda (Primi Muda)

Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang
dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan
kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan
peran sebagai ibu (BKKBN, 2007:4).
b. Resiko Yang Dapat Terjadi

1) Bayi  lahir belum cukup bulan

2) Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir

3) Perdarahan dapat terjadi setelah bayi lahir

c. Alasan yang perlu diketahui adalah :

1) Secara fisik

Kondisi rahim dan panggul belun berkembang secara optimal,


mengakibatkan kesakitan dan kematian bagi ibu dan bayinya. Pertumbuhan
dan perkembangan fisik ibu terhenti/terhambat.
2) Secara mental

Tidak siap menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat


kehamilan.
Terlalu Muda (Hamil Usia <20 tahun). umur adalah lama waktu
hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Dalam kaitannya dengan
hamil dan melahirkan mengelompokkan umur menjadi 2 yaitu umur yang
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun dan umur yang
tidak aman  yaitu < 20 tahun dan > 30 tahun.
Berdasarkan ciri-ciri setiap masa periode perencanaan keluarga usia
reproduksi menurut Saifudin (2006), terbagi 3 macam yaitu:
1. Masa menunda kesuburan (kehamilan) dibawah 20 tahun.

2. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan kehamilan) 20-30 tahun.

3. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi) diatas 30 tahun.

Kehamilan terlalu muda beresiko bagi ibu dan juga bagi janinnya.
Resiko bagi ibu antara lain adalah perdarahan pada saat melahirkan antara
lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses
involusi. Lebih mudah untuk mengalami abortus, kelahiran prematur,
eklampsia/preeklamsia dan persalinan yang lama. Kemungkinan yang bisa
dialami oleh janin yaitu lahir prematur, BBLR (berat saat lahir < 2500
gram) dan cacat janin.
Kehamilan di usia muda beresiko tinggi karena saat itu ibu masih
dalam proses tumbuh akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu sehat antara 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan
tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress)
psikologis dan sosial ekonomi.[16]
d. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.

1) Keguguran

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.


misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan

bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat
badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan
juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan
psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan
karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan
gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.
3) Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress


memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang


pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena
pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat
besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang
yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5) Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan


anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk
pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6) Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena


perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian
ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang cukup
tinggi kebanyakan hal ini dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a) Resiko bagi ibunya :

 Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan
karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
 Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
 Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun
janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian
ibu. Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi.
b) Resiko pada bayinya :

 Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.


Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu
(259 hari). hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat
yang diperlukan berkurang.
 Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang
dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi
saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga
dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
 Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin
sejak saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus
rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
 Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama
hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan
kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.

2. Terlalu Tua (Primi Tua)

a. Pengertian Terlalu Tua (Primi Tua)

Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35
tahun. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada
kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet
dan perdarahan.
b. Resiko Yang Dapat Terjadi

1) Hipertensi/tekanan darah tinggi

2) Pre-eklamspsi

3) Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai

4) Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat

lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.


5) Perdarahan setelah bayi lahir
6) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah/BBLR < 2500gr

c. Alasan yang perlu diketahui adalah :

1) Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun

2) Fungsi rahim menurun

3) Kualitas sel telur berkurang

d. Meningkatnya komplikasi medis dan persalian

Terlalu Tua (Hamil Usia > 35 tahun) Umur ibu juga mempengaruhi
kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung
mempunyai bayi yang  berat badannya lebih rendah. Pada umur 35 tahun atau
lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan
lama dan perdarahan.
Selain itu, hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun
ialah kualitas sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang  hamil pada
usia ini punya resiko 4 kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun.
e. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Tua

Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu
mencapai 40 tahun atau lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada bayi.
Sel telur itu kan sudah ada di dalam organ reproduksi sejak wanita dilahirkan.
Namun, setiap bulan sel telur itu dilepaskan satu per satu karena sudah
matang. Berarti, sel telur yang tersimpan selama hampir 40 tahun ini usianya
juga sudah cukup tua. Karena, selama itu sel telur mungkin terkena paparan
radiasi. Di usia ini, wanita akan lebih sulit mendapatkan keturunan karena
tingkat kesuburan yang sudah menurun.
a) Resiko Pada Bayi.

 Kehamilan di atas usia 40 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat.


Kecacatan yang paling umum adalah down syndrome (kelemahan
motorik, IQ rendah) atau  bisa juga cacat fisik.
 Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di
usia 40 tahun. Pertambahan usia dapat menyebabkan  terjadinya
kelainan terutama pada pembelahan kromosom. Pembelahan
kromosom abnormal menyebabkan adanya peristiwa gagal berpisah
yang menimbulkan kelainan pada individu yang dilahirkan.
Terjadinya kelahiran anak dengan sindroma down, kembar siam,
autism sering disangkut pautkan dengan masalah kelainan kromosom
yang diakibatkan oleh usia ibu yang sudah terlalu tua untuk hamil.
Akan tetapi hal inipun masih berada di dalam penelitian lanjut
mengenai kebenarannya.
 Seiring bertambah usia maka resiko kelahiran bayi dengan down
syndrome cukup tinggi yakni 1:50. Hal ini berbeda pada kehamilan
di usia 20-30 tahun dengan rasio 1:1500.
 Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung
untuk memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan
intensif neonatal.
 Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina. Karena itu
disarankan untuk melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal ini
dilakukan bukan tanpa alasan namun mengingat  untuk melahirkan
normal membutuhkan tenaga yang kuat.
 Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat
untuk mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa
mengalami stres karena saat proses persalinan pembukaan mulut
rahim akan terasa sulit. Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40
tahun ke atas akan mengalami kesulitan saat melahirkan secara
normal. Apalagi untuk ibu hamil yang hipertensi, maka sangat
dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar. Untuk
menyelamatkan ibu dan juga bayi
b) Risiko pada ibu.

 Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena
kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan
makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.
 Risiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-penyakit
degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai muncul.
Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang dilahirkan juga
bisa cacat.
 Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi
seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.
 Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat wanita
menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran.
Elastisitas jaringan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Di usia semakin lanjut, maka sering terjadi penipisan dinding pembuluh
darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai, namun masalah
pada kualitas dinding pembuluh darah khususnya yang terdapat di
dinding rahim, dengan adanya pembesaran ruang rahim akibat adanya
pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan
 Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang
tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists, perempuan yang hamil di akhir usia
30-an dan 40-an lebih beresiko mengalami hipertensi saat kehamilan
(preeclampsia), kehamilan di luar rahim (kehamilan etopik),
mengalami keguguran.
 Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada
dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.
 Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan
oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas normal sering
menjadi penyebab kematian ibu yang melahirkan. Pre eklampsia banyak
dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil.
 Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra.
Tanpa adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat sulit mengejan
sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua usia
ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun tidak dapat
disamaratakan antara individu satu dengan lainnya.
 Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit
sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan
pada ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan secara Caesar.
f. Pencegahan
1) Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir. Karena,

Anda tetap bisa melahirkan secara normal. Anda dan bayi pun akan sehat-
sehat saja.
2) Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi

kesehatan kehamilan. Jangan lupakan menerapkan pola hidup sehat dengan


mengonsumi makanan sehat bernutrisi yang dibutuhkan untuk ibu hamil
dan janin dalam perut.
3) Karena adanya sejumlah risiko komplikasi ini, Anda yang berusia 35 tahun

ke atas cukup besar kemungkinannya untuk melahirkan secara Caesar.


4) Sejumlah resiko di atas tetap dapat diminimalkan dengan berkonsultasi

secara intensif dengan dokter kandungan.


5) Ibu hamil dengan usia beresiko lebih sering melakukan pemeriksaan dan

konsultasi. Segeralah melakuan screening atau tes untuk mencegah atau


mengurangi resiko yang membahayakan ibu dan anak. Pemeriksaan yang
bisa dilakukan seperti, USG, Triple Test dengan mengambil
sampel darah, Nuchal Translucency yang mengukur ketebalan belakang
leher janin, dan Amniocentesis yaitu pengambilan cairan ketuban dari
dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke laboratorium genetik untuk
dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom.
6) Disarankan untuk mengonsumi minuman suplemen asam folat dan rajin

mengunjungi dokter spesialis kandungan.


7) Melakukan olahraga low impact juga bisa dilakukan untuk melatih stamina

selama menjalani kehamilan. [20]

3. Terlalu Dekat Jarak Kehamilan

a. Pengertian Terlalu Dekat Jarak Kehamilan

Terlalu Dekat Jarak Kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu


dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim ibu belum
pulih, waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang. [18]
b. Resiko Yang Dapat Terjadi

1) Keguguran

2) Anemia

3) Bayi lahir belum waktunya

4) Berat badan lahir rendah (BBLR)

5) Cacat bawaan

6) Tidak optimalnya tumbuh kembang balita


c. Alasan yang perlu diketahui adalah

1) Kondisi rahim ibu belum pulih

2) Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan

3) Waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang

Menjaga jarak antara  kehamilan memiliki beberapa tujuan, di


antaranya adalah: Memberikan waktu  istirahat untuk mengembalikan
otot-otot tubuhnya seperti semula. Untuk memulihkan organ kewanitaan
wanita setelah melahirkan. Rahim wanita setelah melahirkan, beratnya
menjadi 2 kali lipat dari sebelum hamil. Untuk mengembalikannya ke
berat semula membutuhkan waktu sedikitnya 3 bulan, itu pun dengan
kelahiran normal. Untuk kelahiran dengan cara caecar membutuhkan
waktu lebih lama lagi.
Menyiapkan kondisi psikologis ibu yang mengalami trauma pasca
melahirkan karena rasa sakit saat melahirkan atau saat dijahit. Ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat wanita siap lagi
untuk hamil dan melahirkan.
Bagi wanita dengan riwayat melahirkan secara caecar, bayi lahir
cacat, pre eklamsia, dianjurkan untuk memberi jarak antar kehamilan
yang cukup. Karena mereka memiliki resiko lebih besar dari pada wanita
dengan riwayat kelahiran normal dan supaya bayi yang sudah lahir
mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya.

4. Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)

a. Pengertian Terlalu Banyak Anak (Grande Multi)

Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih.  Kemungkinan akan di temui kesehatan
yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan
perut yang menggantung.
b. Resiko Yang Akan Terjadi

1) Kelainan letak, persalinan letak lintang

2) Robekan rahim pada kelainan letak lintang

3) Persalinan lama

4) Perdarahan pasca persalinan


c. Alasan yang perlu diketahui adalah :

1) Dapat mengakibatkan terjadinya ganguan dalam kehamilan

2) Dapat menghambat proses perslainan, seperti kelainan letak

3) Tumbuh kembang anak kurang optimal

4) Menambah beban ekonomi keluarga. [18]

d. Dampak Terlalu Sering Dan Terlalu banyak Melahirkan

Memiliki banyak anak kini kurang diminati para orangtua dengan


alasan biaya hidup dan pendidikan yang semakin mahal. Di luar masalah
finansial sebenarnya melahirkan terlalu sering beresiko buruk bagi kesehatan
ibu dan bayi. "Makin sering hamil, makin buruk dampaknya bagi kesehatan
karena meningkatkan risiko kematian ibu". Menurut Darney, wanita yang
melahirkan anak lima orang atau lebih memiliki risiko kehamilan bermasalah.
Salah satu komplikasi yang mungkin dialami adalah perdarahan saat
persalinan.
Di Indonesia sendiri, saat ini perdarahan masih menjadi penyebab
utama kematian ibu saat melahirkan. Rahim, organ tempat janin berkembang,
terdiri dari jaringan otot. Kehamilan yang terlalu rapat akan mengendurkan
otot-otot tersebut sehingga setelah persalinan rahim menjadi sulit berkontraksi
untuk kembali ke ukurannya yang semula dan terjadilah perdarahan. Obat-
obatan biasanya kurang berhasil mengatasinya. Menurut penjelasan dr.Prima
Progestian, Sp.OG, selain risiko perdarahan ada beberapa risiko yang harus
dihadapi wanita yang melahirkan terlalu sering.
1) Risiko placenta previa dan plasenta akreta meningkat. Placenta previa

adalah kelainan letak plasenta yang seharusnya di atas rahim malah di


bawah, sehingga menutupi jalan lahir.
2) Meningkatnya intervensi dalam persalinan seperti pemasangan infus atau

induksi (rangsangan) agar tanda persalinan muncul. Induksi bisa dilakukan


dengan pemberian obat-obatan atau memecahkan kantung ketuban.
3)   Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko kecacatan janin,
komplikasi pada ibu (preeklampsia atau diabetes gestasional).
4)   Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari kehamilan
sebelumnya bisa menyebabkan masalah pada plasenta bayi.
Menurut dr.Prima, meski sampai sekarang belum ada batasan pasti
berapa banyak ibu boleh hamil dan dioperasi caesar, namun menurut riset
diperoleh kurva bahwa melahirkan anak di atas tiga orang maka risiko
komplikasi akan meningkat. "Untuk operasi caesar ada konsensus bahwa
batasannya tidak lebih dari tiga kali," katanya.
Slogan “Banyak Anak Banyak Rejeki” saat ini sudah mulai
ditinggalkan oleh keluarga modern. Alasan utama tentu adalah semakin
meningkatnya biaya hidup dan pendidikan. Namun apabila dikaji menurut
ilmu kesehatan, para ilmuwan menyebutkan bahwa ternyata banyak anak juga
bisa memperpendek usia khususnya pada wanita.
Terlalu sering melahirkan bisa memberi dampak buruk bagi sang ibu.
Risiko kematian menjadi lebih meningkat. Pasalnya, jika terlalu sering
melahirkan kemungkinan terjadi perdarahan saat persalinan. Perdarahan terjadi
akibat kegagalan berkontraksi rahim atau biasa disebut perdarahan
pascapersalinan.
“Risiko kematian pada ibu yang sering melahirkan karena perdarahan
pervaginam (lahir dengan persalinan normal). Jadi, dalam rahim banyak
sekali pembuluh darah. Kalau dia gagal berkontraksi, gagal mengecil,
tentunya akan terjadi bleeding (perdarahan). Banyak kematian saat
melahirkan akibat perdarahan
e. Mencegah dan penanganan 4 Terlalu

1) Pelayanan KB berkualitas pasca persalinan, pasca keguguran,pelayanan

KB berkualitas pasca persalinan, pasca keguguran.


2) Meningkatkan partisifasi aktif dan pemanfaatan kerjasama lintas program

dan sektor antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda,
organisasi profesi.
3) Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat antara lain

dalam bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya


pencegahan 3 terlambat yaitu : 1).Terlambat dalam mencapai pasilitas
(transportasi kerumah sakit/ puskesmas karena jauh). 2).Terlambat dalam
mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan
(kurang lengkap atau tenaga medis kurang). 3). Terlambat dalam
mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan.  Serta menyediakan
buku KIA, kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi
kegawatdaruratan agar selama hamil dapat mencegah resiko 4 Terlalu,
penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, partisipasi
juga mutu pelayanan.
4) Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi cakupan

program dan data informasi tentang masalah yang dihadapi.


f. Manfaat yang akan diperoleh dalam menghindari 4 Terlalu
1) Bagi kehamilan yang akan terjadi adalah kehamilan yang diinginkan, maka

proses kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan aman dan sehat.
2) Ibu akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu

yang cukup untuk merawat diri dan keluarga.


3) Anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal, sehat, cerdas, dan

mempunyai peluang mendapatkan pendidikan yang lebih baik.


4) Keluarga mempunyai peluang untuk meningkatkan kemandirian dalam

mengembangkan kesejahteraan

A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1. Riwayat Keperawatan, Kemungkinan Data Fokus
I. Data Umum
1) Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga :
b. Umur :
c. Agama :
d. Pekerjaan :
e. Pendidikan :
f. Telepon :
g. SukuBangsa :
h. Alamat :
2) Komposisi
NO. Nama Umur L/P Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Ket.

1. P

2. L

3. P

4. L

3) Genogram
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan
simbol-simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting, dan
dinamika keluarga dalam beberapa generasi. Bayangkan genogram sebagai
"pohon keluarga" yang sangat terperinci.
4) Tipe keluarga :
a. Jenis tipe keluarga
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
c. Suku Bangsa
d. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
III. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
1) Riwayat keluarga sebelumnya
2) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan
kesehatan (BCG/Polio/D kesehatan yang telah
PT/Campak) dilakukan

3) Sumber kesehatan yang telah dimanfaatkan


IV. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
a. Gambaran tipe tempat tinggal
b. Denah rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
a. Komunikasi keluarga
b. Stuktur kekuatan keluarga
c. Struktur peran
d. Nilai dan norma keluarga
V. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
a. Tugas perawatan keluarga
b. Mengenal masalah keluarga
c. Mengambil keputusan
d. Merawat anggota keluarga yang sakit
e. Memelihara lingkungan
f. Menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
VI. Stress dan koping keluarga
1) Stessor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
3) Strategi koping yang digunakan
2. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Dapat diketahui keadaan klien secara umum,apabila sakit,sakit ringan,sakit
sedang
b. Kesadaran
Untuk mengetahui seberapa besar kesadaran klien saat ini
c. Tanda-tanda Vital
Untuk mengetahui aspakah ada peningkatan atau penurunan system
d. Antropometri
e. Rambut dan kuku
Dilihat pada kulitnya apakah terdapast lesi, atau kerusakan pada kulit

f. Kepala dan leher


Meliputi pengkajian kepala, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
g. Dada
1) Keadaan dada
2) Keadaan jantung
3) Keadaan paru
4) Abdomen
5) Genetalia
6) Rektum dan anus
7) Ekstremitas

VII.Pengkajian Keperawatan Keluarga dengan Menggunakan Tingkat


Kemandirian Keluarga

Kriteria Tingkat kemandirian

Menerima petugas 1 2 3 4

Meerima pelayanan kesehatan sesuai dengan


rencanas keperawatan

Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan


secara benar

Mengetahui dan dapat mengetahui tentang masalah


kesehatan

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai


anuran

Melakan tidakan pencegahan secara aktif

Melakukan tindakan peningkatan kesehatan


(promotif) secara aktif

VIII. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Klinis


IX. Kemungkinan Data Fokus Hasil Pemeriksaan Diagnostik
X. Diagnosa Keperawatan Keluarga yang Mungkin Muncul
a. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah 4T pada ibu hamil
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga pada ibu hamil dengan 4T
c. Resiko cedera berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi 4T pada
ibu hamil
XI. Perencanaan Tujuan dan Kriteria Hasil
1) Diagnosa Keperawatan I
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga
mengenal masalah 4T pada ibu hamil
a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua kali kunjungan
keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang 4T pada ibu hamil.
b. Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang 4T
2) Diagnosa Keperawatan II
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga pada ibu hamil dengan 4T
a. Tujuan : Setelah tindakan keperawatan selama dua kali kunjungan keluarga
dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari 4T.
b. Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan
perawatan 4T pada ibu hamil.
3) Diagnosa Keperawatan III
Resiko cedera berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam
memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi 4T pada ibu
hamil
a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan selama tiga kali kunjungan keluarga
mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap 4T pada ibu hamil
b. Kriteria: Keluarga dapat menjelaskan tentang pengaruh lingkungan terhadap
ibu hamil dengan 4T
XII.Kemungkinan Prioritas Intervensi dengan Menggunakan Skoring

NO KRITERIA SKOR BOBOT SKOR X


BOBOT
1 Sifat masalah Skor / angka
tertinggi X
 Tidak atau 3
bobot
kurang sehat
 Ancaman
kesehatan 1
 Keadaan
2
sejahtera
1
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah
2 2
 Mudah
 Sebagian 1
 Tidak dapat
0
3 Potensial masalah
untuk dicegah
 Tinggi 3 1
 Cukup
 Rendah 2
1
4 Menonjolnya
masalah
2
 Masalah berat
harus segera
ditangani
 Ada masalah 1
1
tapi tidak perlu
ditangani
 Masalah tak
dirasakan
0
JUMLAH
XIII. Tindakan Keperawatan Keluarga Berdasarkan Prioritas
a. Diagnosa keperawatan I
Intervensi:
 Jelaskan arti dari 4T pada ibu hamil.
 Diskusikan tanda-tanda dan penyebab 4T pada ibu hamil
 Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Diagnosa keperawatan II
Intervensi:
 Diskusikan tentang akibat kurangnya nutrisi pada ibu hamil dengan 4T.
 Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita 4T pada ibu hamil
c. Diagnosa Keperawatan III
Intervensi:
 Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam.
 Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
 Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
 Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

XIV. Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan Menggunakan Tingkat Kemandirian


Keluarga

TINGKAT KEMANDIRIAN 1 2 3 4

Menerima petugas    

Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana    


keperawatan

Tahu dan dapat mengungkapkan masalah   


kesehatan secara benar

Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat   

Melakukan tindakan keperawatan sederhana   


sesuai anjuran

Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif  

Melakukan tindakan peningkatan / promotif 


secara asertif

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
KEPADA IBU A DENGAN DIAGNOSA 4T
DI MADEWANGI RT 02 /RW 02 KECAMATAN TAMANSARI
KOTA TASIKMALAYA

A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. E
b. Umur : 29 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Penjahit
e. Pendidikan : SMP
f. Telepon : 087825441504
g. Suku/Bangsa : Sunda
h. Alamat : Madewangi RT 02 / RW 02
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
2. Komposisi

No Nama Umur L/P Tgl. Lahir Pendidika Pekerjaan Imunisasi


n

1. Ibu A 39 P Tasikmalaya, SD Buruh -


tahun 10/03/82

2. An. S 20 L Tasikmalaya, SMA Karyawan lengkap


tahun 11/11/2001

3. An. H 18 P Tasikmalaya, SMA Siswa Lengkap


tahun 11/07/2003

4. Nn. A 7 L Tasikmalaya, SD Siswa Lengkap


tahun 15/08/2014
3. Genogram

4. Tipe Keluarga
a. Jenis Tipe Keluarga :
keluarga Tn. E termasuk tipe keluarga berantai (serial family) karena Ibu
A yang telah menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :
yang menjadi masalah keluarga sekarang yaitu masalah ekonomi,
dikarenakan penghasil Tn. E tidak sepenuhnya dapat membiayai
kebutuhan keluarganya yang banyak.
5. Suku/Bangsa
Keluarga Ibu A bersuku sunda sama seperti tetangga-tetangganya. Ada
beberapa kegiatan lingkungan yang berhubungan dengan etnis seperti pada
Rabu pagi mengikuti pengajian dengan warga lainnya dan bila tidak ada
kegiatan biasa berkumpul dan berbincang di teras warga, bahasa yang biasa
digunakan dalam bersosialisasi dengan tetangganya yaitu bahasa sunda.
Keluarga Ibu A menggunakan pola busana modern, seperti Ibu A memakai
daster, anaknya yang perempuan dan laki-laki menggunakan baju kaos dan
celana panjang. Dalam masalah pengambilan keputusan adalah tugas Tn. E
tetapi sebelumnya melalui proses musyawarah dengan anggota keluarga. Jika
salah seorang dari keluarganya ada yang sakit langsung dibawa ke puskesmas
atau dengan membeli obat warung.
6. Agama dan Kepercayaan yang memengaruhi kesehatan
Keluarga Ibu A semuanya menganut agama islam, Ibu A juga rutin
menghadiri pengajian seminggu sekali. Keluarga meyakini bahwa setiap
penyakit pasti ada obatnya dan sakit merupakan ujian dari Alloh sekaligus
sebagai penghapus dosanya.
7. Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn. E sekitar Rp.2 000.000,-/bulan dan jumlah tersebut
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bila ada kebutuhan yang
belum terpenuhi Tn. E meminjamnya ke koperasi. Ibu A mengatakan
penghasilan suaminya tersebut cukup untuk membeli makan, bayar listrik dan
bekal anaknya, bila ada sisanya beliau tabungkan untuk kebutuhannya yang
lain.
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Ibu A jarang melakukan aktivitas rekreasi,hanya hiburan saat di
rumah dengan menonton televisi bersama-sama.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Ibu A memiliki 3 anak dan sekarang sedang mengandung anak
yang ke-4, anak pertama sedang bekerja, dan sehingga tahap
perkembangan keluarga Ibu A berada pada tahap 6 yaitu keluarga dengan
anak dewasa.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu Memelihara
komunikasi terbuka (cegah gap komunikasi).
III. Riwayat Kesehatan Keluarga Saat Ini
1. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga Ibu A sebelumnya tidak ada yang mengalami anemia dan hamil
terlalu tua.

2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

No Nama Umur BB Keadaan imunisasi Masalah Tindakan


(Th) (kg) kesehatan kesehatan yang telah
dilakukan

1. Tn. E 49 63 Sehat - Tidak ada -

2. Ibu A 39 53 Sakit - 4T Check up

3. An. S 20 63 Sehat Lengkap Tidak ada -

4. An. H 18 42 Sehat Lengkap Tidak ada -

5. An. A 7 32 Sehat Lengkap Tidak ada -

3. Sumber kesehatan yang telah dimanfaatkan


Jika penyakit yang diderita keluarga tidak mengalami perubahan setelah
diberi obat warung ,maka anggota keluarga dibawa ke puskesmas dengan
menggunakan kendaraan.

IV. Pengkajian Lingkungan


1. Karakteristik Lingkungan
Tipe rumah permanen, kepemilikan pribadi, rumah terdiri dari ruang tamu,
2 kamar, dapur dan kamar mandi. Di bagian depan rumah terdapat
teras.pemanfaatan ruangan baik, penataan perabot dalam rumah tertata
rapih dan cukup bersih, pencahayaan baik, ventilasi cukup kurang karena
posisi jendela tidak dapat dibuka dan hanya mengandalkan pintu terbuka,
lantai dari semen, pembuangan ke septic tank, sumber air dari sumur yang
ditarik menggunakan mesin, untuk pembuangan sampah diangkut oleh
petugas.
dapur
WC R. keluarga

kamar

R. Tamu
kamar

teeras

Ket :
: Jendela
: Pintu

2. Karakteristik tetangga dan komunitas Rw


Tetangganya selalu memperhatikan kesehatan keluarga Ibu A dengan
selalu menjenguk dan memberi saran agar segera dibawa ke pelayanan
kesehatan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ibu A sudah menetap selama 7 tahun disana sejak awal menikah
sampai dengan sekarang.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga biasa berkumpul di rumah saat sedang tidak ada
pekerjaan,begitupun berinteraksi dengan tetangganya saat pekerjaan rumah
sudah selesai.
5. System pendukung keluarga
Keluarga Ibu A selalu memeriksakan kesehatannya ke puskesmas bila ada
salah satu anggota keluarganya yang sakit.
V. Struktur keluarga
1. Komunikasi keluarga
Keluarga Ibu A dalam berkomunikasi menggunakan bahasa sunda, antar
anggota keluarga terbina komunikasi yang baik dan bila menghadapi
masalah dapat diselesaikan secara bersama-sama.
2. Struktur kekuatan keluarga
Pengendali keluarga adalah Tn. E sebagai kepala keluarga. Keputusan
yang diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah dengan anggota
keluarga dan dalam pengambilan keputusan tidak ada masalah.
3. Struktur peran
a. Tn. E sebagai kepala keluarga serta bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangganya.
b. Ibu A sebagai seorang istri yang tugasnya melayani suami dan
mengayomi anak-anaknya, memasak, membersihkan rumah
c. An. S dan H, Nn. A sebagai anaknya yang masih, merawat orang
tuanya dan membantu pekerjaan rumah
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Ibu A menerapkan aturan sesuia dengan ajaran agama dan
norma yang berlaku di masyarakat. Ibu A mengaharapkan anaknya
menjadi anak yang taat dalam menjalankan agamanya.

VI. Fungsi Keluarga


1. Fungsi afektif
Hubungan antar anggota keluarga rukun dan perhatian dalam membina
rumah tangga
2. Fungsi socialisasi
Ibu A mengajarkan perlunya berhubungan dengan orang lain tanpa
membeda-bedakan. Interaksi hubungan dengan keluarga juga terbuka dan
selalu mendahulukan musyawarah.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah keluarga
Keluarga Ibu A tidak mampu mengenal masalah kesehatan yang
dialaminya yaitu 4T, Ibu A rutin memeriksakan kesehatannya ke
puskesmas dan bidan terdekat
b. Mengambil keputusan
Keluarga mempunyai sikap yang baik terhadap masalah kesehatannya
karena selalu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas tiap sebulan
sekali, keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dengan jalan
kaki atau naik angkutan umum, keluarga percaya terhadap tenaga
kesehatan.
c. Merawat anggota keluarganya yang sakit
Keluarga belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit
ditandai dengan Ibu A sampai sekarang masih merasakan nyeri dan
pusing.
d. Memelihara/memodifikasi lingkungan
Keluarga mampu merawat lingkungan dengan baik dengan adanya
tanaman di depan rumah dan penataan rumah baik dan cukup bersih.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga Ibu A Tidak mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Ibu A ingin memiliki 4 anak saja supaya bisa mengoptimalkan
kesejahteraan keluarganya. Dahulu Ibu A pernah menggunakan Pil Kb
yang dikomsumsi 1 bulan sekali.
5. Fungsi ekonomi
Ibu A mengatakan penghasilan yang diperoleh cukup untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan keluarga sehari-hari.

VII. Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek:
Sementara keluarga Tn. E tidak mempunyai masalah berat, hanya
mengkhawatirkan kehamilan Ibu A nanti.
Stressor jangka panjang:
Memikirkan masalah biaya untuk hidup dan keinginan untuk
menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tinggi nya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stress
Keluarga menganggap ujian atau cobaan jika ada masalah yg menimpa
keluarga nya.
3. Strategi koping yang digunakan
Bila ada masalah, keluarga selalu membicarakan satu sama lain untuk
mencari jalan keluar.

VIII. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ibu L

a. Keadaan Umum
TD 110/80 mmHg
N 82x/menit
R 22x/menit
S 36,4ºC
Status obstetrik G4P3A0
Usia kehamilan 7 bulan
BB/TB 53/146

b. Kepala dan rambut Bentuk kepalaa bulat, penyebaran rambut merata,


rambut bersih dan berwarna hitam, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi

c. Hidung Hidung bersih, tidak ada lesi ataupun mucus,tidak


ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, fungsi
penciuman baik.

d. Telinga Telinga simetris, telinga tampak bersih, tidak ada


pembengkakan, fungsi pendengaran baik

e. Mata Simetris, konjungtiva sianosis, sclera putih, fungsi


penglihatan baik, tidak ada nyeri tekan

f. Mulut, gigi,lidah, Mukosa bibir lembap, warna merah muda, lidah


tonsil dan paring bersih tidak ada sianosis, tonsil dan faring normal.

g. Leher dan Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tenggorokan pembesaran kelenjar tiroid, fungsi menelan baik

h. Dada 1) Ekspansi dada simetris, tidak ada penggunaan


1) Paru-paru otot-otot tambahan, respirasi 22x/menit, bunyi
2) Jantung nafas vesicular, tidak ada pembengkakan dan
nyeri tekan
2) Bunyi jantung lub-dup, tidak ada suara
tambahan, irama jantung regular, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembengkakan
i. Payudara Payudara simetris, areola coklat, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan

j. Abdomen TFU 33 cm, DJJ 136x/menit, sebelah kiri


ekstremitas, kanan punggung, atas bokong dan
bawah kepala, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
nyeri tekan.

k. Ekstremitas, kuku Kekuatan otot


dan kekuatan otot 5 5
5 5
Kuku merah muda, CRT lebih dari 2 detik, kulit
lembab, turgor kulit baik

l. Genetalia dan anus Tidak terkaji

m. Permeriksaan Baik, ditandai dengan Ibu A dapat membaca name


neurologi tag perawat dengan jarak 30 cm.

1. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya
Ibu A berharap tidak akan menderita penyakit yang berbahaya serta anggota
keluarga yang lain juga tidak mudah terserang penyakit apapun. Ibu A juga
berharap anggota keluarganya tetap diberikan kesehatan oleh Alloh dan yang
terutama saat ini persalinannya lancar dan diselamatkan keduanya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah agar pelayanan
kesehatan tetap ditingkatkan dimana pun setiap anggota masyarakat berada
agar kesehatan setiap orang dapat terjamin dengan baik terutama yang
beresiko tinggi.

Kemandirian Keluarga Sebelum Diberikan Pembinaan/Tindakan Keperawatan : KM-1

Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4

1 Menerima petugas 

2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan 

3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara 


benar

4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran 

5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran 

6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif

7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara aktif

ANALISA DATA

Nama Klien : Ibu L

Masalah : Aktual

No Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah kep. Keluarga


.
1. DS Ketidakmampuan Kurang Pengetahuan
 Ibu A mengatakan tidak keluarga dalam
begitu mengetahui resiko mengenal masalah
ibu hamil dengan 4T resiko ibu hamil dengan
DO 4T
 Ibu A hamil usia tua (39
tahun)
2. DS Ketidakmampuan Gangguan pemenuhan
 Ibu A mengatakan keluarga dalam merawat istirahat tidur
tidurnya sering terjaga anggota keluarganya
saat malam hari yang sedang hamil
 Ibu A mengatakan dengan 4T
tidurnya tidak pulas dan
tidak nyaman
DO
 Ibu L tampak cape saat
dilakukan pengkajian

SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS ASUHAN


KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa : Kurang pengetahuan

No. Kriteria Skor Bobot Skor x bobot Pembenaran


1. Sifat masalah Masalah sedang
dirasakan
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman
2 1 3/3x1 = 1
kesehatan
 Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan 1) pengetahuan yang ada
masalah dapat diubah sekarang,teknologi dan
tindakan untuk
 Mudah 2 menangani masalah
 Sebagian tidak ada
 Tidak dapat 1 2 2) sumber daya keluarga
1/2x2 = 1 dalam bentuk
0
fisik,keuangan dan
tenaga ada
3) sumber daya perawat
dalam bentuk
pengetahuan,keterampi
lan dan waktu ada
4) sumber daya
masyarakat dalam
bentuk
fasilitas,organisasi
dalam masyarakat dan
dukungan masyarakat
(posyandu)
3. Potensial masalah 1) Kepelikan dari
untuk dicegah masalah yang
3 berhubungan dengan
 Tinggi 2 penyakit atau masalah
2
 Cukup tidak ada
 Rendah 1 3/3x1 = 1 2) Lamanya masalah,
yang berhubungan
dengan jangka waktu
masalah itu ada (tidak
ada)
3) Tindakan yang sedang
dijalankan adalah
tindakan yang tepat
dalam memperbaiki
masalah ada
4) Adanya kelompok
high risk menambah
potensi untuk
mencegah masalah
(tidak ada)
4. Menonjol masalah Masalah yang menonjol
perlu dilakukan
 Masalah 2
intervensi terlebih
berat,harus segera
ditangani dahulu.
 Ada masalah tetapi 1 1 2/2x1 = 1
tidak perlu
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah 4

Diagnosa : Gangguan pemenuhan istirahat tidur

No. Kriteria Skor Bobot Skor x bobot Pembenaran


1. Sifat masalah Masalah bersifat
ancaman kesehatan
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman
2 1 2/3x1= 2/3
kesehatan
 Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan 1) pengetahuan yang ada
masalah dapat sekarang,teknologi dan
diubah tindakan untuk
menangani masalah
 Mudah tidak ada
 Sebagian 2 2 2/2x2= 2 2) sumber daya keluarga
 Tidak dapat dalam bentuk
1
fisik,keuangan dan
0 tenaga ada
3) sumber daya perawat
dalam bentuk
pengetahuan,keterampi
lan dan ada
4) sumber daya
masyarakat dalam
bentuk
fasilitas,organisasi
dalam masyarakat dan
dukungan masyarakat
(posyandu)
3. Potensial masalah 1) Kepelikan dari
untuk dicegah masalah yang
3 berhubungan dengan
 Tinggi 1 2/3x1= 2/3 penyakit atau masalah
2
 Cukup tidak ada
 Rendah 1 2) Lamanya masalah,
yang berhubungan
dengan jangka waktu
masalah itu ada (tidak
ada)
3) Tindakan yang sedang
dijalankan adalah
tindakan yang tepat
dalam memperbaiki
masalah ada
4) Adanya kelompok
high risk menambah
potensi untuk
mencegah masalah
(tidak ada)
4. Menonjol masalah Masalah yang menonjol
tidak dirasakan
 Masalah 2
berat,harus segera
ditangani
 Ada masalah tetapi 1 1 0/2x1= 0
tidak perlu
ditangani
 Masalah tidak 0
dirasakan
Jumlah 3 1/3
B. Diagnosa Keperawatan

1. Kurang pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah


untuk ibu hamil dengan 4T
DS:
 Ibu A mengatakan tidak begitu mengetahui resiko ibu hamil dengan 4T
DO:
 Ibu A hamil usia tua (39 tahun)

2. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sedang hamil dengan 4T
DS:
 Ibu A mengatakan tidurnya sering terjaga saat malam hari
 Ibu A mengatakan tidurnya tidak pulas dan tidak nyaman
DO:
 Tampak lingkaran hitam bawah mata
 Ibu L tampak menguap beberapa kali saat dilakukan pengkajian
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DX 1 : Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

NO. TUJUAN KRITERIA HASIL


TGL TUJUAN KHUSUS INTERVENSI TTD
DX UMUM RESPON STANDAR
DX Setelah TUK 1 Verbal a. Definisinya yaitu a. kaji kemampuan klien
1 dilakukan setelah dilakukan tindakan Keluarga 4 terlalu adalah Hamil tentang 4T
tindakan keperawatan selama 3 kali mengatakan: terlalu muda (primi b. Jelaskan/diskusikan
keperawatan pertemuan keluarga mampu muda) usia ibu < 20 dengan keluarga tentang
selama 6 kali 1. Mengenal masalah tahun, hamil/ bersalin masalah 4T , yaitu:
pertemuan kesehatan tentang 4T dengan terlalu tua (grande definisi dan tanda gejala
keluarga menyebutkan: multi) usia ibu > 35 minimal 5
mampu a. Pengertian 4T tahun, terlalu dekat c. Motivasi keluarga
mengetahui b. Tanda dan gejala jarak kehamilan atau untuk mengulang
tentang 4T 4T persalinannya < dari 2 penjelasan
tahun, dan terlalu d. Berikan pujian atas
banyak anak (anak lebih kemampuan keluarga
dari 4) mengenal masalah
b. Tanda dan gejalanya e. Evaluasi penjelasan
adalah perawat
 Payudara atau
puting nyari,
bengkak
 Kelelahan
 Flek darah atau
nyeri perut
 Mual muntah
 Sering buang air
keci
 Sakit kepala
 Perubahan suasana
hati
 Konstipasi
DX TUK 2 Verbal dan a. resikonya adalah a. kaji kemampuan
1 setelah dilakukan tindakan psikomotor  Keguguran pengambilan keputusan
keperawatan selama 2 kali Keluarga  Bayi  lahir belum keluarga tentang akibat
pertemuan keluarga mampu mampu: cukup bulan dari jarangnya
mengambil keputusan yang  Perdarahan dapat mengontrol kesehatan ibu
tepat untuk mengatasi masalah terjadi hamil secara rutin dan
kepada anggota keluarga yang sebelum/setelah bayi melakukan program KB
sedang hamil dengan 4T, lahir b. Jelaskan resiko dari 4T
keluarga mampu menjelaskan:  Kanker leher Rahim dan solusi yang benar
a. Resiko dari 4T  Merembesnya air menurut kesehatan yaitu
b. Mengkontrol kesehatan seni ke vagina membawa anggota
anggota keluarga yang b.keluarga mampu keluarga yang sakit ke
sedang hamil memeriksa secara rutin puskesmas atau fasyankes
c. Akibat dari jarang nya pada anggota keluarga primer
mengontrol kesehatan yang sedang hamil c. Diskusikan dg klg
anggota keluarga yang c. keluarga mampu akibat bila tidak
sedang hamil ke mengetahui hal hal yang melakukan kontrol secara
fasyankes secara rutin dapat terjadi bila jarang rutin ke fasyankes yaitu
mengontrol kesehatan terjadi masalah-masalah
anggota keluarga yang biasa dijumpai pada 4T
sedang hamil ke fasyankes d. Motivasi keluarga
secara rutin untuk mengambil
tindakan yang sesuai dg
solusi yaitu membawa
anggota keluarga yang
sakit ke fasyankes primer
e. Evaluasi sejauh mana
keluarga sudah
mengambil tindakan
DX TUK 3 Verbal dan a. dengan cara membawa a. kaji kemampuan pasien
1 setelah dilakukan tindakan psikomotor anggota keluarga yang dalam merawat anggota
keperawatan selama 3 kali Keluarga sedang hamil ke fasyankes keluarga yang hamil
pertemuan keluarga mampu mampu secara rutin dan dengan 4T
merawat anggota keluarga menganjurkan senam b. Berikan kesempatan
yang hamil dengan 4T, hamil pada anggota keluarga
keluarga mampu melakukan: b. Diet sesuai ibu hamil untuk mendemonstrasikan
a. Menyebutkan kembali normal, Ajarkan prosedur perawatan
cara perawatan pada bagaimana menghadapi c. Berikan pujian atas
anggota keluarga aktivitas yang terbatas pelaksanaan yg dilakukan
dengan 4T c. Keluarga memutuskan klg
b. Mendemonstrasikan untuk menggunakan KB d. Evaluasi keberhasilan
perawatan anggota setelah melahirkan klg dalam melakukan
keluarga dengan 4T perawatan
DX TUK 4 Verbal dan Menciptakan lingkungan a. kaji kemampuan
1 setelah dilakukan tindakan psikomotor yang nyaman: keluarga dalam
keperawatan selama 2 kali Keluarga  Menata perabotan menciptakan/ memelihara
pertemuan keluarga mampu mampu: rumah tangga lingkungan yang dapat
menciptakan/ memelihara  Membuang tempat menunjang kesehatan
lingkungan yang dapat sampah pada pada anggota keluarga
menunjang kesehatan pada tempatnya yang sedang hamil
anggota keluarga yang sedang
hamil dengan 4T, keluarga  Membersihkan dengan 4T
mampu melakukan: jamban d. Jelaskan ling
a. Menyebutkan kembali cara  Membersihkan psikologis rumah yaitu:
menciptakan/memelihara lingkungan rumah hubungan yang harmonis
lingkungan rumah yang dapat antar anggota klg
menunjang kesehatan pada e. Bantu &
anggota klg dengan 4T demonstrasikan
b. Mendemonstrasikan menciptakan/memelihara
lingkungan rumah yang dapat lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan pada dapat menunjang
anggota klg dengan 4T kesehatan pada anggota
klg dengan 4T
f. Motivasi klg untuk
menciptakan/memelihara
lingkungan rumah yg
dapat menunjang
kesehatan pd angg klg
dengan 4T
g. Berikan pujian atas
pelaksanaan yg dilakukan
klg
h. Evaluasi keberhasilan
klg dalam
menciptakan/memelihara
lingkungan rumah yg
dapat menunjang
kesehatan pd angg klg
dengan 4T
DX TUK 5 Verbal dan a. fasilitas kesehatan yang a. kaji kemampuan
1 setelah dilakukan tindakan psikomotor dapat digunakan: keluarga dalam
keperawatan selama 2 kali Keluarga  Puskesmas memanfaatkan fasilitas
pertemuan keluarga mampu mampu:  Dokter praktek pelayanan kesehatan
menggunakan fasilitas  Klinik 24 jam b. Jelaskan fungsi dan
pelayanan kesehatan untuk  Bidan praktek macam-macam pelayanan
mengontrol kesehatan keluarga Manfaat kunjungan ke yg diberikan kpada
yang sedang hamil dengan 4T, fasilitas pelayanan masyarakat
keluarga mampu: kesehatan: c. anjurkan keluarga
a. Menyebutkan kembali untuk mengecek Hb ke
 Mendapatkan
fungsi dan macam- fasyankes
pelayanan
macam layanan dari d. Motivasi klg untuk
kesehatan
pelyankes menggunakan yankes
 Mendapatkan
b. Membawa anggota klg e. Evaluasi penggunaan
pendidikan
yg sakit ke fasyankes yankes oleh klg
kesehatan
b. membawa anggota
keluarga yang sakit ke
pelayanan kesehatan
untuk mengatasi masalah
pada anggota keluarga
yang sedang hamil dengan
4T

DX 2: Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarganya
yang sedang hamil dengan 4T
NO. TUJUAN KRITERIA HASIL
TGL TUJUAN KHUSUS INTERVENSI TTD
DX UMUM RESPON STANDAR
24 2 Setelah dilakukan
November tindakan TUK 1 Verbal dan Keluarga mampu menjelaskan 1. Jelaskan cara perawatan
2021 keperawatan Setelah dilakukan psikomotor kembali tentang : anggota keluarga dengan
selama 2 minggu tindakan keperawatan 1. Menyebutkan kembali cara penyakit anemia
maka diharapkan selama 2 kali perawatan pada anggota 2. Jelaskan dan
masalah istirahat- kunjungan ,keluarga keluarga dengan gangguan demonstrasikan menu
tidur dapat mampu merawat pada pemenuhan istirhat tidur makanan seimbang
teratasi anggota keluarga yaitu dengan : 3. Berikan kesempatan pada
dengan 4T a. Releksasi nafas dalam anggota keluarga untuk
b. Membersihkan diri mendemonstrasikan
terlebih dahulu 4. Berikan pujian
c. Mengatur posisi 5. Evaluasi keberhasilan
senyaman mungkin
d. Buat lingkungan dalam
keadaan nyaman dan
tenang
2. Mendemonstrasikan
perawatan anggota
keluarga dengan gangguan
pemenuhan istirahat-tidur
dengan melatih nafas
dalam dengan cara tarik
nafas panjang kemudian
tahan selama 2 setik dan
hembuskan melalui mulut
sampai hitungan ke tujuh,
terus ulangi sampai 4 kali

TUK 2 1. Jelaskan cara perawatan


Setelah dilakukan Verbal dan persiapan melahirkan
tindakan keperawatan
meliputi :
a. Resiko hamil terlalu
tua
b. Cara perawatan bayi
c. Teknik menyusui
yang benar
selama 2 kali d. Edukasi KB
kunjungan ,keluarga e. Senam nifas dan
mampu merawat pada kegel
anggota keluarga f. Nutrisi ibu menyusui
dengan 4T 2. Jelaskan dan
demonstrasikan pada
pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan pada
Keluarga mampu menjelaskan anggota keluarga untuk
kembali tentang perawatan mendemonstrasikan
persiapan melahirkan secara 4. Berikan pujian
psikomotor tepat 5. Evaluasi keberhasilan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Diagnosa Waktu Implamentasi Evaluasi
Keperawatan

1 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang 4T S : klien mengatakan menjadi lebih paham atas
a. Definisi penyakit yang di deritanya
b. Resiko
O : keluarga dapat menjawab beberapa pertanyaan
c. pencegahan
yang diajukan oleh perawat dan klien dapat
Hasil: keluarga memahami dan mampu
mempraktikan
menjelaskan kembali tentang 4T
A : masalah gastritis teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

2. 1. mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam S : klien mengatakan lebih nyaman dari sebelumnya
2. memberikan edukasi tentang Resiko hamil
O : klien dapat mendemonstrasikannya secara tepat
terlalu tua, Cara perawatan bayi, Teknik
menyusui yang benar, Edukasi KB, Senam nifas A : masalah teratasi sebagian
dan kegel, Nutrisi ibu menyusui P : lanjutkan intervensi
3. mengevaluasi pemahaman klien tentang
kesehatan
4. memberikan pujian atas keberhasilan
pencapaiannya.
Kemandirian Keluarga Sesudah Diberikan Pembinaan/Tindakan Keperawatan : KM-1

Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4

1 Menerima petugas 

2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan 

3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar 

4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran 

5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran 

6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif 

7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara aktif


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam
setelahkelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran
genital.Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua yaitu perdarahan postpartum
primer, yangterjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir dan perdarahan postpartum
sekunder yangterjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran
bayiBanyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara lain 4T
(tonedimished, trauma, tissue, thrombin).
Faktor resiko ynga dapat menyebabkan perdarahan post partum antara lain
grande multipara, perpanjangan persalinan, chorioamnionitis, hipertensi, kehamilan
multiple, injeksi magnesium sulfat, perpanjangan pemberian oxytocin. Tanda dan
gelaja perdarahan postpartum secara umum antara lain perdarahan yang hebat dan
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok.
Pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil.
Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan
darah (sistolik <90 mmHg), nadi (>100x/menit) dan napas cepat, pucat (Hb <8%),
extremitasdingin, sampai terjadi syok. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
perdarahan postpartum adalah anemia dan kematian akibat perdarahan yang tidak
segera ditangani. Diagnosa yang muncul antara lain kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perdarahan pervaginam, gangguan perfusi jaringan berhubungan
dengan perdarahan pervaginam, nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas
jaringan, ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian,
resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang
steril dan resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
Perdarahan pasca persalinan adalah suatu kejadian mendadak dan tidak dapat
diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Sebab
yang paling umum dari pendarahan pasca persalinan dini yang berat  (yang terjadi
dalam 24 jam setelah melahirkan) adalah atonia uteri (kegagalan rahim untuk
berkontraksi sebagai mestinya setelah melahirkan). Plasenta yang tertinggal ,
perlukaan jalan lahir dan inversio uteri, juga merupakan sebab dari
pendarahan pasca persalinan. Pendarahan pasca persalinan lanjut (terjadi lebih dari 24
jam setelah kelahiran bayi) sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang
tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. Saat-saat setelah kelahiran bayi dan jam-
jam pertama pasca persalinan adalah saat penting untuk pencegahan,
diagnosa, dan penanganan pendarahan. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain pada
ibu seperti infeksi, maka kasus pendarahan dengan cepat dapat mengancam jiwa.
Seorang ibu dengan pendarahan hebat akan cepatmeninggal jika tidak mendapat
perawatan medis yang sesuai, termasuk pemberianobat-obatan, prosedur klinis
sederhana, transfusi darah dan atau operasi.
Di daerah atau wilayah dengan akses terbatas memperoleh perawatan petugas
medis, transportasi dan pelayanan gawat darurat, maka keterlambatan untuk
memperoleh kesehatan menjadi hal yang biasa, sehingga resiko kematian karena
perdarahan pasca persalinan menjadi tinggi, semua ibu hamil harus didorong untuk
mempersiapkan kehamilan dan kesiagaan terhadap komplikasi, dan agar melahirkan
dengan bantuan seorang dokter atau bidan, yang dapat memberikan
perawatan pencegahan pendarahan pasca persalinan. Keluarga dan masyarakat harus
mengetahui tanda-tanda bahaya utama, termasuk pendarahan masa kehamilan. Semua
ibu harus dipanatau secara dekat setelah melahirkan terhadap tanda-tanda pendarahan
tidaknormal, dan para pemberi perawatan harus dapat dan mampu menjamin akses
ketindakan penyelamatan hidup bilamana diperlukan. Penanganan perdarahan pasca
salin memerlukan penanganan multi disiplin untuk mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas. Salah satu algoritma penanganan perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atoni arteri adalah “Homeostatis”.
DAFTAR PUSTAKA

a. Akhter S, Begum MR, Kabir Z, Rashid M, Laila TR, Zabeen F.(2003): Use of
acondom to control massive PPH.
b. Medscape General Medicine. AlanH, DeCherney , Lauren Nathan ( 2003) Curren
Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment ,
c. Ninth edition; The McGraw-Hill Companies, IncCarroli G,Cuesta C, Abalos
E,Gulmezoglu AM, (2008): Epidemiology of postpartumhaemorrhage:a systematic
review;
d. Best Practice & Research Clinical Obstetrics andGynaecology, vol 22:6 , 999-
1012Castaneda S, Karrison T, Cibils LA, (2000):
e. Peripartum Hysterectomy ,  J Perinatmed,vol 28(6):472-81Chandraharan E,
Arulkumaran S.(2008) : Surgical aspects of postpartumhaemorrhage.
f. Best Pract Res Clin Obstet Gynecol, 102John M. Kirby, John R. Kachura, Dheeraj K.
Rajan, Kenneth W. Sniderman, MartinE. Simons, Rory C. Windrim, John C.
Kingdom, (2009) :
g. Arterial embolization for primary postpartum hemorrhage,Journal of Vascular and
Interventional Radiology,Volume 20, Issue 8, Pages 1036-1045
h. Mukherjee S, Arulkumaran S, (2009): Post-partum
haemorrhage;Obsterics,Gynaecology and Reproductive medicine, vol 19:5, hal 122-
126Prawirohardjo S.(2002) : Perdarahan Pasca
Persalinan. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .
Jakarta : YBP

Anda mungkin juga menyukai