Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 1

Konsep Syariah dalam Ekonomi


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Pasar Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Bapak Muhammad Riza Hafizi, SE.M.Sc

Disusun Oleh :

Devi Sulistia (2014120316)


Husna Astati (2014120394)
Halimah Tusadiah (2014120365)
Pradiastuti Dwi Septianingrum (2014120238)
Lesmana (2014120393)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Waata’ala, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. semoga kita
bisa bersama dengan beliau di akhirat kelak.

Ungkapan terimakasih juga penulis haturkan kepada dosen pengajar khususnya


Bapak Muhammad Riza Hafizi, SE.M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Pasar
Keuangan Syariah yang telah membimbing dan memberi semangat sehingga pada akhirnya
bisa menjadikan tim penulis sedikit demi sedikit memperluas wawasan pengetahuan tim
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Syariah Dalam
Ekonomi”, meskipun jika ditinjau lebih jauh makalah ini belum sempurna untuk dikatakan
sebagai makalah yang baik, dan tim penulis menyadari bahwa kami bukanlah manusia yang
tercipta dalam kesempurnaan. Namun, tim penulis akan tetap berusaha untuk menjadi lebih
baik lagi dengan terus belajar.

Akhir kata, kesempurnaan itu hanya milik Allah, dan tim penulis berusaha dengan
sebaik-baiknya. Namun, masih terdapat kekurangan. Tim penulis mengharap kritik dan saran
dari pembaca yang yang dapat membangun agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Palangkaraya, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................1

A. Pengertian Syariah..........................................................................................................1

B. Konsepsi Syariah.............................................................................................................2

C. Sumber Hukum Syariah..................................................................................................3

D. Konsep Maqasid Syariah.................................................................................................4

E. Maqasid Syariah Dalam Kegiatan Ekonomi...................................................................5

F. Halal Dan Tayyib dalam Kegiatan Ekonomi..................................................................6

BAB III PENUTUP....................................................................................................................8

A. Kesimpulan.....................................................................................................................8

B. Saran................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

iii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini banyak orang mulai bergerak sporadis untuk memenuhi kebutuhan
hidup individu masing-masing yang kemudian mengakibatkan terjadinya suatu
kekacauan moral akibat dari pemenuhan hajat hidupnya masing-masing. Harta dan
kekayaan tidak lagi menjadi sumber kedamaian, melainkan berbalik menjadi sumber
penyakit moral yang perlu untuk ditanggulangi. Sistem ekonomi liberal atau bebas
adalah suatu sistem ekonomi yang secara teoritis dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi masyarakat, tetapi faktanya, justru bermunculan dampak tidak maslahat
dari sistem ini.
Pada konsep syariah, harta dan kekayaan dipandang bukanlahsebagai suatu
tujuan dari upaya aktifitas kehidupan manusia (taṣarruf), melainkan sebagai suatu
bentuk titipan dari Tuhan, dan manusia hanyabertanggung jawab dalam pengelolaan
segala bentuk sumber daya (asset) dan keuntungan (profit) dalam rangka beribadah
dan menjalankan syariah secara menyeluruh pada sendi-sendi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, Islam memandang kekayaan tidak hanya sebagai pemenuhan
kebutuhan manusia secara individu semata, melainkan juga mengharuskan adanya
distribusi pendapatan secara adil bagi setiap orang sebagai bentuk tanggung jawab
moral antara sesama manusia.
Di era modern saat ini perubahan-perubahan kompleks pada sisi sosial
kemasyarakatan telah banyak menimbulkan sejumlah persoalan berkaitan hukum
syariah. Disamping itu, metode yang dikembangkan para pembaru dalam menjawab
permasalahan itu terlihat tidak memuaskan. Dalam penelitian mengenai pembaruan
hukum di dunia Islam, disimpulkan bahwa metode yang umumnya dikembangkan
oleh pembaru Islam dalam menangani isu-isu hukum masih berkutat pada pendekatan
yang keluar dari penafsiran mazhab dan menggabungkan dua/lebih pendapat madzhab
berbeda dalam satu ibadah.
Kemunculan ekonomi Syariah seolah tampak sebagai suatu bentuk kombinasi
yang menggabungkan keunggulan antara ekonomi kapitalis dan sosialis lalu
menghindarkan sisi negatif yang ditimbulkan dari kedua sistem ekonomi itu. Ekonomi
Syariah seolah muncul sebagai sistem ekonomi hybrid, yang memiliki dimensi
tersendiri yang tidak dimiliki oleh ekonomi kapitalis maupun ekonomi sosialis, yaitu
dimensi ketuhanan. Dimana setiap aktivitas perekonomian senantiasa dikaitkan
dengan aspek-aspek keimanan dan ketakwaan yang bersumber dari wahyu Tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Syariah ?
2. Bagaimana Konsepsi Syariah ?
3. Bagaimana Sumber Hukum Syariah ?
4. Bagaimana Konsep Maqasid Syariah ?
5. Bagaimana Maqasid Syariah dalam kegiatan ekonomi ?
6. Bagaimana Halal dan tayib dalam kegiatan ekonomi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Syariah
2. Untuk Mengetahui Konsepsi Syariah
3. Untuk Mengetahui Sumber Hukum Syariah
4. Untuk Mengetahui Konsep Maqasid Syariah
5. Untuk Mengetahui Maqasid Syariah dalam kegiatan ekonomi
6. Untuk Mengetahui Halal dan tayib dalam kegiatan ekonomi

2
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syariah
Kata Syariah dan pecahannya dalam Al-Qur'an ditemukan sebanyak lima kali.
Menurut Djazuli kata “Syariah” secara etimologi mempunyai banyak arti. Salah
satunya "syariah" yang berarti ketetapan dari Allah bagi hamba-hambanya. Dan juga
biasa diartikan dengan jalan yang ditempuh oleh manusia atau jalan yang menuju ke
air atau juga bisa berarti jelas. Mahmud Syaltut dalam Al-Islam Aqidah wa Syari'ah
menyebutkan kata syariah berarti jalan menuju sumber air yang tidak pernah kering.
Kata syariah juga diartikan sebagai jalan yang terbentang lurus. Hal ini sangat relevan
dengan fungsi syariah bagi kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan
Tuhan maupun dengan umat manusia, orang Islam maupun non muslim dan alam
sekitarnya.1 Sedangkan Muhammad Syalabi mengetimologikan syariah sebagai
sesuatu yang dirujuk kepada sejumlah hukum Islam yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw, yang terekam dalam al-Qur'an dan sunnah nabi.2
Sementara secara terminology syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan
oleh Allah untuk hamba-hambanya yang dibawa oleh seorang rasul Muhammad
SAW, baik hukum tersebut berhubungan dengan cara tingkah laku, yaitu yang disebut
dengan hukum hukum furu’.3 Pada dasarnya kata syariah dalam Islam mencakup
seluruh petunjuk agama Islam, baik yang menyangkut dengan akidah, ibadah,
muamalah, etika, dan hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. Namun seiring berjalannya waktu, pengertian syariat sendiri mengalami
perkembangan. Dimana pada masa perkembangan ilmu ilmu agama Islam di abad
kedua dan ketiga, masalah akidah mengambil nama tersendiri, yakni ushuluddin,
sedangkan masalah etika dibahas secara tersendiri dalam ilmu yang dikenal dengan
istilah Akhlak. Karena itu, istilah syariah sendiri dalam pengertiannya mengalami
historical continuity, yang pada akhirnya menjadi menyempit, khusus mengenai

1
Mahmud Syaltut, Al-Islam Aqidah wa Syariah, (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 12
2
Muhammad Syalabi, Al-Madkhal fi Ta’rif bi al-Fiqh al-Islami, (Beirut: Dar al Nadhah al
Arabiyyah, 1969), hlm. 28
3
A. Djazuli, Ilmu Fiqih, (Jakarta:Prenada, 2005), hlm. 1-2
hukum yang mengatur perbuatan manusia. Atas dasar ini kata syariat Islam identik
dengan kata hukum dalam arti teks-teks hukum dalam al-Qur'an dan sunnah nabi.4
B. Konsepsi Syariah
Syariah adalah kata Syari'ah berasal dari kata syara'a. Kata ini menurut ar-Razi
dalam bukunya Mukhtar-us Shihab bisa berarti nahaja (menempuh), awdhaha
(menjelaskan) dan bayyan-al masalik (menunjukkan jalan). Sedangkan menurut Al-
Jurjani Syari'ah bisa juga artinya mazhab dan thriqah mustaqim / jalan yang lurus.
Jadi arti kata Syariah secara bahasa secar banyak artinya. Ungkapan Syari'ah
Islamiyyah yang kita bicarakan maksudnya bukanlah semua arti secara bahasa itu.
Kata syari’ah juga seperti itu. para ulama akhirnya menggunakan istilah
Syari'ah dengan arti selain arti bahasanya lalu mentradisi. Maka setiap disebut kata
Syari'ah langsung dipahami dengan artinya secara tradisi itu. Imam al-Qurthubi
menyebut bahwa Syari'ah artinya adalah agama yang ditetapkan oleh Allah swt.untuk
hamba-hambaNya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan. Hukum dan
ketentuan Allah itu disebut syariat karena memiliki kesamaan dengan sumber air
minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Makanya menurut ibn-
ul Manzhur syariat itu artinya sama dengan agama.
Yang dimaksud dengan syariat atau ditulis dengan syari'ah, secara harfiah
adalah jalan ke sumber (mata) air yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap
muslim syariat merupakan jalan hidup muslim, hidup muslim, ketetapan ketetapan
Allah dan ketentuan Rasul Nya, baik berupa larangan maupun berupa suruhan,
meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia (Ali, Mohammad Daud,
2011:46).
Dilihat dari segi ilmu hukum, syari'at merupakan norma hukum dasar yang
ditetapkan Allah, yang wajib Kata syari'ah juga seperti itu, diikuti oleh orang Islam
bedasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak. baik dlam hubungannya denganAllah
maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat. Nema hukum dasar ini
dijelaskan dan atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad saw. sebagai Rasul-
Nya. Karena itu, syari'at terdapat di dalam al-Qur'an dan di dalam kitab-kitab Hadis.5

4
Adbul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia Kajian Posisi Hukum Islam dalam Politik
Hukum Pemerintah Orde Baru dan Era Reformasi, (Jakarta, Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2008), hlm. 68
5
Nurhayati"MEMAHAMI KONSEP SYARIAH, FIKIH, HUKUM DAN USHUL
FIKIH"Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2018, hlm 127-128.
2
C. Sumber Hukum Syariah
Hukum syarih bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-
aturan untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui
permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali
membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan.6 Untuk itulah
diperlukan sumber hukum syariah sebagai solusi, yaitu sebagai berikut :
a. Al-Qur’an
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab
suci umat Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungan-
kandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan,
hikmah dan sebagainya. Al-Quran menjelaskan secara rinci bagaimana
seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat
yang ber akhlak mulia. Maka dari itulah, ayatayat Al-Quran menjadi
landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.
b. Al-Hadits
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala
sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan,
perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-aturan
yang merinci segala aturan yang masih global dalam Alquran. Kata hadits
yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah,
maka dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan
maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan
ataupun hukum Islam.7
c. Ijma
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman
Rasulullah atas sebuah perkara dalam agamayang dapat dipertanggung
jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah tabiin).
Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya
banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga tak dapat dipastikan
bahwa semua ulama telah bersepakat.8
6
Wad’i adalh sebab, syarat, atau mani’/penghalang suatu hukum
7
Sulaiman Abdullah, Sumber hukum Islam: permasalahan dan fleksibilitasnya (Sinar
Grafika, 1995), Hal. 11.
8
Tajun Nashr Lc, Ijma Sebagai Dalil Syari Ketiga (Lentera Islam, n.d.), Hal. 5.
3
d. Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits
menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran ataupun
hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu
yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Artinya jika suatu nash telah
menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan telah
diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan
hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus
yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut
disamakan dengan hukum kasus yang ada nashnya.9

D. Konsep Maqasid Syariah


Salah satu konsep penting dan fundamental yang menjadi pokok bahasan
dalam Islam adalah konsep Maqasid Syariah yang menegaskan bahwa Islam hadir
untuk mewujudkan dan memelihara maslahat umat manusia. Konsep ini telah diakui
oleh para ulama dan menjadi acuan dasar dalam keberislaman. Adapun ruh dari
konsep Maqasid Syari’ah adalah untuk mewujudkan kebaikan sekaligus
menghindarkan keburukan atau menarik manfaat dan menolak mudarat (dar’u al-
mafasid wa jalb al-masalih), istilah yang sepadan dengan inti dari Maqasid Syariah
tersebut adalah maslahat, karena Islam dan maslahat laksana saudara kembar yang
tidak mungkin dipisahkan.

Maqasid Syariah terdiri dari dua kosa kata yaitu al-maqasid dan al-shariah. Al-
maqasid adalah bentuk plural dari kata almaqsad dari akar kata al-qasd. Secara
etimologi, al-qasd mempunyai beberapa makna, di antaranya sebagai berikut: jalan
yang lurus (istiqamah al-tariq). makna ini mengacu pada firman Allah surah al-Nahl
bahwa Allah berhak untuk menerangkan jalan yang lurus dan mengajak kepada
kepada makhluk untuk selalu berada pada jalan yang lurus. Ajakan ini berdasarkan
bukti-bukti dan argumentasi yang tidak terbantahkan. Lawan kata al-qasd adalah al-
jair (jalan yang menyimpang). Kedua adalah tujuan yang paling utama (ali’timad wa
al-amm). Makna inilah yang sering kali digunakan dan dimaksud oleh ulama fiqh dan
ulama ushul fiqh. Tujuan (almaqasid) adalah acuan dalam setiap perbuatan mukallaf
dan hukum berubah seiring dengan perubahan tujuan (al-maqasid). Ia adalah elemen
9
Ahmad Sarwat MA Lc, Qiyas Sumber Hukum Syariah Keempat (Lentera Islam, n.d.), Hal.
3.
4
yang terdalam yang menjadikan landasan dalam setiap perbuatan seseorang. Tujuan
dan niat dalam hal ini tidak ada perbedaan yang mendasar.

E. Maqasid Syariah Dalam Kegiatan Ekonomi

Kedudukan manusia sangat unik, dalam ekonomi konvensional adalah


economics mans (manusia ekonomi) yang didasarkan pada filosofi matrealisme, tidak
mengakui tuhan apapun, dunia terjadi begitu saja, manusia datang ke dunia mau
kemana dan akan kemana masih menjadi pertanyaan. Oleh karena yang dilakukan di
dunia ini dalam pengertian ekonomi konvensional tidak lain hanya bagaimana
manusia memaksimalkan benefit, utility serta keinginan imajenasi untuk di
aplikasikan di dunia semaksimal mungkin.

Kehampaan itu dialami sebuah masyarakt meski kebutuhan fisik semua sudah
terpenuhi, pada akhirnya seseorang akan mencari-cari fatamorgana ketenangan berupa
obat-obatan, narkoba, minuman keras dan prilaku menyimpang lainnya. Ini semua
mencerminkan tidak adanya ketenangan batin padahal ekonomi sudah dibangun
sedemikian rupa sehingga setiap orang mempunyai gaji finansial yang cukup.
Pengabaian ini menunjukkan pembangunan manusia hanya berfokus pada pemenuhan
kebutuhan fisik. Konsep pembangunan berdasarkan Maqāṣid al-Sharī‘ah diantaranya
melalui beberapa hal diantaranya ḥifẓ al-dīn, ḥifẓNafs, ḥifẓ Aql, ḥifẓNasl, ḥifẓ Māl.
Tentu saja, ketika sebuah filsafat barat yang didasarkan pada matrealisme dan
tidak mengakui adanya tuhan maka manusia dianggap hanya sebuah benda, tidak
mempunyai ruh. Maka martabat ini hanya dalam islamlah memberikan arti secara
benar karena melihat dari seluruh dimensi manusia akal, pikiran dan ruh. Hal itu yang
menjadikan kehidupan manusia hidup bersaudara antara lain meskipun berlainan ras,
suku dan agama.
Adapun Visi islam dalam pembangunan ekonomi berdasarkan Maqāṣid al-
Sharī‘ah salah satunya didasarkan oleh shariah Islam melaluipengaplikasian zakat
dalam implementasi yang lebih luas, yaitu: (Bahsoan 2011)
a) Aktivitas Produksi, zakat akan menimbulkan new demanderpotensial sehingga
akan meningkatkan permintaan secara agregat yang akan mendorong produsen
untuk meningkatkan pula produksinya guna memenuhi permintaan yang
tinggi.

5
b) Investasi, dalam Islam investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan,
investasi yang sesuai dengan shariah. Secara eksplisit tertutang dalam berbagai
ayag Al-Qur’an, seperti pada Q.S. Al-Hasyr: 18, Q.S. Al-Baqarah: 261, Q.S.
An-Nisa: 9 dan ayat-ayat yang lain.
c) Lapangan kerja, dengan zakat akan meningkatkan pendapatan seseorang yang
dapat digunakan untuk modal usaha, khususnya pada zakat jangka panjang,
yang dilaksanakan pula pelatihan serta panduan penggunaan dana zakat untuk
meningkatkan taraf hidup mustahik.
d) Pertumbuhan ekonomi, ketika zakat digunakan untuk modal usaha, ini akan
membantu terlaksananya pertumbuhan ekonomi, karena terjadinya perubahan
pendapatan pada setiap individu yang dapat meningkatkan konsumsi, yang
kemudian berpengaruh kepada tingginya permintaan dan akan meningkatkan
faktor produksi. Pertumbuhan akan terdorong dengan laju perekonomi Islam
yang berawal dari instrument Islam (Nurohman 2011).
Melalui Maqāṣid al-Sharīah, seluruh aspek kehidupan sudah termuat dalam
shariah Islam yakni, agama, jiwa, akal, kebutuhan, keturunan, harta benda. Begitu
pula jelas pada seluruh aspek ekonomi termuat dalam shariah Islam, seperti dalam
pemenuhan kebutuhan, aspek sosial kemasyarakatan dengan bersedekah, zakat, wakaf
dan berbagai instrument lainnya yang mendorong serta membantu terjadinya
kehidupan yang baik antara seluruh lapisan masyarakat, berdampak pula pada
distribusi pendapatan yang merata, kemasalahatan adalah tujuan utama dari ekonomi
Islam yang berlandaskan Maqāṣid al-Sharī‘ah.10
F. Halal Dan Tayyib dalam Kegiatan Ekonomi
Kegiatan ekonomi dilakukan oleh pelaku ekonomi yaitu seseorang atau
kelompok dengan tujuan untuk mendapatkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidup.11 Namun tidak sedikit juga orang yang menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan tujuan yang di inginkan, sehingga melupakan antara kegiatan
yang halal dan haram.
Padahal Rasulullah telah menyampaikan bahwa “Mencari sesuatu yang halal
adalah kewajiban bagi setiap Muslim.” (H.R. Al-Thabarani dari Ibnu Mas’ud).

10
Dr Ika Yunia Fauzia dkk Lc , M. E. I., Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid
Al-Syariah (Kencana, 2014), Hal. 16-17.
11
Rahayu Puji T. Pelaku Kegiatan Ekonomi, 2020. Hal 1-2

6
Kewajiban ini di era sekarang pada akhirnya telah dicemari oleh beberapa syubhat
dan transaksi-transaksi yang tidak sesuai syariat.12
Adapun halal dan thoyyib dalam kegiatan ekonomi ialah adanya kejujuran dan
tanggung jawab dari pihak penjual atas barang dan jasa yang mereka tawarkan,
dimana barang atau produk berasal dari bahan- bahan yang halal dan tidak
membahayakan sedang jasa yang ditawarkan harus sesuai syariat Islam dan juga
tidak mengandung adanya maisir gharar, riba, dan kegiatan ekonomi yang dilarang
lainnya.

BAB III PENUTUP


PENUTUP

A. Kesimpulan
12
Ali, Muchtar. 2016. Konsep Makanan Halal dalam Tinjauan Syariah: Tanggung Jawab
Produk Atas Produsen Industri Halal. Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016

7
Pada dasarnya kata syariah dalam Islam mencakup seluruh petunjuk agama
Islam, baik yang menyangkut dengan akidah, ibadah, muamalah, etika, dan hukum-
hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Dilihat dari segi ilmu hukum, syari'at merupakan norma hukum dasar yang
ditetapkan Allah, yang wajib Kata syari'ah juga seperti itu, diikuti oleh orang Islam
bedasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak. baik dlam hubungannya denganAllah
maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat. Adapun dasar hukum
syarah yaitu berasal dari Al-Qur’an dan hadits, serta ijma dan qiyas.
Maqasid Syariah terdiri dari dua kosa kata yaitu al-maqasid dan al-shariah. Al-
maqasid adalah bentuk plural dari kata almaqsad dari akar kata al-qasd. Secara
etimologi, al-qasd mempunyai beberapa makna, di antaranya sebagai berikut: jalan
yang lurus (istiqamah al-tariq). makna ini mengacu pada firman Allah surah al-Nahl
bahwa Allah berhak untuk menerangkan jalan yang lurus dan mengajak kepada
kepada makhluk untuk selalu berada pada jalan yang lurus.
Adapun Visi islam dalam pembangunan ekonomi berdasarkan Maqāṣid al-
Sharī‘ah salah satunya didasarkan oleh shariah Islam melaluipengaplikasian zakat
dalam implementasi yang lebih luas.
halal dan thoyyib dalam kegiatan ekonomi ialah adanya kejujuran dan
tanggung jawab dari pihak penjual atas barang dan jasa yang mereka tawarkan,
dimana barang atau produk berasal dari bahan- bahan yang halal dan tidak
membahayakan sedang jasa yang ditawarkan harus sesuai syariat Islam dan juga
tidak mengandung adanya maisir gharar, riba, dan kegiatan ekonomi yang dilarang
lainnya.

B. Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya sekedar mengerti akan teori-teori yang
dijelaskan sebelumnya, akan lebih baik jika kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari hal terkecil dalamsebuah organisasi yang dapat
menjadi sebuah bekal untuk masa depan mengahadapi situasi sesungguhnya. Maka
sebagai Agent Of Change kita harus memaknai setiap kalimat yang tertulis didalam
makalah yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan
membaca makalah ini dan dapat menerapkannya dikehidupan yang sesungguhnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud Syaltut, Al-Islam Aqidah wa Syariah, (Beirut: Dar al-Qalam, 1966), hlm. 12
Muhammad Syalabi, Al-Madkhal fi Ta’rif bi al-Fiqh al-Islami, (Beirut: Dar al Nadhah al
Arabiyyah, 1969), hlm. 28
A. Djazuli, Ilmu Fiqih, (Jakarta:Prenada, 2005), hlm. 1-2
Adbul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia Kajian Posisi Hukum Islam dalam Politik
Hukum Pemerintah Orde Baru dan Era Reformasi, (Jakarta, Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama RI, 2008), hlm. 68
Nurhayati"MEMAHAMI KONSEP SYARIAH, FIKIH, HUKUM DAN USHUL
FIKIH"Jurnal Hukum Ekonomi Syariah Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2018, hlm 127-
128.
Wad’i adalh sebab, syarat, atau mani’/penghalang suatu hukum
Sulaiman Abdullah, Sumber hukum Islam: permasalahan dan fleksibilitasnya (Sinar Grafika,
1995), Hal. 11.
Tajun Nashr Lc, Ijma Sebagai Dalil Syari Ketiga (Lentera Islam, n.d.), Hal. 5.
Ahmad Sarwat MA Lc, Qiyas Sumber Hukum Syariah Keempat (Lentera Islam, n.d.), Hal. 3.
Dr Ika Yunia Fauzia dkk Lc , M. E. I., Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
Syariah (Kencana, 2014), Hal. 16-17.
Rahayu Puji T. Pelaku Kegiatan Ekonomi, 2020. Hal 1-2

Ali, Muchtar. 2016. Konsep Makanan Halal dalam Tinjauan Syariah: Tanggung Jawab
Produk Atas Produsen Industri Halal. Ahkam: Vol. XVI, No. 2, Juli 2016

Anda mungkin juga menyukai