Anda di halaman 1dari 12

1.

Epidemiologi dari malaria

Situasi malaria di suatu daerah dapat ditentukan melalui kegiatan surveilans epidemiologi, yaitu
suatu pengamatan yang berkelanjutan atas adanya penyebaran dan kecenderungan suatu penyakit
melalui pengumpulan data yang sistematis.
- Pengamatan terkait kasus malaria dapat dilakukan secara rutin melalui Passive Case
Detection (PCD) oleh fasilitas kesehatan yang ada di daerah tersebut atau melalui Active
Case Detection (ACD) oleh petugas khusus.
- Beberapa parameter dalam pengamatan rutin malaria:
o Annual Parasite Incidence (API), yaitu banyaknya kasus malaria yang ditemukan
melalui ACD dan PCD, dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopis.
o Annual Blood Examination rate (ABER), yaitu jumlah rata-rata pemeriksaan
sediaan darah malaria dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam 1 tahun,
dinyatakan dalam persen (%). Penurunan API berarti penurunan insidens jika
ABER meningkat.
o Slide Positivity Rate (SPR), yaitu persentase sediaan darah yang positif. Seperti
pada penilaian API, SPR baru bermakna jika ABER meningkat.
o Parasite Formula (PF), adalah proporsi tiap parasit di suatu daerah. Spesies yang
memiliki PF tertinggi disebut sebagai spesies yang dominan.
o Parasite Rate (PR), adalah persentase penduduk yang darahnya mengandung
parasit malaria pada saat tertentu. Kelompok umur yang dicakup adalah 2-9 tahun
dan 0-1 tahun. PR pada kelompok 0-1 tahun disebut Infant Parasite Rate (IPR)
yang dianggap sebagai indeks transmisi karena menunjukkan adanya transmisi
lokal.
o Spleen Rate (SR), persentase penduduk yang limpanya membesar, biasanya
golongan umur 2-9 tahun. Besarnya limpa dinyatakan berdasarkan klasifikasi
Hacket. Berdasarkan angka SR, endemisitas malaria di suatu daerah dapat
diklasifikasikan sebagai: hipoendemik jika SR 0-10%, mesoendemik jika SR 11-
50%, hiperendemik jika SR 51-75%, dan holoendemik jika SR >75% (dewasa
25%).
o Suatu keadaan epidemi atau Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk kasus malaria,
ditetapkan jika adanya peningkatan jumlah penderita atau kematian karena
malaria yang secara statistik bermakna bila dibandingkan dengan waktu
sebelumnya (periode 3 tahun sebelumnya).

Dimana terlihat adanya kecenderungan penurunan yang bermakna dari jumlah kasus positif
malaria dan API (Annual Paracite Incidence) yang dilaporkan tahun 2010-2020.
Pada 2010 kasus positif malaria di Indonesia mencapai 465,7 ribu, sementara pada 2020 kasus
positif menurun menjadi 235,7 ribu. Tak hanya itu, penurunan kasus malaria juga diikuti dengan
penurunan Annual Parasite Incidence (API) yang pada 2010 mencapai 1,96 dan 2020 mencapai
0,87.
Namun, penurunan ini cenderung stagnan di tahun 2014 sampai 2019. Akan tetapi, secara
keseluruhan terjadi penurunan kasus malaria di hampir seluruh provinsi di Indonesia dari tahun
2015-2020
- Di sisi lain, jumlah wilayah di Indonesia yang berhasil melakukan eliminasi malaria
bertambah. Pada tahun 2019 kabupaten/kota yang berhasil mengeliminasi malaria
sebanyak 300, di tahun 2020 bertambah menjadi 318.
- Berdasarkan capaian endemisitas per provinsi tahun 2020 terdapat 3 provinsi yang telah
mencapai 100% eliminasi malaria, antara lain DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Sementara provinsi dengan wilayahnya yang belum mencapai eliminasi malaria yakni
Maluku, Papua, dan Papua Barat.
- Tahun 2020 masih ada 23 kabupaten/kota yang endemis malarianya masih tinggi, 21
kabupaten/kota endemis sedang, dan 152 kabupaten/kota endemis rendah.
- Untuk mencapai Indonesia Bebas Malaria 2030 atau Eliminasi Malaria Nasional
pemerintah pada tahun 2021 mentargetkan sebanyak 345 kabupaten/kota yang mencapai
eliminasi malaria. Untuk mencapai target ini, perlu dilakukan intensifikasi pelaksanaan
penanggulangan malaria secara terpadu dan menyeluruh.
- Pencapaian Indonesia Bebas Malaria 2030 didahului dengan pencapaian daerah bebas
malaria tingkat Provinsi dan sebelum itu seluruh kabupaten/kota di Indonesia harus sudah
mencapai bebas malaria.
- Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai Kawasan Timur Indonesia pertama yang
kabupaten/kotanya berhasil mencapai eliminasi malaria. Ada 3 kabupaten/kota yang
berhasil eliminasi malaria yakni Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur,
dan Kota Kupang.
- Dimana Kabupaten Manggarai berhasil capai eliminasi malaria pada tahun 2019,
sementara Kabupaten Manggarai Timur dan Kota Kupang berhasil eliminasi malaria pada
tahun 2020.
- Selain itu terdapat 14 kabupaten/kota di NTT dengan endemis rendah, 2 kabupaten/kota
endemis sedang, dan 3 kabupaten/kota endemis tinggi. Kabupaten endemis tinggi malaria
masih terkonsentrasi di Pulau Sumba.
2. Siklus hidup

Menurut CDC( centers for disease) -Malaria tahun 2011, terdapat 3 tahapan dalam siklus hidup
Plasmodium yaitu
1) Exoerythrocytic Schizogoni, pertumbuhan aseksual di dalam sel hati atau di luar eritrosit
2) Erythrocytic Schizogoni, pertumbuhan aseksual di dalam eritrosit
3) Sporogoni, pertumbuhan seksual di dalam tubuh nyamuk.

3. Klasifikasi
A. Penyebab Malaria
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yang menginfeksi manusia yaitu: Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium
knowlesi.
B. Jenis Malaria
1. Malaria Falsiparum (malaria tropika)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium falciparum. Gejala demam timbul intermiten dan
dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan
kematian.
2. Malaria Vivaks (malaria tersiana)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium vivax. Gejala demam berulang dengan interval
bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh
Plasmodium vivax.
3. Malaria Ovale
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat ringan.
Pola demam seperti pada malaria vivaks.
4. Malaria Malariae (malaria kuartana)
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium malariae. Gejala demam berulang dengan interval
bebas demam 3 hari.
5. Malaria Knowlesi
Disebabkan oleh infeksi Plasmodium knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria
falsiparum.
4. Bagaimanakah komplikasi dari penyakit itu?
5. Bagaimanakah prognosis penyakit yang diderita pasien?
6. Apakah tatalaksana yang tepat untuk penyakit tersebut?
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini menggunakan DHP dan Primakuin.
Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi.
malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian DHP secara oral. Disamping itu
diberikan primakuin sebagai gametosidal dan hipnozoidal.
A. PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI
1) Malaria falsiparum dan malaria vivaks
Pengobatan malaria falsiparum dan vivaks saat ini menggunakan DHP di tambah
primakuin. Dosis DHP untuk malaria falsiparum sama dengan malaria vivaks, Primakuin
untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25
mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg/ kgBB.
Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan dan ibu hamil juga ibu
menyusui bayi usia < 6 bulan dan penderita kekurangan G6PD. Pengobatan malaria
falsiparum
dan malaria vivaks adalah seperti yang tertera di bawah ini:
a) Tata laksana malaria tanpa komplikasi
Bertujuan menghilangkan infeksi parasit malaria (eliminasi malaria secara total) dan
mencegah progresifitas menjadi malaria berat (malaria dengan komplikasi.
Malaria tanpa komplikasi diterapi dengan ACT (Artemisinin Combination Therapy)
dimana komponen artemisin mampu membunuh parasit secara cepat. ACT yang
direkomendasikan antara lain :
- artemether dan lumefantrine,
- artesunate dan amodiaquine,
- artesunate dan mefloquine,
- artesunate dan SP dan
- dihydroartemsinin dan piperaquine.
Pemberian selama 3 hari dikombinasi dengan primaquine selama 14 hari pada malaria
vivax untuk membunuh parasit fase hypnozoit dan satu tablet primaquine dosis tunggal hari
pertama pada malaria falciparum.
b) Malaria berat (malaria dengan komplikasi)
diterapi dengan artesunate intravena atau intra muskuler setidaknya selama 24 jam dan
pasien sudah toleransi dengan oral, selanjutnya diikuti dengan terapi ACT selama 3 hari.
Primakuin dosis tunggal 1 tablet diberikan pada hari pertama bila penyebabnya adalah
plasmodiun falciparum.
7. Diagnosis banding
Manifestasi klinis malaria dapat bervariasi dari ringan hingga berat yang membahayakan
jiwa. Manifestasi klinis malaria menyerupai penyakit lain :
1) tifoid,
2) dengue,
3) leptospirosis,
4) chikungunya,
5) infeksi saluran nafas.

- Adanya trombositopenia : sering didiagnosis dengan leptospirosis, demam dengue


atau tifoid.
- Demam dengan ikterik sering diintepretasikan sebagai hepatitis dan leptospirosis.
- Penurunan kesadaran dengan demam sering juga didiagnosis sebagai radang otak atau
bahkan stroke.

Mengingat bervariasinya manifestasi klinis malaria maka anamnesis riwayat perjalanan ke


daerah endemis malaria pada setiap penderita dengan demam harus ditanyakan.
- Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Untuk malaria berat
diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria WHO.
8. Pencegahan dan edukasi
Buku Ajar Travel Medicine, FK Universitas Udayana,Denpasar 2019
PENCEGAHAN
Pencegahan malaria pada wisatawan menganut 5 prinsip yang disingkat ABCDE terdiri dari:1
1. Be Aware of the risk, waspada terhadap risiko malaria, periode inkubasi, kemungkinan
muncul gejala klinis malaria
2. Avoid being Bitten by mosquitoes,menghindari gigitan nyamuk terutama pada sore dan
malam hari
3. Take antimalarial drugs (Chemoprophylaxis), kemoprofilaksis untuk mencegah malaria
4. Immediately seek Diagnosis and treatment, secepatnya mendiagnosis bila demam
berlanjut 1 minggu atau lebih setelah memasuki area risiko malaria dan lebih dari 3 bulan
setelah kembali dari daerah risiko malaria.
5. Avoid outdoor activities in Environments, menghindari aktifitas diluar rumah teutama
pada area perkembangbiakan nyamuk

- Menghindari gigitan nyamuk anopheles merupakan langkah pertama dalam mencegah


infeksi malaria.
- Berbagai metode dalam mencegah gigitan nyamuk antara lain
o menggunakan repellent mengandung DEET (N,N-diethyl-mtoluamide),
o p-menthane 3,8 diol (lemon eucalyptus),
o Icaridin (Picaridin),
o 3-ethlyaminopropionate, Oil of citronella.
o Disamping repellent juga bisa dengan insektisida mengandung permethrine,
o kelambu nyamuk,
o proteksi dalam ruangan misalnya dengan penggunaan air conditioner.
- Pencegahan gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan kelambu
berinsektisida, repelen, kawat kasa nyamuk dan lain-lain.
- Obat yg digunakan untuk kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari.
Obat ini diminum 1 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut sampai 4
minggu setelah kembali.
- Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh
diberikan lebih dari 3 (tiga) bulan.
- Pemberian obat kemoprofilaksis diutamakan pada orang dengan risiko tinggi terkena
malaria karena pekerjaan dan perjalanan ke daerah endemis tinggi dengan tetap
mempertimbangkan keamanan dan lama dari obat yang digunakan tersebut.

Profilaksis dengan menggunakan obat malaria (kemoprofilaksis) dibedakan menjadi:


1. Profilaksis kausal,
bertujuan membunuh parasit malaria secara langsung pada stadium liver. Dengan
menghentikan parasit pada stadium ini akan mencegah parasit menuju atau menginfeksi
sel darah merah.Terapi kausal dilanjutkan sampai 7 hari setelah risiko terinfeksi atau
setelah meninggalkan daerah endemik.
2. Profilaksis supresif,
secara langsung membunuh parasit malaria dalam sel darah merah dan dibutuhkan
beberapa minggu untuk mencegah infeksi, profilaksis supresif dilanjutkan sampai 4
minggu meninggalkan daerah endemik.
3. Profilaksis terhadap hypnozoit
ditujukan untuk stadium hypnozoit pada P vvax atau ovale menggunakan primakuin
tetapi tidak rutin disarankan untuk profilaksis. Primakuin digunakan untuk terapi dan
mencegah relaps.

Anda mungkin juga menyukai