BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Filariasis adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian,
tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya
gangguan fisik. Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi
klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Gejala
pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh
limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasit
selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, filariasis sering juga disebut penyakit
kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang
sangat menganggu produktivitas (Widoyono, 2008)
Filariasis disebabkan oleh cacing darah jaringan, sedangkan spesies cacing
yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia. Di Indonesia filariasis di
sebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayai, Brugia timori, yang di
jumpai sebagai lymphatic filariasis, maka inilah yang kemudian di bahas lebih
lanjut. Setiap spesies mempunyai vektor sendiri-sendiri. Nyamuk Culex, dan
Anopheles merupakan vektor Wuchereria bancrofti. Mansonia dan Anopheles
merupakan vektor Brugia malayai dan Brugia timori (Nasronudin, 2007)
Penyakit filariasis terutama di temukan di derah tropis baik di dataran rendah
maupun di derah bukit yang tidak terlalu tinggi. Hampir sekuruh wilayah
Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur
yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di
laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401
kabupaten/kota. Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota
yang ditindak lanjuti dengan survey endemis filariasis, sampai dengan tahun
2009 terdapat 337 kabupaten/ kota endemis dan 135 kabupaten/ kota non
endemis (Masrizal, 2013)
B. RumusanMalasah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi sitemik
bersifat kronis dan menahun.1Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging
desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan
sekarang muncul kembali.Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit
ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun –
tahun setelah terjadi infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di
atas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun – tahun. oleh karena itu
Filariasis juga sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi
penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas .
B. Etiologi
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia malayi
c. Brugia timori
Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya yang
membulat ekornya berbentuk seperti pita dan agak bundar pada tiap sisi
terdapat 4 papil sirkum oral yang teratur pada bagian luar dan bagian dalam
membentuk lingkaran, esophagus panjangnya lebih kurang 1 mm dengan
ujung yang kurang jelas diantara otot dan kelenjar.15 Cacing dewasa hidup di
dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan microfilaria di jumpai didalam
darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W.
bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat
mencapai 55 mm , dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang
badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
4
Mikrofilaria Brugia mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260
mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria
B.malayi adalah bentuk ekornya yang mengecil, dan mempunyai dua inti
terminal, sehingga mudah dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.30 Brugia
ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia.
Pada B.malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic nocturnal
subperiodic, atau non periodic, B. timori bersifat periodic nokturna. Brugia
timori ditularkan oleh Anopheles didalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria
yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform
infektif, kemudian berpindah ke probosis. Saat nyamuk menghisap darah, larva
filariform infektif akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan
nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak mengikuti saluran
limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak dua kali
sebelum menjadi cacing dewasa.
C. Patofisiologi
Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi
cacing jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis
limfatik adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga
spesies ini terdapat di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia
disebabkan oleh Brugia malayi.[7]
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik
di mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria.
Mikrofilaria secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang
terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam
lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks
nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan
Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan parasit
dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1).
Dalam waktu 1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang disebut larva stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh
semakin panjang dan kurus yang disebut larva stadium 3. Larva stadium 3
merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi menuju proboscis /
alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini menggigit
manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan
bersarang di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan
stadium 5 saat bermigrasi menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing
dewasa di dalam saluran limfe. Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh
manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing
dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.
5
D. Manifestasiklinis
filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah endemik dangan daerah endemik
lainnya. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan
terhadap vektor yang infektif diantara daerah endemik tersebut. Asymptomatic
amicrofilaremia, adalah suatu keadaan yang terjadi apabila seseorang yang terinfeksi
mengandung cacing dewasa, namun tidak ditemukan mikrofilaria di dalam darah, atau
karena mikrofilaremia sangat rendah sehingga tidak terdeteksi dengan prosedur
laboratorium yang biasa.
Asymptomatic microfilaremia, pasien mengandung mikrofilaremia yang berat tetapi
tanpa gejala sama sekali.
Manifestasi akut, berupa demam tinggi (demam filarial atau elefantoid),
menggigil dan lesu, limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan
dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Pada banyak kasus, demam filarial
tidak menunjuk mikrofilaremia. Limfangitis akan meluas ke daerah distal dari
kelenjar yang terkena tempat cacing ini tinggal. Limfadenitis dan limfangitis
berkembang lebih sering di ekstremitas bawah dari pada atas. Selain pada tungkai,
dapat mengenai alat kelamin (tanda khas infeksi W.bancrofti) payudara.
Derajat 2 : limfedema umumnya edem non pitting, tidak secara spontan hilang
dengan menaikkan kaki.
F. PemeriksaanDiagnostik
1. Tes Darah
6
Tes darah adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis filariasis. Salah satu pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah apusan darah tepi. Metode ini akan mengambil
darah dari ujung jari seseorang di malam hari. Darah tersebut kemudian
diberi pewarna tertentu dan dilihat menggunakan mikroskop. Jika
ditemukan cacing filaria pada pemeriksaan tersebut, barulah dapat
dipastikan jika seseorang mengidap filariasis.
2. Tes Urine
3. Ultrasonografi
7
BAB
III
Pengkajian
1) Data perawatan
Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat untuk mengenal
masalah pasien agar dapat menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan.
Pada pengkajian pasien Filariasis didapatkan data sebagai berikut:
Data subjektif, yaitu terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki,
nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak dan kakinya yang sakit tampak
lebih besar dari kaki yang satunya serta demam berulang selama 4 hari.
Data objektif, yaitu tampak meringis ketika berjalan, skala nyeri 7, nyeri tekan (+), non
pitting oedema (+), N: 110 x/mnt, RR 24x/mnt, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c Obstruksi
kelenjar getah bening pada daerah tungkai Nyeri, wajah tampak memerah, kulit teraba
hangat, inflamasi pada kelenjar getah bening, susah berjalan.
2) Diagnosa keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit.
3) Perencanaan
Perencanaan keperawatan terdiri atas dua tahap yaitu prioritas diagnosa dan rencana
keperawatan. Perencanaan perawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
8
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas diagnosa yang ada.
4) .Pelaksanaan
Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, menilai efektivitas rencana
keperawatan atau strategi asuhan keperawatan.
10
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-
hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi sitemik
bersifat kronis dan menahun.1Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging
desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan
sekarang muncul kembali.Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit
ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun –
tahun setelah terjadi infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di
atas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun – tahun. oleh karena itu
Filariasis juga sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi
penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas .
B. Saran
Bagi penulis tetap untuk meningkatkan pengetahuan dalam
mempelajari tentang penyakit filariasis Dan bagi pembaca
diharapkan untuk memberikan kritik/saran yang bersifat
membangun.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/78028565/PATOFISIOLOGI-Dan-Woc
13