Anda di halaman 1dari 13

iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Filariasis adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian,
tetapi dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena timbulnya
gangguan fisik. Penyakit ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi
klinisnya timbul bertahun-tahun kemudian setelah infeksi. Gejala
pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada pembuluh
limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar parasit
selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, filariasis sering juga disebut penyakit
kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita adalah kecacatan permanen yang
sangat menganggu produktivitas (Widoyono, 2008)
Filariasis disebabkan oleh cacing darah jaringan, sedangkan spesies cacing
yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia. Di Indonesia filariasis di
sebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayai, Brugia timori, yang di
jumpai sebagai lymphatic filariasis, maka inilah yang kemudian di bahas lebih
lanjut. Setiap spesies mempunyai vektor sendiri-sendiri. Nyamuk Culex, dan
Anopheles merupakan vektor Wuchereria bancrofti. Mansonia dan Anopheles
merupakan vektor Brugia malayai dan Brugia timori (Nasronudin, 2007)
Penyakit filariasis terutama di temukan di derah tropis baik di dataran rendah
maupun di derah bukit yang tidak terlalu tinggi. Hampir sekuruh wilayah
Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur
yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di
laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401
kabupaten/kota. Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota
yang ditindak lanjuti dengan survey endemis filariasis, sampai dengan tahun
2009 terdapat 337 kabupaten/ kota endemis dan 135 kabupaten/ kota non
endemis (Masrizal, 2013)

B. RumusanMalasah

1. ApaPengertian dari penyakit Filariasis.?

2. Bagaimana etiologi dari penyakit Filariasis.?

3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Filariasis.?

C. Tujuan

Untuk melakukan Pemeriksaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi sitemik
bersifat kronis dan menahun.1Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging
desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan
sekarang muncul kembali.Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit
ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun –
tahun setelah terjadi infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di
atas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun – tahun. oleh karena itu
Filariasis juga sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi
penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas .

B. Etiologi

Di Indonesia ditemukan tiga jenis parasit penyebab filariasis limfatik pada


manusia yaitu,

a. Wuchereria bancrofti

Jenis cacing ini ditemukan di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bekasi,


Pekalongan dan sekitarnya.Yang ditularkan oleh nyamuk Culex, dapat
ditemukan di dalam darah tepi pada malam hari. Sedangkan Whucheriria
bancrofti yang ditemukan dipedesaan dengan endemis tinggi terutama di Irian
Jaya (Papua) yang ditularkan melalui Anopheles, Culex dan Aedes. Pada
Wuchereria bancrofti, mikrofilarianya berukuran ±250µ, cacing betina
dewasa berukuran panjang 65 – 100mm dan cacing jantan dewasa berukuran
panjang ±40mm. Di ujung daerah kepala membesar, mulutnya berupa lubang
sederhana tanpa bibir (Oral stylet) Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti
benang. Jika terlalu banyak jumlahnya cacing yang berada dipembuluh darah ,
maka dapat menyumbat aliran limfa sehingga kaki menjadi membengkak.
Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas
menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya,
mikrofilaria beredar di dalam darah.Larva ini dapat berpindah ke peredaran
3
darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit,
maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke
dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini
akan masuk ke alat penusuk, nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan
tertular penyakit ini.

b. Brugia malayi

Cacing dewasa umumnya mirip dengan Wuchereria bancrofti, hanya saja


cacing B. malayi lebih kecil. Panjang cacing betina beriksar 43 hingga 55 mm,
sedangkan panjang cacing jantan berkisar 13 hingga 23 mm. Cacing dewasa
dapat memproduksi mikrofilaria di dalam tubuh manusia. Mikrofilaria tersebut
memiliki lebar berkisar 5 hingga 7 um dan panjang berkisar 130 hingga 170
um.Biasanya, vektor yang umum berperan dalam penyebaran B. malayi adalah
nyamuk yang berasal dari genera Mansonia dan Aedes.Ketika nyamuk
menghisap darah manusia, nyamuk yang terinfeksi B.malayi menyelipkan
larva B.malayi ke dalam inang manusia. Dalam tubuh manusia, larva B.malayi
berkembang menjadi cacing dewasa yang biasanya menetap di dalam
pembuluh limfa. Cacing dewasa
dapat memproduksi mikrofilaria yang dapat menyebar hinggamencapai darah
tepi. Ketika nyamuk menggigit manusia yang telah terinfeksi, mikrofilaria
dapat terhisap bersamaan dengan darah kedalam perut nyamuk. Setelah masuk
kedalam tubuh nyamuk, mikrofilaria meninggalkan selubungnya. Mikrofilaria
kemudian berenang melalui dinding proventikulus dan porsi kardiak (bagian
dalam perut nyamuk), hingga mencapai otot toraksis (otot dada). Di dalam
otot toraksis, larva filaria berkembang menjadi larva tahap akhir.Larva tahap
akhir berenang melalui homocoel (rongga tubuh) hingga sampai pada
prosbosis (sungut) nyamuk. Ketika tiba di dalam probosis nyamuk, cacing
tersebut siap menginfeksi inang manusia yang selanjutnya infeksi B.malayi
terbatas pada wilayah Asia. Beberapa negara yang mempunyai prevalensi
B.malayi antara lain adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, dan India.
Kehidupan cacing ini biasanya berada pada manusi dan hewan (kera, anjing,
kucing). Terdapat dua bentuk B. malayi yang dapat dibedakan bedasarkan
periodisitas mikrofilarianya pada darah tepi. Bentuk yang pertama, bentuk
periodis nokturnal, hanya dapat ditemukan pada darah tepi pada malam
hari.Bentuk yang kedua, bentuk subperiodis, dapat ditemukan pada darah tepi
setiap saat, hanya saja jumlah mikrofilaria terbanyak ditemukan di malam
hari .

c. Brugia timori

Pada kedua jenis kelamin, ujung anteriornya melebar pada kepalanya yang
membulat ekornya berbentuk seperti pita dan agak bundar pada tiap sisi
terdapat 4 papil sirkum oral yang teratur pada bagian luar dan bagian dalam
membentuk lingkaran, esophagus panjangnya lebih kurang 1 mm dengan
ujung yang kurang jelas diantara otot dan kelenjar.15 Cacing dewasa hidup di
dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan microfilaria di jumpai didalam
darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W.
bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat
mencapai 55 mm , dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang
badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
4
Mikrofilaria Brugia mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260
mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria
B.malayi adalah bentuk ekornya yang mengecil, dan mempunyai dua inti
terminal, sehingga mudah dibedakan dari mikrofilaria W. bancrofti.30 Brugia
ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia.
Pada B.malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic nocturnal
subperiodic, atau non periodic, B. timori bersifat periodic nokturna. Brugia
timori ditularkan oleh Anopheles didalam tubuh nyamuk betina, mikrofilaria
yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform
infektif, kemudian berpindah ke probosis. Saat nyamuk menghisap darah, larva
filariform infektif akan ikut terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan
nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan bergerak mengikuti saluran
limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak dua kali
sebelum menjadi cacing dewasa.

C. Patofisiologi

Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi
cacing jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis
limfatik adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga
spesies ini terdapat di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia
disebabkan oleh Brugia malayi.[7]

1. Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk

Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik
di mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria.
Mikrofilaria secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang
terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam
lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks
nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, dan
Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan parasit
dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.

2. Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia

Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1).
Dalam waktu 1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang disebut larva stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh
semakin panjang dan kurus yang disebut larva stadium 3. Larva stadium 3
merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi menuju proboscis /
alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini menggigit
manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan
bersarang di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan
stadium 5 saat bermigrasi menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing
dewasa di dalam saluran limfe. Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh
manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing
dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.

5
D. Manifestasiklinis

filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah endemik dangan daerah endemik
lainnya. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan
terhadap vektor yang infektif diantara daerah endemik tersebut. Asymptomatic
amicrofilaremia, adalah suatu keadaan yang terjadi apabila seseorang yang terinfeksi
mengandung cacing dewasa, namun tidak ditemukan mikrofilaria di dalam darah, atau
karena mikrofilaremia sangat rendah sehingga tidak terdeteksi dengan prosedur
laboratorium yang biasa.
Asymptomatic microfilaremia, pasien mengandung mikrofilaremia yang berat tetapi
tanpa gejala sama sekali.
 Manifestasi akut, berupa demam tinggi (demam filarial atau elefantoid),
menggigil dan lesu, limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan
dapat terjadi beberapa kali dalam setahun. Pada banyak kasus, demam filarial
tidak menunjuk mikrofilaremia. Limfangitis akan meluas ke daerah distal dari
kelenjar yang terkena tempat cacing ini tinggal. Limfadenitis dan limfangitis
berkembang lebih sering di ekstremitas bawah dari pada atas. Selain pada tungkai,
dapat mengenai alat kelamin (tanda khas infeksi W.bancrofti) payudara.

 Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran limfe terjadi


beberapa bulan sampai bertahun-tahun dari episod akut. Gejala klinis bervariasi
mulai dari ringan sampai berat yang diikuti dengan perjalanan penyakit obstruksi
yang kronik. Tanda klinis utama yaitu
hydrocele, limfedema, elefantiasis dan chyluria, meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia.

 Manifestasi genital, di banyak daerah, gambaran kronis yang terjadi adalah


hydrocele. Selain itu dapat dijumpai epididimitis kronis, funikulitis, edem karena
penebalan kulit skrotum, sedangkan pada perempuan bisa dijumpai limfedema
vulva. Limfedema dan elefantiasis ekstremitas, episod limfedema pada
ekstremitas akan menyebabkan elefantiasis di daerah saluran limfe yang terkena
dalam waktu bertahun-tahun. Lebih sering terkena ekstremitas bawah. Pada
W.bancrofti, infeksi di daerah paha dan ekstremitas bawah sama seringnya,
berbeda dengan B.malayi yang hanya mengenai ekstremitas bawah saja.

Progresivitas filarial limfedema dibagi atas 3 derajat (WHO) :

 Derajat 1 : limfedema umumnya bersifat edem pitting, hilang denganspontan bila


kaki dinaikkan.

 Derajat 2 : limfedema umumnya edem non pitting, tidak secara spontan hilang
dengan menaikkan kaki.

 Derajat 3: limfedema (elefantiasis), volume edem non pitting bertambah dengan


dermatosclerosis dan lesi papillomatous.

F. PemeriksaanDiagnostik
1. Tes Darah

6
Tes darah adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis filariasis. Salah satu pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah apusan darah tepi. Metode ini akan mengambil
darah dari ujung jari seseorang di malam hari. Darah tersebut kemudian
diberi pewarna tertentu dan dilihat menggunakan mikroskop. Jika
ditemukan cacing filaria pada pemeriksaan tersebut, barulah dapat
dipastikan jika seseorang mengidap filariasis.

2. Tes Urine

Pemeriksaan penunjang lainnya yang umum dilakukan untuk


memastikan jika seseorang mengidap filariasis adalah tes urine. Cara ini
dilakukan untuk memastikan adanya kiluria dengan pemeriksaan sudan
III, penambahan eter, serta pengukuran kadar trigliserida pada urine.
Metode ini juga dapat melihat apakah terdapat cacing filaria dari urin
yang dihasilkan. Jika hasilnya cocok, dokter akan langsung mengambil
tindakan lanjutan untuk mengatasinya.

3. Ultrasonografi

Kamu juga mungkin mendapatkan ultrasonografi sebagai pemeriksaan


penunjang dari filariasis. Cara ini dilakukan untuk menemukan cacing
dewasa pada saluran limfatik di dalam tubuh. Jika dari pemeriksaan
tersebut terlihat banyak cacing penyebab filaria, maka tindakan
penanganan harus segera dilakukan. Cara ini dapat mencegah terjadinya
cacat permanen berupa kaki yang membesar secara tidak normal.

Setelah semua pemeriksaan penunjang dari penyakit filariasis


dilakukan, dokter tidak ragu lagi terhadap tindakan selanjutnya yang dapat
dilakukan. Cara penanganan yang paling efektif untuk mengatasi penyakit
tersebut adalah dengan membunuh semua cacing yang ada di dalam tubuh

7
BAB

III

ASUHAN KEPEAWATAN PADA


FILARIASIS

Pengkajian

1) Data perawatan

Pengkajian adalah hal yang paling penting dilakukan oleh perawat untuk mengenal
masalah pasien agar dapat menjadi pedoman dalam melakukan tindakan keperawatan.
Pada pengkajian pasien Filariasis didapatkan data sebagai berikut:

Data subjektif, yaitu terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki,
nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak dan kakinya yang sakit tampak
lebih besar dari kaki yang satunya serta demam berulang selama 4 hari.

Data objektif, yaitu tampak meringis ketika berjalan, skala nyeri 7, nyeri tekan (+), non
pitting oedema (+), N: 110 x/mnt, RR 24x/mnt, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c Obstruksi
kelenjar getah bening pada daerah tungkai Nyeri, wajah tampak memerah, kulit teraba
hangat, inflamasi pada kelenjar getah bening, susah berjalan.

2) Diagnosa keperawatan

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening.

Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.

Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.

Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota tubuh.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit.

3) Perencanaan

Perencanaan keperawatan terdiri atas dua tahap yaitu prioritas diagnosa dan rencana
keperawatan. Perencanaan perawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

8
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas diagnosa yang ada.

 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah


bening.
Tindakan keperawatan:

1. Berikan kompres pada daerah frontalis dan axial.


2. Monitor vital sign, terutama suhu tubuh.
3. Pantau suhu lingkungan dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan, misalnya
sediakan selimut yang tipis.
4. Anjurkan kien untuk banyak minum air putih.
5. Anjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas tinggi.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik).

 Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.


Tindakan keperawatan:

1. Berikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), ajarkan teknik relaksasi.


2. Observasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
3. Anjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat
anelgetik).

 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.


Tindakan keperawatan:

Akui kenormalan perasaan.

1. Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan


atau tudak terlalu menpermasalahkan perubahan aktual.
2. Anjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal
(bercerita tentang keluarga). Terima keadaan pasien, perlihatkan perhatian kepada
pasien sebagai individu.
3. Berikan informasi yang akurat. Diskusikan pengobatan dengan jujur jika pasien
sudah berada pada fase menerima.
4. Kolaborasi : Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan indikasi
Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan
mengatasinya secara efektif.

4) .Pelaksanaan

Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana.

 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah


bening.
Pelaksanaan keperawatan:
9
1. Memberikan kompres pada daerah frontalis dan axial.
2. Memonitor vital sign, terutama suhu tubuh.
3. Memantau suhu lingkungan dan memodifikasi lingkungan sesuai kebutuhan,
misalnya sediakan selimut yang tipis.
4. Menganjurkan kien untuk banyak minum air putih.
5. Menganjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat jika panas
tinggi.
6. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti
piretik).

 Nyeri berhubungan dengan pembengkakan kelenjar limfe.


Pelaksanaan keperawatan:

1. Memberikan tindakan kenyamanan (pijatan / atur posisi), mengajarkan teknik


relaksasi.
2. Mengobservasi nyeri (kualitas, intensitas, durasi dan frekuensi nyeri).
3. Menganjurkan pasien untuk melaporkan dengan segera apabila ada nyeri.
4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (obat
anelgetik).

 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan fisik.


Pelaksanaan keperawatan:

1. Mengakui kenormalan perasaan.


2. Mendengarkan keluhan pasien dan tanggapan tanggapannya mengenai keadaan
yang dialami.
3. Memperhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan
penolakan atau tudak terlalu menpermasalahkan perubahan aktual.
4. Menganjurkan kepada orang terdekat untuk memperlakukan pasien secara normal
(bercerita tentang keluarga).
5. Menerima keadaan pasien, memperlihatkan perhatian kepada pasien sebagai
individu.
6. Memberikan informasi yang akurat. Mendiskusikan pengobatan dengan jujur jika
pasien sudah berada pada fase menerima.
7. Berkolaborasi : Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai dengan indikasi
Pengenalan perasaan tersebut diharapkan membantu pasien untuk menerima dan
mengatasinya secara

4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan. Tujuan evaluasi adalah menentukan kemampuan pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, menilai efektivitas rencana
keperawatan atau strategi asuhan keperawatan.

10
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-
hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Suhu tubuh pasien dalam batas normal.


2. Nyeri berkurang atau hilang.
3. Gambaran diri lebih nyata dan mengakui diri sebagai individu yang
mempunyai tanggung jawab sendiri.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filariasis / Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi sitemik
bersifat kronis dan menahun.1Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging
desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan
sekarang muncul kembali.Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasit yang tersebar di
Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat
menurunkan produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit
ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun –
tahun setelah terjadi infeksi. Gejala pembengkakan kaki muncul karena
sumbatan mikrofilaria pada pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di
atas 30 tahun setelah terpapar parasite selama bertahun – tahun. oleh karena itu
Filariasis juga sering disebut penyakit kaki gajah. Akibat paling fatal bagi
penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen yang sangat mengganggu
produktivitas .

B. Saran
Bagi penulis tetap untuk meningkatkan pengetahuan dalam
mempelajari tentang penyakit filariasis Dan bagi pembaca
diharapkan untuk memberikan kritik/saran yang bersifat
membangun.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/78028565/PATOFISIOLOGI-Dan-Woc

American Cancer Society.2016.Retinoblastoma. Diakses pada 20/08/2018 20:15


WIB. https://WWW.cancer .org/cancer/retinoblastoma.html

Hockenberry,M.J.,&Wilson,D.(2009) Wong’s essentials of pediatric nursing, 8 th


Ed.St. Louis: Mosby Elsevier.

Rosdiana, Nelly. Februari 2011. Gambaran Klinis dan Laboratorium


Retinoblstoma. Sari Pediatri Vol. 12, No 5.

Rares, Laya.Juli-Desember 2016.Retinoblastoma Jurnal e-Clinic (eCI),Volume


4,Nomor 2,Juli-Desember 2016.Diakses pada 20/08/2018 WIB.Via: Goggle
Scholar

13

Anda mungkin juga menyukai