Anda di halaman 1dari 9

ALIRAN DAN TEORI FILSAFAT SEJARAH

Yusuf Harda Billy


Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Sultan
Maulana Hasanuddin Banten.
Email : yusuf14hdbl@gmail.com
Abstrack : By studying the philosophy of history, a historical researcher is better able to make a
personal assessment of the state of historical research on a particular matter. In addition,
historical researchers can map the schools that can be used in supporting their writing and of
course in order to minimize subvection which has always been considered commonplace in
history. there are five history, then the article will also discuss about history and theories and
figures related to the philosophy of history itself.
Keywords : Historical Philosophy, Theory, Flow, Figure, and History
Abstrak : Dengan mempelajari Filsafat Sejarah, seorang peneliti sejarah lebih mampu
mengadakan suatu penilaian pribadi mengenai keadaan pegkajian sejarah pada suatu hal
tertentu. Selain itu, Peneliti sejarah dapat memetakan aliran-aliran yang dapat digunakan
dalam menunjang penulisannya dan tentu saja guna meminimalisir subyektifitas yang selalu
dianggap lumrah dalam sejarah. Selain kegunaan dari filsafat sejarah diartikel ini akan
membahas Aliran filsafat sejarah menurut David Bebbyngton dimana dikatakan bahwa Aliran
dalam filsafat sejarah ada lima, lalu artikel ini juga akan membahas mengenai sejarah dan teori
serta tokoh-tokoh yang berkaitan dengan filsafat sejarah itu sendiri.
Kata Kunci : Filsafat Sejarah, Teori, Aliran, Tokoh, dan Sejarah
PENDAHULUAN
Ungkapan Filsafat Sejarah menunjuk pada dua jenis penyelidikan secara berbeda, secara
tradisional, ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjuk pada usaha memberikan
keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh peroses sejarah Filsafat Sejarah dalam arti
ini secara khas berurusan dengan pertanyaan- pertanyaan seperti: apa arti, makna dan tujuan
sejarah,atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dalam perubahan
sejarah.
Filsafat Sejarah mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah yang berusaha untuk
memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh
jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua, sejarah yang
bertujuan untuk menguji serta menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-
kesimpulannya. Dalam kajian-kajian modern, Filsafat Sejarah menjadi suatu tema yang
mengandung dua segi yang berbeda dari kajian tentang sejarah. 1
Menurut A. Marwick (Ismaun, 1993) dalam bukunya “The Nature of History” ada tiga
pengertian tentang Filsafat Sejarah: Segi yang pertama berkenaan dengan kajian metodologi
penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis. Ringkasnya, dalam segi ini terkandung pengujian
yang kritis atas metode sejarawan. Pengujian yang kritis ini termasuk dalam bidang
1
Suryanegara, Ahmad Mansur.Menemukan Sejarah.Cet Ii; Bandung: Mizan, 1995.
kegiatan analitis dari filsafat, yakni kegiatan yang mewarnai pemikiran filosofis pada zaman
modern dengan cara khususnya, di mana si pemikir menaruh perhatian untuk menganalisis apa
yang bisa disebut dengan sarana-sarana intelektual manusia. Ia mempelajari tabiat pemikiran,
hukum-hukum logika, keserasian dan hubungan-hubungan antara pikiran-pikiran manusia
dengan kenyataan, tabiat, realitas, dan kelayakan metode yang dipergunakan dalam
mengantarkan pada pengetahuan yang benar.2
Dari segi yang lain, Filsafat Sejarah berupaya menemukan komposisi setiap ilmu
pengetahuan dan pengalaman umum manusia. Di sini perhatian lebih diarahkan pada
kesimpulan dan bukannya pada penelitian tentang metode atau sarana-sarana yang digunakan
seperti yang digunakan dalam metode analitis filsafat. Dalam kegiatan konstruktif, filosof sejarah
bisa mencari pendapat yang paling komprehensif yang bisa menjelaskan tentang makna
hidup dan tujuannya.
Dalam Artikel “history and philosophy” yang ditulis oleh Thayer (1980) mengemukakan
bagaimana hubungan antara filosofi dan sejarah. Apakah Filsafat Sejarah sama dengan filsafat
itu sendiri atau filsafat yang ada pada masa lalu. Filsafat Sejarah sering kali dikaitkan dengan
Sejarah Kritis (Thayer, 1980). Ketika berbicara tentang Filsafat Sejarah yang mungkin yang
maksudkan hanyalah upaya kritis dan spekulatif para filsuf yang terletak di berbagai waktu dan
tempat.3
Anskermit (1987) mengemukakan tiga unsur yang berhubungan dalam Filsafat
Sejarah. Pertama, penelitian Filsafat Sejarah bersifat deskriptif. Bagian ini disebut sebagai
penulisan sejarah atau historiografi. Kedua, Filsafat Sejarah spekulatif berdasarkan arti pertama
di mana memandang arus sejarah faktual dalam keseluruhannya dan berusaha untuk menemukan
suatu struktur dasar di dalam arus itu. Ketiga, yaitu Filsafat Sejarah yang kritis. Historiografi
menurut Ankersmit, sangat sulit untuk ditemukan dalam buku-buku Filsafat Sejarah dan
dianggap berdiri sendiri karena dianggap penulisan sejarah itu sendiri – berkaitan dengan
masuknya ke unsur-unsur Filsafat Sejarah. Maka Ankersmit lebih fokus pada dua dari tiga
padanya. Menurut Hegel sejarah dapat diartikan dari proses historis itu sendiri setelah melalui
penulisan dengan kaidah-kaidahnya. Spekulatif membukakan jalan bagi kisah sejarah untuk
dimaknai lebih dalam, dengan bukan hanya memaparkan fakta historis saja. Selanjutnya, unsur
kritis menjadi penting dalam Filsafat Sejarah. Analisa terhadap hasil catatan sejarah yang didapat
membantu kita untuk menentukan dan hampir mencapai kebenaran soal sejarah. 4

2
Walsh, W. H. (1947).  R. G. Collingwood’s Philosophy Of History. Philosophy, Jul., 1947, Vol. 22, No.
82 (Jul., 1947), Pp. 153-160. Cambridge University Press On Behalf Of Royal Institute Of Philosophy Stable
3
Thayer, H. S. (1980). History And Philosophy. Philosophy: An Assessment. Winter. 1980, Vol. 47, No. 4,
(Winter 1980), Pp. 672-685 Published By: The Johns Hopkins University Press Stable
4
Ankersmit, F. R. Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern Tentang Filsafat Sejarah Pen.
Dick Hartoko. Gramedia. Gramedia. Jakarta. 1987
Banyak manfaat dari mempelajari Filsafat Sejarah yaitu mempertajam kepekaan kritis
seorang peneliti sejarah (Anskermit, 1987). Dengan mempelajari Filsafat Sejarah, seorang
peneliti sejarah lebih mampu mengadakan suatu penilaian pribadi mengenai keadaan pegkajian
sejarah pada suatu hal tertentu. Selain itu, Peneliti sejarah dapat memetakan aliran-aliran yang
dapat digunakan dalam menunjang penulisannya dan tentu saja guna meminimalisir subyektifitas
yang selalu dianggap lumrah dalam sejarah.
PEMBAHASAN
A. Aliran dan Teori Filsafat Sejarah
1) Aliran Filsafat Sejarah
David Bebbyngton (1979 :17-20) membagi Filsafat Sejarah ke dalam lima aliran yaitu :
a. Aliran Siklus, Yang berpandangan bahwa alur perkembangan sejarah itu tidak
maju, tetapi selalu kembali seperti perputaran musim. Tokoh yang mewakili
aliran ini adalah Nietzsche dan Tonybee.
b. Aliran pemikiran yang khusus berhubungan dengan tradisi Yahudi dan Kristiani,
Aliran ini sangat dipengaruhi oleh pandangan agama. Sejarah tidak hanya
dilihat sebagai siklus, akan tetapi juga sebagai gerak garis lurus. Tokoh yang
bergabung dalam aliran ini adalah Agustinus dan Niehbuhr.
c. Aliran pemikiran yang melihat perkembangan sejarah sebagai suatu proses
yang bergerak secara linier kea rah kemajuan. Filosof yang mewakili
aliran ini adalah Comte.
d. Aliran Historisme, Aliran ini menolak keyakinan bahwa sejarah adalah linier.
Menurut mereka perkembangan sejarah sangat di tentukan oleh berbagai
factor dalam kebudayaan manusia. Tokoh yang bergabung dalam aliran
ini ialah Vico, Ranke, Collingwood.
e. Aliran yang dipengaruhi oleh Filsafat Sejarah Marxisme, John Edward Sulivan
dalam bukunya Propets of The Wesr ; An Intruduction to the Philosophy of
History, mengatakan bahwa para filosof Filsafat Sejarah dalam pandangannya
tentang sejarah berdasarkan pada situasi yang di hadapi pada waktu itu
dan mencoba untuk memperlihatkan komunisme adalah solusi teka-teki sejarah
dan mengetahui bahwa dirinya merupakan solusi Komunisme.5

2) Teori Filsafat Sejarah


Istilah Filsafat Sejarah merujuk pada aspek teoretis sejarah dalam dua pengertian.
Sudah menjadi kebiasaan untuk membedakan filsafat kritis sejarah dengan filsafat
spekulatif sejarah. Filsafat kritis sejarah adalah aspek "teori" dari disiplin ilmu sejarah
akademis, dan berkaitan dengan permasalahan seperti asal-usul bukti sejarah, sejauh
5
E. Tamburaka, Rustam. ;. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan Iptek,
Pt. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
mana objektivitas dapat dilakukan, dan sebagainya. Filsafat spekulatif sejarah adalah
bidang filsafat tentang signifikansi hasil, jika ada, dari sejarah manusia.
Lebih lanjut, teori ini berspekulasi mengenai kemungkinan akhir teologis terhadap
perkembangannya-yaitu, mempertanyakan apakah ada prinsip-prinsip desain, tujuan, atau
petunjuk; atau finalitas dalam proses sejarah manusia. Bagian dari Marxisme, misalnya,
merupakan filsafat spekulatif sejarah. Contoh lainnya adalah "historiosofi", istilah yang
dikenalkan pada 1838 oleh August Cieszkowski untuk menjelaskan pemahamannya atas
sejarah. Meski terdapat beberapa tumpang tindih, keduanya biasanya dapat dibedakan;
sejarawan profesional modern cenderung skeptis mengenai filsafat spekulatif sejarah.
Terkadang filsafat kritis sejarah termasuk dalam historiografi. Filsafat Sejarah jangan
sampai tertukar dengan sejarah filsafat, yang merupakan kajian mengenai perkembangan
gagasan filsafat dalam konteks sejarahnya.6
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah
1) Filsafat Sejarah pada Masa Pertengahan
Perkembangan Filsafat Sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan
sifat-sifat yang religius, segala kejadian diterangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya
diarahkan kepada tuhan sebagai pencipta,penyelamat dan hakim seluruh ummat manusia. Isi dan
maksud seluruh hidup ialah kerajaan tuhan dari pandangan itu terjadi bahwa, kajian sejarah di
zaman pertengahan bukan sebab dan alasan setiap kejadian sejarah,melainkan tujuan arah
teleologis. Pada umumnya perkembangan Filsafat Sejarah, seperti pandangan St. Agustinus
seakan-akan mewakili pandangan yang tetap dan utama untuk seluruh zaman pertengahan
tersebut, juga percobaan dari Otto Van Freising berdasarkan atas pandangan tersebut itu. Otto
Van Freising mengalami perselisihan antara gereja dangan negara mencoba menyusun suatu
sejarah berkat pikiran-pikiran filsuf.dalam segala hal yang sudah ditulisnya ia berusaha
memberikan yang benar. Otto sudah mengerti bahwa sudah ada hukum atau aliran yang tertentu
didalam sejarah dan juga sejarah bergerak takberhentinya dan gerakan dari perjuangan dan
kemenangan.akan tetapi kejadian yang kurang baik dipandangannya sebagai metode pendidikan
dari tuhan yang mau berkata kepada manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di
dunia ini. Dan akhirnya menurut pendapatnya segala kekuasaan dan ilmu pengetahuan bergerak
dari timur ke barat.7
2) Filsafat Sejarah pada zaman Renaissance
Pada zaman ini merupakan zaman pencerahan yang besar, Zaman pertengahan sama
sekali diarahkan keatas dunia dengan tuhan sebagai penguasa kodrat manusia, Maka aliran yang
baru mengutamakan dunia dan manusia. Bukannya dari Tuhan Allah dipandang sebagai ideal
6
E. Tamburaka, Rustam. ;. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan Iptek,
Pt. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
7
E. Tamburaka, Rustam. ;. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan Iptek,
Pt. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
yang terpenting, tetapi manusia yang terpelajar dan beradab dalam segala lapangan ilmu
pengetahuan itu dipandang seperti ideal yang dituntut ( Utamo Universale), Serta dari pikiran
yang ideal juga dipandang segala kejadian sejarah dan perbuatan manusia didalamnya.
Tetapi manusia diletakkan dalam pusat sejarah seluruhya dan mencoba menjelaskan
seluruh sejarah, tidak cukup dan mesti gagal karena selama manusia belum mengerti diri
sendiri, selama ia belum menjelaskan manusia itu siapa, selama soal tentang Filsafat Sejarah
belum dipecahkan dengan jelas hal itu telah ditunjukkan oleh Mchiavelli, yang berpendapat
bahwa seorang raja yang takut dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuan
yang penting, yang lain tidak penting, apakah perbuatannya adil atau tidak adil, apakah rugi atau
untung bagi rakyat, hanya seorang yang kasar dan yang tidak mau hormat atau memberi
perhatian terhadap orang lain, ialah ideal yang tinggi. Orang yang demikian sudah
dipandang sebagai pencipta sejarah manusia, dan menurut Machiavelli, kebudayaan yang
diciptakan manusia tidak berarti apa-apa hanya bernilai kalau dapat digunakan untuk mencapai
ideal tersebut, gerakan pencerahan masih lebih banyak mengembangkan dan mengajukan proses
sekuralisasi. Gerakan itu menerima pemikiran religius, tentang keselamatan manusia diganti oleh
pikiran pada kemajuan dan humaniter.8
C. Tokoh-Tokoh Filsafat Sejarah Dunia
1) Patrick gardiner
Menurut gardiner,Filsafat Sejarah menuju pada dua jenis penyelidikan yang sangat
berbeda. Secara tradisional ungkapan tersebut telah digunakan untuk menunjukkan dalam usaha
untuk memberikan keterangan atau tafsiran yang luas mengenai seluruh proses sejarah. Filsafat
Sejarah dalam arti ini secara khas berincikan dengan pernyataan – pernyataan seperti ; apa arti
(makna,tujuan) atau hukum-hukum pokok mana yang mengatur perkembangan dan perubahan
dalam sejarah.bermacam-macam dasar yang menjadi tumpuan tafsiran – tafsiran seperti itu,yang
bervariasi dari pertimbangan-pertimbangan empiris sampai gagasan-gagasan yang jelas- jelas
bersifat religius dan metafisik dan bentuknya tidak sama.sejarawan beranggapan bahwa proses
sejarah lebih dari satu kumpulan peristiwa-peristiwa yang “secara tak bermakna”susul-
menyusul dalam waktu atau suatu struktur atau tema yang mendasari semua yang masih harus
ditemukan.
Pokok persoalan yang dibahas oleh Filsafat Sejarah “formal” itu bukan jalannya
peristiwa-peristiwa sejarah,melainkan hakikat sejarah yang dipandang sebagai suatu disiplin dan
cabang pengetahuan yang khusus,dengan kata lain boleh dikatakan bahwa ia berurusan dengan
pokok-pokok seperti tujuan–tujuan penyelidikan sejarah,cara-cara sejarawan menggambarkan
dan mengklasifikasikan bahan mereka,cara mereka sampai pada menyokong penjelasan-
penjelasan dari hipotesis- hipotesis ,anggapan-anggapan dan prinsip-prinsip yang
menggarisbawahi tata cara penyelidikan mereka dan hubungan – hubungan antara sejarah dan
bentuk – bentuk penyidikan lain.masalah-masalah yang dibahas oleh sejarah formal bukan
masalah-masalah spekulatif sejenis yang telah disebutkan bukan sebagai masalah semacam yang
8
E. Tamburaka, Rustam. ;. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat Dan Iptek,
Pt. Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
seecara khas digeluti oleh sejarawan profesional dalam proses kerja mereka.pernyataan-
pernyataan yang dilibatkan timbul dari renungan atas pemikiran dan penalaran menurut ilmu
sejarah dan bersifat epistemologi serta konseptual.9
2) Friedrick Hegel ( 1770-1831 )
George wilhelm friedrick hegel lahir di stutgart, jerman 1770.belajar filsafat bersama
schelling di Tubingen. Tahun 1817 Hegel diangkat sebagai guru besar di Heidelberg dan satu
tahun kemudian pindah keberlin. Disini Hegel sangat popular dan disebut “ professor
professorum “ artinya guru besarnya Professor. Mahasiswa-mahasiswa dating dari mana-mana
untuk mendengarkan ajarannya. Tahun 1813 ia meninggal di berlin. Untuk mengerti filsafat
Hegel harus diterangkan bentuk filsafat. Seluruh system Hegel terdiri dari rangkaian-rangkaian
dialektis dari 3 ahap yaitu ; Tesis – Antithesis – Sintesis. Contoh dari Ada – tidak ada – Menjadi.
H.Hamersma dalam (Rustam E Tamburaka, 2002; 162) Dialektis merupakan suatu
“Irama” yan memerintahkan seluruh pikiran Hegel. Kelemahan filsafat Hegel, antara lain, bahwa
segala sesuatu ‘dicocokkan’ dengan struktur dialektis ini, dipaksakan untuk bentuk yang sesuai
dengan keseluruhan. Hegel memandang sejarah manusia sebagai perwujudan ilahi yang mutlak
dan setiap bagian atau periode sejarah merupakan suatu langkah terus kearah penyempurnaan ini
mesti ada berbudi dan segala yang ada adalah hasil perkembangan yang akan datang.
Ide ilahi itu diwujudkan dengan kesempurnaan yang tertinggi dalam Negara.
Manusiamenerima segala yang ia butuhkan untuk hidupnya baik yang moral maupun social dari
Negara. Manusia tergantung pada Negara semata-mata dalam Eksistensinya dn esensi dan seperti
perhubungan itu manusia harus mengabdi kepada Negara seperti instansi yang tertinggi di dunia.
Hegel memandang ide itu yaitu yang mutlak sebagai sebab yang terakhir untuk segala kejadian.
Idelah yang menetapkan dan membentuk setiap yang disebut realitet dalam setiap fase (periode,
langkah perkemmbangan sejarah ).Kebanyakan filsuf abad kesembilan belas dan abad kedua
puluh tidak dapat dimengerti kalau mereka dilepaskan dari Hegel. Filsafat eksistensi
(Kierkegaard, Nietzsche, Scheler, Marcel, Sartre, Heidegger, Karl Jaspers); kemudian
positivism (Augus Comte); Materialisme (Feurbach); materialisme diaklektis (marx, Engel,
Lenin) dan beberapa aliran “neo” yang kembali kepemikir-pemikir sebelum hegel hanya dapat
dimengerti kalau juga dimengerti betapa berbeda mereka dari Hegel.10
3) Dialektis Materialisme dan Historis Materialisme, oleh Karl Max (1880-1883)
dan Fredericht Engels (1820-1895)
Dalam ajaran Hegel “dialektis” adalah bahan yang paling utama. Dialektis berasal dari
kata dialego yang artinya membuat percakapan, polemic. Dalam proses berpikir dapat dibagi
menjadi 3 lapisan, yaitu ; pendapat, jawaban, dan persatuan. Persatuan itu dalam waktu sama
merupakan pendapat baru yang menuntut keberatan yang baru. Demikian proses itu berlangsung
9
Anonim; Https://Ratnakartika2010.Wordpress.Com/2011/11/06/Pemikiran-Tokoh-Tokoh-Filsafat-
Sejarah-Dan-Model-Clm/
10
Anonim; Http://Ryanpunyo.Blogspot.Com/2013/11/Resume-Filsafat-Sejarah-Menurut-Para.Html
terus membimbing sampai pengetahuan yang lebih terang. Proses itu dinamakan oleh murid-
murid Hegel dengan “Thesis” , “Antithesis” , dan “Synthesis” .
Marx memandang ide dan segala yang berhubungan denagan ide itu tidak lain dari
pada suatu materi yang diganti dan dibentuk dalam pikiran manusia ( A. Marks dan R.E
Tamburaka, 1965;25 ). Menurut marx segala yang disebut manusia pada umumnya rohani,jwa
hanya suatu refleks dari suatu materi, refleks dari alam.
Marx memakai istilah materi itu pada intinya berasal dari ajaran Feuerbach seorang
murid dari Hegel. Feuerbach memusatkan segala pikirannya dalam persoalan religious. Ia
memandang manusia sebagai Allah untuk manusia. Manusia dalam hakikatnya adalah mahluk
yang bermasyarakat, dan hanya kalau dalam masyarakat dan dalam persatuan dengan manusia
yang lain manusia itu adalah mahluk yang sejati. Dari Feuerbach Marx mengambil pikiran
tentang humanisme yaitu cita-cita untuk melepaskan manusia dari perbudakannya, dan dari
pikiran itu Marx dibimbing ke sosialisme. Feuerbach juga mengajarkan apakah mausia itu, yaitu
amhluk yang berindera dan itu adalah realitet yang sejati. Semua yang disebut rohani dan
spiritual yang umumya hanya ilusu manusia. Pikiran, bayangan dan kemauan hanya hasil otak
saja (sekreta) seperti organ (anggota-anggota badan lainnya) mengelurkan bahan-bahan yang
lain.
B.Salam (dalam R.E Tamburaka, 2002; 167) Dasar filsafat Marx ialah bahwa setiap
zaman, sistem produksi merupakan hal yang fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-
cita politik atau teologi berlebihan, melainkan suatu sistem produksi. Sejarah merupakan
perjuangan kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa, pada waktu itu
di Eropa disebut kelas Borjuis. Pada puncaknya dari sejarah,ialah suatu masyarakat yang tidak
berkelas, yang menurut ajaran Marx ialah masyarakat komunis Pandangan Marx tentang agama,
sma halnya seperti Feuerbach, yang memendang agama sebagai proyeksi kehendak manusia.
Perasaan atau gagasan keagamaan merupakan hasil kemauan suatu masyarakat tertentu, oleh
Negara, oleh perorangan, bukan berasal dari dunia gaib. Pandangan inilah yang paling
bertentangan dengan ajaran pancasila di Indonesia.
4) Ibnu Khaldun (1332-1406)
Wali al-Din Abdurrahman bin Muhammad ibn Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn
Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Khaldun lahir di Tunisia-Afrika Utara pada 1 Ramadhan 732 H/27
Mai 1332 M dan meninggal di Kairo pada tahun 808/1406 M. Beliau hidup pada abad ke-14 M
yaitu ketika umat Islam mengalami zaman kemunduran dan perpecahan, sedangkan Eropa
mengalami kebangkitan zaman Renaissans. Kemunduran yang dimaksudkan disini ialah
berlakunya perpecahan dikalangan umat Islam dengan mazhab dan juga perpecahan dikalangan
kaum Barbar, sebagian mendukung pemerintahan al-Murabitin dan sebagian yang lain
mendukung kerajaan al-Muwahhidun.
Akibatnya, umat Islam mengalami kemunduran dalam bidang intelektual sehingga
kebanyakan karya- karya yang muncul ketika itu hanya berbentuk syarah terhadap karya- karya
di zaman keagungan Islam yaitu sekadar memberi uraian dan penjelasan yang lebih mendalam
terhadap sebuah karya terdahulu. Berbeda dengan karya Ibn Khaldun yang telah menghasilkan
sebuah ide baru khususnya dalam bidang pensejarahan. Beliau telah mempelajari bidang
keagamaan ketika zaman mudanya yang secara tidak langsung mempengaruhi pemikiran dan
penulisan karya- karyanya. Hal ini terbukti Ibn Khaldun telah meletakkan pengecualian
terhadap mukjizat para nabi dalam konsep sebab-akibat di dalam filsafat dan metode
sejarahnya. Pegangan inilah yang membedakan di antara seorang ilmuwan Islam dengan
ilmuwan barat. Walaupun seseorang bebas untuk menggunakan akal fikiran dalam mengkaji
alam, namun agama menjadi pembimbing dalam menentukan semua gerak kehidupan. Berbeda
dengan konsep keilmuan dalam dunia barat yang menganggap agama sebagai pengungkung
manusia mencapai kemajuan.

Filsafat Sejarah menurut Ibn Khaldun yaitu mengkaji fenomena-fenomena sosial secara
lebih umum, tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, mengkajinya dari segi tujuan yang ingin
dicapai, serta hukum mutlak yang mengendalikannya sepanjang sejarah. Dalam pandangannya
masyarakat merupakan mahluk histories yang hidup dan berkembang sesuai dengan hukum
khusus, yang berkenaan dengannya. Hukum itu dapat diamati dan dibatasi lewat pengkajian
terhadap sejumlah fenomena sosial. Ia berpendapat sesungguhnya ‘ashabiyyah merupakan asas
berdirinya suatu negara, dan faktor ekonomis yang merupakan faktor penting yang
menyebabkan terjadinya perkembangan masyarakat. Dari pendapat itu, Khaldun dapat
dianggap sebagai tokoh pelopor materialisme sejarah, jauh sebelum Karl Marx.
Dengan karyanya terkenal sebagai perintis dan pelopor The Culture Cycle Theory of
History, yaitu satu teori Filsafat Sejarah yang telah mendapat pengakuan di dunia Timur dan
Barat tentang kematangannya. Khaldun dengan teorinya berpendapat bahwa sejarah dunia itu
adalah satu siklus dari setiap kebudayaan dan peradaban. Ia mengalami masa lahirnya, masa
berkembang, masa puncaknya kemudian masa menurun dan akhirnya masa kehancuran. Khaldun
mengistilahkan siklus ini dengan tiga tangga peradaban. Dalam buku Epistimologi Sejarah Kritis
Ibnu Khaldun, Toto Suharto menambahkan bahwa masa lahir, masa berkembang hingga masa
kehancuran tersebut akan mengalami suatu proses siklus menuju evolusi dan proses sehingga
membentuk spiral.11

KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah Filsafat Sejarah berupaya menemukan komposisi
setiap ilmu pengetahuan dan pengalaman umum manusia. Di sini perhatian lebih diarahkan
pada kesimpulan dan bukannya pada penelitian tentang metode atau sarana-sarana yang
digunakan seperti yang digunakan dalam metode analitis filsafat. Dalam kegiatan konstruktif,
filosof sejarah bisa mencari pendapat yang paling komprehensif yang bisa menjelaskan
tentang makna hidup dan tujuannya. Dimana Filsafat Sejarah memiliki lima aliran menurut
11
Anonim;`Https://Homaniora.Wordpress.Com/2012/12/17/Tokoh-Tokoh-Filosof-Sejarah/
David Bebbyngton yaitu : Aliran Siklus, Aliran pemikiran yang khusus berhubungan dengan
tradisi Yahudi dan Kristiani, Aliran pemikiran yang melihat perkembangan sejarah sebagai suatu
proses yang bergerak secara linier kea rah kemajuan, dan Aliran Historisme. dan
diungkapkan juga bahwa teori dari filsafat ini memiliki dua macam yaitu filsafat kritis sejarah
dengan filsafat spekulatif sejarah. Filsafat kritis sejarah adalah aspek "teori" dari disiplin ilmu
sejarah akademis, dan berkaitan dengan permasalahan seperti asal-usul bukti sejarah, sejauh
mana objektivitas dapat dilakukan, dan sebagainya. Filsafat spekulatif sejarah adalah bidang
filsafat tentang signifikansi hasil, jika ada, dari sejarah manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ankersmit, F. R. Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-Pendapat Modern Tentang Filsafat
Sejarah Pen. Dick Hartoko. Gramedia. Gramedia. Jakarta. 1987
E. Tamburaka, Rustam. ;. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat
Dan IPTEK, PT. RINEKA CIPTA, Jakarta, 2002.
Suryanegara, Ahmad Mansur.Menemukan Sejarah.Cet II; Bandung: Mizan, 1995.
Jurnal :
Thayer, H. S. (1980). History and Philosophy. Philosophy: An Assessment. Winter. 1980, Vol.
47, No. 4, (WINTER 1980), pp. 672-685 Published by: The Johns Hopkins University
Press Stable
Walsh, W. H. (1947).  R. G. Collingwood’s Philosophy of History. Philosophy, Jul., 1947, Vol.
22, No. 82 (Jul., 1947), pp. 153-160. Cambridge University Press on behalf of Royal
Institute of Philosophy Stable
Internet :
Anonim; Https://Ratnakartika2010.Wordpress.Com/2011/11/06/Pemikiran-Tokoh-Tokoh-
Filsafat-Sejarah-Dan-Model-Clm/
Anonim; Http://Ryanpunyo.Blogspot.Com/2013/11/Resume-Filsafat-Sejarah-Menurut-Para.Html
Anonim;`Https://homaniora.wordpress.com/2012/12/17/tokoh-tokoh-filosof-sejarah/

Anda mungkin juga menyukai