Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 19 : PERAWATAN REHABILITATIF

SKENARIO 2 : GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


Kelompok Tutorial 1

Anggota Kelompok:
1. Rosellina Charisma Ilman (161610101001)
2. Shania Rada Chairmawati (161610101002)
3. Lifia Mufida (161610101003)
4. Salsabila Dewinta Anggi P (161610101004)
5. Shabrina Widya A (161610101005)
6. Alda Utami Hidayana (161610101006)
7. Rafi Ihya Insani Tahir (161610101007)
8. Mahardiani Dwi A (161610101008)
9. Najwa Hana (161610101009)
10. Nina Raditya S (161610101010)

Tutor : drg. Dewi Kristiana, M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER

1
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial dengan judul Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Laporan
ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok 1 pada skenario Blok Perawatan
Rehabilitatif.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. drg. Dewi Kristiana, M.Kes selaku pembimbing tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok 1, dan telah memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan–perbaikan demi
kesempurnaan laporan ini dan masa mendatang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
semua.

Jember, 12 April 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… 2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. 3
SKENARIO I PERILAKU KESEHATAN………………………………………… 4
STEP 1 KLARIFIKASI ISTILAH…………………………………………………. 5
STEP 2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………….. 5
STEP 3 BRAINSTORMING………………………………………………………. 6
STEP 4 MAPPING…………………………………………………………………. 9
STEP 5 LEARNING OBJECTIVE………………………………………………… 10
STEP 6 SELF STUDY …………………………………………………………….. 11
STEP 7 REPORTING GENERALISATION……………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 28

3
SKENARIO 2

GTSL

Seorang pasien perempuan usia 50 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ingin
dibuatkan gigi tiruan. Pasien pernah memakai gigi tiruan sejak 7 tahun yang lalu. Kesehatan
umum baik. Pemeriksaan intraoral : gigi 36 karies profunda perforasi, 35 37 38 hilang, 45 dan 46
memakai gigi tiruan. Ada oklusi. OH penderita bagus. Kemudian dokter gigi melakukan rencana
perawatan dengan melakukan ekstraksi pada gigi 36, membuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
menggunakan anasir akrilik, basis akrilik. Dokter gigi membuat model studi, membuat model
kerja dan membuat desain dengan menentukan klasifikasi berdasarkan Kennedy dan melakukan
survey.

4
STEP 1– UNFAMILIAR TERMS

1. Survey :
Merupakan proses diagnostik untuk menentukan secara akurat lokasi atau kontur gigi
abutment atau jaringan sekitarnya ketinggian maksimal dari model atau prosedur
menggambarkan bentuk dan posisi gigi sebelum mengerjakan GTSL dengan
menggunakan alat yang dinamakan surveyor. Fungsi survey untuk mengetahui arah
kemungkinan gigi tiruan terdorong kuat pada jaringan periodontal dan untuk
mengetahui retensi.
2. Klasifikasi berdasarkan Kennedy
Penggolongan berdasarkan lengkung yang tak bergigi untuk membantu pembuatan
desain gigi tiruan sebagian lepasan.
3. Gigi tiruan sebagian lepasan :
Gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli yang didukung oleh igi serta
jaringan lunak atau mukosa tetapi tidak seluruh gigi aslinya atau struktur
pendukungnya yang hilang, yang dapat dilepas dan dipasang kembali oleh pasien
secara mandiri.
4. Desain :
Gambaran yang menggambarkan model dari gigi tiruan sebagian lepasan yang akan
digunakan.

STEP 2 – IDENTIFICATION PROBLEM

1. Apa saja yang dilakukan saat melakukan survey?


2. Kenapa diindikasikan dengan rencana perawatan GTSL?
3. Mengapa dokter lebih memilih menggunakan klasifikasi Kennedy?
4. Klasifikasi Kennedy kelas berapakah yang sesuai dengan skenario?
5. Retensi GTSL didaptkan darimana, berdasarkan skenario?
6. Bagaimana desain GTSL yang sesuai dengan skenario tersebut?

5
STEP 3 – BRAINSTORMING

1. Yang dilakukan saat melakukan survey, antara lain:


 Menentukan arah pemasangan terbaik sehingga hambatan saat
pemasangan dan pengeluaran protesa menjadi minim
 Menentukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan sehingga bisa
dipakai sebagai guide line
 Menentukan lingkaran terbesar dari gigi penyangga untuk menentukan
posisi retensi yang tepat
 Menentukan permukaan gigi dan jaringan lunak yang perlu di blocking
out yang akan mengganggu pasang dan lepas dari gigi tiruan
 Mengukur derajat undercut pada gigi penyangga
 Menentukan arah pemasangan paling sesuai sehingga penetapan cengkram
memenuhi faktor estetik
 Penentuan garis kontur untuk menandai garis kontur terbesar dari gigi atau
jaringan pada suatu kedudukan tertentu dari sebuah model

2. Pasien diindikasikan dengan rencana perawatan gigi tiruan sebagian lepasan


karena pada skenario, gigi 36 karies profunda perforasi diindikasikan ekstraksi, 35 37
38 hilang. Maka untuk mengembalikan fungsi kunyah, estetik, dan fonetik pasien
diindikasikan untuk penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan.
Sebelum dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan, ada beberapa indikasi pembuatan
gigi tiruan sebagian lepasan, antara lain :
 Tidak terdapat gigi penyangga disebelah distal ruang yang tidak bergigi.
 Pasien harus mempunyai kesehatan periodontal yang baik serta tulang
pendukung yang sehat.
 Ada dukungan dari gigi asli yang masih sehat.
 Mencegah terjadinya ektruksi pada gigi antagonisnya.
 Mencegah terjadinya migrasi pada gigi tetangganya  terganggunya oral
hygien jika tidak dilakukan gigi tiruan sebagian lepasan.
 Oral hygien baik.

6
 Tidak ada kelainan sistemik : diabetes mellitus dan epilepsi.

Syarat pembuatan gigi tiruan lepasan, antara lain :


Harus dibuat dengan basis dukungan yang optimal
Dapat digunakan secara harmonis saat berfungsi

Jika pasien dengan keadaan tersebut tidak dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan,
maka ada beberapa hal yang dapatterjadi antara lain:

- Beban kunyah satu sisi bertambah dapat terjadi penurunan efisiensi


pengunyahan sehingga terganggunya TMJ
- Dapat menimbulkan resorpsi tulang alveolar
- Dapat merubah bentuk dan ukuran dari jaringan lunaknya

3. Alasan dokter lebih memilih menggunakan klasifikasi Kennedy karena klasifikasi


Kennedy lebih sederhana mudah diaplikasikan pada seluruh kondisi kehilangan
sebagian gigi, dapat segera menentukan tipe kehilangan sebagian gigi, dan
menentukan tipe dukungan GTSL.
Klasifikasi Kennedy :
1. Kelas 1 : bilateral free end  daerah yang tak bergigi berada pada bagian
posterior dari gigi yang masih ada, yang terletak pada kedua sisi rahangnya.
2. Kelas 2 : unilateral free end  daerah yang tak bergigi berada pada bagian
posterior dari gigi yang masih ada, yang terletak pada satu sisi rahang
3. Kelas 3 : adanya kehilangan gigi tetapi gigi paling posterior masih ada
4. Kelas 4 : kehilangan gigi anterior yang melibatkan midline

Syarat dalam klasifikasi Kennedy :

1. Klasifikasi dibuat setelah semua pencabutan gigi telah selesai dilaksanakan atau
semua gigi yang diindikasikan dicabut telah selesai dicabut.
2. Untuk M3 tidak dipertimbangkan pada klasifikasi jika tidak ada dan tidak
digantikan.
3. M3 dipertimbangkan jika ada dan digunakan sebagai gigi penyangga.

7
4. M2 jika hilang dan tidak diganti dan antagonisnya juga tidak ada atau hilang tidak
dipertimbangkan.
5. Bagian tidak bergigi posterior menentukan kelas utama dari klasifikasi.
4. Klasifikasi Kennedy yang sesuai dengan skenario adalah klasifikasi Kennedy
Kelas II karena gigi yang diketahui hilang yaitu gigi 35 36 37 38  unilateral free
end yangdisertai dengan kehilangan gigi 45 46.

5. Berdasarkan skenario gigi tiruan sebagian lepasan yang sesuai dengan skenario
gigi tiruan sebagian lepasan dengan jenis penyangga kombinasi antara paradental dan
gingiva mukosa karena pada gigi 35 retensi dapat didapatkan dari gigi 34 dan gigi 38
hilang maka retensi yang didaptkan dari mukosa karena sudah tidak ada gigi yang
disebelahnya.
6. Desain gigi tiruan sebagian lepasan yang sesuai dengan skenario dengan kasus
gigi 35,36,37,38 hilang dan gg 45,46 memakai gigi tiruan

8
STEP 4 – MAPPING

Kehilangan Gigi

Klasifikasi Kennedy

GTSL Indikasi dan


Kontraindkasi

Kehilangan Gigi

Definisi dan Komponen Tahap - tahap


Tujuan

Survey

Desain

Pembuatan

Evaluasi dan Kontrol

9
STEP 5 – LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang klasifikasi Kennedy dan yang
sesuai dengan skenario.
2. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang definisi dan tujuan dari GTSL.
3. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang indikasi dan kontraindikasi dari
GTSL.
4. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang komponen GTSL.
5. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang tahap – tahap GTSL (survey,
desain, dan pembuatan).
6. Mahasiswa mampu mengkaji konsep teori tentang evaluasi dan kontrol setelah
pemasangan GTSL.

10
STEP 7 - REPORTING
1. Klasifikasi Kennedy Dan Yang Sesuai Dengan Skenario
Pembuatan jenis gigi tiruan sebagian lepasan maupun gigi tiruan sebagian cekat yang
dibutuhkan pada pasien sesuai dengan kehilangan gigi berdasarkan sistem klasifikasian
Kennedy. Rincian klasifikasi sebagai berikut (Fluidayanti, 2016) :
Kelas I : Kehilangan gigi terletak pada bagian posterior terhadap gigi yang masih ada
dalam rahang secara bilateral akan membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan
Free end saddle bilateral.
 Kelas II : Kehilangan gigi terletak pada bagian posterior terhadap gigi yang masih ada
dalam rahang secara unilateral, akan membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan
dengan Free end saddle unilateral.
Kelas III : Kehilangan gigi terjadi secara unilateral terletak pada regio anterior maupun
posterior terhadap gigi yang masih ada, akan membutuhkan gigi tiruan sebagian
lepasan dengan Bounded saddle unilateral. Untuk kelas ini dapat pula diindikasikan
dalam pembuatan gigi tiruan sebagian cekat dengan kehilangan 1-2 gigi atau disebut
Short saddle.
Kelas IV : Kehilangan gigi terjadi pada regio anterior, akan membutuhkan gigi tiruan
sebagian lepasan dengan Single anterior bounded atau anterior free-end saddle.
Klasifikasi Kennedy berdasarkan skenario :
Kelas 2 modifikasi 1 karena daerah tak bergigi selain klasifikasi utama ada 1 blok
(karena yang hilang sebelahan yaitu gigi 45 dan 46).
Klasifikasi Klas 1Secara klinis dijumpai :
 Derajat resorbsi residual ridge bervariasi.
 Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi
tiruan yang akan dipasang.
 Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.
 Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi dalam berbagai posisi.
 Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat
 Jumlah gigi yang masih tertinggal di bagian anterior umumnya sekitar 6-
10 gigi saja.
 Ada kemungkinan dijumpai kelainan Sendi Temporo Mandibula.

11
Klasifikasi Klas 2
Secara klinis dijumpai keadaan :
Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak
Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur
Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis ini.
Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan protesa untuk jangka waktu lama,
kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan Sendi Temporo Mandibula.

Klasifikasi Kelas 3
Secara klinis dijumpai keadaan:
daerah tidak bergigi sudah Panjang
bentuk atau panjang akar gigi kurang memadai
tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara
berlebihan.
beban oklusal berlebihan

Klasifikasi Kelas 4
Pada umumnya untuk kelas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan, bila:
Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus ruda paksa.
Gigi harus disusun dengan "overjet" besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi
pendukung.
Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan
daya kunyah besar.
Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan
Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik

Aturan dalam penggunaan klasifikasi Kennedy adalah (Azmuddin et al., 2011) :

1. Klasifikasi ditentukan setelah ekstraksi gigi yang mungkin mengubah klasifikasi awal

12
2. Molar ketiga tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak ada dan tidak akan
digantikan
3. Molar ketiga dipertimbangkan dalam klasifikasi jika ada dan digunakan sebagai gigi
penyangga
4. Molar kedua tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi jika tidak ada dan tidak akan
digantikan
5. Penentuan klasifikasi selalu dari daerah edentulus paling posterior
6. Daerah edentulus diluar klasifikasi dikategorikan modifikasi dan sesuai jumlah daerah
edentulus
7. Luas daerah modifikasi tidak dipertimbangkan, hanya jumlah daerah edentulus
tambahan
8. Tidak ada modifikasi pada klas IV

2. Definisi Dan Tujuan Dari GTSL


Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan gigi tiruan yang menggantikan
satu atau lebih gigi asli yang hilang dan bagian-bagian yang berkaitan dengannya pada
lengkung edentulous secara parsial, didukung oleh gigi dan mukosa, serta dapat dilepas
pasang oleh pasien (Ifwandi dkk, 2011). Dalam beberapa keadaan, gigi tiruan lepasan
dapat pula berfungsi sebagai splint jika jaringan periodontal gigi yang tersisa tidak baik.
Fungsi dari jaringan periodontal adalah untuk meneruskan tekanan yang jatuh pada gigi
ke jaringan tulang di bawahnya sehingga ketika jaringan periodontal gigi penyangga
tidak mampu menahan tekanan saat berfungsi maka gigi akan mengalami kegoyangan.
Tujuan utama pemakaian GTSL adalah untuk (Mangkat,dkk,2015):
memulihkan fungsi pengunyahan, bicara dan estetika
mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada
untuk mencegah migrasi dan rotasi gigi yang masih ada
untuk menegah ekstruksi dari gigi antagonis
untuk mencegah gangguan TMJ
untuk mencegah beban berlebih dari jaringan pendukung
mencegah keadaan tak diinginkan dari jaringan lunak

13
untuk mendapatkan gambaran diagnostik kondisi rongga mulut pasien sejelas mungkin
serta mengetahui topografi daerah yang tidak bergigi, sehingga memudahkan dalam
mendisain gigi tiruan (Essays,2013).

3. Indikasi Dan Kontraindikasi GTSL


Indikasi GTSL (Syahdinda dan Meralda,2013) :

Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi


Gigi yang tersisa dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi penyangga.
Keadaan processus alveolaris masih baik
Keadaan jaringan pendukung masih baik
Kesehatan umum dan kebersihan rongga mulut pasien baik
Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan.
Bila membutuhkan estetik yang lebih baik.
Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut.

Kontraindikasi GTSL (Syahdinda dan Meralda,2013) :

Pasien yang tidak kooperatif


Pasien memiliki penyakit sistemik (DM yang tidak terkontrol dan epilepsy)

4. Komponen GTSL
Menurut Austin dan Lidge (1957), gigi tiruan mempunyai beberapa
komponen.Komponen GTS bahan akrilik antara lain
1. Basis
Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi
tiruan dan memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya
2. Cangkolan / klamer
Bagian GTS yang terletak di abutment dan terbuat dari kawat
tahan karat.Fungsi dari klamer yaitu mencegah pergerakan gigi

14
tiruan ke arah oklusal danmencegah tekanan oklusal yang
berlebihan pada jaringan di bawahnya (Gunadi, 1995)
3. Sadel
Sadel Adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa di atas prosesus alveolaris
dan mendukung elemen gigi tiruan. Bila sadel letaknya:
a. Antara gigi asli disebut bounded saddle
b. Posterior dari gigi asli disebut free end saddle
Komponen gigi tiruan sebagian lepasan terdiri dari: basis, elemen gigi artificial, dan
cengkeram kawat. Basis gigi tiruan dapat terbuat dari bahan akrilik, metal-akrilik,
termoplastis. Pada umumnya bahan akrilik masih banyak diminati karena memiliki
kelebihan: mudah manipulasinya, warna sesuai jaringan sekitar, dapat direparasi apabila
terjadi kerusakan, biaya murah. Saat ini bahan termoplastis mulai banyak diminati karena
memiliki keunggulan: kuat namun fleksibel sehingga tidak mudah patah, warna
translusen sehingga estetik baik, tidak memerlukan kawat cengkeram, namun harga
relative lebih mahal. Untuk menghasilkan gigi tiruan yang retentive dan stabil basis gigi
tiruan didisain sedemikain rupa sehingga daya retensi dan stabilisasi dapat diperoleh
secara optimal. Pada kasus kehilangan gigi anterior, basis gigi tiruan dibuat perluasan ke
arah distal dan penambahan sayap labial untuk menambah stabilisasi gigi tiruan (Silalahi,
2017).
Untuk mendapatkan gigi tiruan yang dapat mengembalikan fungsi estetik sangat
ditentukan pada pemilihan elemen gigi artificial: warna, ukuran, dan bentuk. Pemilihan
ini harus menggunakan shade guide untuk menyesuaikan dengan kondisi pasien.
Penggunaan shade guide dengan diterangi cahaya alamiah (matahari) akan memberikan
efek yang lebih baik dan natural dibandingkan dengan apabila menggunakan cahaya
lampu. Selain itu warna, bentuk dan ukuran gigi harus disesuaikan dengan keadaan yang
ada dalam mulut pasien. Disamping itu pemilihan dan penempatan cengkeram
mempengaruhi factor estetik. Cengkeram C dan half Jackson lebih sering dipakai pada
kasus kehilangan gigi anterior karena memberikan daya retensi yang cukup serta segi
estetik memuaskan (Silalahi, 2017).
Pemilihan warna gigi untuk pembuatan GTSL untuk menentukan warna gigi yang
akan diganti dapat disesuaikan dengan warna gigi yang ada. Cahaya dapar mempengaruhi

15
pemilihan gigi.Sebaiknya untuk menentukan warna gigi, dipakai cahaya yang berasal dari
sinar matahari karena sinarnya merupakan sinar yang alamiah. Cahaya lampu pijar akan
menghasilkan gigi dengan warna lebih merah dari yang sebenernya (Barran,2009).

5. Tahap Prosedur Survey (Davenport,1989) :


1. Penilaian visual pendahuluan model studi (preliminary visual assessment of the
study cast)
 Model dipegang dan diinspeksi dari arah atas untuk melihat susunan gigi,
ridge, dan kelainan yang ada pada model.
2. Survey awal (initial survey)
 Model diposisikan sesuai dengan oklusal plane horizontal, kemudian gigi
dan ridges disurvey untuk mengidentifikasi area undercut yang digunakan untuk
menyediakan retensi.
3. Analisis
 Model dianalisis menggunakan analisis rod
4. Survey akhir (final survey)
 Berguna untuk mendapatkan retensi yang optimum, retensi tersebut perlu
dipahami guna mengetahui bagaimana posisi cengkram yang baik pada relasi dari
2 garis survey.

TAHAP PROSEDUR SURVEY (Gunandi,1995) :

1. Penempatan Model Kerja pada Surveyor


Model kerja diletakkan pada meja survey.
2. Menentukan Bidang Bimbing (Guiding Plane)
Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan pengeluaran gigi
tiruan tanpa paksaan. Bidang bimbing dapat ditemukan dengan mencari kesejajaran
antara permukaan proksimal gigi. Kesejajaran ini dapat didapat dengan cara meletakkan
model kerja dengan posisi bidang oklusal sejajar dengan meja basis surveyor, sehingga
arah pemasangan dapat tegak lurus permukaan oklusal. Tetapi bila dengan posisi tersebut
tidak dapat ditemukan kesejajaran antara permukaan proksimal gigi, maka dapat

16
dilakukan pemiringan model kerja (tilting) agar ditemukan bidang bimbing. Patokan pasti
untuk melakukan pemiringan model tidak berlaku sama pada setiap kasus, tetapi petunjuk
berikut ini dapat digunakan sebagai pegangan. Masing-masing cara ini ada indikasi
penggunaannya sesuai dengan kasus. Macam pemiringan model tersebut:
a. Pemiringan Anterior
Pada cara ini, tepi anterior model dimiringkan ke bawah dan digunakan untuk kasus
berujung bebas yang lebih posterior dari gigi premolar. Pemiringan semacam ini
memberikan arah pemasangan dari posterior ke anterior, dengan memanfaatkan gerong
yang ada pada bagian distal premolar.

Gambar: Pemiringan Anterior


b. Pemiringan Posterior
Cara ini diterapkan pada kasus-kasus berikut:
 Kasus kehilangan banyak gigi anterior karena pemiringan ini memberikan arah
pemasangan dari anterior ke posterior. Di sini gerong mesial dari premolar dan molar
yang dimanfaatkan. Cara ini sekaligus menempatkan gigi tiruan sebagian lepasan lebih
dekat kepada penyangga, sehingga secara estetik hasilnya lebih baik.
 Kasus kehilangan gigi pada bagian anterior maupun posterior. Pemiringan ini
akan memberikan arah pemasangan yang akan menempatkan protesa lebih dekat kepada
gigi penyangga anterior, serta mengurangi terlihatnya ruang lebar yang terjadi antara gigi
tiruan dan gigi penyangga anteriornya.

17
Gambar: Pemiringan Posterior

c. Pemiringan Lateral
Cara ini dipilih untuk kasus yang posisi salah satu gigi penyangganya abnormal. Sebagai
contoh: Bila sebuah gigi molar kiri bawah sangat miring ke lingual, arah pemasangan
harus dipilih ke kanan atau ke kiri, sehingga gigi miring ini dapat dimanfaatkan. Hal
serupa dilakukan bila gerong jaringan tertentu perlu dibiarkan, contohnya pada
tuberositas yang menonjol.
d. Pemiringan Anterior atau Posterior

Pada kasus dukungan gigi, di mana daerah tak bergigi dibatasi gigi-gigi
penyangga, biasanya dipilih cara ini. Pada cara ini, model rahang harus dimiringkan
sedemikian rupa, sehingga gigi penyangga terkuat akan memberikan retensi dan
dukungan terbesar. Contoh: Bila M2 kuat, sedangkan P2 lemah, maka dilakukan
pemiringan posterior. Dengan demikian diperoleh efek penguat (bracing) cengkeran pada
M2. Hal sebaliknya bila M2 yang lemah.

18
Gambar: Pemiringan Anterior atau Posterior
3. Penentuan Garis Survey
Garis survey menandai garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan pada suatu kedudukan
tertentu dari sebuah model. Garis ini didapat dengan menyentuhkan karbon penanda pada
sekeliling permukaan gigi atau bagian model lain. Garis survey membagi gigi menjadi
dua bagian. Bagian gerong (undercut) berada di bawah garis ini dan bagian lain disebut
tanpa gerong (non undercut) berada di atas garis survey.

Gambar: Garis Survey


4. Pengukuran Daerah Retensi
Besarnya retensi pada gerong diukur dengan menggunakan alat penukur gerong
(undercut gauge), yang besarnya 0,01 inci, 0,02 inci, atau 0,03 inci. Pengukuran gerong
dilakukan dengan menempelkan ujung pengukur pada titik di mana ujung lengan
cengkeram akan berakhir. Sebagian gerong (retentive undesirableundercut) di bawah
garis survey berguna untuk menahan protesa dalam mulut, karena bisa dipakai untuk
meletakkan lengan cengkeram untuk retensi gigi tiruan. Bagian gerong lain juga dapat
menyulitkan pemasangan atau pengeluaran gigi tiruan.

19
Gambar: Daerah Gerong dan Daerah Tanpa Gerong
5. Evaluasi Masalah Hambatan (Interference)
Pada survey model rahang bawah, hendaknya diperiksa dengan cermat permukaan
lingual yang akan dilewati konektor utama berupa lingual bar, karena gigi-gigi belakang
sering kali miring ke lingual. Tonjolan tulang dan gigi premolar yang miring seing
mengganggu konektor. Suatu tindakan bedah dan atau pengasahan bagian lingual tidak
dapat dihindari, bila hambatan terdapat pada kedua sisi. Pada hambatan satu sisi saja,
pemiringan model ke lateral mungkin sudah bisa dijadikan jalan keluar.
Pada rahang atas jarang dijumpai hambatan terhadap konektor utama. Hambatan pada
maksila biasanya berupa miringnya gigi ke bukal atau bagian tulang yang menonjol ke
bukal pada regio tak bergigi. Seperti halnya kasus pada rahang bawah, harus dipilih salah
satu cara: hambatan dihilangkan, arah pemasangan saja yang diubah atau membuat
konektor utama dan basis yang bisa menghindarinya.
6. Evaluasi Faktor Estetik
Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi estetik, baik mengenai
penempatan lengan cengkeran maupun penyusunan elemennya.
7. Rekaman Hubungan Model Kerja dengan Surveyor
Ada beberapa cara rekaman yang bisa digunakan:
a. Tripoding
Pada cara ini tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada ketinggian atau
bidang horizontal yang sama. Jadi, ketiga titik ini akan terletak pada bidang horizontal
yang sama. Pada saat pengembalian model ke kedudukan semula di atas meja surveyor,
model diatur sedemikian rupa, sehingga tongkat analisis berkontak kembali dengan
ketiga tanda yang sudah dibuat, pada ketinggian yang sama. Hal ini akan mengembalikan

20
model pada posisi awal dan dengan demikian juga arah pemassangan yang sebelumnya
sudah ditentukan.

Gambar: Tripoding
b. Pemberian Tanda Garis
Di sini tepi lateral (kiri dan kanan) serta dorsal model diberi tanda garis. Pemberian tanda
dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan tongkat analisis pada ketiga sisi model.
Pada saat pengembalian posisi, model dimiring-miringkan sampai tongkat menyentuh
kembali dengan tepat ke tiga garis tersebut.

Gambar: Pemberian Tanda Garis

c. Pemberian Tanda Goresan


Dengan cara dan prosedur yang sama seperti pemberian tanda garis, dapat pula dilakukan
pemberian tanda berupa goresan pada permukaan model. Cara penggoresan ini lebih
menguntungkan, karena pada duplikasi model, tanda gorensan ini tak akan hilang dan
tetap ada pada model duplikat.

21
Gambar: Pemberian Tanda Goresan
d. Pemasangan Pin
`Selesai dengan prosedur penentuan arah pemasangan, bagian tengah dasar model
dilubangi. Tongkat surveyor kemudian diganti dengan sebuah pin. Masih dalam
kedudukan sama, pin ini lalu dimasukkan ke dalam lubang tadi, lalu disemen. Supaya
tidak mengganggu proses pekerjaan selanjutnya, pembuatan lubang hendaknya diatur
pada bagian yang tak ada kerangkanya.

DESAIN GTSL

Prinsip disain untuk gigi tiruan sebagian lepasan meliputi hal–hal seperti: harus
memperhatikan gigi yang masih ada, tissue preservation, oklusi yang harmonis,
kebersihan rongga mulut dan pemeliharaannya, ketahanan terhadap berbagai gaya
(retensi dan stabilisasi), meminimalkan elemen kerangka (meminimalkan konektor
minor, plate, dll), hal ini dilakukan juga agar gigi tiruan lebih higienis.Prinsip lain
adalah adaptasi landasan harus baik agardistribusi tegangan juga baik, serta
merencanakan untuk masa depan (misalnya kerangka gigi tiruan bisa digunakan untuk
jangka waktu yang lama) (Putri,2015).

22
Desain menurut skenario :

- Garis imajiner yang ditarik melalui sandaran oklusal yang ada pada penyangga
gigi utama  garis fulcrum
- Klamer 3 jari à untuk meneruskan beban kunyah ke oklusal
- Klamer 2 jari modifikasi à agar gigi tidak tiping ke distal oleh karena beban
kunyah yang besar
- Klamer C à untuk mencegah pergerakan gigi tiruan kea rah oklusal dan mencegah
tekanan oklusal yang berlebih pada jaringan dibawahnya (Phonik,2003).

TAHAP PEMBUATAN GTSL (Gunandi,1995)


1. Persiapan model kerja
Model kerja diterima dan dibersihkan dari nodul-nodul. Bagian tepi model kerja
yang berlebih dirapihkan dengan mesin trimmer sampai batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak pada rahang atas dan rahang bawah.
2. Survey
Melakukan survey model kerja dengan menggunakan surveyor untuk menentukan
daerah undercut menguntungkan dan tidak menguntungkan. Pertama, meletakkan model
kerja pada cast holder, kemudian cast holder diletakkan pada platform atau table,

23
selanjutnya dilakukan tilting dengan analizing rood untuk menentukan kesejajaran daerah
undercut pada model kerja terutama pada model gigi yang akan dijadikan gigi
penjangkaran. Setelah itu, gunakan carbon marker untuk memberi tanda berupa garis
survey dan untuk mengetahui daerah undercut.
3. Block out
Daerah gigi yang sudah disurvey dan mendapatkan undercut tidak
menguntungkan diblock out. Block out dilakukan dengan menggunakan gips dan
dirapihkan menggunakan lecron.
4. Pembuatan cengkeram
5. Pembuatan bite oklusal rims
Base plate dibuat sesuai dengan gambar desain yang ada di model.
Rendam model kerja dalam air.
Lunakkan wax diatas api, tetapi tidak sampai meleleh.
Wax yang sudah melunak ditekankan diatas model kerja, kelebihan wax dibuang
dengan lecron sehingga batas tepinya sesuai dengan gambar desain.
Untuk membuat oklusal rim lempengan wax dipanaskan diatas api sampai melunak,
kemudian digulung dan dibentuk sesuai lengkung rahang.
Gulungan yang sudah dibuat diletakkan di atas base plate.
Ruangan kosong antara base plate dan oklusal rims diisi dengan wax cair hingga
ruangan tadi tertutup rapat.
Tinggi bite oklusal rims disesuaikan dengan tinggi gigi sebelahnya dan lebar bite
oklusal rims disesuaikan dengan gigi yang akan diganti.
Kelebihan-kelebihan wax dirapihkan dengan menggunakan lecron. Setelah rapih
dikirim kembali ke dokter gigi untuk pencobaan pola malam
6. Pemasangan model kerja pada artikulator
 Melakukan fiksaki model kerja yang sudah dilakukan pencatatan rahang oleh
dokter gigi agar oklusi tidk berubah. Prosedur kerja pemasangan artikulator sebagai
berikut:
 Menyiapkan dan memeriksa artikulator yang akan digunakan.
 Membuat retensi berupa takik seperti huruf “V” pada bagian dasar model.

24
 Bagian artikulator upper member dan lower member diberi separating medium
atau vaseline.
 Membentuk segitiga bonwill menggunakan karet.
 Membuat adonan gips, lalu meletakkan adonan gips pada model kerja rahang atas
sampai bidang oklusal sejajar dengan segitiga bonwill, kedudukan tersebut
dipertahankan dengan modeling clay pada dasar rahang bawah.
 Setelah gips mengeras artikulator dibalik, lower member dibuka dan modeling
clay dibuang. Membuat adonan gips dan meletakkannya pada dasar rahang bawah,
kemudian menutup dan merapikan lower member.
 Upper member dan lower member diikat dengan karet agar tidak terjadi
peninggian gigit.
7. Flasking Prosedur flasking sebagai berikut:
Model kerja rahang atas dan rahang bawah dilepas dari artikulator.
Kuvet diperiksa apakah penutupnya rapat dan besarnya sesuai dengan model rahang.
Bagian dalam kuvet diolesi vaseline.
Membuat adonan gips dan mengisi kuvet bagian bawah dengan adonan gips tersebut.
Model dengan pola malam gigi tiruan yang sudah diberi separating medium
dimasukkan kedalam kuvet hingga menyentuh dasar kuvet.
Membiarkan gips mencapai setting time dan mengeras.
Setelah mengeras bagian atas gips diberti vaseline.
Kuvet atas dipasang tanpa penutup, kemudia diisi dengan adonan gips.
Menutup kuvet bagian atas sampai rapat dan dipress pada press meja.
8. Boiling out Prosedur boiling out sebagai berikut:
Setelah gips mengeras, kuvet dan hand press dimasukkan dalam air mendidih selama 5
menit.
Setelah 5 menit kuvet diangkat dan dibuka perlahan-lahan, wax yang masih lunak
dikeluarkan dan sisa-sisa wax yang tertinggal di siram dengan air panas yang
dicampur dengan sabun.
Setelah bersih, diperiksa kembali keadaannya dan tepi-tepi mould space yang tajam
atau tipis dihaluskan dan diberi CMS.

25
9. Penambahan tin foil:
Pada torus palatinus pada rongga mulut bukan merupakan penyakit atau tanda
dari suatu penyakit, tetapi jika ukurannya besar dapat menyebabkan masalah dalam
pembuatan dan pemakaian gigi tiruan. Dalam pembuatan gigi tiruan sebelum melakukan
packing terlebih dahulu bagian torus palatinus ditutupi atau dilapisi dengan tin foil agar
tidak menekan torus palatinus.
10. Packing
Mengolesi mold space dan kuvet bagian atas dengan CMS.
Mencampurkan polimer kedalam monomer lalu aduk perlahan-lahan menggunakan
lecron.
Menutup mixing jar rapat-rapat dan menunggu akrilik mencapai dough stage.
Adonan akrilik diambil sedikit demi sedikit, kemudian dimasukkan kedalam daerah
mould space secara perlahan-lahan hingga semua daerah tertutupi. Kemudian menutup
dengan cellophane dan memasang kuvet atas dengan tutupnya, kemudian melakukan
press pada press meja.
Membuka kuvet dengan hati-hati, mengangkat cellophane dan memeriksa apakah
akrilik sudah memenuhi mould space sampai kebagian sayapnya.
Membuang kelebihan akrilik tetapi tidak merusak mould spacenya.
Mengepress kembali sampai tidak ada lagi kelebihan akrilik serta kuvet atas dan
bawah benar-benar rapat (metal to metal kontak).
Pada press yang terakhir cellophane tidak lagi dipakai.
11. Curing Proses
curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimer bila
dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya. Kuvet direbus kedalam air mulai dari suhu
kamar, tunggu sampai air mendidih ± 90 menit (sesuai petunjuk pabrik). Kuvet
didiamkan sampai dingin dengan sendirinya, kemudian dapat dilakukan deflasking.
12. Deflasking

26
Melepaskan gigi tiruan resin akrilik dari bahan tanam dilakukan dengan
memotong-motong gips untuk kemudian dibersihkan, tetapi tidak boleh lepas dari model
rahangnya agar gigi tiruan dapat dilakukan remounting.

13. Remounting
Gigi tiruan akrilik dan model dipasang kembali dalam artikulator yang bertujuan
untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gigi tiruan yang baru selesai
diproses.
14. Selective grinding
Permukaan oklusal gigi tiruan diasah pada tempat-tempat selektif. Pengasahan
dilakukan dengan bantuan articulating paper yang menendai kontak oklusal yang
menyimpang. Selective grinding dilakukan hingga tidak ada lagi kontak oklusi yang
menyimpang. 3.5.16 Finishing Prosedur finishing sebagai berikut:
− Merapikan gigi tiruan dengan bur fissure dan frasser hingga mendapatkan
ketebalan ± 2 mm.
− Daerah tepi yang tajam dibentuk membulat dan bagian frenulum dibebaskan.
− Gigi tiruan akrilik dihaluskan dengan menggunakan amplas kasar dan halus.
15. Polishing Gigi tiruan
dipoles menggunakan feltcone dan sikat hitam dengan pumice yang sudah
dibasahi air. Setelah permukaan akrilik halus dan tidak ada lagi goresan, gigi tiruan
akrilik dicuci agar sisa-sisa pumice hilang. Untuk mengkilapkan permukaan akrilik,
digunakan CaCO3 yang dicampur air dan dipoles dengan menggunakan sikat putih.
Setelah mengkilat, gigi tiruan dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan poles.
16. Insersi
6. Evluasi dan control pada pasien GTSL
Pasien dianjurkan untuk memakai gigi tiruan selama 24 jam setelag pemasangan untuk
menyesuaikan gigi tiruan di dalam rongga mulut (Rahn, 2009).
Pemeriksaan dijadwalkan seminggu setelah pemasangan gigi tiruan. Perlu ditanyakan
kepada pasien mengenai kenyamanan dan fungsi gigi tiruan, kemudian lakukan
pemeriksaan pada jaringan lunak mulut apakah terdapat ulserasi atau eritema serta
oklusi dengan articulating paper (Jacobsen,2008).

27
Pasien perlu diberitahu bahwa butuh pemakaian beberapa waktu, gigi tiruan pasti
mengalami perubahan maka perlu pemeriksaan berkala minimal dua kali dalam
setahun (Jacobsen,2008).

28
DAFTAR PUSTAKA

Anshary, Muhammad Fauzan, Cholil, I Wayan Arya. 2014. GAMBARAN POLA


KEHILANGAN GIGI SEBAGIAN PADA MASYARAKAT DESA GUNTUNG UJUNG
KABUPATEN BANJAR. DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI. Vol 2 (2). Hal 138
– 143.
Azmuddin I, Razak A, Fithrony H. Variasi klasifikasi Kennedy pemakai gigi tiruan sebagian
lepasan di klinik Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga tahun 2008-
2010. J Prosthodont 2011; 2(2): 11-6
Barran. 2009. Partial Denture. Alih bahasa: Djaya A. Editor; Juwono L. Jakarta: Hipokrates; Pp.
75.
Essays, UK. (November 2013). Patterns Of Partial Edentulism Health And Social Care Essay.
Fluidayanti I., A. Gunadi., Dewi K. 2016. Distribution of Tooth Loss Based on Kennedy
Classification and Types of Denture for Patient in Dental Hospital of Jember University.
Proccedings Book Forkinas VI FKG Unej 14th-15th 2016 .
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan, Jilid I, Hipokrates, Jakarta.
Ifwandi, dkk. 2011. Hubungan Desain Cengkeram GTSL Akrilik dengan Resesi Gingiva Gigi Penyangga.
Cakradonya Dental Journal 2011 ; 3(2) : 332-339
J. C. Davenport, R. M. Basker, J. R. Heathand J. P. Ralph. 1989. A colour atlas of removable partial dentures.
Wolfe Medical Publications Ltd, London. pp. 199. ISBN 07234 10356.
Jacobsen P. Restorative dentistry an integrated approach. 2nd Ed. UK: Blackwell Munksgaard,
2008: 175-6;199-239; 237-39.
Mangkat, Yuriansya ,Vonny N. S. , Wowor Nelly Mayulu. 2015. POLA KEHILANGAN
GIGI PADA MASYARAKAT DESA ROONG KECAMATAN TONDANO BARAT
MINAHASA INDUK. Jurnal e-GiGi (eG). Vol 3 (2).Hal 508 – 514.
Phoenik RD, Cogna DR. 2003. Stewart’s Removable Partial Prosthodontics. 3rd edition.
Putri Lenggogeny dan Sri Lelyati C Masulili. Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam sebagai
Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 1 No 2
– Desember 2015.

29
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures. 6 th ed. Canada: PMPH-
USA, 2009:45-63;85-139;161-95;217-49.
Syahdinda, Meralda Rossy. 2013. Skripsi: Kegoyangan Gigi Penyangga. Surabaya: Universitas
Airlangga
Silalahi P. R., Suryani C, Indah M. 2017. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Akrilik Pada Gigi 2 Untuk Menggantikan Gigi Tiruan Sebagian Nonformal. Jurnal Analis
Kesehatan : 6 (2).

30

Anda mungkin juga menyukai