Anda di halaman 1dari 8

Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No.

1 - Juni 2012 Konservasi Nilai dan warisan Budaya - Maman Rachman

PENGEMBANGAN NILAI DAN TRADISI GOTONG


ROYONG DALAM BINGKAI KONSERVASI
NILAI BUDAYA

Subagyo
Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang
Email: sby_fis@staff.unnes.ac.id

ABSTRACT

The existence of a tradition of gotong royong in the life of the nation of Indonesia as a legacy of the past
are transformed generational (Traditional Heritage) is an indigenous (local wisdom) that need to be devel-
oped in the lives of today's generation. The value of gotong royong can be used positively in the lives of
social solidarity in order to drive up to the challenge of Indonesia times change, globalization, and various
things that threaten the lives of people such as natural disasters, social conflicts and political. Gotong
royong become institutions to mobilize solidarity with the people and create social cohesion in the life of
the nation of Indonesia. Conservation of cultural values of gotong royong in the life of today will remain
relevant, because the spirit of mutual cooperation, solidarity, community and national unity will be main-
tained. Unnes as the university's very worthy of conservation to raise and develop the values and tradi-
tions of gotong royong as part of its commitment to the conservation of cultural values..

Keyword: Mutual cooperation, Local Wisdom, Social Solidarity, Conservation, Cultural Value.

ABSTRAK

Keberadaan tradisi gotong royong dalam kehidupan bangsa Indonesia sebagai warisan masa lalu yang
ditransformasikan secara generasional (traditional heritage) merupakan sebuah kearifan lokal (local wisdom)
yang perlu dikembangkan dalam kehidupan generasi masa kini. Nilai gotong royong dapat dimanfaatkan
secara positif dalam kehidupan untuk menggerakkan solidaritas sosial agar bangsa Indonesia mampu
menghadapi tantangan perubahan jaman, globalisasi, maupun berbagai hal yang mengancam kehidupan
masyarakat seperti bencana alam, konflik sosial maupun politik. Gotong royong menjadi pranata untuk
menggerakkan solidaritas masyarakat dan menciptakan kohesi sosial dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Konservasi nilai budaya gotong royong dalam kehidupan masa kini akan tetap relevan, karena dengan
semangat gotong royong, solidaritas masyarakat serta persatuan dan kesatuan bangsa akan terpelihara.
Unnes sebagai universitas konservasi sangat layak untuk mengangkat dan mengembangkan nilai dan tra-
disi gotong royong tersebut sebagai bagian dari komitmennya terhadap konservasi nilai budaya.

Kata Kunci: Gotong royong, Local Wisdom, Solidaritas Sosial, Konservasi, Nilai Budaya.

Indonesian Journal of Conservation


Vol. 1 No. 1 - Juni 2012 [ISSN: 2252-9195]
Hlm. 61—68
48 61
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

PENDAHULUAN Banyak peneliti asing yang telah melakukan


berbagai riset sosial budaya di Indonesia
Dalam tahun-tahun terakhir ini, Uni- yang mengakui adanya kearifan tradisional
versitas Negeri Semarang sedang berusaha bangsa Indonesia termasuk kearifan dalam
mewujudkan karakter dan jati dirinya sebagai berbagai kehidupan sosial budaya. Hildreed
Universitas Konservasi. Pencanangan Uni- Geertz, seorang antropolog Amerika dalam
versitas Negeri Semarang sebagai universitas bukunya The Javanese Family (Keluarga Jawa)
konservasi telah dideklarasikan pada 12 Ma- mengakui bahwa masyarakat Jawa dipenga-
ret 2010 dan diresmikan oleh Menteri Pen- ruhi oleh dua nilai besar yang menjadi ruh
didikan Nasional RI, Muhammad Nuh pada dalam kehidupan kesehariannya yaitu nilai
hari yang sama (UPT Humas Unnes, 2010). urmat (hormat) dan rukun (Geertz,
Konservasi yang dicanangkan oleh Univer- 1983:154). Nilai urmat dan rukun inilah yang
sitas Negeri Semarang lebih lanjut meliputi akhirnya membentuk pribadi masyarakat
ruang lingkup antara lain: Kampus Hijau Jawa sebagai pribadi yang mengutamakan
(Green Campus); Pengolahan Kompos; Mana- harmoni, keselarasan sosial dan menghindari
jemen Nir Kertas (Paperless Policy); Energi konflik. Kehidupan harmoni masyarakat
Bersih (Clean Energy); serta Konservasi Bu- Jawa, yang juga banyak dimiliki oleh
daya dan Seni (Unnes, 2009:24). masyarakat suku bangsa lain di Indonesia
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, salah satunya terwujud dalam budaya yang
konservasi dapat diartikan sebagai pemeli- disebut gotong royong.
haraan dan perlindungan sesuatu secara tera- Masyarakat Aceh juga mengenal nilai
tur untuk mencegah kerusakan dan kemus- gotong royong yang terwujud dalam tradisi
nahan dengan jalan pengawetan atau pe- khanduri, yaitu satu ritual yang bertujuan un-
lestarian (KBBI, 2002). Sedangkan dalam tuk memohon berkah, keselamatan atau
konteks Universitas Negeri Semarang, makna mengucap rasa syukur kepada Tuhan, di-
universitas konservasi adalah sebuah univer- mana unsur terpenting dalam ritual khanduri
sitas yang dalam pelaksanaan tridharma Per- adalah doa bersama dan makan secara kolek-
guruan Tinggi mengacu pada prinsip – prin- tif bersama – sama (Prasetyo, 2009:83).
sip konservasi (perlindungan, pengawetan, Dalam ritual khanduri terlihat bahwa
dan pemanfaatan secara lestari) sumber daya masyarakat Aceh juga hidup dalam semangat
alam dan seni budaya serta wawasan ramah kolektivitas yang tinggi. Memberi makan
lingkungan (Rustad,2010:86) para tetangga dan kerabat dalam khanduri
Konservasi yang pada awalnya lebih merupakan perwujudan semangat
ditekankan pada upaya pelestarian lingkung- bersedekah dan berbagi rejeki dengan ang-
an, alam dan ekologi, di Universitas Negeri gota komunitas.
Semarang telah berkembang dalam pe- Begitu pul a di Bal i, masyaraka t
maknaan yang lebih luas. Disadari bahwa memiliki nilai gotong royong yang kuat
kehidupan manusia tidak hanya menyangkut dalam tradisi subak, yaitu sebuah lembaga
aspek alamiah saja, melainkan juga menca- tradisional yang memiliki fungsi untuk mem-
kup berbagai aspek sosial, budaya, hu- persatukan para petani dalam upaya mengu-
maniora dan religius. Oleh sebab itu konser- rus pengairan sawah dan memanfaatkannya
vasi yang dicanangkan di Universitas Negeri secara bersama – sama. Selain itu, masyara-
Semarang juga memasukkan ide konservasi kat Bali juga melakukan aktivitas gotong –
dalam perspektif tersebut. Disadari ada nilai royong dalam melaksanakan berbagai
– nilai sosial, budaya, dan moral yang perlu upacara keagamaan (Bintarto, 1980:15). Le-
terus dipupuk dan dilestarikan bagi keman- bih lanjut Bintarto juga memberi contoh tra-
faatan kehidupan manusia. disi gotong royong yang terdapat pada
Pada masyarakat di Indonesia, dapat masyarakat Dayak di Kalimantan pada saat
ditemukan banyak nilai sosial budaya yang mereka membuka ladang atau dalam aktivi-
selama ini menjadi karakter atau kepribadian tas perburuan babi hutan.
kolektif bangsa. Selama ini bangsa Indonesia Melihat berbagai fakta di atas, maka
banyak dikenal sebagai bangsa yang ramah, tidak heran jika Prof. Bintarto kemudian
sopan dan hidup dengan suasana harmoni. mengatakan bahwa gotong royong meru-

62 62
Indonesian Journal of Conservation
Pengembangan Nilai1 -dan
Vol. 1 No. 2012 Gotong Royong dalam Bingkai Konservasi Nilai Budaya - Subagyo
JuniTradisi

pakan salah satu karakteristik atau watak mengenali orang lain dalam proses interaksi.
khas bangsa Indonesia (Bintarto, 1980). Seba- Kemampuan untuk memahami dan mengel-
gai karakteristik bangsa Indonesia, maka ak- ola hubungan manusia. Suatu kematangan
tivitas sosial gotong royong tersebut akan kesadaran pikiran dan budi pekerti untuk
dapat ditemukan pada semua masyarakat di berperan secara sosial dalam kelompok atau
Indonesia, meskipun dengan nama atau isti- masyarakat. Komponen-komponen kecer-
lah yang berbeda – beda. dasan sosial, diantaranya adalah: kesadaran
situasional, mandiri, empati, citra diri, kepe-
dulian, hubungan baik, motif sosial, sinkron,
GOTONG ROYONG DAN KONSER- konformis, demokratis, inovatif, interaktif,
VASI SOSIAL komitmen, dan asertif.
Ditinjau dari aspek konservasi sosial,
Manusia merupakan bagian dari gotong royong merupakan salah satu sarana
ekosistem alam, yang menggunakan ukuran penting yang mendorong terwujudnya kon-
etika dan moral antroposentris dalam menga- servasi sosial. Hal ini karena gotong royong
tasi alam. Keterkaitan erat antara faktor ling- merupakan bentuk dari kearifan sosial dan
kungan alam dengan aktivitas manusia dapat kecerdasan sosial masyarakat Indonesia
dilihat dari Social Indegenous System yang dalam menghadapi tantangan.
berkearifan. Berbagai aspek kearifan diketa-
hui sangat adaptif terhadap alam, sangat ber-
guna bagi masyarakat karena sebagai dasar GOTONG ROYONG DAN BUDAYA
yang bersubstansikan pengetahuan, teknik MASYARAKAT PETANI
yang mudah dikenal, mudah dipahami, mu-
dah dikuasai, dan mudah dipraktikkan dalam Secara umum, pengertian gotong
kehidupan. Kini, berbagai aspek dari sistem royong dapat ditemukan dalam kamus besar
kearifan tersebut semakin melemah. Untuk bahasa Indonesia yang menyebutnya sebagai
itu proses konservasi perlu dilakukan. Kon- “bekerja bersama – sama atau tolong
servasi memiliki pengertian mengenai upaya menolong, bantu membantu” (Tim Penyusun
memelihara apa yang kita punya (keep/save KBBI, 2002). Sedangkan dalam perspektif
what we have) dan menggunakan secara bijak- antropologi pembangunan, oleh Koentjara-
sana (wise use). ningrat gotong royong didefinisikan sebagai
Dalam rangka konservasi tersebut, FIS pengerahan tenaga manusia tanpa bayaran
Unnes mengusung “Konservasi Sosial” yang untuk suatu proyek atau pekerjaan yang ber-
berpijak pada 2 (dua) pilar, yakni: Kearifan manfaat bagi umum atau yang berguna bagi
Sosial dan Kecerdasan Sosial (Social Wisdom pembangunan (Koentjaraningrat, 1974:60).
and Social Quotient). Kearifan sosial maupun Kehidupan gotong royong banyak dite-
kecerdasan sosial merupakan tata nilai yang mukan pada masyarakat yang berakar pada
terbentuk didasarkan atas pengetahuan tradisi pertanian pedesaan atau agraris, yang
masyarakat terhadap kondisi ruang fisik dan disebut Eric Wolf dengan istilah Peasant
sosialnya. Pengetahuan yang dipraktekkan Commmunity. Tradisi pertanian mengha-
secara terus menerus, sehingga melahirkan ruskan masyarakat petani untuk saling
adat dan kebiasaan (customs and habits) seba- bekerja sama sejak mulai menyemai bibit,
gai modal sosial. menanamnya, merawatnya hingga mema-
Kearifan sosial adalah nilai-nilai kebi- nennya. Gotong royong menjadi cara hidup,
jaksanaan yang sejalan dengan nilai-nilai bertahan hidup dan berelasi di dalam
keutamaan dalam kehidupan sosial. Kompo- masyarakat agraris yang berbentuk masyara-
nen-komponen kearifan sosial, diantaranya kat paguyuban atau dalam istilah Ferdinand
adalah: kerukunan, kekeluargaan, keber- Tonnies disebut dengan masyarakat gemein-
samaan, gotong royong, toleransi, keadilan, schaft (Soekanto, 1982: 116).
kebijaksanaan, asih-asah, ramah, kasih- Oleh sebab itu, tidak mengherankan
sayang, santun, amanah, dan religius. jika gotong royong tumbuh dengan subur
Kecerdasan sosial merupakan kemam- dalam kehidupan masyarakat pedesaan atau
puan untuk mengenali diri sendiri dan untuk masyarakat rural yang bercirikan kehidupan

63
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

pertanian (agraris). Hal tersebut dikemu- juga terbiasa untuk membagi pekerjaan serta
kakan oleh Bintarto (1980:11) bahwa gotong berbagai sumber daya ekonomi lainnya.
royong merupakan perilaku sosial yang Gotong royong dalam bentuk lain juga
kongkrit dan merupakan suatu tata nilai ke- dapat kita temukan dalam tradisi masyarakat
hidupan sosial yang turun temurun dalam Bugis di Sulawesi Selatan. Masyarakat di
kehidupan di desa – desa Indonesia. Tumbuh sana mengenal sebuah pranata sosial yang
suburnya tradisi kehidupan gotong royong di disebut sebagai minawang (Ahimsa-Putra,
pedesaan tidak lepas karena kehidupan perta- 2007). Minawang adalah sebuah corak hu-
nian memerlukan kerjasama yang besar bungan asimetris (tidak seimbang) yang ter-
dalam upaya mengolah tanah, menanam, jadi antara para pemilik tanah (ajjoareng) de-
memelihara hingga memetik hasil panen. ngan para tetangga disekitarnya yang secara
Gotong royong juga diperlukan oleh sosial ekonomi berstatus lebih rendah (joa).
masyarakat petani yang sebagian besar Hubungan minawang yang terjadi antara
hidupnya dilakukan dengan cara subsisten ajjoareng dan joa mengikuti pola hubungan
yang orientasi ekonominya baru sekedar un- patron – klien, dimana ajjoareng menjadi pa-
tuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya. tron atas para joa yang menjadi kliennya.
Dalam masyarakat subsisten, mereka tidak Hubungan patron – klien tersebut
mengenal prinsip pengumpulan hasil pro- meskipun bersifat asimetris, namun berlang-
duksi untuk menambah modal atau kekayaan sung secara sukarela dan saling menguntung-
s e b a g a im an a b a n y a k d i l a k u k an p a d a kan, artinya merupakan sebuah relasi simbo-
masyarakat industri. Apa yang mereka kerja- sis mutualiasme atau hubungan yang saling
kan pada satu masa panen adalah sebuah membutuhkan dan memberikan keuntungan
usaha untuk bertahan hidup dalam masa itu bagi kedua belah pihak. Patron memerlukan
saja. Dengan kehidupan yang demikian, keberadaan klien untuk mengerjakan la-
maka mereka memerlukan sokongan komu- hannya yang luas serta memerlukan bantuan
nitas untuk dapat menjalani kehidupan ko- tenaga dan dukungan moral bagi semua ak-
munalnya. tivitas sosialnya. Bantuan tenaga tersebut
Sifat dan perilaku gotong royong pada misalnya diperlukan untuk memperbaiki
masyarakat yang berbasis budaya pertanian rumahnya yang rusak atau ketika patron
juga dikemukakan oleh Eric Wolf dalam bu- memiliki keperluan perayaan pernikahan
kunya Petani Suatu Tinjauan Antropologis. Ke- atau upacara kematian. Dukungan sosial dan
hidupan gotong royong pada masyarakat pe- moral merupakan sebuah wujud bahwa klien
tani disebut oleh Wolf sebagai sebuah ke- adalah social capital (modal sosial) yang di-
hidupan persekutuan. Masyarakat petani miliki patron dalam mengembangkan kekua-
pedesaan menurutnya selalu lekat dengan saan dan kepemimpinan. Jika misalnya pa-
ikatan persekutuan yang longgar strukturnya tron mencalonkan diri sebagai kepala desa,
(Wolf, 1983:142). Lebih lanjut Wolf menge- maka dapat dipastikan para klien beserta se-
mukakan bentuk ikatan persekutuan di kalan- luruh kerabatnya akan menjadi pendukung
gan masyarakat petani dapat terwujud dalam utama sang patron.
banyak bentuk misalnya relasi komprador di Demikian pula klien memerlukan ke-
Amerika Selatan, mir di Rusia, atau musha’a beradaan patron untuk menopang kehidupan
di Timur Dekat. ekonominya. Klien memerlukan sawah pa-
Eric Wolf juga mengemukakan bahwa tron untuk digarap, memerlukan ternak sang
kehidupan persekutuan yang melandasai re- patron untuk dipelihara, dan memerlukan
lasi sosial para petani di pedesaan merupakan bantuan finansial (hutang) ketika tertimpa
mekanisme tradisional mereka untuk mem- musibah atau akan menyelenggarakan perni-
pertahankan hidup atau survival strategi de- kahan. Pendek kata, keberadaan patron
ngan cara berbagi sumber daya dengan para dalam pandangan kliennya adalah sebagai
tetangga dan kerabatnya pada masa – masa pemimpin, pelindung dan pemberi jaminan
sulit mereka, misalnya ada rumah tangga ke- sosial (social security) bagi kehidupan mereka.
habisan gandum maka ia dapat meminjam- Patron klien, dengan demikian membentuk
nya dari rumah tangga lain (Wolf, 1983:139). sebuah hubungan gotong royong yang sangat
Selain berbagi makanan, masyarakat petani khas serta saling menguntungkan kedua be-

64 64
Indonesian Journal of Conservation
Pengembangan Nilai1 -dan
Vol. 1 No. 2012 Gotong Royong dalam Bingkai Konservasi Nilai Budaya - Subagyo
JuniTradisi

lah pihak, baik secara ekonomi, sosial mau- Indonesia, yaitu ketika Panitia Persiapan Ke-
pun kultural. merdekaan Indonesia (PPKI) pertama kali
Begitu kentalnya kehidupan masyara- menggunakan konsep tersebut
kat petani dengan tradisi yang bercirikan go- (Koentjaraningrat, 1974:61). Gotong royong
tong royong menjadi penjelas bahwa cara kemudian menjadi istilah yang populer pada
hidup gotong royong, bekerja sama dan masa pemerintahan Soekarno atau masa
saling membantu secara fungsional memang Orde Lama, dimana Soekarno memperkenal-
diperlukan oleh masyarakat petani untuk kan gagasan gotong royong sebagai nilai ke-
mempertahankan kelangsungan hidup bersamaan ala Indonesia yang harus menjadi
mereka. Hal tersebut akan berbeda dengan ruh dalam kehidupan bermasyarakat dan
kehidupan masyarakat industri yang lebih bernegara. Bahkan pada masa Soekarno ada
mengutamakan etos pencapaian individual- kabinet pemerintahan yang diberi nama
isme dalam pekerjaan dan kehidupannya. Kabinet Gotong Royong.
Gotong royong menjadi salah satu meka- Gotong royong banyak diakui menjadi
nisme masyarakat petani untuk saling berbagi salah satu nilai yang menjadi ciri khas atau
resiko ketika terjadi gagal panen, di saat ter- watak bangsa Indonesia sehingga dalam fal-
timpa musibah, atau ketika mereka memerlu- safah negara Indonesia yaitu Pancasila, kita
kan sumber daya yang besar untuk menye- akan menemukan bahwa semangat gotong
lenggarakan upacara atau perayaan. Prinsip royong atau kebersamaan menjadi salah satu
tersebut dalam istilah James Scott disebut nilai pokok yang membentuk Pancasila,
sebagai prinsip moral reciprocity (resiprositas), antara lain dalam nilai kemanusiaan, per-
yaitu prinsip pertukaran balas – membalas satuan, permusyawaratan, serta keadilan
yang tidak berlandaskan dengan uang, me- sosial.
lainkan berlandaskan pada harapan untuk Anggapan bahwa gotong royong men-
memperoleh pertolongan balik di saat kelak jadi salah satu karakteristik khas bangsa In-
mereka memerlukannya. Prinsip resirositas donesia dapat dipahami karena mayoritas
menurut Scott dilandasi sebuah gagasan yang masyarakat di Indonesia berakar dari kebu-
sederhana, yakni semua orang harus mem- dayaan pertanian. Meskipun saat ini industri
bantu mereka yang pernah membantunya banyak berkembang dan lingkungan perko-
(Scott, 1988:255). Lebih lanjut James Scott taan semakin tumbuh di berbagai wilayah
mengemukakan prinsip moral resiprositas Indonesia, namun secara kultural budaya –
yang cukup terkenal dapat dilihat pada budaya warisan tradisi agraris masih kental
masyarakat di pedesaan Jawa, yang disebut dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik
dengan gotong royong. yang secara geografis tinggal di pedesaan
maupun di perkotaan. Kita masih dapat meli-
hat keberadaan Rukun Tetangga (RT) atau
GOTONG ROYONG DALAM TRADISI Rukun Warga (RW) yang terdapat di desa
MASYARAKAT JAWA maupun di kota Indonesia menunjukkan ma-
sih bertahannya tradisi – tradisi kehidupan
Bagi masyarakat di Indonesia, gotong masyarakat gemeinschaft atau masyarakat
royong bukanlah istilah yang asing lagi, paguyuban. Begitu pula keberadaan or-
bahkan mayoritas masyarakat di Indonesia ganisasi seperti dasawisma, PKK, posyandu
merasa akrab dengan istilah tersebut. Akan dan berbagai kegiatan sejenis yang sangat
tetapi istilah gotong royong sebenarnya kuat dengan nuansa ke”guyub”an.
adalah kata yang relatif baru karena kita ti- Lebih lanjut Koentjaraningrat menje-
dak akan menemukannnya dalam kesusas- laskan bahwa meskipun istilah gotong
teraan Jawa Kuno maupun dalam prasasti royong adalah istilah yang relatif baru, na-
masa lalu. Begitu pula dalam sejarah kebu- mun sebenarnya hakikat dari konsep gotong
dayaan suku bangsa lainnya di Indonesia, royong telah mentradisi dalam kehidupan
istilah gotong royong bukanlah kata yang masyarakat di pedesaan Indonesia, terutama
telah lama dikenal. di pedesaan Jawa (1974:56). Sejak ratusan
Istilah gotong royong terutama mulai tahun lalu masyarakat pedesaan di Jawa
dikenal pada masa pendudukan Jepang di mengenal berbagai istilah yang mengacu

65
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

pada prinsip gotong royong. keterlibatan sebuah rumah tangga dalam


Di daerah Jawa Tengah bagian selatan, kegiatan komunal tersebut. Jika seorang ibu
gotong royong dikenal dengan terminologi rumah tangga tidak hadir dalam rewang,
lokal “sambatan” yang berasal dari kata sam- maka aib tersebut akan menjadi aib keluarga
bat, atau dalam bahasa Indonesia berarti secara keseluruhan.
mengeluh untuk meminta pertolongan. Sam- Pendek kata, gotong royong dalam ke-
batan biasanya dilakukan ketika ada seseo- hidupan masyarakat jawa memiliki fungsi
rang akan mendirikan rumah dan kemudian dalam banyak aspek. Gotong royong dapat
meminta bantuan tetangga sekitar untuk dilangsungkan dalam kegiatan ekonomi pro-
membantu pembangunan rumah tersebut duksi seperti mengolah tanah, menanam padi
tanpa imbalan upah. Sambatan juga dapat hingga memanennya. Gotong royong dalam
dilakukan untuk kepentingan mendirikan kesempatan yang lain dilakukan ketika ada
bangunan yang bertujuan bagi kepentingan anggota komunitas akan membuat rumah
bersama seperti balai desa, pos ronda, atau atau sekedar memperbaiki rumahnya yang
masjid. Sambatan biasanya dikerjakan oleh rusak. Gotong royong juga dapat dilakukan
kaum laki – laki yang menjadi Kepala Ke- untuk mengerjakan kepentingan bersama
luarga dan para pemuda yang ada di dalam atau kepentingan desa seperti memperbaiki
komunitas. jalan, membuat masjid, pos ronda atau seka-
Lebih lanjut Koentjaraningrat menge- dar membersihkan jalan dari rerumputan.
mukakan ada beberapa aktivitas gotong Dalam aspek yang lain, gotong royong juga
royong yang biasanya dilakukan pada terjadi dalam kegiatan sosial seperti perayaan
masyarakat Jawa, yaitu: (1) Guyuban, yaitu pernikahan, sunatan atau ketika tertimpa
bentuk gotong royong yang dilakukan untuk musibah seperti kematian (layatan) dan per-
melakukan pekerjaan kecil disekitar rumah ingatan sesudahnya. Terakhir, gotong royong
atau pekarangan, misalnya memperbaiki terjadi pula dalam penyelenggaraan tradisi –
dinding rumah, membersihkan atap rumah, tradisi kultural seperti selamatan, bersih desa
atau membersihkan pekarangan; (2) Nyurung, atau berdoa untuk arwah para nenek moyang
yaitu bentuk gotong royong ketika ada warga dalam tradisi nyadran.
desa yang memiliki hajat sunat, perkawinan,
kelahiran dan lain – lain; (3) Tetulung Layat,
yaitu bentuk gotong royong spontan ketika GOTONG ROYONG SEBAGAI BEN-
ada seorang penduduk desa meningal dunia. TUK LOCAL WISDOM PENGGERAK
Gotong royong juga dilakukan oleh SOLIDARITAS MASYARAKAT
para perempuan di Jawa ketika ada salah
satu anggota komunitas menyelenggarakan Dimilikinya tradisi gotong royong
perayaan seperti pernikahan, kelahiran, su- dalam kehidupan bangsa Indonesia, terma-
natan, ataupun peringatan hari kematian. suk dalam kehidupan masyarakat Jawa
Peristiwa gotong royong tersebut dinamakan menunjukkan bahwa gotong royong meru-
rewang, atau secara harfiah bermakna mem- pakan sebuah nilai kearifan lokal (local wis-
bantu. Dalam aktivitas rewang tersebut, para dom) yang perlu terus ditumbuhkan dalam
perempuan (terdiri dari ibu – ibu dan kaum kehidupan generasi masa kini dan masa se-
remaja perempuan) membantu tuan rumah lanjutnya. Nilai – nilai gotong royong dapat
yang memiliki hajat dalam memasak, mem- dimanfaatkan secara positif dalam kehidupan
persiapkan makanan dan persiapan acara. masyarakat terutama dalam upaya meng-
Mereka tidak hanya sekedar membantu gerakkan solidaritas masyarakat. Solidaritas
tenaga, melainkan juga membantu dalam sosial sangat perlu untuk terus diperkuat agar
bentuk memberikan sumbangan berupa ba- bangsa Indonesia mampu menghadapi tan-
han makanan mentah seperti beras, telur, tangan perubahan jaman, globalisasi, mau-
kelapa atau gula. Kehadiran para perempuan pun berbagai hal yang mengancam ke-
dalam tradisi rewangan menjadi simbol ke- hidupan masyarakat seperti bencana alam,
hadiran atau partipasi keluarga dalam konflik sosial maupun politik.
perayaan tersebut, dimana para perempuan Bekerjanya sistem gotong royong
tersebut menjadi representasi atau wakil dari dalam menggerakkan solidaritas masyarakat

66 66
Indonesian Journal of Conservation
Pengembangan Nilai1 -dan
Vol. 1 No. 2012 Gotong Royong dalam Bingkai Konservasi Nilai Budaya - Subagyo
JuniTradisi

di Indonesia terasa nampak dalam tahun – gotong royong. Nilai – nilai tersebut tentu
tahun terakhir, ketika Indonesia secara telah akrab di kalangan civitas akademika di
beruntun ditimpa berbagai bencana dan kampus yang saat ini sedang giat – giatnya
musibah. Dimulai sejak tsunami di Aceh dan menggelorakan semangat konservasi, terma-
Nias, gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten, suk konservasi nilai seni dan budaya. Budaya
gempa Padang, Tasikmalaya hingga yang gotong royong terbukti telah teraplikasikan
terakhir erupsi atau gunung meletus di dalam kehidupan di kampus Unnes, seperti
Merapi, Yogyakarta. Dibalik musibah yang pada saat penggalangan dana untuk bencana
tentu membuat banyak pihak prihatin, ter- tsunami Aceh pada tahun 2004, gempa
nyata ada hikmah positif yang muncul yaitu Yogyakarta tahun 2006, maupun bencana
bergeraknya nilai kegotong royongan letusan Merapi beberapa waktu yang lalu.
masyarakat Indonesia dalam membantu Tidak hanya bergotong royong mengumpul-
sesamanya. Setiap kali bencana muncul kita kan bantuan finansial, segenap civitas Unnes
dapat menyaksikan dijalanan para remaja juga mengirimkan tenaga sukarelawan untuk
dengan sukarela mengumpulkan sumbangan. mendirikan posko pengungsian dan kese-
Begitu pula masyarakat di dalam pertemuan hatan, serta para relawan pendidikan yang
RT, di dalam kelas, di kantor, bahkan di ling- dengan tulus ikhlas memberikan waktu dan
kungan pasar secara bersama – sama me- tenaganya demi kemanusiaan dan solidaritas
ngumpulkan bantuan dan kemudian menya- sosial. Semangat yang terkandung dalam bu-
lurkannya baik langsung maupun melalui daya gotong royong inilah yang dapat kita
dompet peduli yang banyak dibuka oleh me- kembangkan bersama di kampus Unnes
dia televisi, surat kabar, radio maupun berba- tercinta demi mendukung upaya konservasi
gai organisasi sosial kemasyarakatan. Kita di bidang nilai seni dan budaya.
juga dapat menyaksikan kuatnya solidaritas Keberadaan budaya gotong royong
masyarakat Indonesia melalui semangat para sebagai warisan masa lalu yang diturunkan
sukarelawan yang terjun di daerah bencana, secara generasional (traditional heritage) sudah
mengevakuasi korban, mendirikan dapur selayaknya perlu terus dipupuk kembangkan,
umum, membuat sekolah darurat, dan berba- termasuk dalam lingkungan civitas
gai aktivitas lain yang bertujuan untuk merin- akademika Universitas Negeri Semarang.
gankan saudara – saudara sebangsa dan se- Konservasi nilai budaya gotong royong
tanah air yang sedang dilanda musibah. Se- dalam kehidupan masa kini akan tetap rele-
mangat solidaritas yang begitu besar tersebut van dan tidak akan lapuk oleh usia zaman,
menunjukkan bahwa tradisi gotong royong karena terbukti dengan semangat gotong
masih tetap bertahan dan fungsional dalam royong solidaritas masyarakat serta persatuan
kehidupan masyarakat di Indonesia. dan kesatuan bangsa dapat terpelihara. Tentu
menjadi harapan dan visi kita bersama
bahwa solidaritas sosial, semangat persatuan
SIMPULAN dan kesatuan tersebut dapat dimulai dari
kampus kita tercinta, Universitas Negeri Se-
Gotong royong terbukti masih terus marang.
berkembang dalam tata kehidupan sosial
masyarakat serta menjadi pranata untuk
menggerakkan solidaritas masyarakat, men- DAFTAR PUSTAKA
ciptakan kohesi sosial, tidak hanya bagi
masyarakat Jawa saja, melainkan juga bagi Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2007. Patron Klien di
bangsa Indonesia. Nilai dan semangat gotong Sulawesi Selatan: Sebuah Kajian Fungsional
royong yang mampu membangkitkan se- Struktural. Yogyakarta: Keppel Press.
mangat solidaritas sosial tersebut juga sangat Bintarto, R. 1980. Gotong Royong: Suatu Karakter-
relevan dikembangkan dalam kehidupan di istik Bangsa Indonesia. Surabaya: PT Bina
kampus. Universitas Negeri Semarang seba- Ilmu.
Geertz, Hildreed. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta:
gai kampus yang berada di wilayah kebu-
Grafiti Press.
dayaan masyarakat Jawa tentu lebih memu- Tim Penyusun KBBI. 2002. Kamus Besar Bahasa
dahkan pengembangan nilai dan semangat Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

67
Indonesian Journal of Conservation Vol. 1 No. 1 - Juni 2012

Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitas LP3ES.


dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengan-
Prasetyo, Kuncoro Bayu. 2009. “Menjadi Aceh di tar. Jakarta: Raja Grafindo.
Panti Asuhan: Studi tentang Sosialisasi Unnes. 2009. Laporan Tahunan Rektor Univer-
Anak Aceh di Panti Asuhan Pasca Ben- sitas Negeri Semarang Tahun 2009. disam-
cana”. Tesis S2, tidak diterbitkan. Yogya- paikan pada Dies Natalis Unnes ke-45 tanggal
karta: Pascasarjana Antropologi Univer- 30 Maret 2009. Semarang: Unnes.
sitas Gadjah Mada. UPT Humas Unnes. 2010. Unnes 2010: Universitas
Rustad, Supriadi dkk. 2010. Unnes Sutera: Mem- Konservasi. Semarang: UPT Pusat Hubun-
bangun Universitas Sehat, Unggul, Sejahtera. gan Masyarakat Unnes.
Semarang: Unnes Press. Wolf, Eric. 1983. Petani Suatu Tinjauan Antropolo-
Scott, James. 1988. Moral Ekonomi Petani. Jakarta: gis. Jakarta: Yayasan Ilmu – Ilmu Sosial.

68 68

Anda mungkin juga menyukai