Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

CONTINUITY OF CARE PADA KB

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

A.Jelling ( PO714211204002 )

Novianda Puspa Ramdani ( PO714211204017 )

Luthfiah Alysa Aksari ( PO714211204013 )

Reny Vidiaminasa ( PO714211204023 )

Dosen Pembimbing : Ibu Fitriati Sabur, S.ST M.Keb

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

T.A 2022/2023
A. Peran Bidan sebagai konselor KB pasangan usia subur
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan, dinilai menjadi salah satu subjek
penting dalam melaksanakan edukasi metode kontrasepsi kepada masyarakat,
karena bidan memiliki peran untuk melakukan konseling atau komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien untuk memilih metode kontrasepsi
(KB) yang terbaik. Konseling adalah suatu hubungan timbal balik antara konselor
(bidan) dengan konseli (klien) yang bersifat profesional baik secara individu atau
pun kelompok, yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang
berarti dalam kehidupan (Yulifah, 2009).

Konseling menurut Sarwono adalah proses yang berjalan dan menyatu


dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi
yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian
pelayanan. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan
konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya, di samping itu dapat
membuat klien merasa lebih puas (Sarwono, 2006). Dengan peningkatan konseling
KB maka diharapkan akan lebih meningkatkan jumlah akseptor KB sebagai suatu
langkah konkret dalam mensukseskan program KB yang merupakan program
utama pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk.

Tujuan konseling adalah untuk membantu klien dalam memilih


danmemutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya
(Saifuddin, 2003 : 1). Tujuan konseling adalah membantu klien melihat
permasalahannyasupaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan
keluarnya (Fitriasari, 2006). Melalui konseling kontrasepsi yang mantap maka
dapat membantu klien/akseptor untuk menentukan pilihan kontrasepsinya dengan
mantap sesuai keinginan mereka sendiri dan tidak akan menyesali keputusan yang
telah diambilnya dikemudian hari.
Menurut Carl Rogers dalam Abraham and Shanley, untuk mencapai
tujuan/sasaran dalam proses konseling perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai
berikut:

a. Empati Empati merupakan kemampuan memahami pengalaman dan


perasaan klien seperti yang dipahami oleh klien sendiri. Pemahaman ini
mencakup makna dan nilai-nilai pada saat klien mengungkapkan dan
mengkomunikasikan pengalamannya sehingga klien yakin bahwa konselor
mempunyai pemahaman yang tepat tentang pengalamannya.

b. Keikhlasan Konselor harus rela melibatkan dirinya dengan klien yang


mencakup persepsi kecemasan, dan harapan klien. Klien juga harus
diyakinkan bahwa konselor jujur dan ikhlas dalam memberikan perhatian.
Keterlibatan yang ikhlas dapat meningkatkan kepercayaan dan harga diri
dalam hubungan tersebut.

c. Penghargaan positif tanpa syarat Mengarah pada semua bentuk kasih


sayang kepada klien yang tergantung pada perilakunya. Hal ini memberikan
suasana yang tidak mengancam, sehingga klien dapat mengungkapkan
perasaannya dan segala sesuatu tentang dirinya juga penting bagi klien
untuk mengungkapkan aspek-aspek pada diri yang mungkin tidak diterima
oleh orang lain (Trisna, 2008).

B. Peran Bidan sebagai pemberi layanan KB


Bidan mempunyai peran dalam meningkatkan tingkat pemakaian
KB sebagai tindakan preventif terutama bagi wanita dengan resiko 4
(empat) terlalu, yaitu terlalu muda (usia di bawah 20 tahun), terlalu tua (usia
di atas 35 tahun), terlalu dekat (jarak kelahiran antara anak yang 3 satu
dengan yang berikutnya kurang dari 2 tahun), dan terlalu banyak
(mempunyai anak lebih dari 2) (BKKBN, 2014). Tugas yang cukup berat
ini menuntut bidan untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga akan
tercapai pelayanan kebidanan yang berkualitas. Salah satu faktor
pendukung peningkatan kompetensi bidan yaitu adanya motivasi kerja yang
dimiliki oleh bidan. Salah satu peran bidan dalam upaya peningkatan
pemakaian KB, yaitu dengan memberikan informed choice sebelum calon
peserta membuat keputusan dan memilih alat kontrasepsi. Selain
memudahkan calon peserta untuk memilih alat kontrasepsi yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan pasien, pemberian informed
choice dan informed consent juga secara signifikan dapat mencegah drop
out pemakaian kontrasepsi, sehingga dapat meningkatkan jumlah peserta
KB aktif.
C. Peran bidan penyuluhan/komunikasi, edukasi, dan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai kesehatan reproduksi bagi calon pengantin.
Tentunya, untuk mempersiapkan kehamilan sehat dan keluarga
berencana,
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan system reproduksi,
fungsi dan prosesnya (WHO). Kesehatan reproduksi adalah keadaan
sempurna fisik, mental dan kesejahteraan social dan tidak semata-mata
ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan
system reproduksi dan fungsi serta proses (ICPD, 1994).

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan


kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996). Kesehatan
reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat
reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya
dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well
Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam
batas normal (IBG. Manuaba, 1998). Kesehatan Reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).

Strategi kesehatan reproduksi menurut komponen pelayanan


kesehatan reproduksi komprehensif dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak Peristiwa kehamilan,


persalinan dan nifas merupakan kurun kehidupan wanita yang paling
tinggi resikonya karena dapat membawa kematian, makna kematian
seorang ibu bukan hanya satu anggota keluarga tetapi hilangnya
kehidupan sebuah keluarga. Peran ibu sebagai wakil pimpinan
rumah tangga, ibu dari anak-anak yang dilahirkan, istri dari suami,
anak bagi seorang ibu yang melahirkan, ataupun tulang punggung
bagi sebuah keluarga, semua sulit untuk digantikan. Tindakan untuk
mengurangi terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan
persalinan, harus dilakukan pemantauan sejak dini agar dapat
mengambil tindakan yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada
keadaan kebidanan darurat. Upaya intervensi dapat berupa
pelayanan ante natal, pelayanan persalinan dan masa nifas. Upaya
intervensi tersebut merupakan dimensi pertama dari paradigma baru
pendekatan secara Continuum of Care yaitu sejak kehamilan,
persalinan, nifas, hari-hari dan tahun-tahun kehidupan perempuan.
Dimensi kedua adalah tempat yaitu menghubungkan berbagai
tingkat pelayanan di rumah, masyarakat dan kesehatan.Informasi
akurat perlu diberikan atas ketidaktahuan bahwa hubungan seks
yang dilakukan, akan mengakibatkan kehamilan, dan bahwa tanpa
menggunakan kotrasepsi kehamilan yang tidak diinginkan bisa
terjadi, bila jalan keluar yang ditempuh dengan melakukan
pengguguran maka hal ini akan mengancam jiwa ibu tersebut.

2. Komponen Keluarga Berencana Komponen ini penting karena


Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia. Indonesia diprediksi akan mendapat “bonus
demografi“ yaitu bonus yang dinikmati oleh suatu Negara sebagai
akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang 15–64
tahun) dalam evolusi kependudukan yang akan dialami dan
diperkirakan terjadi pada tahun 2020–2030. Untuk mengantisipasi
kemungkinan timbulnya masalah tersebut pemerintah
mempersiapkan kondisi ini dengan Program Keluarga Berencana
yang ditujukan pada upaya peningkatan kesejahteraan ibu dan
kesejahteraan keluarga. Calon suami-istri agar merencanakan hidup
berkeluarga atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional
tentang masa depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan anak-
anak mereka dikemudian hari. Keluarga berencana bukan hanya
sebagai upaya/strategi kependudukan dalam menekan pertumbuhan
penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga
merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya meningkatan
kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin mempunyai anak,
mengatur jarak anak dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya.
Sehingga seorang ibu mempunyai kesempatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dirinya. Pelayanan
yang berkualitas juga perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan pandangan klien terhadap pelayanan kesehatan yang
ada.
Sumber :

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai