Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiko Perilaku Kekerasan


1. Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut Keliat, (2011), perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang
yang menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri, orang
lain atau lingkungan sekitar baik secara fisik, emosional, seksual, dan
verbal (NANDA, 2016)
Citrome dan Volavka (2002, dalam Mohr, 2006) menjelaskan
bahwa perilaku kekerasan merupakan respon perilaku manusia untuk
merusak sebagai bentuk agresif fisik yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain dan atau sesuatu. Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(Kusumawati dan hartono, 2010).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan merupakan:
a. Respons emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan
yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (diejek/dihina).
b. Ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan
(kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas).
c. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

2. Proses Terjadinya Resiko Perilaku Kekerasan


Menurut Konsep Stress Adaptasi Stuart (2013) Proses terjadinya
perilaku kekerasan pada pasien yang meliputi faktor predisposisi dan
presipitasi.

3
a. Faktor Predisposisi
 Faktor Biologis
Faktor biologis dibagi menjadi 2 yaitu Teori Dorongan Naluri
(Instinctual drive theory) yang disebabkan oleh dorongan
kebutuhan dasar yang kuat, dan faktor Psikomatik yaitu berasal
dari respon psikologi terhadap stimulus.
 Faktor Psikologis
Pengalaman marah merupakan respon psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku
kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustrasi. Frustrasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu
menemui kegagalan atau terhambat. Salah satu kebutuhan
manusia adalah “berperilaku” atau yang bisa disebut dengan teori
agresif frustasi, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi
melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan muncul adalah
individu tersebut berperilaku destruktif.
 Faktor Sosiokultural
Teori lingkungan sosial (social environment theory )
menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap
individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat
mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif. Perilaku
kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui proses
sosialisasi (social learning theory).

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat
unik, berbeda satu orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat
merupakan penyebab yang berasal dari dari dalam maupun luar
individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau
hubungan dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar,

4
perceraian, kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit fisik, dll. Sedangkan faktor luar individu meliputi serangan
terhadap fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, tindakan kekerasan.

3. Rentang Respon Marah


Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari
respon adaptif sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-
sama mempelajarinya untuk mempermudah pemahaman Anda
dibawah ini akan digambarkan rentang respon perilaku kekerasan.

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Keterangan :
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi: Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat.
Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaannya.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

a. Hirarki Perilaku Kekerasan


 Memperlihatkan permusuhan rendah .
 Keras menuntut.
 Mendekati orang lain dengan ancaman.
 Memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
 Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.
 Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai.

5
 Melukai dalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan
medis.
 Melukai dalam tingkat serius dan memerlukan perawatan medis.

b. Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Asertif

Karakteristi Pasif Asertif Agresif


k
Isi Bicara  Negatif  Positif  Berlebihan
 Menghina  menghargai diri  Menghina
 Dapatkah saya sendiri orang lain
lakukan  saya dapat/akan  Anda
 Dapat kah ia lakukan. selalu/tidak
lakukan pernah
Nada Suara  Diam  Diatur  Tinggi
 Lemah  Menuntut
 Merengek
Postur /  Melotot  Tegak  Tenang
sikap tubuh  Menundukkan  Rileks  Bersandar ke
kepala depan
Personal  Orang lain  Menjaga jarak  Memasuki
Scape dapat masuk yang teritorial orang
pada teritorial menyenangkan lain
pribadinya  Mempertahanka
n hak tempat/
Gerakan  Minimal  Memperlihatkan  Mengancam,
 Lemah gerakan yang ekspansi
 Resah sesuai gerakan
Kontak  Sedikit atau  Sekali-sekali  Melotot
mata

6
tidak  Sesuai dengan
kebutuhan
interaksi

4. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah
untuk melindungi diri antara lain: ((Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal
103).
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa amarah.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk
kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan
hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci
itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik

7
pada teman suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan
kuat.
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan
dengan temanya.

5. Perilaku
Perilaku klien dengan gangguan perilaku kekerasan dapat
membahayakan dirinya, orang lain atau lingkungan.
Adapun perilaku yang harus dikenali dari klien gangguan risiko
perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindari
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem
syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil
melebar, mual, peristaltic gaster menurun, pengeluaran urine dan
saliva meningkat, konstipasi, ketegangan otot seperti: rahang terkatup,
tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertaireflek cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam ekspresi
kemarahannya yaitu sifat perilaku pasif, sgresid, dan asertif
c. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditunjukan pada diri semdiri,
orang lain, maupun lingkungan.

8
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan
pasien dan didukung dengan hasil observasi.
a. Data Subjektif:
 Ungkapan berupa ancaman
 Ungkapan kata-kata kasar
 Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data Objektif:
 Wajah memerah dan tegang
 Pandangan tajam
 Mengatupkan rahang dengan kuat
 Mengepalkan tangan
 Bicara kasar
 Suara tinggi, menjerit atau berteriak
 Mondar mandir
 Melempar atau memukul benda/orang lain

B. Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan


1. Pengkajian
a. Data demografi
 Perawat mengkaji identitas klien dan melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang nama perawat, nama klien,
panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
 Usia dan nomor rekam medic
 Perawat menuliskan sumber data yang didapat
b. Alasan masuk

9
Tanyakan pada klien atau keluarga:
 Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah
sakit?
 Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah ini?
 Bagaimana hasilnya?
c. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan
data signifikan tentang:
 Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
 Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang
baru dialami
 Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
 Riwayat pengobatan
 Penyalahgunaan obat dan alcohol
 Riwayat pendidikan dan pekerjaan
 catat ciri-ciri respon fisiologik, kognitif, emosional dan perilaku
dari individu dengan gangguan mood
d. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan lelalitas perilaku bunuh diri
klien
 Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang
sulit)
 Rencana bunuh diri, termasuk apakah klien memiliki rencana
tersebut
 Keadaan jiwa klien (misal, adanya gangguan pikiran, tingkat
kegelisahan, keparahan gangguan mood)
 Sistem pendukung yang ada
 Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit
lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru
dialami, dan riwayat penyalahgunaan zat.

10
e. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien
atau keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi
pengobatan, gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan serta
tindakan perawatan sendiri.
Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Effect


Sendiri, orang lain, dan
lingkungan

Resiko Perilaku Kekerasan Cor Problem

Perilaku Kekerasan Causa

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan

3. Intervensi Keperawatan
a. Perencanaan pada pasien
Tujuan:
 Pasien mampu mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku
kekerasan.
 Pasien mampu menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan.
 Pasien mampu menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
yang dilakukan.
 Pasien mampu menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan.

11
 Pasien mampu mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
sosial/verbal, spiritual dan terapi psikofarmaka (patuh obat).

Perencanaan:

STRATEGI TUJUAN KRITERIA


PELAKSANAAN
SP 1 1. Klien dapat Setelah melakukan pertemuan
1. Mengidentifikasi tanda mengidentifikasi pasien mampu :
dan gejala perilaku tanda dan gejala 1. Menyebutkan
kekerasan perilaku kekerasan penyebab, tanda, dan
2. Mengidentifikasi 2. Klien dapat gejala serta akibat
penyebab perilaku mengidentifikasi perilaku kekerasan.
kekerasan penyebab perilaku 2. Memperagakkan cara
3. Mengidentifikasi kekerasan fisik untuk
akibat perilaku 3. Klien dapat mengontrol perilaku
kekerasan mengidentifikasi kekerasan.
4. Melatih latihan fisik 1 akibat perilaku
(tarik nafas dalam) kesehatan
5. Melatih latihan fisik 2 4. Klien dapat
(pukul kasur bantal) menarik nafas
6. Menganjurkan klien dalam
memasukkan latihan ke 5. Klien dapat
dalam kegiatan harian. memukul kasur
dan bantal
6. Klien dapat
membiasakan
latihan fisik 1 dan

12
latihan fisik 2.
SP II Setelah melakukan pertemuan
1. Mengevaluasi jadwal 1. Klien dapat teratur pasien mampu :
kegiatan harian klien dalam melakukan 1. Menyebutkan
2. Menjelaskan dan kegiatan harian kegiatan yang sudah
melatih klien minum 2. Klien dapat minum dilakukan.
obat dengan prinsip 6 obat dengan 2. Memperagakkan cara
benar prinsip 6 benar sosial atau verbal
3. Menjelaskan 3. Klien dapat untuk mengontrol
manfaat/keuntungan mengerti manfaat perilaku kekerasan
minum obat dan dan kerugian dari
kerugian tidak minum meminum obat
obat 4. Klien dapat minum
4. Menganjurkan klien obat dalam waktu
memasukkan waktu yang teratur.
minum obat ke dalam
harian

SP III Setelah melakukan pertemuan


1. Mengevaluasi jadwal 1. Klien dapat teratur pasien mampu :
kegiatan harian klien dalam melakukan 1. Menyebutkan
2. Melatih secara kegiatan harian kegiatan yang sudah
sosial/verbal : menolak 2. Klien dapat terlatih dilakukan.
dengan baik, meminta secara sosial 2. Memperagakkan cara
dengan baik, ataupun verbal spiritual.
mengungkapkan 3. Klien dapat
dengan baik menjadwalkan
3. Menganjurkan klien latihan secara
memasukkan latihan sosial ataupun
secara sosial/verbal ke verbal ke dalam
dalam jadwal harian jadwal harian

13
SP IV Setelah melakukan pertemuan
1. Mengevaluasi jadwal 1. Klien dapat teratur pasien mampu :
harian klien dalam melakukan 1. Menyebutkan
2. Melatih secara kegiatan harian kegiatan yang sudah
spiritual : Berdoa, 2. Klien dapat berdoa dilakukan.
Sholat dan sholat 2. Memperagakkan cara
3. Menganjurkan klien 3. Klien dapat fisik untuk
memasukkan latihan menjadwalkan mengontrol perilaku
secara spiritual ke latihan spiritual ke kekerasan.
dalam jadwal dalam jadwal
harian

b. Perencanaan pada keluarga


Tujuan: Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga dapat
merawat pasien di rumah.
 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
 Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat
dari perilaku tersebut).
 Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang
perlu secara dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau
memukul benda/orang lain

4. Implementasi

Risiko Pasien Keluarga


Perilaku SP 1 SP 1
Kekerasan  Menyebutkan penyebab  Menyebutkan pengertian
PK dan proses terjadinya

14
PK masalah PK
 Menyebutkan tanda dan  Menyebutkan cara
gejala PK merawat pasien dengan
 Menyebutkan PK yang PK
dilakukan
 Menyebutkan akibat PK SP 2
 Menyebutkan cara  Mempraktekkan cara
mengontrol PK merawat pasien dengan
 Mempraktekkan latihan PK
cara mengontrol fisik I
 Membantu memasukkan SP 3

dalam jadwal kegiatan  Membuat jadwal


aktivitas dan minum obat
SP 2 klien di rumah (discharge

 Mengevaluasi jadwal planning)

kegiatan
 Mempraktekkan latihan
cara fisik II
 Memasukkan dalam
jadwal

SP 3
 Mengevaluasi jadwal
kegiatan
 Mempraktekkan latihan
cara verbal
 Memasukkan dalam
jadwal

SP 4

15
 Mengevaluasi jadwal
kegiatan
 Mempraktekkan latihan
cara spiritual
 Memasukkan dalam
jadwal

SP 5
 Mengevaluasi jadwal
kegiatan

 Mempraktekkan latihan
cara minum obat
 Memasukkan dalam
jadwal

2.2.6 Evaluasi

SP 1 : S : klien mengatakan tenang seteleh berbincang-bincang, perasaan


marah tidak muncul

O : klien mampu mendemontrasikan cara mengontrol marah


dengan tarik nafas dalam

Klien mampu mengidentifkasi penyebab marah, tanda-tanda


marah, perilaku marah yang biasa dilakukan dan akibat dari
marah

A : SP 1 tercapai

16
P : Jadwalkan klien untuk latihan nafas dalam, lanjurkan SP 2 :
latihan cara mengontrol marah dengan cara memukul bantal.

SP 2 : S : Klien mengatakan tenang seteleh berbincang-bincang,


perasaan marah tidak muncul

O : Klien mampu mendemontrasikan cara mengontrol marah


dengan pukul bantal

Klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol marah


dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal

A : SP 2 tercapai

P : Lanjutkan SP 3 ( cara mengungkapkan marah dengan verbal /


mrngungkapkan, meminta, menolak)

SP 3 : S : Klien mengatakan lega dan tenang setelah berbincang-bincang,


klien mengatakan senang hari ini

O : Klien mampu mengungkapkan marah secara verbal

Klien mampu mengontrol marah dengan cara spiritual (Shalat


dan Berdoa)

A : SP 3 tercapai

P : Lanjutkan SP 4 ( Cara mengontrol marah dengan


farmakologis /obat)

SP 4 : S : klien mengatakan sudah merasakan lega dan klien mengatakan


senang hari ini

17
O : Klien sudah bisa mengontrol marah degan cara
farmakologis/obat

Klien bisa menjelaskan kembali tentang obat yang diminum

A : SP 4 tercapai

P : Intervensi dihentikan

18
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari :
Pertemuan :
SP / Dx : 1 / resiko perilaku kekerasan
Nama klien :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a.Data Subjektif
1) Klien mengeluh perasannya terancam, marah, dan dendam
2) Klien mengungkapkan perasaan kesal dan jengkel
3) Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik, seperti : dada
berdebar-debar, khawatir dan bingung
b. Data Objektif
1) Pasien tampak tegang, menyendiri, dan gelisah
2) Pasien tampak pandangan tajam, ekspresi wajah berubah-ubah
lebih cenderung sinis
3) Pasien tampak mengatupkan rahang dengan kuat
4) Pasien tampak mengepalkan tangan

19
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan
a. klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. klien dapat menyebabkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
d. klien dapat menyebutkan cara mencegah / mengontrol perilaku
kekerasan dengan latihan fisik tarik nafas dalam dan pukul kasur
(bantal)
4. Tindakan Keperawatan
a. mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b. mengidentiifkasi penyebab perilaku kekerasan
c. mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
d. melatih fisik 1 (tarik nafas dalam)
e. melatih fisik 2 (pukul kasur / bantal)
f. mengajarkan klien memasukkan latihan ke dalam jadwal
kegiatan harian

B. Strategi komunikasi
1. Fase Orientasi
a.salam terapeutik
“ Assalamualaikum, wr.wb …. Selamat pagi bu …. Perkenalkan
nama saya … mahasiswi dari politeknik kesehatan banten .. apa ini
dengan ibu … “
b. evaluasi validasi
“ bagaimana perasaan ibu saat ini..?”
“ apakah ibu masih ada perasaan kesal dan marah?”
c.kontrak

20
1) topik : “baiklah sesuai dengan janji kita kemarin kita akan
berdiskusi tentang penyebab marah ibu dan cara mengontrol
marah yang ibu rasakan dengan baik.”
2) Waktu : “berapa lama ibu ingin berbincang-bincang ?
bagaimana kalau ±10 menit bu?”
3) Tempat : “dimana nyamannya kita duduk untuk berbincang-
bincang ? bagaimana kalau diruang tamu?”
4) Tujuan : “tujuan kita berbincang-bincang saat ini untuk
mengetahui penyebab marah dan cara menyalurkan rasa
marah ibu dengan kegiatan latihan fisik yaitu tarik nafas
dalam dan pukul kasur atau bantal”
2. Fase kerja
“apa yang menyebabkan ibu marah? Apa yang ibu rasakan saat ibu marah?
Jadi, saat marah ibu merasakan dada ibu berdebar-debar, selain itu ada lagi
yang ibu rasakan? Kalau mata melotot, rahang tertutup rapat dan tangan
mengepal apakah ibu merasakannya? Setelah itu apa yang ibu lakukan
agar rasa marah itu hilang?”
“oh jadi ibu ketika marah memecahkan barang-barang yang ada disekitar
ibu? Apa dengan cara seperti itu perasaan marah ibu berkurang atau
hilang?”
“menurut ibu apa kerugian yang dapat terjadi jika ibu melakukan hal itu
terus menerus? Betul sekali barang-barang jadi rusak bu .. menurut ibu
apakah cara yang baik untuk meluapkan amarah?”
“nah, bagaimana jika kita belajar cara mengontrol marah tanpa
menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan
ibu , salah satunya adalah dengan cara latihan fisik, jadi melalui kegiatan
fisik lah kemarahan ibu disalurkan … ada 2 cara bu, yang pertama dengan
cara menarik nafas dalam dan dengan pukul kasur / bantal.”
3. Fase terminasi
a.Evaluasi respon
1) Evaluasi subjektif

21
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang
tentang perasaan marah ibu dalam mengontrol rasa marah
dengan cara tarik nafas dalam dan memukul kasur atau bantal. ”
2) Evaluasi objektif
“tadi saya lihat ibu sudah mampu melakukannya dengan baik”
b. Rencana tindak lanjut
“sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian ya bu”
berapa kali ibu ingin melakukan latihan keduanya ? dan jam berapa
saja bu? Oh iya baik bu jika ibu ingin sehari sekali”
c.Kontrak yang akan datang
1) Topic : “ baiklah bu, besok pagi kita bertemu kembali apakah
ibu bersedia?’
2) Waktu : “baiklah bu kalau begitu kita akan bertemu kembali
besok jam 10:00 ya bu”
3) Tempat : “dimana kita akan berbincang-bincang untuk besok
bu? Apakah ibu ingin di taman atau di ruang tamu saja? Oke
baik bu jika ingin diruang tamu. Besok kita ketemu di ruang
tamu ya bu”
“baiklah bu besok kita akan bertemu lagi jam 10:00 diruang tamu ya
bu, sekarang mari saya antar ibu ke kamar ibu” .. “ sampai jumpa
besok, Assalamualaikum wr.wb”

22
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari :
Pertemuan :
SP / Dx : 2 / resiko perilaku kekerasan
Nama klien :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a.Data Subjektif
1) Klien mengatakan benci dan kesal dengan seseorang yaitu
suaminya
2) Klien mengeluh perasaan tidak berguna dan putus asa
3) Klien mengatakan kesal dan tidak peduli lagi dengan
suaminya
4) Klien merasa semua orang ingin menyerangnya
5) Klien mengatakan dada suka berdebar kita sedang marah
b. Data objektif
1) Muka tampak tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Berbicara kasar
6) Suara tinggi dan cepat
7) Mengancam secara verbal dan fisik
8) Melempar / melempar benda yang ada disekitar

23
2. Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan tindakan keperawatan
a.Klien dapat mengontrol marah dengan cara berbicara yang baik
b. Klien dapat menyatakan secara asertif rasa marahnya.
4. Tindakan keperawatan
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih, mengungkapkan rasa marah dengan verbal, menolak
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
c.Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegaiatan, mengungkapkan
marah secara verbal

B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a.Salam terapeutik
“Assalamualaikum wr.wb .. selamat pagi ibu, masih ingat dengan
saya? Wah benar sekali ibu”
b. Evaluasi validasi
“bagaimana perasaan ibu saat ini?”
“apakah ibu sudah melakukan cara mengontrol marah yang sudah
kita pelajari sebelumnya? wah hebat sekali ibu, coba saya lihat
jadwalnya? Bagus ibu”
c.Kontrak
1) Topic : “ sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih
cara mengontrol marah dengan cara berbicara yang baik ..
apakah ibu bersedia?”
2) Waktu : “ berapa lama kita akan berbincang –bincang ?
bagaimana kalau 30 menit?”
3) Tempat : “ sesuai janji kita kemaren, kita berbincang-bincang
di ruang tamu ya bu, mari sini saya bantu”
2. Fase kerja

24
“baiklah sekarang kita akan latihan cara berbicara yang baik untuk
mencegah perasaan marah. Sekarang saya akan menjelaskan tentang
cara berbicara yang baik bila ibu sedang marah.. ada 3 cara ibu” .. “
yang pertama adalah minta dengan baik tanpa marah dengan suara
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya : bu sayaa
mau minta makanan” .. “ coba baik ibu praktekkann”
“yang kedua ialah menolak dengan cara yang baik, jika ada yang
menyuruh ibu dan ibu tidak ingin melakukannya karena sedang ada
pekerjaan lain. Katakan “ maaf saya tidak bisa melakukannya, karena
saya sedang ada pekerjaan” .. “ nah sekarang coba ibu praktekkan”
“iya begitu, bagus sekali ibu “
“yang ketiga adalah mengungkapkan perasaan kesal dengan baik jika
ada perlakuan orang lain yang membuat kesal. Ibu dapat mengatakan :
saya menjadi marah karena perkataanmu” .. “coba ibu praktekkan” .. “
nah bagus ibu”
3. Fase terminasi
a.Evaluasi respon
1) Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang
mengendalikan marah ibu dengan cara berbicara yang baik?”
2) Evaluasi objektif
“coba ibu sebutkan dan praktekkan kembali cara berbicara yang
baik yang telah kita pelajari tadi” .. “wah bagus sekali ibu telah
mengerti cara mengendalikan marah”
b. Rencana tindak lanjut
“sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan ya bu, ibu ingin
berapa kali melakukan latihan bicara yang baik? Oh iya baik bu
bagaimana kalau sehari 2x?” .. “baik bu kalau ibu bersedia”
c.Kontrak
1) Topic : “baiklah bu, besok kita lanjutkan latihan mengontrol marah
dengan cara ke 3 yaitu dengan ibadah, apakah ibu bersedia”

25
2) Waktu : “jam berapa kita akan berbincang-bincang bu? Bagaimana
kalau jam 09:00 pagi? … oke baik bu”
3) Tempat : “dimana kita akan berbincang-bincang bu? Ibu mau
berbincang dimana? Di ruang tamu lagi atau mau ditaman? Oke
baik bu jika ingin diruang tamu”
“mari bu, saya antar ke kamar ibu, saya permisi ya bu
assalamualaikum wr.wb”

26
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari :
Pertemuan :
SP / Dx : 3 / resiko perilaku kekerasan
Nama klien :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a.Data Subjektif
1) klien mengatakan masih kesal dengan seseorang yaitu
suaminya
2) klien mengatakan masih merasa semua orang ingin
menyerangnya
3) klien mengatakan sudah bisa melakukan latihan fisik saat ada
yang memicu amarahnya
b. Data Objektif
1) Muka tampang tegang
2) Mengatupkan rahang dengan kuat
3) Mengepalkan tangan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a.Klien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya dengan
cara spiritual ibadah

27
4. Tindakan keperawatan
a.Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan klien
c.Melatih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang
bisa dilakukan klien
d. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan klien

B. Strategi komunikasi
1. Fase Orientasi
a.Salam terapeutik
“assalamualaikum wr.wb bu, selamat pagi bu, apa ibu masih ingat
dengan saya?” “iyaa alhamdulillah kalau ibu masih inget”
b. Evaluasi validasi
“bagaimana perasaaan ibu saat ini?”
“apakah ibu sudah melakukan latihan cara mengontrol marah yang
sudah kita pelajari sebelumnya? wah ibu bagus sudah mengerti..
coba saya lihat jadwal latihan ibu ya” wah ibu sudah semakin baik”
c.Kontrak
1) Topic : “sesuai janji kita kemaren, hari ini kita akan berlatih
cara ke3 mengontrol marah dengan cara beribadah. Apakah ibu
bersedia?”
2) Waktu : “mau berapa lama bu kita berbincang-bincang?
Bagaimana jika 20 menit?”
3) Tempat : “sesuai janji yang kemaren, kita akan berbincang-
bincang di ruang tamu ya bu,baik sini saya bantu bu”
2. Fase kerja
“coba ibu ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan?” iya
bagus bu baik, yang mana yang ingin ibu coba?” “nah kalau ibu
sedang marah, coba ibu langsung duduk tarik nafas dalam, jika tidak
reda juga ibu bisa lakukan pukul kasur/ bantal yang pernah kita

28
praktekkan dulu, jika tidak reda juga ambil air wudhu lalu kemudian
ibu sholat.”
“ibu bisa melakukan sholat secara 5 waktu … bagus …. Coba ibu
jelaskan bagaimana caranya? (untuk sholat)”
3. Fase terminasi
a.Evaluasi respon
1) Evaluasi subjektif
“bagaimana ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengendalikan marah dengan cara melakukan kegiatan
ibadah?”
2) Evaluasi objektif
“coba ibu sebutkan kembali berapa cara mengendalikan marah
yang sudah kita pelajari? Ya betul, bagus sekali bu” .. “ coba
sekarang ibu sebutkan lagi bagaimana cara ibadah yang tepat
bila ibu merasa marah?”
b. Rencana tindak lanjut
“sekarang mari kita masukkan kegiatan ibadah ke dalam jadwal
kegiatan harian ibu ya” .. “ setelah ini coba ibu lakukan jadwal
kegiatan sholaat sesuai jadwal kegiatan yang telah kita lakukan
sebelumnya.”
c.Kontrak
1) Topik : “baiklah bu, besok kita lanjutkan untuk terapi
pemberian obat ya bu. apakah ibu bersedia”
2) Waktu : “jam berapa ibu akan meminum obat? Bagaimana
kalau jam 09:00 pagi setelah ibu makan pagi ya? … oke baik
bu”
3) Tempat : “besok ibu ingin makan dimana bu? Bagaimana jika
kita pergi makan ke taman untuk merubah suasana menjadi
lebih santai?” ... “alhamdulillah, baik kalau begitu besok kita
sarapan di taman ya bu”

29
“mari bu, saya antar ke kamar ibu, saya permisi ya bu
assalamualaikum wr.wb”

30
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari :
Pertemuan :
SP / Dx : 4 / resiko perilaku kekerasan
Nama klien :
Ruangan :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan takut, cemas, dan khawatir
2) Klien mengatakan masih kesal jika melihat suaminya
3) Klien mengatakan rasa dendamnya sudah tidak seperti saat
masuk ke RS, tetapi jika masih melihat suaminya perasaan
dendam itu masih ada sedikit
b.Data Objektif
1) Wajah tampak tegang merah jika berbicara tentang suaminya
2) Klien tampak mengeluarkan banyak keringat
3) Tatapan mata klien tampak tajam
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan Tindakan keperawatan
a.Klien dapat mengontrol marah dengan terapi pemberian obat dengan
prinsip 6 benar
4. Tindakan keperawatan
a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar
c.Menjelaskan manfaat dan keuntungan minum obat dan kerugian
tidak minum obat

31
d. Menganjurkan klien memasukkan waktu minum obat ke dalam
jadwal kegiatan harian klien
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a.Salam terapeutik
“assalamualaikum wr.wb bu, selamat pagi bu, apa ibu masih ingat
dengan saya?” “iyaa alhamdulillah kalau ibu masih inget”
b. Evaluasi validasi
“bagaimana perasaaan ibu saat ini?”
“apakah ibu sudah melakukan latihan cara mengontrol marah yang
sudah kita pelajari sebelumnya? wah ibu bagus sudah mengerti..
coba saya lihat jadwal latihan ibu ya” wah ibu sudah semakin baik”
c.Kontrak
1) Topik : “sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan
berbincang-bincang cara mengontrol marah dengan cara yang
ke 4 yaitu dengan minum obat secara teratur.”
2) Waktu : “berapa lama kita akan berbincang-bincang bu? .. oh
iya baik bagaimana jika 20 menit apakah ibu bersedia?” ...
“baik jika ibu bersedia”
3) Tempat : “sesuai janji kita yang kemarin bu, kita akan
mengobrol di taman, bagaimana ibu?” .. “ oke baik jika begitu
ayo kita ke taman, sini saya bantu”
2. Fase kerja
”ibu sebelumnya sudah dapat obat dari dokter?” ... “ada berapa macam
obat yang harus ibu minum?” ... “warnanya apa saja?” .. “oke, jam
berapa ibu harus minum obat?” ... “iyaa bagus sekali ibu” .. “jadi obat
yang harus ibu minum ada 3 ya bu, yang warna orange ini nama
obatnya Cpz gunanya untuk membuat fikiran ibu lebih tenang, yang
putih ini namanya HHP gunanya agar fikiran ibu lebih bisa teratur dan
rasa marah ibu bisa berkurang, sedangkan yang merah jambu ini
namanya Chp gunanya untuk fikiran ibu lebih rileks dan lebih tenang.

32
Semua harus diminum satu butir, tidak boleh lebih dari 1. Diminumnya
pada pukul 07:00 pagi, jam 14:00 siang, dan jam 22:00 malam ya
bu” ... “bila mata ibu berkunang-kunang ibu bisa istirahat dan jangan
beraktivitas dahulu” ... “ sebelum ibu minum obat ini, ibu lihat dahulu
lebel di kotak obat apakah benar namanya, dosis dan jam minum
obatnya, serta ibu cek apakah obatnya sudah benar?” ... “ibu, jangan
pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu” .. “ sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian ibu ya, kalau ibu minum obat tanpa diingatkan oleh
perawat/keluarga ibu, ibu beri tanda (M), kalau dibantu oleh perawat /
keluarga ibu beri tanda (B), dan jika ibu tidak minum obatnya beri
tanda (T) apakah ibu sudah mengerti?” ... “obat yang sudah diberikan
oleh dokter jangan ibu buang atau ibu tidak minum ya bu. Karena itu
nanti akan memperlama ibu di RS.” ... “iya bagus jika ibu mengerti”
3. Fase terminasi
a.Evaluasi respon
1) Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang
tentang mengontrol marah dengan minum obat?”
2) Evaluasi objektif
“coba ibu sebutkan lagi jenis obat yang harus ibu minum, dosis
dan jam berapa ibu harus minum obat?” ...” iyaa betul
sekali” ... “ nah berarti sudah berapa cara mengontrol marah
yang telah ibu pelajari?” ... “iyaa betul kita sudah pelajari 4
cara”
b. Rencana tindak lanjut
“jadwal minum obatnya sudah kita buat ya bu, jam 07:00 pagi, jam
14:00 siang, dan jam 22:00 malam ya.” ... “ sekarang kita
masukkkan ke dalam jadwal kegiatan harian ibu” “apakah ibu
sudah mengerti?” ... “alhamdulillah baik jika sudah mengerti, ya

33
sudah saya rasa sudah cukup kita berbincang-bincang hari ini, mari
saya antar ibu ke kamar ibu ya” .... “ assalamualaikum wr.wb”
4. Evaluasi
 klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
 klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
 klien dapat menyebabkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya.
 Klien mengontrol rasa marah dengan cara tarik nafas dalam dan
memukul kasur atau bantal.
 Klien dapat sebutkan dan praktekkan kembali cara berbicara yang
baik dalam mengendalikan marah.
 Klien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya dengan
cara spiritual ibadah.
 Klien dapat mengontrol marah dengan terapi pemberian obat dengan
prinsip 6 benar.

34
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku agresi yang menyebabkan
seseorang menyakiti orang lain, termasuk hewan dan benda disekitarnya.
Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan
dendam yang dapat membakitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu
cara untuk melawan.
Rentang respon pada perilaku kekerasan adalah: 1) Asertif , Kemarahan
yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. 2) Frustasi, Kegagalan
mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat. 3) Pasif, Respon
lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
4)Agresif , Perilaku destruktif tapi masih terkontrol dan 5)Amuk, Perilaku
destruktif dan tidak terkontrol.

B. Saran
Terimakasih telah membaca makalah ini, apabila ada kritik dan saran
mohon langsung di tujukan kepada kelompok Risiko Perilaku Kekerasan

35
DAFTAR PUSTAKA

Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan :


Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia,
Muhith, Abdul.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta : ANDI
Mukhripah Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda:
Refka Aditama.
Sutejo. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di
Pelayanan Klinis dan Komunitas. Yogyakarta : Deepublish
Andi Rezki Idir Rahma. Contoh Kasus Keperawatan Jiwa Dan Role
Play Pada Kasus Perilaku Kekerasan Pada Sdr. Makassar : Academia
diakses Di
https://www.academia.edu/38224649/
CONTOH_KASUS_KEPERAWATAN_JIWA_DAN_ROLE_PLAY_PAD
A_KASUS_PERILAKU_KEKERASAN_PADA_Sdr Pada tanggal 29 Juli
2019 pukul 21:47

36
37

Anda mungkin juga menyukai