Anda di halaman 1dari 13

Nama : Hani Alawiyah

NPM : 19.06.1.0030

Kelas : Akuntansi – 3A

Mata Kuliah : Koperasi dan UMKM [Tugas Rangkuman]

SOKO GURU KEBIJAKAN YANG MEMBUTUHKAN REVITALISASI

A. KOPERASI DALAM KEBIJAKAN PUBLIK

Koperasi dengan dasar filosofis kerjasama (cooperation) bisa dijadikan strategi


bersaing untuk UMKM. Dengan skala ekonomi baru koperasi kompatibel dengan persaingan
(competition).

Koperasi sebagai strategi

Koperasi merupakan usaha bersama dalam membangun nilai ekonomi baru dari bisnis
anggota. UMKM bila dibiarkan memasuki pasar dengan ciri persaingan bebas akan
mengalami banyak kesulitan. Kelemahan daya saing UMKM tidak semata karena masalah
internal pelaku UMKM itu sendiri, misalnya lemahnya pembiayaan, teknologi yang dikuasai,
atau kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, namun juga masalah masalah eksternal
yang tidak mungkin diatasi tanpa intervensi pihak lain. Misalnya mahalnya suku bunga
pinjaman, buruknya infrastruktur yang menciptakan biaya ekonomi tinggi, serta rumitnya
biaya birokrasi.

Bergabungnya UMKM dalam koperasi bisa mengurangi resiko beban beban operasional
usaha yang dihadapi saat ini.dengan usaha berkelompok dapat menyebabkan terbentuknya
skala biaya yang berbeda yang lebih efisien daripada usaha tanpa koperasi.esensi usaha
berkelompok juga menciptakan pasar bersama dan dapat menghindari kompetisi horizontal
yang sangat merugikan UMKM.

koperasi bisa menjadi kekuatan aggregation di pasar yang menguntungkan para


anggotanya karena perusahaan koperasi bisa menjual dengan jumlah besar dan bisa
melakukan negosiasi atas produksi anggota secara kolektif.
Koperasi : Solusi masalah perekonomian

Tugas koperasi pada tataran mikro (Sri Edi Swasono, di HU Suara Pembaharuan, 12 Juli
2010) adalah menggerakkan ekonomi akar rumput (grassroots economy). Koperasi hadir
untuk memperkuat daya ekonomi anggota sebagai pelaku usaha melalui prinsip mutual
simbiosis. Dengan demikian, potensi masyarakat yang berserakan dan tidak terjamah
pembiayaan sektor perbankan dan membutuhkan pendampingan; secara bertahap mampu
mandiri dan menjadi pembayar pajak yang baik, dan pengekspor yang mampu bersaing di
pasar global, serta mampu menyerap angkatan kerja dan mengurangi angka kemiskinan.

Untuk penguatan koperasi yang dimaksud sebaiknya memperhatikan 3 hal :

Pertama, menetapkan usaha anggota sebagai fokus pengembangan koperasi. Usaha koperasi
pada dasarnya untuk mendukung usaha anggota, baik dalam pembiayaan, produksi, maupun
pemasaran.

Kedua, menegaskan penguatan skala ekonomi bagi usaha koperasi yang pro-anggota.
koperasi tidak boleh menjalankan usaha yang tidak memiliki relevansi dengan usaha anggota
karena akan mengakibatkan nilai kemanfaatan menjadi berkurang bagi anggota.

Ketiga, model manajemen serta sistem transformasi nilai melalui pendidikan dan latihan bagi
anggota, serta upaya pemberian fasilitasi usaha harus memiliki keterkaitan sedemikian rupa
dengan daya tumbuhnya usaha anggota.

Koperasi Lembaga Pemberdaya

Pada dasarnya koperasi adalah lembaga pemberdaya. International Cooperative


Alliance (1995), menetapkan koperasi sebagai :

a) Perkumpulan otonom orang per orang yang bergabung secara sukarela

b) Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya, serta aspirasi bersama

c) Perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan secara demokratis

Koperasi dalam Sejarah Kebijakan Publik

Berubahnya skema pembangunan koperasi perlu didukung oleh perubahan asumsi-


asumsinya. Perubahan tersebut berpijak pada alasan sebagai berikut :
Pertama, strategi Trickle Down Effect terbukti tidak efektif untuk menciptakan kemakmuran
masyarakat dalam arti yang sebenarnya. perlu komitmen penguatan ekonomi masyarakat
harus lebih tegas lagi dengan memberi ruang partisipasi koperasi menjadi pelaku ekonomi
kuat.

Kedua, fundamen ekonomi nasional yang tangguh membutuhkan partisipasi seluruh potensi
masyarakat dan sistem kelembagaan yang kuat dan berkarakter.

Ketiga, koperasi di masa lalu telah diposisikan sebagai instrumen kebijakan ekonomi
nasional.

Kebijakan yang Sadar Nilai

Tiga syarat dasar yang dibutuhkan untuk keberlangsungan sebuah gerakan koperasi :

a) tersedianya kepentingan usaha yang sama dari para anggota

Di masa lalu banyak tumbuh koperasi di mana-mana. Artinya, semakin besar jumlah koperasi
yang berhasil dilahirkan, maka dinilai semakin baik. Tapi koperasi harus didukung oleh
kebutuhan yang sama para anggotanya sehingga partisipasi mereka dapat diharapkan.

b) pemimpin yang kuat dan amanah

Sebagai masyarakat yang memiliki karakter paternalistik, pemimpin merupakan faktor


perekat kohesi sosial para anggota koperasi. potensi usaha anggota dapat tergali secara baik
bila mana adanya jaminan figure pimpinan yang amanah.

c) manajemen yang profesional

Manajemen profesional adalah jawaban pasti untuk menghadapi realitas bisnis dewasa ini.
profesionalisme manajemen diukur oleh seberapa mampu melakukan interaksi bisnisnya
secara vertikal dan horizontal.

Kebijakan di Era Otonomi Daerah

Implikasi dari pemberlakuan desentralisasi pada kebijakan koperasi saat ini diwarnai oleh
kondisi kondisi sebagai berikut :

a) setiap daerah cenderung beragam dalam memahami potensi dan permasalahan yang
dihadapi
b) kemungkinan terputusnya kebijakan pemerintah pusat karena adanya intervensi
kepentingan politik di daerah

c) pemahaman terhadap koperasi cenderung bervariasi, hal ini merupakan dampak dari
tersumbatnya fungsi edukasi terpusat yang saat lalu berjalan

d) lemahnya koordinasi dan konsultasi antar kementerian menyebabkan semakin rumit dan
lebarnya permasalahan ego sektoral di lapangan, serta

e) keterkaitan dan ketidak ter kaitan politik pimpinan daerah dengan gerakan koperasi di
masa Pilkada mempengaruhi inisiasi kebijakan terhadap koperasi

B. KOPERASI DALAM PROSES REVITALISASI

Tahun 2012 yang lalu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi
menetapkan sebagai tahun koperasi internasional. Koperasi mampu menyediakan sekitar 100
juta lapangan kerja di seluruh dunia. Koperasi pun memberikan kontribusi dalam
pembangunan ekonomi di banyak negara, terutama dalam pembangunan pertanian sekitar
50% hasil pertanian global dipasarkan melalui koperasi.

Koperasi telah nyata memberikan bukti berupa kontribusi dalam menurunkan angka
kemiskinan di dunia, penciptaan lapangan kerja dan integrasi sosial.

Dunia telah melewati merevitalisasi koperasinya melalui proses yang panjang, sejak
tahun 1992 dari kongres ICA di Tokyo sampai dengan 1995, yakni kongres koperasi di
Manchester Inggris. di Manchester akhirnya lahirlah satu landasan baru yang dinamakan
International Cooperative Identity Statement (ICIS).

 Koperasi Besar Nasional

Bentuk revitalisasi koperasi di Indonesia, seyogianya menyesuaikan diri dengan kondisi


yang dihadapi oleh masyarakat, juga tuntutan kebutuhan UMKM. Setidak-tidaknya, ada tiga
model revitalisasi yang bisa dipertimbangkan yaitu sebagai berikut :

Pertama,bentuk adaptasi dan usahanya yang mengikuti kecenderungan pasar. koperasi


membutuhkan usaha raksasa untuk membangun nilai kemanfaatan besar bagi usaha
anggotanya juga guna membangun kepercayaan publik atas kesungguhan koperasi ikut
membangun pertumbuhan ekonomi nasional.

Kedua, bentuk koperasi yang bersifat pelayanan anggota kelompok usaha mayoritas

Ketiga, kedua-duanya dijalankan tanpa harus saling melemahkan satu sama lain karena
keduanya sama-sama dibutuhkan.

 Revitalisasi yang Dibatalkan

Pembatalan undang-undang No. 7 Tahun 2012 oleh mahkamah konstitusi mengisyaratkan


bahwa komitmen revitalisasi koperasi yang dipikirkan dan direncanakan belum sejalan
dengan konstitusi. hal tersebut disebabkan oleh kecenderungan undang-undang tersebut
condong pada mainstream ekonomi dengan sistem pasar yang kuat dan telah keluar dari
pakem ekonomi konstitusional.

Usaha merevitalisasi koperasi melalui undang-undang adalah sebagai berikut :

Petama, dari aspek permodalan, ada perubahan yang bersifat mendasar dan praktis
(terminologi).

Kedua, dari aspek pendirian, koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta notaris
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dan disahkan oleh menteri.

Ketiga, dari aspek keanggotaan. Anggota koperasi merupakan pengguna jasa koperasi. Hal
ini baik untuk menghindari anggota yang hanya menjadi "penumpang gelap" yang hanya
menggunakan koperasi sebagai alat kepentingan.

Keempat, aspek usaha lebih terbuka. Pasal 77 mengatur usaha koperasi: a) koperasi
konsumen; b) koperasi produsen; c) koperasi simpan pinjam; dan d) koperasi jasa

Namun mahkamah konstitusi berpandangan lain, melihat UU nomor 17/2012 secara


isi ataupun metodologi telah bertentangan dengan konstitusi, maka diputuskan untuk
dilakukan pembatalan undang-undang itu dan diberlakukan kembali UU No. 25/1992.

a) adanya jaminan komitmen untuk mendorong koperasi lebih mengakar di tengah


masyarakat dengan mengembangkan cita-cita filosofis koperasi, yakni menolong diri sendiri
dan kemandirian
b) menempatkan koperasi sebagai badan hukum yang tidak tunduk pada UUPT, atau
dimasuki oleh pikiran-pikiran yang mendorong koperasi keluar dari habitatnya.

c) UU baru harus mendorong terjadinya reorientasi dalam pembinaan dan pengawasan


koperasi seiring dengan berubahnya mindset masyarakat kearah yang lebih demokratis.

d) menempatkan usaha anggota sebagai titik berangkat pengembangan usaha koperasi.

e) pembawa usaha koperasi untuk tetap melayani kepentingan anggota, tetapi juga usaha
koperasi yang mampu berperan menjadi pilar kehidupan ekonomi negara dan bangsa
Indonesia dengan tetap menjaga prinsip prinsip kemandirian, kekeluargaan, dan berdasarkan
keadilan

f) mendorong usaha koperasi untuk fokus dengan menjalankan single purpose. namun tidak
menutup kemungkinan untuk mengembangkan diri dalam usaha yang beragam berdasarkan
kajian yang bisa terukur.

g) memperhatikan pentingnya modal sosial menjadi ciri fundamental koperasi sebagai suatu
entitas khas pelaku ekonomi berdasarkan UUD 1945.

h) memberi dasar bagi koperasi untuk melakukan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal menjalankan usaha.

i) penyertaan modal pemerintah sangat dimungkinkan melalui anggaran negara mengingat


membangun koperasi yang merupakan tugas imperatif konstitusi yang harus
diimplementasikan dalam penyelenggaraan negara

j) meniadakan kebijakan pemerintah yang bersifat belas kasihan atau seremoni saja, namun
perlu kesungguhan dalam menilai kebutuhan koperasi berdasarkan pemetaan yang jernih
terhadap permasalahan pembiayaan koperasi.

k) memposisikan anggota adalah pemilik sekaligus pelanggan yang harus dihormati dalam
berbagai bentuk implementasi kelembagaan termasuk di dalamnya pelayanan usaha.

l) memberi ketegasan posisi dewan koperasi sebagai alat perjuangan gerakan koperasi,
mengingat hal ini merupakan paket yang menyatu dengan kehadiran koperasi di Indonesia
sebagaimana amanah kongres Koperasi Pertama, yakni 12 Juli 1947.

m) mengatur sistem koperasi secara komprehensif.


C. KOPERASI DALAM TEORI

International Cooperative Alliance (ICA) telah merumuskan pengertian koperasi atas


dasar 6 prinsip pokok (Abarahamsen, 1976, 3), antara lain :

a. Voluntary membership without restrictions as to race, political views, and religious


beliefs;

b. Democratic Control;

c. Limited interest or no interest on shares of stock; Earnings to belong to members, and


method of distribution to be decided by them;

d. Education of members, advisors, employees, and the public at large;

e. Cooperation among cooperatives on local, national dan international levels

Pendekatan institusional, mendefinisikan koperasi dari kriteria formal (legal).


Menurut pendekatan ini, "Semuaorganisasi disebut koperasi jika secara hukum dinyatakan
sah sebagai koperasi, jika dapat diawasi secara teratur dan jika dapat mengikuti prinsip-
prinsip koperasi" (Munker, 1985, 18). Menurut pendekatan nominalis, koperasi dipandang
sebagai organisasi yang memiliki empat unsur utama (Hanel, 1985, 29), yaitu :

a. Individual are united in a group by at-least one common interest or goal (COOPERATIVE
GROUP);

b. The individual members of the cooperative group intend to pursue through join actions
and mutual support, among other, the goal of improving their econimic and sosial situation
(SELF-HELF OF THE COOPERATIVE GROUP)

c. The use as an instrument for that purpose a jointly owned and maintained enterprise
(COOPERATIVE ENTERPRISE);

d. The cooperative enterprise is charged with the performance of the (formal) goal or task to
promote the member of the cooperative group through offering them directly such goods and
services, wich the members need for their individual economics - i.e. their houshold
(CHARGED OR PRINCIPLE OF MEMBER PROMOTION).
Batasan itu memberikan petunjuk bahwa organisasi koperasi melekat 5 unsur yaitu :

a) anggota-anggota perseorangan;

b) kelompok koperasi yang secara sadar bertekad melakukan usaha bersama dan saling
membantu demi perbaikan kondisi ekonomi dan sosial mereka, melalui;

c) perusahaan koperasi, pendidikan secara permanen dimiliki dan dibina secara bersama,
dan ;

d) adanya promosi anggota, atau hubungan usaha yang saling menunjang antara kegiatan
ekonomi anggota individu dan perusahaan koperasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa koperasi dilihat dari substansinya
adalah suatu sistem sosial-ekonomi, hubungan dengan lingkungan yang bersifat terbuka, cara
kerjanya adalah suatu sistem yang berorientasi pada tujuan, dan pemanfaatan sumber dayanya
adalah suatu organisasi ekonomi yang unsurnya mencakup : anggota perseorangan;
perusahaan atau kegiatan ekonomi anggota secara individu; kelompok koperasi; perusahaan
koperasi; dan hubungan kepemilikan serta hubungan usaha atau pelayanan perusahaan
koperasi kepada para anggotanya.

 Ciri-ciri khas koperasi sebagai sebuah organisasi :

a) kerja sama orang atau badan hukum;

b) tujuan yang akan dicapai;

c) kegiatan yang dikoordinir secara sadar.

 Yang membedakan koperasi dan usaha non-koperasi :

a) sifat keanggotaan

b) pembagian keuntungan

c) hubungan personal antara organisasi dan manager

d) keterlibatan pemerintah dalam penciptaan stabilitas dan operasi

e) hubungan organisasi dan masyarakat

 Organisasi dan Manajemen


Pelaksanaan organisasi dan manajemen koperasi didasari oleh prinsip koperasi, yaitu:

a) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

b) pengelolaan dilakukan secara demokratis

c) pembagian sisa hasil usaha atau (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota

d) pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

e) kemandirian

Koperasi juga memiliki prinsip lain yaitu : 1) pendidikan perkoperasian, dan 2)


kerjasama antar koperasi.

Hal tersebut menunjukkan koperasi dapat dilihat sebagai unit usaha (dimensi mikro)
dan sistem ekonomi (dimensi makro). dalam dimensi mikro koperasi memiliki kewajiban dan
hak yang sama dengan pelaku ekonomi lainnya. dalam dimensi makro koperasi adalah paham
atau ideologi yang harus menjadi panutan bagi pelaku ekonomi nasional.

Dimensi mikro mengandung konsekuensi, koperasi sebagai organisasi ekonomi yang


memiliki keharusan menangani usaha berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas.

Adapun dari dimensi makro, koperasi adalah sistem ekonomi yang berkarakter
kerakyatan (kemanfaatan bersama). koperasi sebagai sistem sosial merupakan gerakan yang
tumbuh berdasarkan kepentingan bersama.

Kedua-duanya mikro ataupun makro menempatkan nilai manusia sebagai hal yang utama.

 Tugas Manajemen

Tugas manajemen koperasi adalah menghimpun, mengkoordinasi, dan mengembangkan


potensi yang ada pada anggota sehingga potensi tersebut menjadi kekuatan untuk
meningkatkan taraf hidup anggota sendiri melalui proses "nilai tambah"

Manajemen koperasi memiliki tugas membangkitkan potensi dan motif yang tersedia,
yaitu dengan cara memahami kondisi objektif dari anggota dan merumuskannya dalam
seperangkat program.
Partisipasi anggota, penting artinya untuk tegaknya organisasi dan usaha koperasi. Hal itu
berdampak pada :

Pertama, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, anggaran pendapatan dan belanja,
pokok-pokok program dan ketentuan-ketentuan dasar yang dibuat berdasarkan musyawarah
anggota.

Kedua, untuk menjaga momentum pertumbuhan usaha ataupun perkembangan koperasi pada
umumnya, pihak manajemen perlu mengupayakan agar koperasi tetap menjadi alternatif yang
menguntungkan.

Ketiga, program kerja yang dibuat secara normatif oleh anggota, sering sekali diintervensi
oleh kepentingan luar anggota, baik oleh kepentingan kelompok pengurus maupun
pemerintah.

 Ukuran Keberhasilan

a. Dimensi Mikro

Pertama, tingkat partisipasi anggota merupakan indikator utama untuk melihat keberhasilan
koperasi.

Kedua, sebagai "badan usaha" ketangguhan koperasi diukur oleh kemampuannya dalam
mengembangkan dan menguasai pasar (market share).

b. Dimensi Makro

Keberhasilan koperasi bisa dilihat dalam perspektif administrasi publik kontemporer,


antara lain dengan menggunakan pendekatan grand theory NPS (New Public Services).
Menekan pad kesejahteraan, keadilan sosial dan partisipasi masyarakat.

Tidak hanya menekan pada aspek-aspek pelaksanaan kebijakan sosial (social virtues).
Tapi koperasi memiliki potensi untuk mengangkat nilai-nilai kebajikan sosial tersebut ke
ranah publik (public sphere) yang lebih luas.

D. KOPERASI DALAM PRAKTIK


Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, saat ini mengatur pelaksanaan berkoperasi
sekaligus mengatur tentang pokok-pokok kebijakan dan mengembangkan koperasi.

 Landasan Berpraktik

a. Batasan dan Prinsip

Sebenarnya prinsip koperasi telah mencoba akomodasi berbagai kegiatan praktik


berkoperasi di masyarakat, tetapi prinsip tersebut bagi sementara pihak terlalu teknis
sehingga dianggap kurang luas dalam menghadapi dinamika.

b. Pengorganisasian

Perangkat organisasi koperasi sebagaimana diatur dalam pasal 21 undang-undang


perkoperasian No. 25 Tahunahun 1992 terdiri atas a) rapat anggota, b) pengurus, dan c)
pengawas. ketiganya dalam organisasi koperasi memiliki tugas mengembangkan kerja sama
sehingga membentuk suatu kesatuan sistem pengelolaan.

Mengenai kehadiran pengelola telah diatur dalam pasal 32 yang berisi ketentuan
sebagai berikut : a) pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola dan diberi wewenang dan
kekuasaan untuk mengelola usaha; b) dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk
mengangkat pengelola sehingga rencana pengangkatan tersebut diajukan pada rapat anggota
untuk mendapat persetujuan; c) pengelola bertanggung jawab kepada pengurus;
d)pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus sebagaimana
ditentukan dalam pasal 31.

Pada umumnya, pengangkatan itu seringkali disebabkan beberapa alasan, yaitu : a)


organisasi semakin besar dan kompleks; b) biasanya pemilihan pengurus karena alasan
"personality", bukan berdasarkan keahlian; c) masa kerja pengurus terbatas; d) mengurus
koperasi ditempatkan sebagai kerja sambilan; e) posisi sulit memisahkan antara kepentingan
sebagai anggota yang menjalankan usaha pribadi dengan kepentingan sebagai pengurus yang
harus mengelola perusahaan koperasi; f) kurang memiliki waktu dan keahlian.

F. KOPERASI DALAM SOROTAN

 Stigmatisasi Publik
Pejabat publik melalui kebijakan publik nya, menempatkan koperasi dalam
nomenklatur dalam lingkup skala usaha mikro, kecil, dan menengah.

Koperasi terkesan sudah menjadi sarang penyamun yang sudah tidak layak lagi di hidup
masyarakat. Kenyataan itu hampir menihilkan koperasi yang masih berjalan dengan baik
dengan melayani anggota dengan baik.

 Kerapuhan Internal

Pelibatan tanpa kemampuan anggota dan karyawan koperasi yang memadai menyebabkan
koperasi dikelola dalam suasana tidak terkoordinasi dan cenderung tidak profesional. Oleh
karena itu, implikasi dari itu muncullah gejala pada kinerja layanan usaha koperasi, antara
lain sebagai berikut :

a) Kepemimpinan otoriter selama ini efektif untuk menjalankan organisasi koperasi. Tetapi,
untuk jangka panjang membutuhkan kaji ulang yang sangat mendasar, setidak-tidaknya pada
teknik pendekatan manajemen sumber daya manusia.

b) Motif individu untuk menjadi pengurus dan karyawan koperasi lebih bersifat dorongan
kebutuhan sosial bukan dorongan yang bersifat material.

c) Motivasi kerja dan kemampuan merupakan faktor dalam diri karyawan yang berpengaruh
terhadap pembentukan kinerja.

d) Kebijaksanaan dan praktik pembinaan sumber daya manusia serta budaya organisasi
merupakan faktor luar dari karyawan koperasi yang membentuk kinerja.

 Pendidikan Koperasi

Beberapa lembaga pendidikan perkoperasian didirikan, baik di tingkat pusat maupun


provinsi untuk mendukung pengembangan koperasi. Namun saat ini, sebagian besar lembaga
pendidikan perkoperasian ini sudah tidak ada lagi. Jika masih ada yang tersisa,tidak lagi
dijumpai efektivitas dalam pengembangan insan perkoperasian sebagaimana yang dibutuhkan
dalam pembangunan koperasi nasional.

Bahkan, beberapa Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan, secara bertahap menutup


Program Studidi Ekonomi Koperasi.
Program pelatihan perkoperasian,baik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui
Balatkop maupun oleh gerakan koperasi, yakni Lapenkop seringkali dihadapkan pada
beberapa masalah dasar, seperti kompetensi pendidik yang belum memiliki standar
kelayakan. materi latih cenderung tertinggal oleh tuntutan perkembangan bisnis dengan
mengoptimalkan teknologi informasi, maka wajar bila kinerja hasil pelatihan yang belum bisa
menjawab kebutuhan membuat koperasi diposisikan tertinggal.

 Standarisasi Mutu

Penerapan standar mutu ISO dalam suatu koperasi masih menjadi "barang langka".
Padahal, kedudukan yang memegang peranan yang cukup penting, apalagi jika berkeinginan
untuk memasuki pasar diluar anggota. Terkadang, pasar meminta produk yang sudah
berstandar internasional.

Permasalahan penerapan standarisasi dengan sertifikasi produk bagi koperasi cukup


kompleks,sebagian besar disebabkan oleh koperasi tersebut belum memiliki kesadaran akan
pentingnya penerapan standarisasi dan sertifikasi sehingga upaya kementerian KUMKM
untuk menginisiasi pendirian klinik pro-mutu patut dihargai.

Dari hasil penelitian terhadap 200 koperasi di Jawa barat (1998) ditemukan bukti empiris
tentang kinerja layanan koperasi sebagai berikut :

Pertama, perbaikan mutu layanan merupakan esensi dimensi tujuan normatif SDM koperasi.
namun saat ini belum menjadi indikator dalam melihat efektivitas organisasi koperasi

Kedua, kriteria mutu layanan yang paling menjadi sorotan anggota sebagai pelanggan adalah
sikap empati petugas layanan terutama pada tingkat kehadiran pada waktu layanan yang
tinggi

Ketiga, kinerja individual merupakan bentuk perilaku kerja yang nyata dan memiliki
karakteristik efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.

Keempat, kemampuan, bijaksanaan, dan praktik pembinaan, serta budaya organisasi


menunjukkan keadaan umum yang berbeda di kedua jenis koperasi yang diamati. Sedangkan
motivasi tidak menunjukkan keadaan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai