NPM : 19.06.1.0030
Kelas : Akuntansi – 3A
Koperasi merupakan usaha bersama dalam membangun nilai ekonomi baru dari bisnis
anggota. UMKM bila dibiarkan memasuki pasar dengan ciri persaingan bebas akan
mengalami banyak kesulitan. Kelemahan daya saing UMKM tidak semata karena masalah
internal pelaku UMKM itu sendiri, misalnya lemahnya pembiayaan, teknologi yang dikuasai,
atau kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, namun juga masalah masalah eksternal
yang tidak mungkin diatasi tanpa intervensi pihak lain. Misalnya mahalnya suku bunga
pinjaman, buruknya infrastruktur yang menciptakan biaya ekonomi tinggi, serta rumitnya
biaya birokrasi.
Bergabungnya UMKM dalam koperasi bisa mengurangi resiko beban beban operasional
usaha yang dihadapi saat ini.dengan usaha berkelompok dapat menyebabkan terbentuknya
skala biaya yang berbeda yang lebih efisien daripada usaha tanpa koperasi.esensi usaha
berkelompok juga menciptakan pasar bersama dan dapat menghindari kompetisi horizontal
yang sangat merugikan UMKM.
Tugas koperasi pada tataran mikro (Sri Edi Swasono, di HU Suara Pembaharuan, 12 Juli
2010) adalah menggerakkan ekonomi akar rumput (grassroots economy). Koperasi hadir
untuk memperkuat daya ekonomi anggota sebagai pelaku usaha melalui prinsip mutual
simbiosis. Dengan demikian, potensi masyarakat yang berserakan dan tidak terjamah
pembiayaan sektor perbankan dan membutuhkan pendampingan; secara bertahap mampu
mandiri dan menjadi pembayar pajak yang baik, dan pengekspor yang mampu bersaing di
pasar global, serta mampu menyerap angkatan kerja dan mengurangi angka kemiskinan.
Pertama, menetapkan usaha anggota sebagai fokus pengembangan koperasi. Usaha koperasi
pada dasarnya untuk mendukung usaha anggota, baik dalam pembiayaan, produksi, maupun
pemasaran.
Kedua, menegaskan penguatan skala ekonomi bagi usaha koperasi yang pro-anggota.
koperasi tidak boleh menjalankan usaha yang tidak memiliki relevansi dengan usaha anggota
karena akan mengakibatkan nilai kemanfaatan menjadi berkurang bagi anggota.
Ketiga, model manajemen serta sistem transformasi nilai melalui pendidikan dan latihan bagi
anggota, serta upaya pemberian fasilitasi usaha harus memiliki keterkaitan sedemikian rupa
dengan daya tumbuhnya usaha anggota.
b) Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya, serta aspirasi bersama
Kedua, fundamen ekonomi nasional yang tangguh membutuhkan partisipasi seluruh potensi
masyarakat dan sistem kelembagaan yang kuat dan berkarakter.
Ketiga, koperasi di masa lalu telah diposisikan sebagai instrumen kebijakan ekonomi
nasional.
Tiga syarat dasar yang dibutuhkan untuk keberlangsungan sebuah gerakan koperasi :
Di masa lalu banyak tumbuh koperasi di mana-mana. Artinya, semakin besar jumlah koperasi
yang berhasil dilahirkan, maka dinilai semakin baik. Tapi koperasi harus didukung oleh
kebutuhan yang sama para anggotanya sehingga partisipasi mereka dapat diharapkan.
Manajemen profesional adalah jawaban pasti untuk menghadapi realitas bisnis dewasa ini.
profesionalisme manajemen diukur oleh seberapa mampu melakukan interaksi bisnisnya
secara vertikal dan horizontal.
Implikasi dari pemberlakuan desentralisasi pada kebijakan koperasi saat ini diwarnai oleh
kondisi kondisi sebagai berikut :
a) setiap daerah cenderung beragam dalam memahami potensi dan permasalahan yang
dihadapi
b) kemungkinan terputusnya kebijakan pemerintah pusat karena adanya intervensi
kepentingan politik di daerah
c) pemahaman terhadap koperasi cenderung bervariasi, hal ini merupakan dampak dari
tersumbatnya fungsi edukasi terpusat yang saat lalu berjalan
d) lemahnya koordinasi dan konsultasi antar kementerian menyebabkan semakin rumit dan
lebarnya permasalahan ego sektoral di lapangan, serta
e) keterkaitan dan ketidak ter kaitan politik pimpinan daerah dengan gerakan koperasi di
masa Pilkada mempengaruhi inisiasi kebijakan terhadap koperasi
Tahun 2012 yang lalu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi
menetapkan sebagai tahun koperasi internasional. Koperasi mampu menyediakan sekitar 100
juta lapangan kerja di seluruh dunia. Koperasi pun memberikan kontribusi dalam
pembangunan ekonomi di banyak negara, terutama dalam pembangunan pertanian sekitar
50% hasil pertanian global dipasarkan melalui koperasi.
Koperasi telah nyata memberikan bukti berupa kontribusi dalam menurunkan angka
kemiskinan di dunia, penciptaan lapangan kerja dan integrasi sosial.
Dunia telah melewati merevitalisasi koperasinya melalui proses yang panjang, sejak
tahun 1992 dari kongres ICA di Tokyo sampai dengan 1995, yakni kongres koperasi di
Manchester Inggris. di Manchester akhirnya lahirlah satu landasan baru yang dinamakan
International Cooperative Identity Statement (ICIS).
Kedua, bentuk koperasi yang bersifat pelayanan anggota kelompok usaha mayoritas
Ketiga, kedua-duanya dijalankan tanpa harus saling melemahkan satu sama lain karena
keduanya sama-sama dibutuhkan.
Petama, dari aspek permodalan, ada perubahan yang bersifat mendasar dan praktis
(terminologi).
Kedua, dari aspek pendirian, koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta notaris
sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dan disahkan oleh menteri.
Ketiga, dari aspek keanggotaan. Anggota koperasi merupakan pengguna jasa koperasi. Hal
ini baik untuk menghindari anggota yang hanya menjadi "penumpang gelap" yang hanya
menggunakan koperasi sebagai alat kepentingan.
Keempat, aspek usaha lebih terbuka. Pasal 77 mengatur usaha koperasi: a) koperasi
konsumen; b) koperasi produsen; c) koperasi simpan pinjam; dan d) koperasi jasa
e) pembawa usaha koperasi untuk tetap melayani kepentingan anggota, tetapi juga usaha
koperasi yang mampu berperan menjadi pilar kehidupan ekonomi negara dan bangsa
Indonesia dengan tetap menjaga prinsip prinsip kemandirian, kekeluargaan, dan berdasarkan
keadilan
f) mendorong usaha koperasi untuk fokus dengan menjalankan single purpose. namun tidak
menutup kemungkinan untuk mengembangkan diri dalam usaha yang beragam berdasarkan
kajian yang bisa terukur.
g) memperhatikan pentingnya modal sosial menjadi ciri fundamental koperasi sebagai suatu
entitas khas pelaku ekonomi berdasarkan UUD 1945.
h) memberi dasar bagi koperasi untuk melakukan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal menjalankan usaha.
j) meniadakan kebijakan pemerintah yang bersifat belas kasihan atau seremoni saja, namun
perlu kesungguhan dalam menilai kebutuhan koperasi berdasarkan pemetaan yang jernih
terhadap permasalahan pembiayaan koperasi.
k) memposisikan anggota adalah pemilik sekaligus pelanggan yang harus dihormati dalam
berbagai bentuk implementasi kelembagaan termasuk di dalamnya pelayanan usaha.
l) memberi ketegasan posisi dewan koperasi sebagai alat perjuangan gerakan koperasi,
mengingat hal ini merupakan paket yang menyatu dengan kehadiran koperasi di Indonesia
sebagaimana amanah kongres Koperasi Pertama, yakni 12 Juli 1947.
b. Democratic Control;
a. Individual are united in a group by at-least one common interest or goal (COOPERATIVE
GROUP);
b. The individual members of the cooperative group intend to pursue through join actions
and mutual support, among other, the goal of improving their econimic and sosial situation
(SELF-HELF OF THE COOPERATIVE GROUP)
c. The use as an instrument for that purpose a jointly owned and maintained enterprise
(COOPERATIVE ENTERPRISE);
d. The cooperative enterprise is charged with the performance of the (formal) goal or task to
promote the member of the cooperative group through offering them directly such goods and
services, wich the members need for their individual economics - i.e. their houshold
(CHARGED OR PRINCIPLE OF MEMBER PROMOTION).
Batasan itu memberikan petunjuk bahwa organisasi koperasi melekat 5 unsur yaitu :
a) anggota-anggota perseorangan;
b) kelompok koperasi yang secara sadar bertekad melakukan usaha bersama dan saling
membantu demi perbaikan kondisi ekonomi dan sosial mereka, melalui;
c) perusahaan koperasi, pendidikan secara permanen dimiliki dan dibina secara bersama,
dan ;
d) adanya promosi anggota, atau hubungan usaha yang saling menunjang antara kegiatan
ekonomi anggota individu dan perusahaan koperasi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa koperasi dilihat dari substansinya
adalah suatu sistem sosial-ekonomi, hubungan dengan lingkungan yang bersifat terbuka, cara
kerjanya adalah suatu sistem yang berorientasi pada tujuan, dan pemanfaatan sumber dayanya
adalah suatu organisasi ekonomi yang unsurnya mencakup : anggota perseorangan;
perusahaan atau kegiatan ekonomi anggota secara individu; kelompok koperasi; perusahaan
koperasi; dan hubungan kepemilikan serta hubungan usaha atau pelayanan perusahaan
koperasi kepada para anggotanya.
a) sifat keanggotaan
b) pembagian keuntungan
c) pembagian sisa hasil usaha atau (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota
e) kemandirian
Hal tersebut menunjukkan koperasi dapat dilihat sebagai unit usaha (dimensi mikro)
dan sistem ekonomi (dimensi makro). dalam dimensi mikro koperasi memiliki kewajiban dan
hak yang sama dengan pelaku ekonomi lainnya. dalam dimensi makro koperasi adalah paham
atau ideologi yang harus menjadi panutan bagi pelaku ekonomi nasional.
Adapun dari dimensi makro, koperasi adalah sistem ekonomi yang berkarakter
kerakyatan (kemanfaatan bersama). koperasi sebagai sistem sosial merupakan gerakan yang
tumbuh berdasarkan kepentingan bersama.
Kedua-duanya mikro ataupun makro menempatkan nilai manusia sebagai hal yang utama.
Tugas Manajemen
Manajemen koperasi memiliki tugas membangkitkan potensi dan motif yang tersedia,
yaitu dengan cara memahami kondisi objektif dari anggota dan merumuskannya dalam
seperangkat program.
Partisipasi anggota, penting artinya untuk tegaknya organisasi dan usaha koperasi. Hal itu
berdampak pada :
Pertama, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, anggaran pendapatan dan belanja,
pokok-pokok program dan ketentuan-ketentuan dasar yang dibuat berdasarkan musyawarah
anggota.
Kedua, untuk menjaga momentum pertumbuhan usaha ataupun perkembangan koperasi pada
umumnya, pihak manajemen perlu mengupayakan agar koperasi tetap menjadi alternatif yang
menguntungkan.
Ketiga, program kerja yang dibuat secara normatif oleh anggota, sering sekali diintervensi
oleh kepentingan luar anggota, baik oleh kepentingan kelompok pengurus maupun
pemerintah.
Ukuran Keberhasilan
a. Dimensi Mikro
Pertama, tingkat partisipasi anggota merupakan indikator utama untuk melihat keberhasilan
koperasi.
Kedua, sebagai "badan usaha" ketangguhan koperasi diukur oleh kemampuannya dalam
mengembangkan dan menguasai pasar (market share).
b. Dimensi Makro
Tidak hanya menekan pada aspek-aspek pelaksanaan kebijakan sosial (social virtues).
Tapi koperasi memiliki potensi untuk mengangkat nilai-nilai kebajikan sosial tersebut ke
ranah publik (public sphere) yang lebih luas.
Landasan Berpraktik
b. Pengorganisasian
Mengenai kehadiran pengelola telah diatur dalam pasal 32 yang berisi ketentuan
sebagai berikut : a) pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola dan diberi wewenang dan
kekuasaan untuk mengelola usaha; b) dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk
mengangkat pengelola sehingga rencana pengangkatan tersebut diajukan pada rapat anggota
untuk mendapat persetujuan; c) pengelola bertanggung jawab kepada pengurus;
d)pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi tanggung jawab pengurus sebagaimana
ditentukan dalam pasal 31.
Stigmatisasi Publik
Pejabat publik melalui kebijakan publik nya, menempatkan koperasi dalam
nomenklatur dalam lingkup skala usaha mikro, kecil, dan menengah.
Koperasi terkesan sudah menjadi sarang penyamun yang sudah tidak layak lagi di hidup
masyarakat. Kenyataan itu hampir menihilkan koperasi yang masih berjalan dengan baik
dengan melayani anggota dengan baik.
Kerapuhan Internal
Pelibatan tanpa kemampuan anggota dan karyawan koperasi yang memadai menyebabkan
koperasi dikelola dalam suasana tidak terkoordinasi dan cenderung tidak profesional. Oleh
karena itu, implikasi dari itu muncullah gejala pada kinerja layanan usaha koperasi, antara
lain sebagai berikut :
a) Kepemimpinan otoriter selama ini efektif untuk menjalankan organisasi koperasi. Tetapi,
untuk jangka panjang membutuhkan kaji ulang yang sangat mendasar, setidak-tidaknya pada
teknik pendekatan manajemen sumber daya manusia.
b) Motif individu untuk menjadi pengurus dan karyawan koperasi lebih bersifat dorongan
kebutuhan sosial bukan dorongan yang bersifat material.
c) Motivasi kerja dan kemampuan merupakan faktor dalam diri karyawan yang berpengaruh
terhadap pembentukan kinerja.
d) Kebijaksanaan dan praktik pembinaan sumber daya manusia serta budaya organisasi
merupakan faktor luar dari karyawan koperasi yang membentuk kinerja.
Pendidikan Koperasi
Standarisasi Mutu
Penerapan standar mutu ISO dalam suatu koperasi masih menjadi "barang langka".
Padahal, kedudukan yang memegang peranan yang cukup penting, apalagi jika berkeinginan
untuk memasuki pasar diluar anggota. Terkadang, pasar meminta produk yang sudah
berstandar internasional.
Dari hasil penelitian terhadap 200 koperasi di Jawa barat (1998) ditemukan bukti empiris
tentang kinerja layanan koperasi sebagai berikut :
Pertama, perbaikan mutu layanan merupakan esensi dimensi tujuan normatif SDM koperasi.
namun saat ini belum menjadi indikator dalam melihat efektivitas organisasi koperasi
Kedua, kriteria mutu layanan yang paling menjadi sorotan anggota sebagai pelanggan adalah
sikap empati petugas layanan terutama pada tingkat kehadiran pada waktu layanan yang
tinggi
Ketiga, kinerja individual merupakan bentuk perilaku kerja yang nyata dan memiliki
karakteristik efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.