Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/47431533

DEKOMPOSISI VOLATILE MATTER DARI BATUBARA TANJUNG ENIM DENGAN


MENGGUNAKAN ALAT THERMOGRAVIMETRY ANALYZER (TGA)

Article  in  MAKARA of Technology Series · January 2008


DOI: 10.7454/mst.v12i2.509 · Source: OAI

CITATIONS READS

4 1,525

1 author:

Nukman Nukman
Universitas Sriwijaya
22 PUBLICATIONS   34 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Proses aglomerasi air_minyak sawit View project

Recycling of used Lubricant oil and waste aluminium View project

All content following this page was uploaded by Nukman Nukman on 28 December 2013.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 65-69

DEKOMPOSISI VOLATILE MATTER DARI BATUBARA


TANJUNG ENIM DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
THERMOGRAVIMETRY ANALYZER (TGA)
Nukman

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Inderalaya,


Ogan Ilir 30662, Sumatera Selatan, Indonesia

E-mail: ir_nukman2001@yahoo.com

Abstrak
Batubara adalah material alam yang merupakan sumber energi. Perilaku perubahan komposisi atau dekomposisi
material batubara dapat diamati dengan cara memanaskannya dengan memakai alat thermogravimetry. Tiga jenis
batubara Tanjung Enim dapat diketahui dekomposisi volatilnya. Dengan besaran energi aktivasi yang berbeda, maka
masing-masing untuk batubara Semi Antrasit, Bitunimus dan Sub Bituminus menunjukkan temperatur awal devolatisasi
yaitu: 60,8 oC, 70,7 oC, 97,8oC dan temperatur akhir devolatisasi masing-masing 893,8 oC, 832 oC, 584,6oC.

Abstract
The Decompositioning of Volatile-Matter of Tanjung Enim coal by using Thermogravimetry Analyzer (TGA).
Coal is a nature material which a kind of energy source. The decompotition of coal could analyze by heat treated using
thermogravimetry analyzer. The decomposition of the volatile matter for three kinds of Tanjung Enim coal could be
known. The value of activation energy that be found diference, then for Semi Anthracite, Bitumonius and Sub
Bituminous Coal, the initial temperatures are 60.8 oC, 70.7 oC, 97.8oC, and the last temperatures are 893.8 oC, 832 oC,
584.6oC.

Keywords: devolatisation, coal, thermogravimetry, activation energy

1. Pendahuluan penelitian seperti ini maka pemakaian batubara di masa


depan dapat dilakukan dengan cara yang lebih bijaksana,
Pemakaian batubara saat ini semakin banyak dipakai agar sumber energi ini tidak cepat habis.
dalam industri berskala besar antara lain pada
pembangkit tenaga listrik, pabrik semen, dan industri Pemahaman tentang devolatisasi atau dekomposisi
yang memerlukan proses pemanasan seperti pabrik material saat ini telah berkembang pesat. Penelitian
pengecoran dan pengolahan besi baja. perubahan dekomposisi material akibat pengaruh panas
telah banyak dilakukan. Batubara sebagai salah satu
Seiring dengan penggunaan batubara yang semakin material alam adalah sumber energi yang sangat
meningkat maka penelitian tentang batubara juga melimpah di Indonesia. Pembakaran batubara akan
semakin banyak diminati. Penelitian tentang batubara mengubah energi kimia material batubara menjadi
ini tidak hanya bertujuan untuk memahami sifat dari energi panas. Sebagai salah satu material hidrokarbon,
batubara tersebut namun bertujuan yang lebih spesifik komposisi utama material batubara adalah karbon.
antara lain bertujuan memberi perlakuan khusus kepada Selain itu berdasarkan analisa proksimat maka batubara
batubara agar dapat aman dan nyaman dipakai saat mempunyai klasifikasi atas kandungan kadar air,
dibakar. Hal ini berkaitan dengan isu lingkungan dan volatile matter (materi ikutan), abu dan karbon
pemanfaatan atau pemakaian sumber energi batubara tertambat (fixed carbon). Pemanasan atau pembakaran
seefisien mungkin dalam menghadapi krisis energi. batubara akan mengubah komposisi material batubara
Selain daripada itu, batubara adalah material alam yang tersebut. Prilaku perubahan material akibat pemanasan
merupakan sumber energi yang dapat dipelajari sifat ini dapat dipahami dengan menggunakan alat
pembakaran dan perubahan komposisinya. Dengan Thermogravimetry Analyzer (TGA) merek Shimadzu
TGA-50.

65
66 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 65-69

Dekomposisi Termal Material Batubara. Analisis

ln k
thermogravimetry adalah suatu cara yang cepat dan
secara teknis efektif dalam pembiayaan untuk
memonitor profil pembakaran batubara dan juga profil
volatilnya (perubahan/dekomposisi pada volatile
matter). TGA, DTA dan DSC telah memainkan peranan
penting dalam mempelajari dekomposisi termal dalam
bahan bakar padat [1-2].
1/T (oK)
Temperatur Termal Dekomposisi. Istilah
dekomposisi termal (thermal decomposition) atau Gambar 1. Konstanta Arrhenius dalam laju termal vs 1/T
pirolisa (pyrolisis), maupun karbonisasi (carbonization) untuk menghitung Energi Aktivasi
sudah kerapkali digunakan. Pemahaman tentang
kelakuan termal dari batubara seperti layaknya
pemahaman tentang kelakuan kimiawi dari batubara. (laju kehilangan berat), adalah refleksi dari kehilangan
Saat batubara dipanaskan ke temperatur tinggi dalam berat, adalah fungsi dari fraksi batubara yang tidak
suatu inert atmosphere (zat bebas oksigen), batubara terdekomposisi, dan laju dekomposisi itu dapat ditulis
akan terdekomposisi dengan evolusi air, tar, dan gas dan sebagai [6-7]:
akan meninggalkan suatu sisa padatan dimana
dm
komposisi dan sifat-sifatnya bervariasi bergantung pada = − k (m − mt ) (1)
temperatur perlakuan panas [3]. Walaupun biasanya dt
diasosiasikan dengan kisaran temperatur (350 – 500oC),
padamana proses devolatisasi berlangsung secara cepat, Dengan:
dekomposisi termal sebenarnya mulai terjadi pada k = konstanta kecepatan reaksi yang mengikuti hukum
temperatur yang lebih rendah, dan diilustrasikan sebagai Arrhenius [7]:
suatu kurva kehilangan berat (kumulatif).
o
k = Ae− E / RT (2)
Pada tingkat pertama, dibawah temperatur 200 C,
dekomposisi masih terjadi perlahan dan mulai Sedangkan:
melepaskan sejumlah kecil kombinasi kimia air, oksida A = faktor pre-eksponensial atau faktor frekuensi atau
dari karbon, dan hidrogen. Diatas 200oC terjadi faktor Arrhenius
pemanasan awal (preheating) yang cenderung E = energi aktivasi, J/mol
terjadinya perubahan berbentuk “cake”. R = konstanta gas, 8,314 J/mol oK
T = temperatur absolut, oK
Tingkatan kedua, yang kadangkala disebut sebagai Bila persamaan (2) dapat ditulis dalam bentuk:
dekomposisi termal aktif (active thermal E
decomposition), mulai antara 350oC dan 400oC dan ln k = ln A −
RT
berakhir pada saat mendekati 550oC. Pada temperatur
awal 400oC ini dikatakan sebagai temperatur awal untuk Dengan menggunakan nilai-nilai m, mt terhadap fungsi
proses dekomposisi material. Tingkat akhir dari waktu dari data TGA, satu garis dapat dibuat antara sisi
dekomposisi ini, ditunjukkan garis yang mulai kiri persamaan ln k terhadap 1/T. (Gambar 1). Maka
mendatar. Saat ini terjadi degasifikasi kedua. untuk itu energi aktivasi dapat dihitung.

Dalam prakteknya, komposisi dan jumlah volatile 2. Eksperimental


matter berubah melepaskan diri pada temperatur 800 -
850oC. Batubara yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari
Tanjung Enim Sumatera Selatan. Tiga jenis batubara
Energi Aktivasi. Untuk mengetahui besarnya energi yang dipakai adalah semi antrasit, bituminus dan sub-
kinetis atau energi aktivasi yang diperlukan untuk bituminus. Ketiga jenis batubara ini mempunyai
proses termal dekomposisi material ini diperlukan satu spesifikasi yang masing-masing berbeda [8]. Batubara
gambar khusus [4-5]. digerus hingga mencapai ukuran 60 mesh. Batubara
halus kemudian dimasukkan kedalam cell (crussible)
Pada proses dekomposisi yang memakai TGA, terdapat alumina dan ditimbang seberat maksimum 80 mg. Gas
hubungan antara berkurangnya masa batubara akibat yang dialirkan adalah gas nitrogen dengan laju alir 20
meningkatnya temperatur. Bila kehilangan masa adalah ml/menit. Laju temperatur pemanasan 10oC/menit
suatu fungsi dari temperatur pada laju pemanasan dengan maksimum temperatur 900oC. Pemanasan
konstan (dengan laju pemanasan sebagai parameter), berlangsung selama 90 menit.
maka dapat diasumsikan bahwa laju dekomposisi sesaat
MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 65-69 67

3. Hasil dan Pembahasan 8.0

Batubara Semi Antrasit. Sekitar daerah temperatur 7.5


60,8oC terjadi proses pelepasan air. Kecilnya temperatur, 7.0
menunjukkan bahwa air ini adalah air yang menempel

ln k
6.5
pada permukaan bagian luar batubara (yang teradsorbsi)
6.0
yang cukup mudah untuk dilepaskan. (Gambar 2).
5.5
Puncak laju maksimum dekomposisi kedua temperatur 5.0
516oC. Puncak kurva ini menunjukkan adanya 0.00110 0.00120 0.00130 0.00140 0.00150 0.00160
dekomposisi senyawa yang mengandung karbon, 1/T ( oK-1)
hidrogen dan oksigen. Pada awal temperatur ini, gas
CO2 (karbon diokasida) dan CH4 (metana) mulai dilepas. Gambar 3. Hubungan antara ln k dan 1/T dari batubara
Saat ini mulai terbentuk fasa plastis. Puncak kedua ini semi antrasit
termasuk dalam proses kondensasi kimia dan
merupakan devolatilisasi primer (primary
devolatilisation), suatu devolatilisasi pada temperatur Batubara Bituminus. Tingkatan dekomposisi material
350 – 5500C [9]. batubara bituminus dibagi dalam tiga tingkatan
temperatur yaitu, tingkat I, antara 250 sampai dengan
Temperatur 619oC adalah temperatur pembentukan fasa 4750C, tingkat kedua terjadi antara temperatur 475
plastis, pada fasa ini sejumlah volatile matter masih sampai dengan 5750C, dan tingkat ketiga terjadi diatas
dilepas seperti H2 (hidrogen), tar dan CH4, walau mulai 5750C [10].
terjadi penurunan kadarnya. Puncak terbesar dari kurva
batubara semi antrasit ini adalah 721 oC. Pelepasan air pada batubara bituminus, terjadi pada
70,70C. Air tersebut adalah air yang menempel pada
Pada temperatur 771,90C dan 893,80C terdapat puncak- permukaan batubara.
puncak temperatur. Pada puncak temperatur ini
sejumlah energi ini diperlukan untuk pembentukan fasa Pada sampel batubara bituminus ini, terjadi empat
kokas berpori dengan pelepasan sejumlah gas yang tingkat dekomposisi selain daripada pelepasan air di
masih tersisa di dalamnya. Adanya dua puncak dalam temperatur 70,70C (lihat gambar 4). Batubara bituminus
kurva dekomposisi termal ini, menunjukkan masih ini tidak mengalami pemanasan awal (preheating),
adanya gas gas yang dilepaskan seperti CH4, H2. karena temperatur langsung mencapai 4960C. Disekitar
daerah temperatur ini masih terjadi devolatilisasi dan
Antara temperatur 200 sampai dengan 700 0C, adalah mulai terjadi awal pelepasan tar atau hidrokarbon ringan
daerah terjadinya pelepasan volatile matter yang besar yang dapat menguap, dan proses ini berlanjut pada
dan terjadi perubahan fasa dari semikokas menjadi temperatur sekitar 5780C. Beberapa gas lain juga telah
kokas. Dari gambar 3 dapat dihitung besarnya energi mengalami awal pelepasan antara lain, H2, CH4
aktivasi untuk devolatisasi ini sebesar 37,2 kJ/mol (metana), CO, dan CO2. Puncak temperatur ini adalah
dengan faktor Arrhenius A = 0.5 s-1. proses devolatilisasi primer. Pada temperatur ini,
batubara telah berubah fasa menjadi kokas berpori.
105 0.003 Meningkatnya temperatur menjadi 6180C,
0.0025
mengidentifikasikan adanya pelepasan sisa gas-gas yang
100 masih ada pada pori kokas.
dm/dt (mg/menit)

0.002
TGA (%)

95 0.0015 Terdapat satu puncak yang khas pada batubara


90 0.001 bituminus ini, yaitu pada temperatur 8320C, dimana
0.0005 energi aktivasinya lebih besar sedikit dibandingkan
85
0
dengan saat pelepasan air. Diperkirakan terjadi
pelepasan sisa gas secara keseluruhan dan fasa akhir
80 -0.0005
material batubara ini adalah kokas. Dari gambar 5 dapat
0 200 400 600 800 1000
Temperatur ( oC) diperhitungkan besar energi aktivasi maksimum yaitu
TGA dm/dt
sebesar 34,3 kJ/mol. Pada temperatur 832oC,
degasifikasi akhir terjadi, padamana semi kokas telah
Gambar 2. Kurva kehilangan massa TGA dan diferensial
berubah menjadi kokas.
dm/dt terhadap temperatur batubara semi
antrasit
68 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 65-69

TGA
Batubara Sub Bituminus. Kadar air pada batubara sub
105 0.3 bituminus yang akan dilepas cukup besar. Hal ini
dm/ dt

100 0.25 terlihat dari besarnya energi aktivasi yang dibutuhkan

dm/dt (mg/menit)
0.2 untuk proses pelepasan itu. Berbeda dengan batubara
TGA (%)

95
0.15
semi antrasit dan bituminus, kurva pada batubara sub
90 bituminus (lihat Gambar 6) mempunyai dua puncak
0.1
yang menonjol yaitu puncak dengan temperatur 96.8
85 0.05
dan 420,8oC. Proses devolatilisasi untuk pembentukan
80 0 tar dan pelepasan gas-gas CH4, CO2 diawali pada daerah
0 200 400 600
Temperatur ( oC)
800 1000 sekitar temperatur 177,80C dan berakhir pada
temperatur 533,30C. Dengan memakai gambar 7,
Gambar 4. Kurva kehilangan massa TGA dan diferensial besarnya energi aktivasi untuk devolatisasi dapat
dm/dt terhadap temperatur pemanasan dihintung yang besarnya adalah 32,5 kJ/mol dengan
batubara bituminus. faktor Arrhenius sebesar 2,3 E-5 s-1.

Pelepasan gas-gas CH4 dan CO2 masih berlanjut, namun


8
sekarang diikuti dengan pelepasan gas-gas H2 dan CO.
7.5 Pada temperatur sekitar ini, batubara meleleh
7 (melembut) selama proses pembentukan fasa plastis
ln k

6.5 (proses antara temperatur 350 – 5000C [10].


Degasifikasi sekunder pada batubara ini terjadi disekitar
6
temperatur 584,60C. Pada saat ini proses pelepasan
5.5 semua gas dan tidak nampak adanya puncak lain sampai
5 proses degasifikasi sekunder ini mencapai temperatur
0.0011 0.0012 0.0013 0.0014 0.0015 0.0016 akhir proses pemanasan (899,40C). Dimana pada fasa ini
1/T (oK-i ) semi kokas menjadi bentuk kokas (grafit padat).
Gambar 5. Hubungan antara ln k dan 1/T dari batubara
bituminus 4. Kesimpulan
Dekomposisi material batubara dimulai dengan
TGA
110
dm/dt
pelepasan kadar air, walau temperatur puncak pelepasan
100
0.018 air dari ketiga jenis batubara ini kurang daripada 100oC,
dm/dt (mg/menit)

namun proses lanjutannya yang merupakan pelepasan


0.013
TGA (%)

90 kadar air yang terdapat pada pori batubara berlangsung


0.008 antara 177oC sampai dengan 211oC. Pada daerah
80
temperatur akhir ini adalah proses dekomposisi atau
70 0.003 devolatisasi kadar volatile matter batubara. Puncak
daripada proses ini untuk semi antrasit dan bituminus
60 -0.002
ternyata sama yaitu terjadi pada temperatur 211oC, yang
0 200 400 600 800 1000
Temperatur (oC) berbeda dengan sub bituminis yaitu pada 420,8oC.
Energi aktivasi dari ketiga jenis batubara masing-
Gambar 6. Kurva kehilangan massa TGA dan diferensial masing untuk Semi Antrasit, Bituminus dan Sub
dm/dt terhadap temperatur pemanasan Bituminus yaitu 37,2 kJ/mol, 34,2 kJ/mol dan 32,5
batubara sub bituminus. kJ/mol. Ketiga nilai energi aktivasi ini masuk dalam
rentang angka energi aktivasi yang dibutuhkan untuk
13 dekomposisi batubara.
12
Daftar Acuan
11
ln k

10 [1] P.R. Solomon, T.H. Flecher, R.J. Pugmire, Journal


of Fuel 72/5 (1993) 587- 597.
9 [2] G. de la Puente, E. Fuente, J.J. Pis, Journal of
8 Analytical and Apllied Pyrolisis, 53 (2000) 91-93.
0.0014 0.0016 0.0018 0.002 0.0022 [3] G.Q. Lu and D.D. Do, Journal of Fuel Processing
1/T (oK-1) Technology 28 (1991) 35-48.
[4] Mianowski, Andrzaj and Tomasz Redko, Journal of
Gambar 7. Hubungan antara ln k dan 1/T dari batubara Fuel 72/11 (1993) 1537-1539.
sub bituminus
MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2008: 65-69 69

[5] Askeland Donald R., The Science and Engineering [8] Nukman dan Hasan Basri, Proceeding of
of Materials, PWS-KENT Publishing Company, International Seminar on Green Technology and
Boston, 1993, p.119. Engineering 2007, Malahayati University Bandar
[6] N. Berkowitz, An Introduction to Coal Technology, Lampung, 2007, p.25-26.
Academic Press, New York, 1979, p.49 and 136. [9] D.W. Van Krevelen., Elsevier (1993) 705.
[7] H. Scott Fogler, Elements of Chemical Reaction [10] J.A Menendez, M.A. Diez, G. de la Puente, E. E.
Engineering, second edition, Prentice Hall Fuente, R. Alvarez, J.J. Pis, Journal of Analytical
International, New Jersey, 1992, p.62. and Apllied Pyrolisis (1998) 45, 75.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai