Anda di halaman 1dari 13

NAMA : EGI ANANTA KETAREN

NIM : 200204015

PRODI : S1 KEPERAWATAN

Tugas pemeriksaan membuat nilai dari hasil pemeriksaan USG,MRI,RONTGEN,CT SCAN

pemeriksaan USG

merupakan pemeriksaan yang paling mendasar pada ibu hamil yang dimana untuk melihat
perkembangan janin seperti : ukuran kepala, badan dan pertumbuhan tulang.

Hasil pemeriksaan USG :

1. BPD singkatan dari biparietal diameter : melihat ukuran pelipis sisi janin atau ukuran kepala janin

2. AC singkatan dari abdominal circumferencial : untuk melihat lingkar perut janin

3. Hc singkatan dari head circumferencial : lingkar kepala bayi sebagai tolak ukur tumbuh kembang bayi

4. FL singkatan dari femur length : untuk melihat panjang tulang paha bayi

5. FW singkatan dari fetal weight : untuk melihat berat janin

ukuran normal pada BPD usia kehamilan 27 week yaitu 720 m2-740 m2, AC sekitar 23-24, FW normal
700-1100 gram. Dari hasil USG yang anda dapat berdasarkan dari nilai normal, hasil tersebut dalam
batas normal. sehingga tidak perlu di khawatirkan.

ada beberapa hal yang dapat membantu perkembangan janin :

1. istirahat cukup

2. konsumsi vitamin

3. konsumsi sayur dan buah

4. lakukan olahraga ringan untuk membantu persalinan

Pemeriksaan MRI
MRI Dapat Membantu Identifikasi Penyakit

Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan yang
memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan
organ dalam tubuh. Gambar dari hasil MRI dapat membantu dokter mendiagnosis berbagai masalah
seputar kesehatan Anda.

Hasil dari pemeriksaan MRI

Pada tes MRI, bagian tubuh yang akan dipindai ditempatkan pada sebuah mesin yang memiliki kekuatan
magnet yang sangat kuat.

MRI Dapat Membantu Identifikasi Penyakit - Alodokter

Gambar-gambar yang dihasilkan dari MRI adalah foto digital yang dapat disimpan di komputer dan
dicetak untuk dipelajari lebih lanjut. Gambar dari hasil pemeriksaan MRI juga cenderung lebih detail jika
dibandingkan dengan CT- Scan.

Ini Alasan Dilakukan MRI

Selain untuk membantu dokter mendiagnosis masalah kesehatan, pemeriksaan MRI juga dapat
digunakan sebagai salah satu penentu langkah pengobatan dan mengevaluasi efektivitas terapi. MRI
umumnya dilakukan pada:

1. Otak dan saraf tulang belakang

Beberapa penyakit pada otak dan saraf tulang belakang yang dapat didiagnosis dengan MRI, antara lain
stroke, tumor, aneurisma, multiple sclerosis, cedera otak akibat kecelakaan, peradangan pada saraf
tulang belakang, serta gangguan mata dan telinga bagian dalam.

Selain itu, MRI juga dapat dimanfaatkan untuk melihat apakah tindakan operasi pada otak diperlukan
atau tidak.
2. Jantung dan pembuluh darah

MRI yang dilakukan pada jantung atau pembuluh darah bertujuan untuk melihat beberapa hal, seperti
ukuran dan fungsi pada ruang jantung, ketebalan dan gerakan dinding jantung, serta tingkat kerusakan
akibat serangan jantung atau penyakit jantung.

MRI juga dapat digunakan untuk mendeteksi masalah struktural pada urat nadi, seperti dinding
pembuluh darah yang melemah atau sobek maupun radang dan penyumbatan pada pembuluh darah.

3. Tulang dan sendi

Pada bagian tulang dan sendi, MRI dapat membantu mengevalusi kondisi seperti infeksi tulang, kelainan
pada tulang belakang dan bantalan saraf tulang belakang, tumor pada tulang dan jaringan lunak, serta
peradangan sendi.

MRI juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kondisi abnormal pada sendi yang disebabkan oleh cedera.

4. Payudara

Pemeriksaan MRI dapat dilakukan pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara atau pada
wanita yang memiliki jaringan payudara yang padat. MRI biasanya dijadikan sebagai pelengkap
pemerikaan mamografi untuk mendeteksi sel kanker pada payudara.

5. Organ dalam lainnya

MRI juga dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tumor atau gangguan lain di berbagai organ tubuh
bagian dalam, termasuk hati, ginjal, limpa, pankreas, rahim, ovarium, prostat dan testis.

Memperhitungkan Risiko MRI

Tidak seperti foto Rontgen dan CT scan, MRI tidak menggunakan radiasi sinar-X dalam prosesnya. Ini
berarti orang yang rentan terhadap risiko radiasi, seperti ibu hamil, bisa menjalani MRI.
MRI juga tidak menimbulkan rasa sakit dan hingga kini belum ada bukti bahwa medan magnet dan
gelombang radio dari MRI menimbulkan efek samping. Meski demikian, sebagian pasien mungkin untuk
mengalami sesak napas saat berbaring di dalam mesin MRI.

Misalnya pada penderita fobia ruang sempit atau claustrophobia, mereka mungkin untuk mengalami
sesak napas saat menjalani MRI, sehingga ada baiknya untuk membicarakan keluhan ini kepada dokter
atau petugas medis yang bertanggung jawab di ruang radiologi.

Kemungkinan petugas medis akan memberikan obat penenang sebelum pemeriksaan MRI dilakukan
guna mengurangi rasa takut atau cemas.

Yang juga perlu diketahui adalah pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada semua orang, misalnya
pada pasien yang tubuhnya dipasangi alat bantu berbahan logam. Selain karena masalah keamanan,
logam yang ada di tubuh mungkin untuk mengganggu gambar yang dihasilkan MRI, sehingga hasIl dari
MRI bisa tidak akurat.

Jadi, informasikanlah pada dokter atau petugas medis apabila pada tubuh Anda terpasang logam atau
alat elektronik, seperti:

implan koklea pada telinga

defibrilator jantung yang ditanamkan

katup jantung buatan (artificial heart valves)

sendi buatan berbahan logam (metallic joint prostheses)

klip logam (metal clip) atau cincin logam pada pembuluh darah

Bagi yang memiliki gangguan fungsi ginjal atau hati, konsultasi lebih lanjut dengan tim medis diperlukan
sebelum MRI. Pasalnya, ada proses pemindaian MRI yang memerlukan cairan kontras guna
mendapatkan hasil yang lebih baik, yang dihawatirkan dapat memperburuk kondisi ginjal atau hati.

Bagi yang memiliki tato, Anda juga sebaiknya memberi tahu dokter sebelum pemeriksaan MRI
dilakukan. Tinta pada tato mungkin untuk memengaruhi hasil pemeriksaan.
Langkah Persiapan MRI

Sebelum menjalani pemeriksaan MRI, Anda dapat makan dengan normal dan mengonsumsi obat-obatan
seperti biasa, kecuali dokter menyarankan sebaliknya.

Sebelum pemeriksaan dilakukan, Anda akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus yang disediakan
oleh rumah sakit. Anda juga akan diminta untuk melepas perhiasan atau benda-benda yang menempel
di tubuh, seperti cincin, anting, kalung, jam tangan, atau jepit rambut.

Petugas medis juga akan meminta Anda untuk melepaskan bra dengan penyangga logam, kacamata, alat
bantu dengar, atau gigi palsu yang Anda kenakan.

Proses Pemindaian dengan MRI

Pada bagian tengah mesin MRI yang berbentuk tabung, terdapat tempat tidur yang dapat digerakkan
keluar masuk selama Anda diperiksa. MRI akan dioperasikan melalui komputer yang berada di ruangan
terpisah demi menghindari medan magnet dari mesin pemindai.

Selama pemeriksaan, Anda dapat berkomunikasi dengan petugas medis yang mengoperasikan alat MRI
melalui interkom. Mereka juga akan memantau Anda melalui sebuah monitor televisi.

Saat dilakukan pemeriksaan, alat MRI akan menghasilkan arus listrik dari kumparan pemindai dan akan
mengeluarkan bunyi yang keras. Mengenakan penyumbat telinga atau headphone dapat membantu
meredam suara dan ketidaknyamanan.

Selama pemidaian dilakukan, hindari bergerak dan upayakan untuk tetap diam selama 15−90 menit.
Durasi tersebut tergantung area tubuh yang diperiksa dan seberapa banyak gambar yang dibutuhkan.

Pada pemeriksaan MRI yang khusus untuk menilai fungsi otak, Anda mungkin akan diminta untuk
melakukan hal tertentu, seperti menekan ibu jari ke arah jari-jari tangan lain, menggosok kertas amplas,
atau menjawab pertanyaan sederhana. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada masalah pada bagian
otak yang mengendalikan tindakan tersebut.
Apabila MRI tidak disertai dengan pemberian obat penenang, setelah selesai menjalani proses
pemindaian, Anda dapat segera kembali beraktivitas. Sebaliknya bila Anda diberi obat penenang, Anda
perlu menunggu terlebih dahulu hingga reaksinya hilang.

Meski pemindaian MRI tergolong aman dengan risiko yang kecil, sebagian orang sebaiknya
mempertimbangkan kembali penggunaannya. Selalu konsultasikan kepada dokter mengenai perlu atau
tidaknya Anda menjalani pemeriksaan MRI di rumah sakit.

Pemeriksaan RONTGEN

Indikasi Foto Rontgen

Foto Rontgen dilakukan untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh, mulai dari tulang, sendi, hingga
organ dalam. Ada berbagai kondisi dan penyakit yang dapat dideteksi dengan foto Rontgen, di antaranya
patah tulang, osteoporosis, infeksi, gangguan pencernaan, pembengkakan jantung, serta tumor
payudara.

Hasil dari pemeriksaan RONTGEN

Rontgen dada atau rontgen thorax adalah foto dada yang hasilnya tersedia dalam selembar film yang cukup besar. Melalui film
tersebut akan ditunjukkan jantung, paru-paru, saluran pernapasan, pembuluh darah, dan nodus limfa.

Prinsip dalam Membaca Hasil Rontgen Dada

Cara agar bisa membacanya dengan benar, kamu harus memahami prinsip sederhananya, antara lain:

Sisi kiri pada lembaran film menunjukkan sisi kanan tubuh pasien, dan sebaliknya.
Elemen dalam tubuh bisa dideteksi melalui warna. Misalnya udara tampak berwarna hitam, lemak berwarna abu-abu,
jaringan lunak dan air menyerupai bayangan terang berwarna abu-abu, dan tulang serta logam berwarna putih. Semakin
padat jaringan itu, semakin pucat warnanya pada hasil tes rontgen. Jaringan yang padat berwarna buram pucat pada
film, sedangkan jaringan yang kurang padat warnanya menyerupai transparan dan gelap pada film.
Dalam mengambil foto rontgen, maka harus dilakukan saat pasien tengah mengambil napas. Sebab saat seseorang
menarik napas, udara akan masuk ke paru-paru dan kemudian mendorong tulang iga maju. Lalu, film akan semakin
tertekan. Kualitas foto rontgen yang baik adalah foto yang dapat memperlihatkan 10 tulang iga.
Selain untuk mendeteksi masalah yang terjadi di dalam tubuh, foto Rontgen juga dapat dilakukan untuk
mengamati perkembangan penyakit, mengetahui kemajuan dari pengobatan yang dilakukan, serta
menjadi pedoman untuk melakukan prosedur tertentu, seperti pemasangan ring pada jantung.

Berikut ini beberapa prosedur pemeriksaan yang menggunakan teknologi sinar-x, yaitu:

Radiografi sinar-X

Radiografi sinar-X umumnya digunakan untuk mendeteksi patah tulang, tumor, pneumonia, gangguan
pada gigi, dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Mammografi

Mammografi dilakukan dokter untuk memeriksa dan mendeteksi berbagai kelainan pada payudara,
seperti tumbuhnya sel kanker, tumor, atau terjadi penumpukan kalsium.

CT scan (computed tomography)

CT scan menggabungkan teknologi sinar-X dengan sistem komputer untuk menghasilkan gambar kondisi
dalam tubuh dari berbagai sudut dan potongan. CT scan dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai
masalah kesehatan, mulai dari emboli paru hingga batu ginjal.

Fluoroskopi

Prosedur fluoroskopi bertujuan untuk mengamati kondisi organ tubuh secara real time dengan cara
menghasilkan gambar bersekuel menyerupai video. Selain untuk mendeteksi berbagai masalah
kesehatan, fluoroskopi juga dapat digunakan untuk menunjang prosedur medis tertentu, seperti
pemasangan ring jantung.

Terapi radiasi

Berbeda dengan jenis foto Rontgen di atas yang umumnya digunakan untuk mendeteksi penyakit, terapi
radiasi digunakan untuk pengobatan kanker dengan cara merusak DNA tumor dan sel kanker.

Peringatan Foto Rontgen

Jika Anda sedang hamil, informasikan hal tersebut kepada dokter. Walaupun sangat kecil risikonya
terhadap kehamilan, foto Rontgen biasanya tidak direkomendasikan pada ibu hamil kecuali untuk
tindakan darurat atau apabila manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya.
Orang tua disarankan untuk mendiskusikan dulu dengan dokter mengenai manfaat dan risiko foto
Rontgen pada anak sebelum prosedur ini dilakukan. Pasalnya, anak-anak cenderung lebih sensitif
terhadap paparan radiasi.

Sebelum Foto Rontgen

Biasanya, tidak ada persiapan khusus untuk menjalani foto Rontgen. Namun, jika foto Rontgen yang
akan dijalani menggunakan zat kontras, kadang pasien diminta untuk berpuasa dan menghentikan dulu
konsumsi obat-obatan tertentu.

Untuk pemeriksaan saluran pencernaan, pasien juga dapat diminta untuk mengonsumsi obat pencahar
agar gambaran usus bersih dari kotoran.

Dianjurkan bagi pasien untuk memakai pakaian yang nyaman dan longgar. Pasien mungkin akan diminta
untuk mengganti baju atau celana dengan pakaian yang telah disediakan dari rumah sakit.

Selain itu, hindari menggunakan perhiasan atau aksesoris berbahan logam saat akan menjalani foto
Rontgen karena dapat menghalangi gambar yang dihasilkan. Jika pasien memiliki implan berbahan
logam di dalam tubuh, beri tahu dokter sebelum prosedur dilakukan.

Prosedur Foto Rontgen

Saat pelaksanaan foto Rontgen, pasien dapat diminta untuk berbaring, duduk, atau berdiri, dan
melakukan posisi tertentu sesuai dengan bagian tubuh yang akan difoto atau diperiksa. Misalnya, untuk
foto Rontgen dada, pasien biasanya diminta untuk berdiri.

Film foto berupa plat yang nantinya diolah menjadi gambar diletakkan sesuai dengan bagian tubuh yang
ingin difoto. Bagian tubuh yang tidak dipindai biasanya akan ditutupi dengan kain pelindung untuk
menghindari paparan sinar-X.

Selanjutnya, alat foto Rontgen yang menyerupai tabung dan dilengkapi cahaya akan diarahkan pada
bagian tubuh yang akan diperiksa. Alat tersebut akan memproduksi sinar-X untuk menghasilkan gambar
bagian dalam tubuh pada film foto khusus.
Saat pengambilan foto Rontgen, pasien diminta untuk tidak bergerak dan menahan napas agar gambar
tidak kabur. Oleh karena itu, untuk pasien anak-anak, terkadang dibutuhkan tali penahan guna menahan
posisi agar anak tidak bergerak. Agar lebih jelas, pengambilan foto Rontgen ini dapat dilakukan dari
beberapa sudut.

Selama pengambilan foto Rontgen, pasien tidak akan merasakan apa pun. Namun, untuk pasien patah
tulang, pasien dapat merasa nyeri atau tidak nyaman saat harus memindah-mindahkan posisi tubuh.

Pelaksanaan foto Rontgen hanya berlangsung selama beberapa menit. Akan tetapi, untuk tindakan foto
Rontgen tertentu, seperti penggunaan zat kontras, prosedur dapat memakan waktu hingga 1 jam atau
lebih.

Setelah Foto Rontgen

Setelah pelaksanaan foto Rontgen, pasien dapat mengganti kembali pakaian rumah sakit dengan
pakaian pribadinya. Tergantung pada kondisi masing-masing pasien, dokter dapat menyarankan pasien
untuk beristirahat dulu sampai hasil foto keluar atau memperbolehkan pasien untuk langsung pulang.

Apabila prosedur foto Rontgen yang dijalani menggunakan zat kontras, pasien dianjurkan minum banyak
air putih untuk membantu pembuangan zat kontras dari dalam tubuh melalui urine.

Hasil foto Rontgen akan dipelajari oleh dokter radiologi. Hasil foto tersebut juga dapat diberikan kepada
pasien setelah dicetak. Lama keluarnya hasil foto Rontgen bervariasi. Dalam keadaan darurat, hasil bisa
dikeluarkan dalam hitungan menit.

Komplikasi Foto Rontgen

Foto Rontgen pada umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Walaupun radiasi berisiko memicu
pertumbuhan sel kanker, paparan radiasi dari foto Rontgen terbilang sangat kecil dan dianggap aman.

Meski demikian, komplikasi mungkin dapat terjadi jika foto Rontgen dilakukan dengan pemberian zat
kontras, terutama yang disuntikkan. Komplikasi tersebut dapat berupa munculnya reaksi alergi atau area
yang disuntik terasa nyeri, bengkak, dan kemerahan.
CT SCAN

Secara umum, CT scan merupakan pemeriksaan yang aman, cepat, dan tanpa rasa sakit. Namun, CT scan
sebaiknya tidak dilakukan pada ibu hamil karena paparan sinar radiasi dapat menimbulkan bahaya
terhadap janin. Penggunaan kontras pada CT scan juga perlu dipertimbangkan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal dan alergi terhadap kontras.

Hasil CT SCAN

Hasil CT scan akan disimpan sebagai data elektronik dan biasanya dapat dilihat di layar komputer. Dokter spesialis radiologi
akan menganalisis gambar pemindaian lalu mengirimkan laporannya ke dokter Anda.

Hasil pemindaian ini terbilang normal apabila dokter spesialis radiologi tidak menemukan adanya tumor, gumpalan darah, patah
tulang, atau kelainan lain. Jika ditemukan kelainan tertentu pada hasil CT scan, pasien mungkin memerlukan pemeriksaan atau
penanganan lebih lanjut, tergantung dari kondisi medisnya.

Peringatan CT Scan

Bagi pasien yang akan melakukan prosedur CT scan dengan kontras, dokter yang akan menanyakan
mengenai riwayat alergi terhadap cairan pewarna khusus (kontras) yang akan diberikan. Reaksi alergi
terhadap zat kontras tersebut dapat mengakibatkan kulit kemerahan dan gatal, atau kesulitan bernapas
untuk kasus yang lebih berat, namun hal ini jarang terjadi. Zat kontras juga diserap ke dalam ASI, namun
dalam jumlah yang sangat sedikit dan dianggap aman. Tidak perlu menghentikan pemberian ASI setelah
dilakukan CT scan dengan kontras. Tapi bila Anda masih merasa takut, disarankan untuk memompa dan
mempersiapkan ASI terlebih dahulu untuk mencukupi konsumsi bayi hingga 1-2 hari setelah CT scan.
Pemberian kontras pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal juga dapat memperburuk gangguan
tersebut, sehingga mengakibatkan gagal ginjal.

Untuk penderita claustrophobia, yaitu takut terhadap ruang tertutup, bila perlu diberikan obat
penenang sebelum pelaksanaan CT scan.
Radiasi yang dikeluarkan dari CT scan berpotensi membahayakan janin, khususnya pada trimester awal.
Walaupun kecil, bahaya radiasi CT scan yang kemungkinan dapat menyebabkan kanker, juga perlu
perhatian khusus pada anak-anak. Hal ini disebabkan anak-anak lebih sensitif terhadap radiasi bila
dibandingkan dengan orang dewasa dan karena tubuhnya yang lebih kecil dari orang dewasa, anak-anak
cenderung mendapatkan paparan radiasi yang lebih besar, bila pengaturan CT scan tidak disesuaikan
untuk anak-anak. Selain itu, kemungkinan hidup anak-anak lebih panjang bila dibandingkan dengan
orang dewasa, sehingga akan lebih banyak kondisi yang memungkinkan anak-anak terpapar radiasi
lainnya dalam sisa hidupnya. Konsultasikan kepada dokter mengenai manfaat dan risikonya.

Sebelum CT Scan

Beberapa persiapan berikut ini perlu dilakukan sebelum prosedur CT scan, di antaranya adalah:

Tidak makan atau minum beberapa jam sebelum prosedur dilakukan, terutama bagi yang menggunakan
kontras.

Melepaskan benda logam, seperti jam tangan, perhiasan, kacamata, sabuk, dan sebagainya agar hasil
pencitraan tidak terganggu. Pihak rumah sakit juga akan memberikan pakaian khusus untuk digunakan
oleh pasien.

Pasien yang akan menjalankan pencitraan di bagian perut akan diminta untuk tidak mengonsumsi
makanan padat pada malam hari sebelum CT scan dilakukan. Obat pencahar mungkin akan diberikan
untuk membersihkan usus.

Untuk mendapatkan hasil gambar yang lebih jelas dan membuat perbedaan dengan organ atau area di
sekitarnya, dokter akan memberikan zat warna khusus (kontras), yang dapat diberikan melalui:

Pasien akan diminta untuk meminum zat tersebut, khususnya jika CT scan dilakukan untuk melihat
kerongkongan (esofagus) atau lambung. Zat tersebut mungkin akan terasa tidak enak.

Dokter akan menyuntikkan zat tersebut melalui pembuluh darah vena di lengan untuk memperjelas
kondisi organ tertentu, misalnya kandung empedu, saluran kemih, hati, atau aliran pembuluh darah.
Tubuh pasien mungkin akan terasa hangat dan merasakan sensasi rasa logam di mulut setelah
penyuntikan dilakukan.

Zat akan dimasukkan melalui dubur pasien untuk memperjelas kondisi usus saat pencitraan. Pasien
mungkin akan merasa begah dan tidak nyaman saat prosedur dilakukan.

Prosedur CT Scan
Setelah melakukan semua persiapan, pasien akan direbahkan di atas tempat tidur datar yang dilengkapi
dengan bantal, sabuk, dan penahan kepala untuk menghindari tubuh bergerak selama prosedur
berlangsung. Ruangan CT scan hanya diperkenankan untuk pasien, dan ahli radiologi akan
mengoperasikan mesin dari ruangan lain sambil memantau dan berkomunikasi dengan pasien melalui
interkom yang tersambung di kedua ruangan.

Selanjutnya pasien akan dimasukkan ke dalam mesin CT scan berbentuk seperti kue donat dengan
tabung Rontgen yang terletak pada mesin CT scan tersebut. Mesin akan berputar saat pencitraan
berlangsung. Setiap putaran akan menangkap gambar tubuh dalam bentuk potongan demi potongan.

Terkadang, ahli radiologi akan meminta pasien untuk menarik, menahan, dan membuang napas guna
mendapatkan hasil gambar yang jelas. Jika tidak terdapat aba-aba, pasien dapat bernapas secara
normal. Tempat tidur pasien juga akan digerakkan untuk memperlancar proses pencitraan, namun
pasien tidak diperkenankan untuk bergerak selama proses tersebut karena dapat merusak hasil gambar.

Saat pengerjaan, tidak ada rasa sakit yang dirasakan. Mungkin pasien hanya akan merasa tidak nyaman
akibat kerasnya tempat tidur dan dinginnya ruangan. Pasien juga dapat mendengar suara bising seperti
berdetak atau berdengung selama mesin berjalan. Saat mesin berjalan, umumnya hanya membutuhkan
waktu beberapa detik. Namun, secara keseluruhan dari persiapan hingga selesai, CT scan memerlukan
waktu sekitar 30-60 menit. Hasil dari CT scan dapat diterima pasien dalam waktu 1 hingga 2 hari.

Sesudah CT Scan

Umumnya pasien diperbolehkan untuk pulang dan melanjutkan aktivitas seperti biasa sesudah CT scan
dilakukan, seperti makan, minum, atau menyetir. Namun, bagi pasien yang diberikan zat pewarna
khusus (kontras), akan disarankan untuk menunggu di rumah sakit setidaknya satu jam untuk
mengantisipasi reaksi alergi.

Bagi yang diberikan obat penenang, tidak diperbolehkan untuk mengemudikan kendaraan dan
disarankan untuk diantar oleh keluarga ketika akan pulang dari rumah sakit.

Dokter akan menyarankan pasien untuk mengonsumsi banyak air putih agar kontras yang diberikan
pada saat CT scan tidak merusak ginjal.

Komplikasi CT Scan
Radiasi yang diproduksi CT Scan umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Efek radiasi CT scan diduga
meningkatkan risiko seseorang menderita kanker di kemudian hari. Namun, kemungkinan ini sangat
kecil bila dilakukan sesuai dengan indikasinya, dan pengambilan gambarnya sudah diatur agar pasien
tidak terpapar radiasi dalam jumlah yang banyak.

Pemberian kontras melalui suntikan dapat menimbulkan gagal ginjal, namun hal ini sangat jarang
terjadi. Pasien dengan diabetes, dehidrasi, atau sudah memiliki penyakit ginjal sebelumnya berisiko
untuk mengalami gagal ginjal setelah pemberian kontras. Saat ini berkembang jenis kontras yang
mengurangi risiko timbulnya gagal ginjal setelah penyuntikkan kontras.

Anda mungkin juga menyukai