BY KELOMPOK 2
KONSEP TEORI GAGAL GINJAL KRONIK
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi
menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu
mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin
dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan
fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa (Abdul, 2015).
KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIK
Menurut Wijaya & Putri (2013) dalam buku Keperawatan Medikal Bedah, gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium
yaitu:
Pada stadium I, didapati ciri yaitu Pada stadium II, terjadi Gagal ginjal stadium III, atau lebih
menurunnya cadangan ginjal. insufisiensi ginjal, dimana lebih dikenal dengan gagal ginjal stadium
pada stadium ini kadar kreatinin dari 75% jaringan telah rusak, akhir. Pada keadaan ini kreatinin
serum berada pada nilai normal Blood Urea Nitrogen (BUN) dan serum dan kadar BUN (Blood Urea
dengan kehilangan fungsi nefron kreatinin serum meningkat Nitrogen) akan meningkat dengan
40 sampai 75%. Pasien biasanya akibatnya ginjal kehilangan menyolok sekali sebagai respon
tidak menunjukkan gejala kemampuannya untuk terhadap GFR (Glomerulo Filtration
khusus, karena sisa nefron yang memekatkan urin dan terjadi Rate) yang mengalami penurunan
tidak rusak masih dapat azotemia. sehingga terjadi ketidakseimbangan
melakukan fungsi-fungsi ginjal kadar ureum nitrogen darah dan
secara normal. elektrolit sehingga pasien
diindikasikan untuk menjalani terapi
dialisis atau bahkan perlu dilakukan
transplantasi ginjal.
ETIOLOGI GAGAL GINJAL
KRONIK
3. ANEMIA
4. DISFUNGSI SEKSUAL
ASUHAN KEPERAWATAN
GAGAL GINJAL KRONIK
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Dasar data pengkajian keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik, yaitu (Doenges,
Moorhouse dan Geissler, 2014):
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan/cairan
6. Neuropsensoris
7. Nyeri/kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10. Seksualitas
11. Interaksi social
12. Penyuluhan/pembelajaran
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Intervensi dilakukan sesuai dengan diagnosis yang sudah ditentukan (PPNI, 2018):
Intervensi:
1) Identifikasi pengalaman mual. Rasional: untuk mengetahui karakteristik yang terjadi.
2) Monitor mual. Rasional: menyediakan datadasaruntukmemantauperubahandanmengevaluasi intervensi
3) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual. Rasional: karena bau yang menyengat dan situasi yang tidak
menyenangkanakan menimbulkan terjadinya mual.
4) Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup. Rasional: istirahat yang cukup dapat meminimalisasi timbulnya mual.
5) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual. Rasional: dengan salah satu cara nonfarmakologis
dilakukan akan membantu mengurangi timbulnya mual.
6) Kolaborasi pemberian antiemetic. Rasional: untuk mencegah munculnya mual dan muntah
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN