NIM : 200204015
PRODI : S1 KEPERAWATAN
IDENTIFIKASI POLA BAKTERI PADA PASIEN INFEKSI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
ORANG DEWASA
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
ABSTRAK
Identifikasi Pola Bakteri Pada Pasien Infeksi Saluran Napas Atas Pada
dilakukannya penelitian pola Gram bakteri pada pasien yang mengalami infeksi
deskriptif potong lintang dengan subyek pasien infeksi saluran pernapasan atas
Gram positif Staphylococcus 16 (35%), Gram positif batang 3 (6%), dan Gram
Kata kunci: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Pewarnaan Gram, Swab Tenggorok.
ABSTRACT
Lutfiana Ulfah Uswandi. Medical and Professional Studies Program Doctor. Identification Bacteria on
Adults Patients with Upper Respiratory Tract Infection in Clinic Ciputat South Tangerang
2016.Background: According Riskesdas 2013 the prevalence of acute respiratory infections (ARI) in
Indonesia accounted to 25%. Acute respiratory infection defided by two parts they are lower and upper
respiratory tract. ARI can be caused by bacteria, viruses or fungi. Hence the needs to study the patterns
of Gram bacteria in patients with upper respiratory tract infection using throat swab method. Method:
This study used descriptive cross sectional method based on Gram stain test. Samples used are from
swab throat results and data collection from medical record by consecutive sampling method. Results:
from 31 subyek who have symptoms of upper respiratory tract infection, are found bacteria Gram
positive Streptococcus 28 (56%), Gram positive Staphylococcus 16 (32%), Gram positive rod 3 (6%), and
Gram negative rod 3 (6%). Conclusion: Based on the examination of Gram staining, bacteria
Streptococcus sp is dominating in patients with ARI.K: Acute Respiratory Infections (ARI), Gram stain,
Throat Swab.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
Rumusan Masalah..............................................................................................
Tujuan Khusus.............................................................................................
Etiologi........................................................................................................
Streptococcus sp .................................................................................
Staphylococcus.................................................................................
Haemophilus Influenza.....................................................................
Bordetella sp.....................................................................................
Neisseria...........................................................................................
Moraxella catarhalis........................................................................
Corynebacterium Diphteriae............................................................
Pewarnaan Gram..............................................................................................
Kerangka Konsep.............................................................................................
Definisi Operasional.....................................................................................
Sampel Penelitian......................................................................................
Identifikasi Variabel..................................................................................
Variabel Bebas..................................................................................
Variabel Terikat................................................................................
Kriteria Inklusi..................................................................................
Kriteria Eksklusi...............................................................................
Alat ..........................................................................................................
Bahan........................................................................................................
Pengambilan Sampel................................................................................
Pembahasan......................................................................................................
Keterbatasan penelitian....................................................................................
Kesimpulan .................................................................................................
Saran ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi yang menyerang satu bagian atau lebih
saluran napas, dimulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telingan tengah,
pleura). Infeksi saluran pernapasan akut terbagi atas infeksi saluran pernapasan bawah dan infeksi
saluran pernapasan atas. Infeksi saluran pernapasan atas diantaranya adalah rinitis atau common cold,
nasofaringitis, faringitis, tonsilitis dan otitis media
1. Infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri.Menurut Riskesdas 2013
prevalensi ISPA di indonesia sebesar 25%, sedangkan menurut Riskesdas 2007 prevalensi ISPA sebesar
25,5%.
2. Rinitis akut merupakan penyebab morbiditas yang signifikan walapun sering dianggap sepele oleh
seorang praktisi. Secara signifikan gejala rinitis mempengaruhi kualitas hidup pasien karena terdapat
gejala sistemik yang ikut menyertainya seperti sakit kepala. Faringitis akut umumnya banyak disebabkan
oleh virus, dan Sekitar 15% dari munculnya kejadian kemungkinan disebabkan oleh Streptococcus β
haemolyticus Group A. di Indonesia pada tahun 2004 faringitis termasuk 10 besar kasus penyakit yang
dirawat jalan dengan jumlah persentase penderita sebanyak 1,5%.
30-60% kasus faringitis pada dewasa disebabkan oleh virus, sedangkan pada anak penyebab tersering
adalah Streptococcus β haemolyticus Grup A sebanyak 30-40%. Menuru epidemiologi penyakit telinga,
hidung, tenggorok, kepala dan leher (THT-KL) di 7 Provinsi Indonesia Tahun 1994-1996, pasien yang
mengalami nasofaringitis akut sebanyak 4,6%, dan pasien yang mengalami tonsillitis kronik 3,8%. Pada
pasien tonsilitisbanyak diderita oleh anak-anak yang berusia 3-10 tahun dan remaja yang berusia 15-25
tahun
1. Rumusan Masalah
Bagaimana pola bakteri dari hasil swab tenggorok pada pasien yang terinfeksi saluran pernapasan atas
pada usia lebih dari 15 tahun berdasarkan pewarnaan Gram ?
2. Tujuan Penelitian
3.Tujuan Umum
Mengetahui pola bakteri pada pasien penderita infeksi saluran pernapasan atas dengan usia lebih dari
15 tahun di Puskesmas Ciputat berdasarkan pewarnaan Gram
4. Tujuan Khusus
Mengetahui bakteri dominan pada pasien infeksi saluran penapasan atas dengan metode pewarnaan
Gram.
5. Manfaat Penelitian
6. Bagi Peneliti
- Menambah wawasan serta pengetahuan tentang mikrooganisme yang dapat menyebabkan ISPA pada
manusia.
- Mengetahui pola bakteri yang mendominasi pasien infeksi saluran pernapasan atas pada usia lebih dari
15 tahun.
- Sebagai syarat kelulusan pendidikan preklinik Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter (PSKPD)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Pernapasan
Secara anatomi saluran pernapasan terbagi atas saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan
bawah. Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari kavum nasi, nasofaring, orofaring, dan laring,
sedangkan saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoulus.
Secara histologi dan fungsional, sistem pernapasan terbagi menjadi bagian konduksi (membawa udara
ke paru) dan bagian respiratorik. Dalam bagian respiratorik terjadi pertukaran gas antara oksigen (O2)
dan karbon dioksida (CO2). Sistem konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, trakea, bronkus,
bronkiolus, bronkiolus terminalis. Sistem konduksi memiliki dua fungsi utama yaitu menyediakan sarana
bagi udara yang keluar masuk paru dan dapat mengondisikan udara yang dihirup. Sistem respiratorik
yaitu bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.5
Fungsi utama pernapasan adalah mendapatkan oksigen untuk digunakan tubuh dan mengeluarkan
karbon dioksida yang diproduksi oleh sel, udara secara bergantian akan dimasukan ke dalam paru dan
dikeluarkan dari paru sehinggadapat ditukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan alveolus
paru. Pertukaran ini termasuk mekanisme bernapas atau ventilasi. Setelah O2 terhirup maka di dalam
alveolus akan terjadi pertukaran O2 dan CO2 dengan cara difusi, setelah itu O2 akan diangkut oleh darah
dan diedarkan ke seluruh jaringan. Selain berfungsi dalam pertukaran O2 dan CO2, sistem pernapasan
juga dapat melaksanakan fungsi-fungsi non-respiratorik, diantaranya:Sebagai pelembab udara yang
masuk, mencegah alveolus mengering, karena O2 dan CO2 tidak dapat berdifusi pada membran yang
kering.
Membantu mempertahankan keseimbangan asam dan basa
Merupakan sistem pertahanan terhadap benda asing yang terhirup
Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan berbagai bahan yang mengalir
melewati sirkulasi paru.
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan infeksi akut yang menyerangsebagian atau lebih dari saluran
pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli,termasuk jaringan adneksa seperti sinus paranasal, rongga
telinga tengan dan pleura. Menurut Departemen Kesehatan (2006) infeksi saluran pernapasan akut
mempunyai tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut. Infeksi adalah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan dapat berkembang biak sehingga menimbulkan suatu
gejala penyakit. Saluran pernapasan adalah organ yang di mulai dari hidung sampai dengan alveoli serta
organ adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai dengan 14 hari.
Infeksi saluran pernapasan akut, merupakan infeksi saluran napas yang
secara anatomi dapat dibedakan atas saluran napas bagian atas yang dimulai dari hidung sampai laring,
dan saluran napas bawah dimulai dari laring sampai dengan alveoli. 7
1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas Sistem pernapasan atas berfungsi sebagai penyaring, penghangat dan
pelembab udara yang masuk ke paru. Saat ketiga fungsi tersebut mengalami gangguan maka
mikroorganisme akan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan.
Infeksi pada saluran pernapasan atas merupakan infeksi yang paling umum pada masyarakat
Penyebaran penyakit saluran pernapasan dapat menular melalui udara, saatbersin dan batuk serta
penyebaran melalui kontak langsung dengan benda-benda yang telah tercemari oleh bakteri.
Faringitis
Faringitis merupakan peradangan pada dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan
bakteri. Gejala yang timbul dapat berupa sakit kepala, disertai muntah dan terkadang disertai demam,
dan jarang disertai batuk.Pemeriksaan fisik ditemukan faring membesar serta tonsil dan faring
hiperemis.
Adapun insiden penyebab faringitis yang disebabkan bakteri sebesar 5-40%. Insiden yang disebabkan
virus sebanyak 40-60%. Pada orang dewasa, faringitis sering disebabkan oleh rinovirus yakni 30-60%.
Pada kasus anak anak sering disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan faringitis
adalah Streptococcus B haemolyticus dengan jumlah kasus sekitar 30-40%. Infeksi Streptococcus β
haemolyticus group A merupakan penyebab faringitis pada orang dewasa (15%) dan pada anak
(30%).11,12
Tonsilitis
Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer, cincin
waldeyer terdiri dari susunan kelenjar limfa yang ada pada rongga mulut di antaranya adalah tonsil
faringeal (adhenoid), tonsil palatina, tonsil lingual, dan tonsil tuba eustachius. Gejala yang timbul dapat
berupa nyeri tenggorokan dan nyeri saat menelan, demam dengan suhu tubuh yang sangat tinggi, rasa
lesu dan nyeri sendi, tidak nafsu makan, dan ada rasa nyeri di telinga. Radang akut pada tonsil dapat
disebabkan oleh kuman Streptococcus β
haemolyticus group A yang dikenal sebagai Strep throat, Pneumococcus, Streptococcus viridan dan
Streptococcus piogens.
Etiologi
Pada umumnya infeksi saluran pernapasan atas dapat disebabkan virus danbakteri dan penyebaran
dapat melalui antara orang ke orang, melalui tangan ataupun benda yang telah terkontaminasi dengan
mikroorganisme, melalui droplet.
Staphylococcus
Staphylococcus ermasuk Gram positif, berbentuk coccus, tersusun berkelompok berbentuk seperti
anggur yang tidak teratur, Staphylococcus dapat tumbuh di berbagai media dan aktif secara metabolik,
dapat melakukan fermentasi karbohidrat dan menghasikan bentuk koloni yang bervariasi dari putih
hingga kuning tua. Beberapa tipe Staphylococcus merupakan normal kulit dan membran mukosa
manusia. Genus Staphylococcus memiliki 30 spesies, spesies paling utama yang memiliki kepentingan
secara klinis adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus.
Staphylococcus aureus memiliki sifat koagulase positif sedangkan yang memiliki sifat koagulase negatif
salah satunya adalah
Sepidermidis.
adalah sel sferis, diameter sekitar 1 µm susunan berkelompok dan tidak teratur, monococcus,
diplococcus, tetrad. Coccus yang pertumbuhannya masih belum terlalu tua akan memberikan warna
positif yang kuat, sedangkan pada coccus yang inkubasinya sudah terlalu lama akan menyebabkan
sebagian bakteri memberikan warna negatif, Staphylococcus tidak bermotil, tidak berspora.
Staphylococcus mudah berkembang pada suhu 370C akan tetapi suhu yang baik untuk dapat
menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan sekitar 20-250 C.Koloni pada perbenihan dapat berbentuk
bundar, halus, menonjol dan berkilau
Haemophilus influenza
Haemophilus influenza Ditemukan pada membran mukosa saluran napas atas manusia, dan termasuk
penyebab terjadinya penyakit meningitis pada anak dan dewasa, bakteri ini termasuk spesies
haemophilus dan Gram Negatif tidak berkapsul, mempunyai tipe dari a-f. H. influenza tipe b adalah
faktor virulensi paling utama. Pada spesimen yang mengalami infeksi akut bakteri akan berbentuk
coccobacillus atau berupa rantai pendek, tetap morfologinya akan tergantung pada lama dan
mediumnya. Sebagian besar morfologi bakteri akan berbentuk coccobacillus kecil apabila berada dalam
medium selama 6-8 jam. Kemudianakan berbentuk batang panjang.14Biakan H. influenza pada Agar
Darah coklat, apabila setelah diinkubasi selama 24 jam akan memberikan gambaran koloni yang rata,
berwarna coklat keabu-abuan dengan diameter 1-2 mm. H. influenza tidak tumbuh pada Agar Darah
domba kecuali di sekitar koloni Staphylococcus.14H. influenza tidak menghasilkan eksotoksin. Sebagian
besar H. influenza pada flora normal saluran napas atas tidak bekapsul, organisme yang tidak memiliki
kapsul termasuk flora normal saluran napas manusia.
Pewarnaan Gram
Bakteri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, salah satunya bakteri menurut pewarnaan Gram.
Pewarnaan Gram adalah prosedur mikrobiologi dasar yang digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi bakteri. Pewarnaan Gram dapat mempermudah pemeriksaan mikroskopik pada
sediaan apusan untuk mendeteksi adanya bakteri, pus, dan Candida albicans.18
a. Pewarnaan pertama sediaan diberikan pewarnaan ungu kristal, dapat mewarnai semua bakteri
menjadi ungu tua.
b. Kedua larutan iodin yang berfungsi untuk menahan zat warna violetdengan kuat atau dengan lemah.
Kekuatan mengikat zat warna violet tergantung jenis bakterinya.
c. Ketiga alkohol 96% yang dapat memudarkan warna ungu kristal pada bakteri karena iodin tidak dapat
mengikat ungu kristal, dan tidak dapat memudarkan warna ungu kristal pada bakteri karena telah terikat
kuat oleh iodin.
d. Terakhir diberikan safranin yang dapat mewarnai ulang bakteri yang telah memudar warnanya oleh
larutan alkohol, akan tetapi pewarnaan safranintidak berpengaruh terhadap bakteri yang sebelumnya
telah berwarna ungu tua.
Swab Tenggorok
Swab tenggorok merupakan pemeriksaan yang dapat mendeteksi berbagai organisme patogen melalui
pemeriksaan mikroskopik spesimen swab tenggorok, organisme-organisme yang dapat terdeteksi
meliputi
b. Jamur atau ragi: dapat terlihat berupa filamen-filamen miselium, dengan atau tanpa pori. Jamur atau
ragi tersebut dapat kemungkinan patogen atau mungkin juga hanya merupakan saprofit yang
berkembang biak di dalam sempel disimpan dalam wadahnya.
c. Parasit: telur trematoda paru, telur skistosoma, dan spesies dewasa dari
Mammomonogamuslaryngeus tetapi sangat jarang dapat di temukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan potong lintang
Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober tahun 2016 di Laboratorium mikrobiologi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SyarifHidyatullah Jakarta, dan sampel diambil di Puskesma Ciputat
Tangerang Selatan.
Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
3.Populasi Penelitian
5. Sampel Penelitian
Pasien infeksi saluran pernapasan atas usia lebih dari 15 tahun dengan metode consecutive sampling di
Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan pada bulan September-Oktober tahun 2016.
Identifikasi Variabel
Variabel Bebas
Pasien ISPA yang berusia lebih dari 15 tahun di Puskesmas Ciputat, Tangerang Selatan Banten
Variabel Terikait
Pola kuman pada pasien ISPA yang telah diisolasi selama 24-48 jam menggunakan media Agar Darah dan
metode pewarnaan Gram.
Inklusi dan Kriteria Eksklusi
Kriteria Inklusi
Pasien di atas 15 tahun yang mengalami gejala ISPA dan bersedia untuk di
swab tenggorok
Kriteria Eksklusi
Pasien yang mengalami gejala infeksi saluran pernapasan bawah
Bahan yang diperlukan adalah media Agar Darah, gentian violet, cairan lugol, alkohol 96%, safranin,
minyak imersi, air, NaCL 0,9%.Cara Kerja Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel diambil dari pasien yang telah mengalami gejala ISPA dengan menggunakan swab
tenggorok.
Cara swab tenggorok
Minta pasien untuk membuka mulut, dan pastikan lidah tidak menghalangi tenggorokan
Tekan lidah dengan menggunakan spatula lidah, perhatikan bagian belakang tenggorokan
Periksa dengan cermat apakah terdapat tanda-tanda peradangan atau tidak di daerah tenggorok
Usap area tenggorok dengan kapas swab steril
Detelah dilakukan swab, sediaan langsung dibawa ke Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum pewarnaan Gram pertama lakukan pembuatan preparat terlebih dahulu. Pertama panaskan
ujung ose terlebih dahulu di atas api sampai ujung ose merah menyala, dengan posisi vertikel, tunggu
agak sedikit dingin lalu ambil NaCL 95%, lalu panaskan kembali ose diatas api sampai menyala, setelah
itu ambil spesimen yang akan di peiksa dengan menggunakan ose lalu ratakan, dan sediaan usahakan
jangan terlalu tebal, setelah preparat selesai di buat panaskan
kembali ose di atas api
Pewarnaan Gram 14,18,29
1. Warna pertama teteskan gentian violet selama 1-5 menit, lalu di bilas dengan air
5. Setelah preparat kering berikan minyak emersi, dan lihat di bawah mikroskop
Cari dengan perbesaran 10x100, identifikasi bentuk, warna serta susunan bakteri yang ada dalam
preparat.
Manajemen Data
Data hasil penelitian pola kuman pada subjek pasien ISPA dengan usia lebih dari 15 tahun di Puskesmas
Ciputat, Tangerang Selatan bulan September-Oktober tahun2016, dijelaskan secara deskriptif berbentuk
tabel dan gambar untuk menjelaskan pola bakteri yang ditemukan berdasarkan hasil biakan di media
Agar Darah dan metode pewarnaan Gram.
BAB IV
Hasil Penelitian
Jumlah pasien ISPA yang terdapat di Puskesmas Ciputat Tangerang pada Bulan September yang bersedia
menjadi subjek penelitian sebanyak 31 pasien,
kemudian di lakukan swab tenggorok sehingga diperoleh 31 sampelPembahasan Kategori umur pada
penelitian ini yaitu lebih dari 15 tahun. Berdasarkanhasil gambar 4.1, dapat dilihat distribusi berdasarkan
jenis kelamin dan usia. Perempuan dengan usia remaja merupakan yang terbesar proporsi
terbesardibandingkan laki-laki, penelitian ini sama dengan penelitian Noer Indah (2007), bahwa ISPA
lebih banyak pada perempuan dengan usia remaja-dewasa. Sedangkan, usia dewasa lebih banyak pada
laki-laki dibandingkan perempuan.Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktafin
(2016), laki-laki dewasa lebih banyak mengalami infeksi saluran pernapasan akut, karena kebiasaan
merokok, sehinngga akan mengakibatkan disfungsi sistem pernapasan.Distribusi berdasarkan jenis
kegiatan yang paling sering dilakukan, didalam ruangan 27 orang (87%) jauh lebih besar dibandingkan
pada orang yang lebih banyak melakukan kegiatan diluar ruangan 4 orang (12,9%). Sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Juniartha (2012), jumlah yang sakit pada orang ISPA lebih banyak pada
orang yang melakukan kegiatan di dalam rumah, dan penelitian tersebut juga mengatakan bahwa
kegiatan yang banyak dilakukan di dalam rumah dapat meningkatkan faktor terjadinya ISPA. Pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan responden diantaranya ada pelajar, guru, ibu rumah tangga, dan seorang
pensiun yang lebih banyak melakukan kegiatan sehari-hari di dalam
rumah, kemungkinan tingginya distribusi ISPA menurut kegiatan dalam ruangan terdapat hubungan
dengan keadaan lingkungan dalam ruangan tersebut, terdapat hubungan antara ventilasi, pencahayaan
serta kepadatan penghuni dengan kejadian ISPA. Menurut Lindawaty (2010) kualitas udara di dalam
rumah kadarnya berbeda dengan kualitas udara di luar rumah. Peningkatan polutan dalam rumah dapat
karena polutan seperti asap rokok, asap yang berasal dari dapur, serta dari polutan pembakaran obat
nyamuk.26 menurut penelitian Safwan (2003) faktor lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran
udara di dalam rumah di antaranya kepadatan dalam rumah, merokok, jenis bahan bakar, ventilasi
rumah, kelembaban dalam rumah dan debu rumah.27Keterbatasan Penelitian
Sampel pada penelitian ini sedikit di karenakan waktu yang kurang serta pada saat pengambilan sampel
terkadang terhalang dengan jadwal akademik.
Kurangnya referensi untuk membantu penelitian ini, karena pada penelitian sebelumnya peneliti
meneliti pada diagnosis yang khsus seperti tonsiliti atau faringitis saja.
Hanya mengidentifikasi Gram bakteri tanpa di lanjutkan pada pemeriksaan hingga spesiesnya
Tidak menambahkan distribusi data berdasarkan perhitungan jumlah koloni
BAB V
2. Pasien ISPA lebih sering ditemukan pada orang yang lebih banyak melakukan kegiatan di dalam
ruangan.
3. Pola Bakteri pada pasien ISPA di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan yang paling mendominasi
adalah Gram positif, yaitu Streptococcus sp.
Saran
Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai spesies bakteri yang lebih spesifik dengan
sampel yang lebih banyak.
Terdapat beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan oleh hubungan seks tidak aman, berikut
ini adalah penyakit yang sering terjadi:
Sifilis
Silifis adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri treponema pallidum. Penyakit ini
mempunyai gejala seperti munculnya luka pada alat kelamin atau mulut. Luka ini pada umumnya akan
bertahan antara 1-2,5 bulan dengan tidak ada rasa sakit, tetapi mudah ditularkan. Segera tangani sifilis,
karena jika tidak infeksinya akan berlanjut ke tahap berikutnya yang mirip dengan gejala flu, kerontokan
rambut, hingga pitak. Jika dibiarkan, maka sifilis bisa menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, impotensi
dan bahkan terkena masalah pendengaran serta hilangnya nyawa seseorang.
Gonore
Gonore merupakan penyakit seksual yang disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhoeae. Gonore biasa
dikenal dengan kencing nanah karena menyebabkan keluarnya cairan saat buang air kecil yang
menyebabkan rasa nyeri pada penis atau vagina.
Klamidia
Klamidia adalah penyakit seksual menular yang paling umum terjadi. Gejalanya memang tidak akan
terasa dan biasanya disebabkan oleh clamidia trachomatis. Namun, klamidia tetap harus diwaspadai
karena penularannya bisa terjadi tanpa disadari oleh orang yang terinfeksi.
Kutil Kelamin
Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus human
papilomavirus di sekitar alat kelamin. Penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit tetapi biasanya akan
muncul rasa gatal dan memerah.
HIV
HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan menyerang sistem
kekebalan tubuh. HIV di awal penyebarannya tidak akan menujukkan gejala, karena virus akan “tidur”
sementara waktu menunggu sistem imun melemah dan dapat berkembang menjadi AIDS yang sangat
mematikan.
Penyakit menular seksual disebabkan oleh beberapa virus dan bakteri yang menyebar melalui cairan
tubuh seperti treponema pallidum (sifilis), neisseria gonorrhoeae (gonore), clamidia trachomatis
(klamidia), human papilomavirus (kutil kelamin), human immunodeficiency virus (HIV).
Pada awalnya, sebagian gejala penyakit menular seksual mungkin tidak diketahui. Meski begitu,
terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, di antaranya:
Vaksinasi.
2. Peran perawat
Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.