Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKHLAK, MORAL DAN ETIKA DALAM ISLAM

Mata Kuliah : Agama Islam


Dosen Pengampu : Erliyanti S.Ag, MA

Dibuat Oleh : Fitri Wulan Dari


Kelas : 1C D3 Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “etika, moral, dan akhlah” guna
memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami
haturkan untuk junjungan nabi agung kami, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kami semua,yang merupakan sebuah pentunjuk
yang paling benar yakni Syariah agama Islam yangsempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami
selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.
Daftar isi

KATA PENGANTAR………………………………………………………...........................
Daftar isi………………………………………………………………………..........................
BAB I…………………………………………………………………………...........................
PENDAHULUAN……………………………………………………………..........................
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….............................
1.2  Rumusan Masalah………………………………………………………...........................
1.3  Tujuan Masalah…………………………………………………………...........................
1.4 Manfaat………………………………………………………………….............................
BAB II………………………………………………………………………..............................
PEMBAHASAN…………………………………………………………….............................
1. Pengertian Akhlak, Etika dan Moral………………………………………………….......
2. Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral……………………………………...........................
3Contoh Akhlak, Etika dan Moral.………………………………………………………......

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………...........................

DAFTAR PUSTAKA…………………....................................................................................
BAB 1
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang keha-dirannya
hingga saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis dan teologis tampil
untuk mengawal dan memandu perjalanan umat Islam agar bisa selamat di dunia dan di
akhirat dan tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan
Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, begitulah yang telah
disabdakan oleh beliau, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah
beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia, hingga Allah Swt sendiri
memuji akhlak mulia Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya, dan menjadikan beliau
sebagai uswah hasanah dalam berbagai hal agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan
yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, kesusilaan dan kesopanan adalah
pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-tiap
perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup
yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah
membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia
bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.
BAB 2
Pembahasan
A.  Pengertian dari Akhlak, Etika dan Moral
1.      Pengertian Akhlak
Secara bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak (‫ق‬
ٌ ُ‫ ) ُخل‬yang di artikan
‫ )أخال‬adalah bentuk jama’,  sedang mufradnya adalah khalaq (‫ق‬
budi pekerti. Al-khuluk   sifatnya di ciptakan opleh pelakunya sendiri dan bisa bernilai baik
dan buruk tergantung pada sifat perbuatan itu. Kata khuluq (bentuk mufrad dari akhlaq) ini
berasal dari fiil madhi khalaqa yang dapat mempunyai bermacam-macam arti tergantung
pada mashdar yang digunakan. Ada beberapa kata Arab yang seakar dengan kata al-khuluq
ini dengan perbedaan makna.
Namun karena ada kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut tetap saling
berhubungan. Diantaranya adalah kata al-khalq artinya ciptaan. Dalam bahasa Arab kata al-
khalq artinya menciptakan sesuatu tanpa didahului oleh sebuah contoh, atau dengan kata lain
menciptakan sesuatu dari tiada dan yang bisa melakukan hal ini hanyalah Allah, sehingga
hanya Allahlah yang berhak berpredikat Al-Khaliq atau Al-Khallaq sebagaimana yang
diungkapkan  dalam QS. al-Hasyr ayat 24‫ هو هللا الخالق البار ئ المصوّر‬ dan QS. Yasin ayat 81
yang berbunyi ‫ بلى و هو الخالق العليم‬.  
Di dalam Da’iratul Ma’arif  dikatakan:
Sُ‫ت ْااِل ْن َسا ِن ْاالَ َدبِيِّة‬
ُ ‫ات‬
ُ َ‫صف‬ ُ َ‫اَاْل َ ْخال‬
ِ ‫ق ِه َى‬
“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir
berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang
tercela sesuai dengan pembinaannya.Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah
kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka
kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka
kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.
Rasulullah saw bersabda: " Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang
paling baik akhlaknya".
Jadi, pada hakikatnya Khulk atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga timbullah berbagai macam perbuatan
dengan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi
timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia
dinamakan akhlak mulia sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
akhlak yang tercela.
Oleh karenanya, dapatlah disebut bahwa “ akhlak adalah nafsiah (kejiwaan) atau
Maknawiyah ( abstrak) dan bentuknya yang kelihatan kita namakan muamalah ( tindakan)
atau suluk ( prilaku), maka akhlak adalah sumber dan prilaku adalah bentuknya.
Sementara itu dari sudut terminologi (istilah), ada banyak pendapat yang
mengemukakan istilah akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan  Al-Ghazali:
‫ فان كانت الهيئة‬،‫فالخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عن تصدراألفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجة إلى فكر ورؤية‬
‫بحيث تصدرعنها األفعال الجميلة المحمودة عقال وشرعا سميت تلك الهيئة خلقا حسنا وإن كان الصادرعنها األفعال القبيحة‬
‫سميت تلك الهيئة التى هى المصدر خلقا سيئا‬
Artinya : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Maka bila sifat itu memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan
syariat maka sifat itu disebut akhlak yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-
perbuatan buruk maka disebut akhlak yang buruk.
Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa al-khuluq disebut sebagai kondisi
atau sifat yang terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan melakukan
sesuatu itu secara sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena seandaianya ada orang yang
mendermakan hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk dilakukan (mungkin karena
terpaksa atau mencari muka), maka bukanlah orang tersebut dianggap dermawan sebagai
pantulan kepribadiannya. Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga
disyaratkan dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan lagi.
Ibnu Maskawih memberikan definisi senada mengenai istilah khuluq sebagai berikut :
‫الخلق حال للنفس داعية لهاإلى أفعالها من غير فكر ورؤية‬
Artinya: Khuluq ialah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan
dengan tidak menghajatkan pemikiran.

Dijelaskan pula oleh Ibnu Maskawaih bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi
dua hal. Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang yang mudah
marah hanya karena masalah yang sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya karena suatu
hal yang biasa saja, atau sedih berlebihan hanya karena mendengar berita yang tidak terlalu
memprihatinkan. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada awalnya keadaan
tersebut terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian menjadi karakter
yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa akhlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan yang merupakan
refleksi sifat dan jiwa secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat
melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasar
interes tertentu.
2.      Pengertian Etika
Etika, seperti halnya dengan istilah yang menyangkut ilmiah lainnya berasal dari
bahasa Yunani kuno yaitu, ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti :
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap dan cara berpikir. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti
inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah “etika” yang oleh filosuf besar
Yunani, Aristoteles (384-322 sM) sudah dipakai sebagai filsafat moral.
Jika dilihat dari kamus besar bahasa indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti :
a)      nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat,
b)      kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,
c)      ilmu tentang apa yang  baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia
untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan
nilai itu adalah akal pikiran Atau dengan kata lain, dengan akal lah orang dapat
menentukannya baik atau buruk.
Dalam hubungan ini Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan atau merumuskan:
“Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.
Kita memberikan timbangan kepada berbagai perbuatan “baik atau buruk, benar atau
salah, hak atau batal.” Hukum ini merata diantara manusia baik yang tinggi kedudukannya
maupun yang rendah. Hal tersebut dapat diucapkan oleh ahli hukum didalam soal undang –
undang, oleh ahli perusahaan kepada perusahaan mereka, bahkan oleh anak – anak dalam
permainan mereka ; maka apakah artinya “baik atau buruk?” dan dengan ukuran “apakah”
kita mengukur perbbuatan yang akan kita beri hukum “baik atau buruk?”. Etika, suatu ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, meneerangkan apa yang dilakukan oleh manusia pada
yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus di tuju oleh manusia dalam perbuatan mereka
dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus di perbuat.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk yang
dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Dengan demikian bahwa pokok persoalan etika ialah segala perbuatan yang timbul
dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia mengetahui kapan ia
melakukannya.
3.      Pengertian Moral
Berasal dari bahasa latin, yaitu jamak dari mose yang berarti adat kebiasaan. Istilah
moral dan etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan.
Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
Dalam hal ini hamzah ya’qub mengatakan bahwa yang d maksud moral adalah sesuai
dengan ide-ide umum tentang tindakan manusia mana yang baik mana yang wajar. Senada
dengan hamzah ya’qub, secara detail dalam ensiklopedia pendidikan di sebutkan bahwa
moral adalah nilai dasar masyarakat untuk memilih antara nilai hidup ( moral) juga adat
istiadat yang menjadi dasar untuk menunjukkan baik dan buruk maka untuk mengukur
tingkah laku manusia (baik dan buruk ) dapat di lihat dari penyesuaiannya dengan adat
istiadat yang umum di terima masyarakat, yang meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
tertentu. karena itu , dapat di katakan baik atau buruk yang diberikan secara moral hanya
bersifat lokal. Ini lah yang membedakan antara etika dan moral.
Perbedaan lain antara etika dan moral adalah etika lebih bersifat teori sedang moral
lebih bersifat praktis, etika memandang tingkah laku manusia secara universal (Umum)
sedangkan moral secara lokal (khusus), etika menjelaskan ukuran yang dipakai, moral
merealisasikan ukuran itu dalam perbuatan.
Pembagian konsep mengenai moral ada tiga, tiga alur perkembangan intelektual yaitu
pada masa klasik, abad peertengahan dan modern :
  Sepanjang abad klasik,dunia dipandang dari berbagai kekuatan alami dan alur utama dari
pemikiran tentang moral di zaman klasik itu.
  menggunakan ukuran moral atau standart yang objektif maka hal tersebut bersifat natural,
objektif dan rasional.
  Abad pertengahan, alur pikiran utama digariskan oleh pandangan yang terarah terhadap
suatu dunia lain (akhirat) pandangan yang lain adalah kebenaran di gariskan oleh wahyu
ilahi,yaitu cenderung bersifat rohania (spritualistic) yang bertopang pada iman dan sebanding
dengan penalaran.
  Pada abad modern,alur utama dalam moralitas menunjukkan perbedaan yang jelas dengan
abad klasik dan pertengahan.akan tetapi pemikiran epistimologis sifatnya naturalistic yamg
pola pemikirannya khas modern yaitu sains telah mengubah mengambil alih kedudukan iman
ddan penalaran sebagai sumber utama dari pengetahuan tentang dunia.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang
dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan
dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan
Agama.
B.      Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral
Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) berdasarkan tolak ukur dan 2) berdasarkan
sifat
  Berdasarkan Tolak Ukur
o   Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah
o   Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
o   Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau aturan
tertentu.
  Berdasarkan Sifat
o   Etika bersifat teoriContoh Etika dalam Kehidupan Sehari hari
o   Akhlak dan Moral bersifat praktis.
Contoh Akhlak Yang Baik Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Menghormati orang yang lebih tua. 
2. Menghargai orang yang lebih muda. 
3. Berkata lemah lembut kepada orang tua. Memberikan hadiah kepada orang lain. 
4. Menjenguk teman yang sedang sakit.
5. Bersedekah dikala lapang dan sempit. 
6. Memberi makan orang yang kelaparan. 
7. Memberi kepada orang yang membutuhkan. 
8. Membuah sampah pada tempatnya. 
9. Berlaku adil kepada setiap orang. 
Contoh Etika dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Contoh Etika Bergaul dengan orang lain
Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat. Jaga
dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah
mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya. Contoh Etika Bergaul dengan orang
lain Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi
hak dan dihargai. Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan
tanyakanlah keadaan mereka.
Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain. Berbicaralah kepada mereka
sesuai dengan kemampuan akal mereka. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan
memata-matai mereka. Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari
kesalahankesalahannya dan tahanlah rasa benci terhadap mereka. Dengarkanlah
pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan bantah membantah dengan mereka.
2. Contoh Etika Di Jalan
Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat berjalan atau
mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari orang lain karena
takabbur. · Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Contoh
Etika Di Jalan tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-jalan
manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan tempat
mereka bernaung.
Menjawab salam orang yang dikenal ataupun yang tidak dikenal. Beramar ma`ruf dan nahi
munkar. Ini juga wajib dilakukan oleh setiap muslim, masing-masing sesuai kemampuannya.
Menunjukkan orang yang tersesat (salah jalan), memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan dan menegur orang yang berbuat keliru serta membela orang yang
teraniaya. Perempuan hendaknya berjalan di pinggir jalan.
3. Contoh Etika Makan dan Minum
Berupaya untuk mencari makanan yang halal. Hendaklah makan dan minum yang kamu
lakukan diniatkan dengan ibadah, agar kamu mendapat kebaikan dari makan dan minummu
itu. Mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah makan
untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu. Kamu puas dan rela dengan
makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya.
Jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur. Contoh etika makan
dan minum memulainya dengan membaca Bismillah. Makan dengan tangan kanan dan
dimulai dari yang ada di depanmu. Makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu
sesudahnya. Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat minum. Tidak
berlebih-lebihan di dalam makan dan minum, pemilik makanan (tuan rumah) tidak melihat
ke muka orang-orang yang sedang makan, namun seharusnya ia menundukkan pandangan
matanya, karena hal tersebut dapat menyakiti perasaan mereka dan membuat mereka
menjadi malu. Tidak memulai makan atau minum sedangkan di dalam majlis ada orang yang
lebih berhak memulai, baik kerena ia lebih tua atau mempunyai kedudukan, karena hal
tersebut bertentangan dengan etika. Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang
orang lain bisa merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan
kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan nada-nada yang
mengandung makna kotor dan menjijik-kan. Jangan minum langsung dari bibir bejana.
4. Contoh Etika Berbicara
Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Pembicaran dengan suara yang dapat
didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat
difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan. Jangan
membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Janganlah kamu membicarakan semua
apa yang kamu dengar. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu
berada di pihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Tenang
dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa, menghindari perkataan buruk, menghindari sikap
memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Menghindari perbuatan
menggunjing dan mengadu domba. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan
tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang
dibicarakannya, contoh etika berbicara tidak menganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya.
Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain
untuk berbicara. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan
perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya,
karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.
Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang
berbicara.
5. Contoh Etika Bertetangga
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka, bangunan yang kita bangun
jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar mata hari atau
udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya,
karena hal tersebut menyakiti perasaannya. Kita memelihara hak-haknya di saat mereka
tidak di rumah, Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang lain dan
hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang
membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib
mereka.
Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV,
atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau
menutup jalan bagi mereka. Contoh etika bertetangga jangan kikir untuk memberikan
nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang baik
dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-
jelekkan mereka. Selalu memberikan makanan kepada tetangga kita, turut bersuka cita di
dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka. Kita jenguk bila ia sakit,
kita tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita
undang untuk sayang kepada kita. Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan
mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak
memandang kekeliruan dan kealpaan mereka, sabar atas prilaku kurang baik mereka
terhadap kita.
Contoh Moral dalam Keseharian
1. Membuang Sampah pada Tempatnya
Perilaku ini sebenarnya adalah perilaku yang mudah dan dapat dilakukan tanpa
memberikan dampat negative kepada yang melakukannya. Namun dengan tidak melakukan
hal ini malah mandatangkan sesuatu yang negative terhadap orang tersebut dan lingkungan.
Misalnya saja banjir yang disebabkan karena banyaknya sampah yang dibuang
sembarangan.
2. Menaati Peraturan yang ada
Peraturan dibuat untuk ditaati dan bukan untuk dilanggar karena peraturan memanglah
suatu hal yang dibuat secara khusus untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan. Contoh
moral misalnya saja mentaati peraturan lalu lintas agar tidak kecelakaan di jalan.
3. Menjalankan Perintah Agama sesuai yang dianut
Dalam agama juga memilki aturan yang dibuat oleh tuhan masing masing. Agar menjadi
orang yang bermoral seharusnya mengindahkan peraturan tersebut karena kebanyakan dari
peraturan agama adalah baik untuk dilaksanakan.
4. Menghormati dan Menerapkan sikap sopan santun
Sopan santun sudah merupakan kearifan local yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Maka
dari itu harus selaku dilestarikand dengan melakukannya. Sikap sopan santun ini juga
termasuk suatu nilai nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sehingga apa bila tidak
melaksanakannya berarti tidak memilikim moral yang baik.
5. Tidak membuat kerusuhan
Kerusuhan adalah keadaan dimana terjadi kekacauan dalam masyarakat. Kerusuhan juga
dapat diartikan kondisi dimana nilai dan norma yang ada tidak berfungsi. Maka dari itu
contoh moral untuk menjaga lingkungan tetap tentram adalah kewajiban dari setiap
individu dalam masyarak.
BAB 3
Penutup
A. Kesimpulan

    Dari uraian diatas dapat di simpulkan sebagai berikut :


         Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
          Etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup
manusia semuanya, terutama yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
         Moral adalah suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima
oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
  Akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela. Sumber akhlak
adalah Al-Quran dan sunah.
  Etika untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk tolak ukur yang
digunakan atau sumbernya adalah akal pikiran atau rasio (filsafat),
  Moral tolak ukur yanng digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang
dan berlangsung dimasyarakat.
Daftar Pustaka

Alwan Khoiri, dkk. Akhlak Tasawuf, yogyakarta : Pokja akademik UIN sunan kalijaga,
2005, hal 4
Lihat, Abu al-Fadhal Jamal al-Din Muhammad Ibn Mukram Ibn Manzhur (selanjutnya
disebut Ibnu Manzhur), Lisan al-Arab, Jilid X, Beirut : Dar al-Fikr, 1990, hal. 85.
Lihat juga, Luwis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, Cet. XXXIII, Beirut :
Dar al-Masyriq, 1986, hal. 193. Di dalam pemakaian bahasa Arab kata khalaqa dan
ja’ala dibedakan pengertiannya. Arti ja’ala adalah menciptakan sesuatu yang masih
berhubungan dan terikat dengan yang lain, atau dengan kata lain menciptakan dari
materi yang telah ada. Sementara khalaqa berarti sebaliknya. Lihat Abu al-Baqa’
Ayub Ibn Musa al-Husaini, Al-Kulliyat, Cet. II, Beirut : Mu’assasah, 1993, hal. 429-
430.
http://alfutuchat.wordpress.com/2010/06/24/1-pengertian-akhlak-menurut-bahasa/
Ihsan Muhammad, 2005, Terjemahan Pengantar Study Ilmu Hadist, Pustaka Al-Kautsar,
Jakarta
Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlaq fi al-Tarbiyah, Cet. I, Beirut : Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1985, hal. 25.
Maurice B. Mitchell (ed.), Encylopedia of Britanica, Vol. VIII, Chicago : William Benton
Publisher, 1968, hal. 752.
https://pdfcoffee.com/makalah-akhlak-etika-dan-moral-pdf-free.html
ttps://www.beginisob.com/2010/01/contoh-etika-moral-dan-akhlak-dalam-kehidupan-
sehari-hari.html
 http://ruslantara06.blogspot.com/2013/04/persamaan-dan-perbedaan-antara.html

Anda mungkin juga menyukai