DI ERA GLOBALISASI
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Filsafat Ilmu
DOSEN :
Prof. Dr. Mustafa Mustari, M.Pd
DISUSUN OLEH :
Muhammad Arpin, S.Ag
NIM : 80800221010
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang karena-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu yang berjudul “Tantangan
Pendidikan Islam di Era Globalisasi”. Tak lupa shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada baginda Nabi dan Rasul yang paling mulia Muhammad SAW.
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan, hingga ke zaman terang
benderang.
Filsafat merupakan sebuah mata kuliah yang menekankan pada
mahasiswanya untuk berfikir. Hal ini yang sering kita dengar dalam setiap ayat suci
Al-Qur’an yang mana Allah menyuruh kita umat Nabi Muhammad SAW. untuk
terus berfikir, dan mencari kebenaran yang sebenar-benarnya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Untuk itu, tegur sapa dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan dan perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, hanya
kepada Allah-lah penulis memohon petunjuk dan pertolongan. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi segenap pembaca, terutama demi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002), hlm. 27.
1
2
filsafat, ilmu-ilmu sosial (social siencies), ilmu-ilmu humaniora (humanities
siencies), ilmu-ilmu alam (natural siencies), dan ilmu-ilmu eksakta (mathematic
siencies).2
Penghargaan terhadap kebebasan untuk berkembang dan berpikir maju
tentu saja sangat besar, mengingat manusia merupakan makhluk yang berpikir dan
memiliki kesadaran. Namun nyatanya masih terjadi kesenjangan dalam pendidikan
Islam. Masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi pendidikan Islam seperti
persoalan demokrasi, pemerataan pendidikan, multikulturalisme, pluralisme,
globalisasi pendidikan dan lain sebagainya.
Melihat banyaknya persoalan tersebut, maka diperlukan pembaharuan
strategi pendidikan yang membumi, dan untuk melakukan pembaharuan
pendidikan Islam diperlukan paradigma pendidikan yang mampu mengarahkan
pada tujuan dan sasaran pendidikan Islam. Kemajuan pendidikan ditentukan oleh
landasan pijak dan paradigma yang mampu mengantarkan pada substansi apa yang
akan dibawa dalam proses dan metode pendidikan. Ketika pendidikan Islam
dijadikan sebagai paradigma maka keseluruhan pendidikan juga harus
mengadaptasi dari ajaran-ajaran Islam..
B. RumusanMasalah
Dari berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas tentang tantangan
pendidikan Islam di era globalisasi, maka penulis mengangkat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian pendidikan Islam ?
2. Bagaimana paradigma pendidikan Islam ?
3. Bagaimana tantangan pendidikan Islam di era globalisasi?
4. Bagaimana strategi Pendidikan Islam di Indonesia menghadapi
globalisasi?
C. Kegunaan
Dalam berbagai referensi pengetahuan tentang tantangan pendidikan Islam
2 Barizi Ahmad, Membangun Pendidikan Dalam Bingkai Islam Lintas Batas , Penerbit :
UIN Malang Press : 2011, h.
3
Pendidikan secara etimologi, berasal dari kata didik yang berarti bina.
Mendapat awalan pen dan akhiran an, maknanya sifat dari perbuatan membina atau
melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri, maka dari itu pendidikan
merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran dan semua hal merupakan bagian dari
usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dalam hidupnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.3 Sedangkan
secara terminologi diartikan sebagai pembinaan, pembentukan, pengajaran,
pencerdasan, pelatihan yang ditujukan kepada semua anak didik secara formal
maupun non formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas,
berkepribadian, memiliki keahlian membentuk sebagai bekal dalam kehidupannya
dimasyarakat.4
Menurut Paulo Freire seperti yang dikutip oleh Tilaar, menyebutkan bahwa
pendidikan adalah proses pemerdekaan atau kesadaran akan kebebasan manusia
yang memiliki potensi – potensi tertentu dalam hidupnya berhadapan dengan alam
sekitarnya.5 Pendidikan dalam pengertian ini dimaksudkan pembebasan dalam
makna, pencerahan umat manusia dari ketertindasan atau secara tidak langsung
berhubungan dengan perlawanan terhadap sesuatu yang membuat manusia tertindas
dalam hal ini adalah kebodohan.
Sedangkan pendidikan menurut islam, secara umum pendidikan islam
mengacu kepada makna dan asal kata yang membuat kata pendidikan itu sendiri
dalam hubungannya dengan ajaran islam, ada tiga istilah yang umum digunakan,
yaitu al-Tarbiyat (Pendidikan}, al-Ta’lim (pengajaran), al-Ta’dib (pelatihan)
1. Paradigma Formisme
Di dalam paradigma ini, aspek kehidupan dipandang dengan sangat
sederhana, dan kuncinya adalah dikotomi atau diskrit. Segala sesuatu hanya dilihat
dari dua sisi yang berlawanan, seperti laki-laki dan perempuan, ada dan tidak ada.
Pandangan dikotomis tersebut pada gilirannya dikembangkan dalam melihat dan
memandang aspek kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan jasmani dan rohani,
sehingga pendidikan agama Islam hanya diletakkan pada aspek kehidupan dunia
akhirat saja atau kehidupan rohani saja.
Oleh karena itu, pengembangan pendidikan Islam hanya berkisar pada
aspek kehidupan ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek
kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. Pendidikan Islam
seolah-olah hanya mengurusi persoalan ritual dan dan spiritual, sementara
kehidupaan ekonomi, politik, seni budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
seni, dan sebagainya, yang mengurusinya yaitu pendidikan non agama. Pandangan
2. Paradigma Mekanisme
perguruan tinggi umum yang didalamnya diberikan seperangkat mata pelajaran atau
mata kuliah pendidikan agama, yang mana hanya diberikan 2 atua 3 jam selama
satu minggu, dan hanya didudukkan sebagai mata pelajaran atau mata kuliah dasar
umum, sebagai upaya pembentukan kepribadian yang religius.
3. Paradigma Organisme
dibawah lembaga pendidikan umum. Hal ini perlu disikapi dengan positif dengan
semangat untuk memajukan lembaga pendidikan agama Islam. Untuk itu, perlunya
perubahan di lembaga pendidikan Islan yang sangat signifikan agar tidak
ketinggalan dari lembaga-lembaga lain. Sehingga keberadaan lembagan pendidikan
Islam semakin lama terus bertambah maju.
Sementara Zamroni memperkenalkan paradigma pendidikan “sistemik-
organik, yaitu paradigma pendidikan yang menekankan bahwa segala objek,
peristiwa, dan pengalaman merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu keseluruhan yang utuh.
Adapun ciri-ciri paradigma Pendidikan Sistemik-Organik adalah :
Adapun harapan dari adanya paradigma ini adalah adanya pendidikan yang
bersifat double tracks, maksudnya pendidikan sebagai suatu proses tidak bisa
dilepaskan dari perkembangan dan dinamika masyarakatnya. Dunia pendidikan
senantiasa mengaitkan proses pendidikan dengan masyarakat pada umumnya, dan
dunia kerja pada khususnya. Lembaga-lembaga Pendidikan mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki kemampuan dan fleksibilitas tinggi untuk menyesuaikan
dengan tuntutan zaman yang senantiasa berubah dengan cepat. Apa yang dipelajari
di sekolah dalam suatu proses pendidikan menjadi bekal untuk menghadapi dunia
luar yang penuh tantangan.14
19 Zubaedi. 2012. Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita
Selekta Pendidikan Islam. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 54
20 Pewangi Mawardi Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi, (Jurnal Tarbawi,
Vol. 1, h. 7
12
budaya. Tertinggal sebab alumni yang hasilkan kalah bersaing dalam penguasaan
ipteks. Ipteks dengan beragam kemajuan yang dibawanya bersifat fasilitatif
terhadap kehidupan manusia. Artinya, ipteks memberi fasilitas kemudahan bagi
manusia, tetapi juga dapat merugikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
memandang perkembangan ipteks sebagai tantangan yang harus dihadapi dan
dikuasai, sehingga generasi muslim tidak tertinggal oleh kebudayaan yang
berkembang. Pada konteks ini ada dua hal yang penting untuk dipikirkan, yaitu
a. Bagaimana agar perkembangan ipteks tidak terlepas dari nilai-nilai ajaran
Islam;
b. Bagaimana pendidikan Islam mampu berkonstribusi bagi kemajuan ipteks di
masa depan.
c. Bagaimana pendidikan Islam dapat melahirkan manusia yang berpendidikan
dan berkarakter islami
2. Demokratisasi
Demokratisasi merupakan isu lain yang mempengaruhi pendidikan Islam
Indonesia. Dede Rosyada menjelaskan, bahwa tuntutan demokratisasi pada
awalnya ditujukan pada sistem politik negara sebagai antitesis terhadap sistem
politik yang otoriter.21 Selanjutnya perkembangan tuntutan ini mengarah kepada
sistem pengelolaan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Kehidupan demokrasi adalah kehidupan yang menghargai akan potensi
individu. Artinya, bahwa setiap bentuk homogenisasi masyarakat adalah
bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup demokrasi. Sehingga, menurut Tilaar,22
dalam bidang pendidikan semua warga negara memiliki hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan, juga memiliki kewajiban yang sama dalam membangun
pendidikan nasional yang berkualitas.
3. Dekadensi moral
Revolusi teknologi berakibat pada pergeseran nilai dan norma budaya. Pada
lazimnya, nilai-nilai budaya dari pihak yang lebih dominan dalam penguasaan
ipteks akan cenderung berposisi dominan pula dalam interaksi kultural yang terjadi.
Dalam konteks ini, Hasbi Indra menjelaskan bahwa budaya Barat telah
memperlihatkan superioritasnya terhadap budaya Islam. Produk teknologi seperti
TV, parabola, telepon, VCD, DVD, internet, dan lain-lain dapat membuka
hubungan dengan dunia luar sehingga wawasan masyarakat terbuka. Namun, lewat
media tersebut dapat pula disaksikan pornografi, film-film, sinetron yang
menawarkan gaya hidup bebas dan juga kekerasan, yang secara moral bertentangan
dengan nilai Islam.23
Berdasarkan uraian di atas, jelas tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan
dalam segala bentuk, baik bersifat personal maupun global bisa terjadi dalam
hitungan waktu yang relatif sangat singkat. Hal ini merupakan tantangan yang
mutlak dijawab oleh pendidikan Islam melalui strategi yang tepat.
23 Indra, Hasbi. 2005. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi. Cet. II; Jakarta: Rida
Mulia.h. 72
14
kurikulum atau materi.26 Ketiga persoalan tersebut di atas saling terkait antara satu
dengan yang lain.
madrasah dan pondok pesantren upaya ini diwujudkan dengan memasukkan mata
pelajaran umum dalam kurikulum.
A. Kesimpulan
Dari berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pendidikan Islam ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. yang ditujukan kepada semua anak didik secara
formal maupun non formal dengan tujuan membentuk anak didik yang cerdas,
berkepribadian Islam
2. Dasar paradigma pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan Hadis yang digunakan
sebagai rujukan utama dalam membuat dan mengembangkan konsep, prinsip,
teori, dan teknik pendidikan. Ada beberapa paradigma Pendidikan antara lain
Formise (dikotomis),mekanisme, orgnisme, dan sistemik-organik.
3. Ada tiga tantangan utama yang kini dihadapi oleh pendidikan Islam, yaitu
kemajuan iptek, demokratisasi, dan dekadensi moral. Ketiga tantangan tersebut
membawa pengaruh besar dalam semua bidang kehidupan manusia, termasuk
bidang pendidikan. Perkembangan dan kemajuan iptek prinsipnya berpotensi
melemahkan daya mental spiritual. Permasalahan baru yang harus segera
dipecahkan oleh pendidikan Islam adalah dehumanisasi pendidikan dan
netralisasi iptek dari nilai-nilai agama. Pendidikan Islam ditantang untuk
membuktikan kemampuannya dalam penguasaan iptek, sekaligus
kesanggupannya dalam mengendalikan dampak negatif dari iptek.
18
19
B. Inplikasi
Adapun inplikasi yang dapat diambil dari penelitian makalah ini antara lain
sebagai berikut :
20
21