DISUSUN OLEH :
NIM : 1961204
JOMBANG
Nama : Siti Saadah
NIM : 1961204
Mata Kuliah : Etika Bisnis
Kelas : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 1
JAWABAN :
1. Moralitas Perusahaan dapat terbentuk dari nilai - nilai yang dimiliki oleh para pekerja
di dalam suatu perusahaan yang menjadi langkah awal tercapainya kemajuan untuk
mencapai target dari visi dan misinya.
Jawaban
Jawaban
Dengan demikian, para pelaku bisnis memiliki aturan yang dapat mengarahkan mereka dalam
mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik sehingga dapat diikuti oleh semua orang
yang memercayai bahwa bisnis tersebut memiliki etika yang baik. Selain itu, dapat juga dapat
menghindari citra buruk seperti penipuan, serta cara kotor dan licik. Bisnis yang memiliki
etika baik biasanya tidak akan pernah merugikan bisnis lain, tidak melanggar aturan hukum
yang berlaku, tidak membuat suasana yang tidak kondusif pada saingan bisnisnya dan
memiliki izin usaha yang sah.
1. Meningkatkan Harapan Publik
Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis.
Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan
mengalami sorotan, kritik, bahkan hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat
memberlakukan Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act, atau
yang dikenal dengan Sarbane-Oxley (Baron, 2006: 678-679), setelah Kongres
menemukan berbagai kelemahan tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan
Worldcom. Manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran
oknum-oknum Arthur Andersen yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron
secara sengaja menyembunyikan fakta-fakta keuangan.
Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan Sarbanes Oxley Act di mana undang-
undang baru ini menutupiberbagai celah hukum, misalnya dengan melarang akuntanpub
lik yang sedang mengaudit perusahaan melaksanakankegiatan konsultasi bagi perusahaa
n yang sama. Undang-undang juga menetapkan berdirinya sebuah lembagaindependen
yang diberi nama Public Company Accounting Oversight Board
yang mengawasi kegiatan yang dilakukanoleh perusahaan-perusahaan akuntan.
2. Tidak membahayakan para Stakeholder
Agar perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan
stakeholders lainnya. Sebagai contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah secara tidak profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di
wilayah Leuwi Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya
sampah dengan volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk
di sekitarnya sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat
sekitar tempat pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
3. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Dengan menjunjung tinggi nilai moral, danmelaksanakan etika bisnis dengan baik
maka perselisihanantar anggota perusahaan akan dapat terhindar. Hal inidapat membang
un perusahaan menjadi lebih baik lagi.
4. Meningkatkan Kualitas Hubungan Bisnis
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepatijanji, dan menolak suap dapat m
eningkatkan kualitashubungan bisnis diantara dua pihak yang melakukanhubungan bisn
is. Hal ini disebabkan oleh meningkatnyakepercayaan diantara pihak – pihak yang terlib
athubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknyaapabila salah satu pihak tidak dap
at dipercaya, makapihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan olehmitra bisnis
nya bahkan oleh komunitas bisnis secaraumum.
5. Perusahaan terhindar dari pelanggaran hak – haknormatif
para pihak
Penerapan etika bisnis adalah agar perusahaanterhindar dari penyalahgunaan yang
dilakukan karyawanmapun kompetitor yang bertindak tidak etis. Penerapanetika bisnis
secara baik di dalam perusahaan dapatmenghindarkan terjadi pelanggaran hak – hak nor
matif.
6. Perusahaan terhindar dari persaingan tidak sehat
Dengan menerapkan etika dalam perusahaan, makaakan membuat persaingan yan
g ada dalam perusahaanmenjadi persaingan yang sehat.
Hal ini karena terjalinnyakomunikasi yang baik antara para pesaing bisnissehingga akan
meminimalkan munculnya permusuhan.
7. Perusahaan tidak terkena sanksi hukum yang berlaku
Untuk membangun kultur bisnis yang sehat ,idealnya dimulai dari perumusan etik
a yang akandigunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan(Hukum) perilaku dibuat
dan dilaksanakan, atau aturan(norma) etika tersebut diwujudkan dalam bentuk aturanhu
kum. Jadi, saat etika dilaksanakan perusahaan tidakakan terkena sanksi hukum.
Nama : Siti Saadah
NIM : 1961204
Mata Kuliah : Etika Bisnis
Kelas : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 4
JAWABAN
Beberapa faktor individu yang mempengaruhi tingkat perilaku etis dalam suatu organisasi :
1. Pengetahuan individu tentang sebuah isu : semakin banyak seorang individu memiliki
pengetahuan tentang situasi yang ada maka semakin orang tersebut dapat menghindari
masalah etika.
2. Nilai – nilai pribadi : nilai – nilai moral individu, sikap terkait nilai juga sangat
mempengaruhi perilaku bisnis. Karena kebanyakan orang bergabung dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan pribadi.
3. Tujuan pribadi : jenis –jenis tujuan pribadi individu yang mengaspirasi untuk
mencapai tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan – tujuan ini, memiliki
dampak signifikan terhadap perilaku individu dalam sebuah organisasi.
1. Norma – norma budaya : perilaku seseorang hingga beberapa tingkat dipengaruhi oleh
norma – norma budaya, dan faktor – faktor sosial yang bervariasi dari budaya satu ke
budaya yang lain.
2. Rekan Kerja : tindakan dan keputusan rekan kerja merupakan faktor sosial lain yang
membentuk rasa etika bisnis seseorang.
3. Orang lain yang berpengaruh : nilai – nilai dan moral dari “orang yang dianggap
berpengaruh” dapat mempengaruhi persepsi karyawan tentang perilaku etis dan tidak
etis ditempat kerja.
4. Penggunaan internet
Seiring berjalanya waktu sifat dari hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan
(stakeholders) mengalami perubahan dinamis . Beberapa pakar mengamati terjadinya
pergeseran bentuk dari yang semula tidak aktif (inactive), menjadi reaktif (reactive),
kemudian berubah lagi menjadi proaktif (proactive), dan akhirnya menjadi interaktif
(interactive).
A. Pola hubungan stakeholder
Penjelasan mengenai pola hubungan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat membuat
keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangakan dampaknya terhadap pihak lain.
2) Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung memepertahankan diri
(defensive), dan hanya bertindak ketika dipaksa melakukanya.
3) Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk
mengantisipasi kepentingan-kepentingan para stakeholders. Biasanya perusahaan memiliki
departemen khusus yang berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang menjadi perhatian
para pemangku kepentinagan utama. Namun, perhatian mereka dan para stakeholders
dipandang sebagai suatu permasalahan yang perlu dikelola, bukan dipandang sebagai suatu
sumber keunggulan kompetitif.
4) Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan pendekatan bahwa
perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang saling menghormati, terbuka, dan
saling dipercaya dengan para pemangku kepentinganya. Dengan demikian, perusahaan
menganggap bahwa suatu hubungan yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah
sumber nilai dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan bersifat
interaktif (interactive). Dengan demikian, diharapkan interaksi ini dapat membantu
perusahaan mempelajari ekspektasi masyarakat, memperoleh keahlian dari luar perusahaan,
mengembangkan solusi kreatif, dan memenangkan dukunga pemangku kepentingan untuk
menerapkan berbagai solusi tersebut. Menurut Tunggal (2009:63) perlu respon terhadap
pemangku kepentinganpada era sekarang ini dipertajam dengan meningakatkannya
globalisasi perusahaan dan dengan munculnya teknologo-teknologi yang mampu
memfasilitasi komunikasi cepat pada pada skala dunia. Suatu perusahaan dapat membuat
sebuah pemetaan mengenai tipe pamangku kepentinagan yang sedang dihadapi dengan
menempatkan dimensi potensi dan dimensi kerja sama untuk menentukan strategi untuk
mengahadapi para pemangku kepentingan tersebut.
Relasi yang harmonis dan selaras adalah sesuatu yang didambakan semua pihak karena
berkaitan dengan kestabilan, keseimbangan, kedamaian dan keberlanjutan pihak-pihak
tersebut. Namun, relasi antara organisasi dan publiknya tidak selalu seiring sejalan karena ada
kalanya terdapat perbedaan tujuan dan kepentingan. PR, dalam usaha organisasi
menyelaraskan perbedaan ini berupaya menjembatani agar tercipta situasi yang harmonis
sehingga semua pihak dapat berjalan bersisian seiring sejalan.
Nama : Siti Saadah
NIM : 1961204
Mata Kuliah : Etika Bisnis
Kelas : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 6
2. Contoh pelaksanaan etika produksi yang dilakukan oleh organisasi bisnis berkaitan
dengan ISO 9000
Sedangkan pengertian produksi sendiri berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak
diartikan sebagai menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang
pun dapat menciptakan benda. Kegiatan produksi mempunyai fungsi menciptakan barang dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat.
Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan dengan melakukan pendekatan
dengan para ulama, kinerja keuangan yang semula menurun tajam lama kelamaan naik. Juga
kasus obat anti nyamuk HIT, dimana PT Megahsari Makmur ketahuan memakai bahan
pestisida yang bisa menyebabkan kanker pada manusia di dalam produk barunya, walau zat
tersebut sudah dilarang penggunaannya sejak tahun 2004 lalu.
Atau produsen makanan terutama untuk makanan anak-anak, mereka kebanyakan
menggunakan pemanis buatan untuk menekan ongkos produksinya, namun dalam
kemasannya mereka tidak mencantumkan batas penggunaan maksimal yang dapat
dikonsumsi, mengingat efek yang ditimbulkannya sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan penyakit kanker dan keterbelakangan mental.
Untuk produk kosmetik juga dengan maraknya penggunaan bahan mercury dengan khasiat
untuk memutihkan kulit dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, namun efek yang
ditimbulkannya malah sangat berbahaya
Pentingnya Etika Produksi
Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha untuk
menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya. Dalam
upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak hal
untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,
produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.
Contohnya produk produk tembakau telah menewaskan 400.000 warga amerika setiap
tahun. Jumlahnya lebih banyak daripada jumlah total penderita AIDS, korban kecelakaan,
pembunuhan, bunuh diri, narkoba, dan kebakaran. Kasus produk Korek (geretan) BIC
corporation yang tidak layak digunakan tapi tetap dijual dan akhirnya digunakan konsumen,
akhirnya terjadi kecelakaan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.banyak kecelakaan
kecelakaan lain terjadi diakibatkan barang yang diproduksi tidak sesuai standar, produk yang
sekali pakai langsung rusak, produk cacat dan garansi yang tidak ditepati.
Kecelakaan kecelakaan ini tentunya merugikan konsumen, karena dengan membeli produk
yang dihasilkan produsen tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya lebih yaitu untuk
membiayai pengobatan jika sakit dan luka, dan megalami kerugian karena kegunaan barang
yang diharapkan tidak tercukupi.
3. Contoh pelaksanaan etika produksi yang dilakukan oleh organisasi bisnis berkaitan
dengan ISO 14000
ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya sukarela tetapi konsumen
menuntut produsen untuk melaksanakan program sertifikasi tersebut. Pelaksanaan program
sertifikasi ISO 14000 dapat dikatakan sebagai tindakan proaktif dari produsen yang dapat
mengangkat citra perusahaan dan memperoleh kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian
maka pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berdasarkan Standar ISO Seri
14000 bukan merupakan beban tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen (Kuhre,
1996). ISO 14000 serupa dengan ISO 9000 - manajemen mutu dalam hal berkaitan dengan
bagaimana sebuah produk diproduksi ketimbang tentang produk itu sendiri. Sebagaimana
halnya ISO 9000, sertifikasinya dilakukan oleh pihak ketiga, bukan oleh ISO sendiri. Standar
audit ISO 19001.gus.
Contoh perusahaan yang menerapkan ISO 9000 dan ISO 14000:
a. PT KMI Wire and Cable Tbk
b. PT Semen Tonasa
c. PT Bakrie Metal Industries
d. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
e. PT Komatsu Indonesia3
Banyak manfaat dan keuuntungan dari penerapan ISO 14000 diantaranya: memiliki image
perusahaan yang baik dimata pemerintah, pelanggan, karyawan dan masyarakat umunya,
keuntungannya yaitu memiliki kekuatan pasar.