Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PORTOFOLIO

Etika Bisnis dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan


Kumpulan hasil tugas ke-1 sampai dengan hasil tugas ke-6

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI SAADAH

NIM : 1961204

KELAS : Manajemen KS-2A 2019

DOSEN PENGAMPU : Yuyun A. Rindhan,S. Sos,M.AB.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PGRI DEWANTARA

JOMBANG
Nama                      : Siti Saadah
NIM                        : 1961204
Mata Kuliah           : Etika Bisnis
Kelas                       : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 1

1. Perhatikan materi pada Topic 1 slide 6, tentang Moral Perusahaan!


2. Uraikan secara singkat masing-masing poin yang dikemukakan tentang Moral
Perusahaan tersebut!
3. Berikan contoh masing-masing pelaksanaan moral tersebut dalam kegiatan bisnis!

JAWABAN :
1. Moralitas  Perusahaan dapat terbentuk dari nilai - nilai yang dimiliki oleh para pekerja
di dalam suatu perusahaan  yang menjadi langkah awal tercapainya kemajuan untuk
mencapai target dari visi dan misinya.

     2. Moral Wirausaha, kemampuan mendasar menjadi pengusaha. 


         Seorang wirausaha   harus mampu menjaga dan melestarikan etika bisnis.
        Etika    bisnis antara lain yaitu :
1. Menjaga kejujuran
2. Dapat dipercaya
3. Integritas
4. Cerdas
5. Memelihara janji
6. Bertanggung jawab
 Moral Manajer, selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk beretika dalam
berprilaku. Dalam moral manajer nilai - nilai etika dan moralitas diletakkan pada level
standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya.
 Moral Karyawan, mengacu pada sikap-sikap karyawan baik terhadap organisasi-
organisasi yang mempekerjakan mereka, maupun terhadap faktor-faktor pekerjaan
yang khas, seperti supervisi, sesama karyawan, dan rangsangan-rangsangan keuangan.
Ini dapat dianggap berasal baik dari individu maupun kelompok yang merupakan
bagian dimana karyawan beradah
 Moral Pemasok,  suatu individu, kelompok, organisasi atau perusahaan yang
menyediakan kebutuhan sumber daya bagi perusahaan seperti bahan baku, jasa atau
tenaga kerja dalam memproduksi barang atau jasa tertentu dalam mendukung
keberhasilan suatu usaha atau bisnis
 Moral Kreditur, pihak atau perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah yang
memiliki satu atau lebih tagihan kepada pihak kedua atas properti atau layanan jasa
yang telah diberikannya (dalam bentuk kontrak atau perjanjian) di mana diperjanjikan
bahwa pihak kedua akan mengembalikan properti yang nilainya sama.
 Moral Konsumen,  setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
 Moral Pejabat negara, pejabat yang lingkungan kerjanya berada pada lembaga negara
yang merupakan alat kelengkapan negara beserta derivatifnya berupa lembaga negara
pendukung.

   3. •  Moral Wirausaha : 


          Pengendalian diri : para pelaku yang terkait dalam bisnis tidak mau melakukan   
            korupsi dalam bentuk apapun, contonhya dalam usaha percetakan, katring 
 Moral Manajer : 
Mampu menyatakan yang benar itu benar antara manajer dengan karyawannya,
contohnya  manajer lini lini pertama, manajer tingkat menengah
 Moral Karyawan : 
Bersikap baik terhadap perusahaannya  dan antar sesama karyawan
contohnya  pelayan indomart,  pegawai rokok/sales
 Moral Pemasok : 
     Menjaga etika baik dengan distibutor , dengan cara  memberikan pelayanan yang 
baik , contohnya Petani kapas , pabrik kain, penjahit
 Moral Kreditur : 
      Mampu bersikap bijaksana dengan memberikan pinjaman sesuai dengan 
perjanjian, contohnya  Penggadaian, kreditur kokuer
 Moral Konsumen : 
Tidak bersikap seenaknya dengan produsen, memberikan harga sesuai barang atau
jasa yang dibeli, contohnya Pelanggan  toko, pelanggan penjahit
 Moral Pejabat Negara : 
Bersikap netral, transparan kepada masyarakat dan bekerja dengan baik
contohnya Kepala desa, sekertaris desa, notaris
Nama                      : Siti Saadah
NIM                        : 1961204
Mata Kuliah           : Etika Bisnis
Kelas                       : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 2

Jawaban

1. Prinsip etika bisnis islami


 Bisnis dalam islam memposisikan 
 pengertian bisnis yang pada ahkikatnya
 merupakan usaha manusia untuk 
 mencari keridhan Allah Swt. Bisnis 
 tidak bertujuan jangka pendek, 
 individual dan semata-mata  
 keuntungan yang berdasarkan
 kalkulasi matematika, tetapi bertujuan
 jangka pendek sekaligus jangka 
  panjang

2. Uraian singkat poin-poin tentang 


  prinsip etika bisnis islami
 Prinsip tauhid
 Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam sekaligus horizontal yang memadukan segi
politik, sosial ekonomi kehidupan manusia menjadi kebulatan yang homogen yang konsisten
dari dalam dan luas sekaligus terpadu dengan alam luas.
 Prinsip Pertanggung jawaban
Pertanggunjawaban ini secara mendasar akan mengubah perhitungan ekonomi dan bisnis
karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan.
 Prinsip Keseimbangan atau Keadilan
Keseimbangan  Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki
sikap dan prilaku yang seimbang dan adil dalam konteks hubungan antara manusia dengan
diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat) dan dengan lingkungan.
 Prinsip Kebenaran
Kebenaran disini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Maksud dari kebenaran adalah
niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan berbagai proses baik itu proses transaksi,
proses memperoleh komoditas, proses pengembangan produk maupun proses perolehan
keuntungan.
 Prinsip Persaudaraan persmaan
Konsep persaudaraan dalam Islam mengganbarkan solidaritas individu dan sosial dalam
masyarakat Islam yang tercermin dalam pola hubungan sesama muslim.
 Prinsip Ketulusan hati
Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, Islam juga memberikan
kesadaran nilai yang menjiwai seluruh aktivitas muamalah manusia
3. Contoh penerapan prinsip etika bisnis islam dalam kegitan bisnis
 Prinsip tauhid
 (1) tidak diskriminasi terhadap pekerja, penjual, pembeli, mitra kerja atas dasar
pertimbangan ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama.
 (2)Allah yang paling ditakuti dan dicintai.
(3)tidak menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya kekayaan merupakan amanah
Allah.
 Prinsip Pertanggung jawaban
(1) Dalam menghitung margin, keuntungan nilai upah harus dikaitkan dengan upah minimum
yang secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. (2) Economicreturn bagi pemberi
pinjaman modal harus dihitung berdasarkan pengertian yang tegas bahwa besarnya tidak
dapat diramalkan dengan probabilitas nol dan tak dapat lebih dahulu ditetapkan (seperti
sistem bunga).
 (3) Islam melarang semua transaksi alegotoris yang dicontohkan dengan
istilah gharar(penipuan).
 Prinsip Keseimbangan atau Keadilan
(1) Produksi, konsumsi dan distribusi harus berhenti pada titik keseimbangan tertentu demi
menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam genggaman segelintir orang.
 (2) Setiap kebahagiaan individu harus mempunyai nilai yang sama dipandang dari sudut
sosial, karena manusia adalah makhluk teomorfis yang harus memenuhi ketentuan
keseimbangan nilai yang sama antara nilai sosial marginal dan individual dalam masyarakat.
 (3) Tidak mengakui hak milik yang tak terbatas dan pasar bebas yang tak terkendali.
 Prinsip Kebenaran
1)  Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran.
2)  Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis.
3) Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli
dengan harga tersebut.
 Prinsip Persaudaraan persmaan
1) Rasa persaudaraan harus ditanam dalam hati nurani sehingga umat islam tidak terpecah
belah oleh urusan duniawi
2) Memperhatikan prinsip untuk zakat, infaq, wakaf dan sedekah yang diberikan kepada umat
islam agar kehidupan ekonominya lebih baik
 Prinsip Ketulusan hati
1) Kebaikan dan kejujuran dalam dalam bisnis atau dagang
2) Niat, sikap, perilaku benar yang meliputi proses transaksi, proses memperoleh komoditas,
proses pengembangan produk, serta proses pembagian keuntungan dilakukan dan
dilaksanakan dengan setulus hati.
Nama                      : Siti Saadah
NIM                        : 1961204
Mata Kuliah           : Etika Bisnis
Kelas                       : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 3

Jawaban

1. Manfaat etika bisnis


  Etika bisnis sangat dibutuhkan oleh semua pengusaha baru maupun pengusaha yang sudah
lama terjun di dunia bisnis. Dengan tujuan bagi pengusaha adalah untuk mendorong
kesadaran moral dan memberikan batasan-batasan bagi para pengusaha atau pelaku bisnis
untuk menjalankan good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business.
Hal tersebut dapat merugikan banyak pihak yang terkait.

Dengan demikian, para pelaku bisnis memiliki aturan yang dapat mengarahkan mereka dalam
mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik sehingga dapat diikuti oleh semua orang
yang memercayai bahwa bisnis tersebut memiliki etika yang baik. Selain itu, dapat juga dapat
menghindari citra buruk seperti penipuan, serta cara kotor dan licik. Bisnis yang memiliki
etika baik biasanya tidak akan pernah merugikan bisnis lain, tidak melanggar aturan hukum
yang berlaku, tidak membuat suasana yang tidak kondusif pada saingan bisnisnya dan
memiliki izin usaha yang sah.

2. Manfaat etika bisnis topic 3 slide 2 :

1. Meningkatkan Harapan Publik
Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis.
Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan
mengalami sorotan, kritik, bahkan hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat
memberlakukan Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act, atau
yang dikenal dengan Sarbane-Oxley (Baron, 2006: 678-679), setelah Kongres
menemukan berbagai kelemahan tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan
Worldcom. Manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran
oknum-oknum Arthur Andersen yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron
secara sengaja menyembunyikan fakta-fakta keuangan.
Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan Sarbanes Oxley Act di mana undang-
undang baru ini menutupiberbagai celah hukum, misalnya dengan melarang akuntanpub
lik yang sedang mengaudit perusahaan melaksanakankegiatan konsultasi bagi perusahaa
n yang sama. Undang-undang juga menetapkan berdirinya sebuah lembagaindependen 
yang diberi nama Public Company Accounting Oversight Board
yang mengawasi kegiatan yang dilakukanoleh perusahaan-perusahaan akuntan.
2. Tidak membahayakan para Stakeholder
Agar perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan yang membahayakan
stakeholders lainnya. Sebagai contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah secara tidak profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di
wilayah Leuwi Gajah Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya
sampah dengan volume sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk
di sekitarnya sehingga 112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat
sekitar tempat pembuangan sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
 
3. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Dengan menjunjung tinggi nilai moral, danmelaksanakan etika bisnis dengan baik 
maka perselisihanantar anggota perusahaan akan dapat terhindar. Hal inidapat membang
un perusahaan menjadi lebih baik lagi.
 
4. Meningkatkan Kualitas Hubungan Bisnis
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepatijanji, dan menolak suap dapat m
eningkatkan kualitashubungan bisnis diantara dua pihak yang melakukanhubungan bisn
is. Hal ini disebabkan oleh meningkatnyakepercayaan diantara pihak – pihak yang terlib
athubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknyaapabila salah satu pihak tidak dap
at dipercaya, makapihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan olehmitra bisnis
nya bahkan oleh komunitas bisnis secaraumum.

5. Perusahaan terhindar dari pelanggaran hak – haknormatif 
para pihak
Penerapan etika bisnis adalah agar perusahaanterhindar dari penyalahgunaan yang 
dilakukan karyawanmapun kompetitor yang bertindak tidak etis. Penerapanetika bisnis 
secara baik di dalam perusahaan dapatmenghindarkan terjadi pelanggaran hak – hak nor
matif.  
 
6. Perusahaan terhindar dari persaingan tidak sehat
Dengan menerapkan etika dalam perusahaan, makaakan membuat persaingan yan
g ada dalam perusahaanmenjadi persaingan yang sehat.
Hal ini karena terjalinnyakomunikasi yang baik antara para pesaing bisnissehingga akan 
meminimalkan munculnya permusuhan.
 
7. Perusahaan tidak terkena sanksi hukum yang berlaku
Untuk membangun kultur bisnis yang sehat ,idealnya dimulai dari perumusan etik
a yang akandigunakan sebagai norma perilaku sebelum aturan(Hukum) perilaku dibuat 
dan dilaksanakan, atau aturan(norma) etika tersebut diwujudkan dalam bentuk aturanhu
kum. Jadi, saat etika dilaksanakan perusahaan tidakakan terkena sanksi hukum.
 
Nama                      : Siti Saadah
NIM                        : 1961204
Mata Kuliah           : Etika Bisnis
Kelas                       : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 4

JAWABAN
Beberapa faktor individu yang mempengaruhi tingkat perilaku etis dalam suatu organisasi :

1. Pengetahuan individu tentang sebuah isu : semakin banyak seorang individu memiliki
pengetahuan tentang situasi yang ada maka semakin orang tersebut dapat menghindari
masalah etika.
2. Nilai – nilai pribadi : nilai – nilai moral individu, sikap terkait nilai juga sangat
mempengaruhi perilaku bisnis. Karena kebanyakan orang bergabung dalam sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan pribadi.
3. Tujuan pribadi : jenis –jenis tujuan pribadi individu yang mengaspirasi untuk
mencapai tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan – tujuan ini, memiliki
dampak signifikan terhadap perilaku individu dalam sebuah organisasi.

Faktor – Faktor Sosial yang Mempengaruhi Etis

1. Norma – norma budaya : perilaku seseorang hingga beberapa tingkat dipengaruhi oleh
norma – norma budaya, dan faktor – faktor sosial yang bervariasi dari budaya satu ke
budaya yang lain.
2. Rekan Kerja : tindakan dan keputusan rekan kerja merupakan faktor sosial lain yang
membentuk rasa etika bisnis seseorang.
3. Orang lain yang berpengaruh : nilai – nilai dan moral dari “orang yang dianggap
berpengaruh” dapat mempengaruhi persepsi karyawan tentang perilaku etis dan tidak
etis ditempat kerja.
4. Penggunaan internet

Faktor “peluang” yang mempengaruhi etis

1. Adanya peluang :peluang mengacu kepada sejumlah kebebasan yang diberikan


organisasi kepada karyawannya untuk berperilaku tidak etis jika ia membuat pilihan
itu.
2. Kode etik : adanya kode etik dan pemaksaan yang ditempatkan manajemen dalam
kode merupakan penentu lain adanya peluang.
3. Penegakan : tingkat penegakan kebijakan perusahaan, prosedur, dan kode etik
merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi peluang. 
Nama                      : Siti Saadah
NIM                        : 1961204
Mata Kuliah           : Etika Bisnis
Kelas                       : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 5

Seiring berjalanya waktu sifat dari hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan
(stakeholders) mengalami perubahan dinamis . Beberapa pakar mengamati terjadinya
pergeseran bentuk dari yang semula tidak aktif (inactive), menjadi reaktif (reactive),
kemudian berubah lagi menjadi proaktif (proactive), dan akhirnya menjadi interaktif
(interactive).
  A. Pola hubungan stakeholder
   Penjelasan mengenai pola hubungan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat membuat
keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangakan dampaknya terhadap pihak lain.
2) Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung memepertahankan diri
(defensive), dan hanya bertindak ketika dipaksa melakukanya.
3)  Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk
mengantisipasi kepentingan-kepentingan para stakeholders. Biasanya perusahaan memiliki
departemen khusus yang berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang menjadi perhatian
para pemangku kepentinagan utama. Namun, perhatian mereka dan para stakeholders
dipandang sebagai suatu permasalahan yang perlu dikelola, bukan dipandang sebagai suatu
sumber keunggulan kompetitif.
4) Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan pendekatan bahwa
perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang saling menghormati, terbuka, dan
saling dipercaya dengan para pemangku kepentinganya. Dengan demikian, perusahaan
menganggap bahwa suatu hubungan yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah
sumber nilai dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Hubungan perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan bersifat
interaktif (interactive). Dengan demikian, diharapkan interaksi ini dapat membantu
perusahaan mempelajari ekspektasi masyarakat, memperoleh keahlian dari luar perusahaan,
mengembangkan solusi kreatif, dan memenangkan dukunga pemangku kepentingan untuk
menerapkan berbagai solusi tersebut. Menurut Tunggal (2009:63) perlu respon terhadap
pemangku kepentinganpada era sekarang ini dipertajam dengan meningakatkannya
globalisasi perusahaan dan dengan munculnya teknologo-teknologi yang mampu
memfasilitasi komunikasi cepat pada pada skala dunia. Suatu perusahaan dapat membuat
sebuah pemetaan mengenai tipe pamangku kepentinagan yang sedang dihadapi dengan
menempatkan dimensi potensi dan dimensi kerja sama untuk menentukan strategi untuk
mengahadapi para pemangku kepentingan tersebut.

Harmonisasi Keselarasan antara kepentingan perusahaan dan Stakeholders

Relasi yang harmonis dan selaras adalah sesuatu yang didambakan semua pihak karena
berkaitan dengan kestabilan, keseimbangan, kedamaian dan keberlanjutan pihak-pihak
tersebut. Namun, relasi antara organisasi dan publiknya tidak selalu seiring sejalan karena ada
kalanya terdapat perbedaan tujuan dan kepentingan. PR, dalam usaha organisasi
menyelaraskan perbedaan ini berupaya menjembatani agar tercipta situasi yang harmonis
sehingga semua pihak dapat berjalan bersisian seiring sejalan.
Nama                      : Siti Saadah
NIM                        : 1961204
Mata Kuliah           : Etika Bisnis
Kelas                       : Manajemen KS-2 A 2019
Dosen Pengampu : Yuyun A. Rindhan, S. Sos, M.AB.
TUGAS KE – 6

2.  Contoh pelaksanaan etika produksi yang dilakukan oleh organisasi bisnis berkaitan
dengan ISO 9000
Sedangkan pengertian produksi sendiri berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak
diartikan sebagai menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang
pun dapat menciptakan benda. Kegiatan produksi mempunyai fungsi menciptakan barang dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat.

Dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk yang dihasilkannya


mengeluarkan biaya yang termurah, melalui peng-kombinasian penggunaan sumber-sumber
daya yang dibutuhkan, tentu saja tanpa mengabaikan proses inovasi serta kreasi. Secara
praktis, ini memerlukan perubahan dalam cara membangun. Yakni dari cara
produksi konvensional menjaai cara produksi dengan menggunakan sumber daya alam
semakin sedikit, membakar energi semakin rendah, menggunakan ruang-tempat lebih kecil,
membuang limbah dan sampah lebih sedikitdengan hasil produk yang setelah dikonsumsi
masih bisa didaur ulang.
Pola produksi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup dunia usaha yang merangsang
diterapkannya secara lebih meluas ISO-9000 dan ISO-14000.
ISO-9000 bertujuan untuk peningkatan kualitas produksi. Sedangkan ISO-14000 bertujuan
untuk peningkatan pola produksi berwawasan ling-kungan, membangun pabrik atau
perusahaan hijau (green company) dengan sasaran “keselamatan kerja, kesehatan, dan
lingkungan” yang maksimal dan pola produksi dengan “limbah-nol” (zero waste), mendorong
penjualan dengan pengepakan barang secara minimal dan bisa dikembalikan untuk didaur-
ulang kepada penjual, merangsang perusahaan asuransi mengem-bangkan “risiko
lingkungan” dan mendorong Bursa Jakarta mengembangkansemacam “Dow Jones
Sustainable Development Index”.
Langkah-langkah tersebut memerlukan ditegakkannya kode etika “tanggung jawab dan
akuntabilitas korporasi” (corporate responsibility and accountability) yang diawasi ketat oleh
asosiasi-asosiasi perusahaan dan masyarakat umum. Kualitas produk pun bisa dikorbankan
demi pemangkasan biaya produksi.
Hukum harus menjadi langkah pencegahan (precautionary measures) yang ketat bagi perilaku
ekonomi. Perilaku ekonomi yang membahayakan keselamatan publik harus diganjar seberat-
beratnya. Ini bukan sekadar labelisasi “aman” atau “tidak aman” pada barang konsumsi.
Karena, itu amat rentan terhadap kolusi. Banyak pengusaha rela membayar miliaran rupiah
bagi segala bentuk labelisasi. Seharusnya pengusaha membayar miliaran rupiah atas
perbuatannya yang membahayakan keselamatan publik. Hukum harus menjadi pencegah dan
bukan pemicu perilaku ekonomi tak etis.
Sebagai contoh kasus di luar negeri yang terjadi pada biskuit Arnotts di Australia. Pada suatu
saat perusahaan ditelpon oleh seseorang yang hendak memeras perusahaan tersebut bahwa
salah satu kemasan produknya berisi biskuit yang beracun tidak diketahui kecuali oleh si
pemeras tersebut. Perusahaan dihadapkan pada dua pilihan yaitu membayar orang
yang memeras tersebut untuk menunjukkan produk mana yang beracun, atau menarik seluruh
peredaran biskuit tersebut.
Namun perusahaan lebih memilih untuk menanggung kerugian yang besar dengan menarik
seluruh produk-produknya dan memusnahkannya. Ternyata itu menanamkan kepercayaan
konsumen kepada perusahaan, walaupun pada saat itu perusahaan menanggung kerugian
yang cukup besar, namun ternyata enam bulan kemudian pendapatan perusahaan naik tiga
kali lipat
Contoh kasus yang ada di Indonesia terjadi pada kasus Ajinomoto, dimana saat dinyatakan
oleh MUI bahwa produknya tidak halal, Ajinomoto menarik semua produknya, dan
perusahaan pun menanggung banyak kerugian.

Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan dengan melakukan pendekatan
dengan para ulama, kinerja keuangan yang semula menurun tajam lama kelamaan naik. Juga
kasus obat anti nyamuk HIT, dimana PT Megahsari Makmur ketahuan memakai bahan
pestisida yang bisa menyebabkan kanker pada manusia di dalam produk barunya, walau zat
tersebut sudah dilarang penggunaannya sejak tahun 2004 lalu.
Atau produsen makanan terutama untuk makanan anak-anak, mereka kebanyakan
menggunakan pemanis buatan untuk menekan ongkos produksinya, namun dalam
kemasannya mereka tidak mencantumkan batas penggunaan maksimal yang dapat
dikonsumsi, mengingat efek yang ditimbulkannya sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan penyakit kanker dan keterbelakangan mental.
Untuk produk kosmetik juga dengan maraknya penggunaan bahan mercury dengan khasiat
untuk memutihkan kulit dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, namun efek yang
ditimbulkannya malah sangat berbahaya
Pentingnya Etika Produksi
Dalam proses produksi, subuah produsen pada hakikatnya tentu akan selalu berusaha untuk
menekan biaya produksi dan berusaha untuk mendapatkan laba sebanyak banyaknya. Dalam
upaya produsen untuk memperoleh keuntungan, pasti mereka akan melakukan banyak hal
untuk memperolehnya. Termasuk mereka bisa melakukan hal hal yang mengancam
keselamataan konsumen. Padahal konsumen dan produsen bekerjasama. Tanpa konsumen,
produsen tidak akan berdaya. Seharunyalah produsen memeberi perhatian dan menjaga
konsumen sebagai tanda terima kasih telah membeli barang atau menggunakan jasa yang
mereka tawarkan. Namun banyak produsen yang tidak menjalankan hal ini. Produsen lebih
mementingkan laba. Seperti banyaknya kasus kasus yang akhirnya mengancam keselamatan
konsumen karena dalam memproduksi, produsen tidak memperhatikan hal hal buruk yang
mungkin terjadi pada konsumen. Bahkan, konsumen ditipu, konsumen ditawarkan hal-hal
yang mereka butuhkan, tapi pada kenyataannya, mereka tidak mendapat apa yang mereka
butuhkan mereka tidak memperoleh sesuai dengan apa yang ditawarkan.
Contohnya produk produk tembakau telah menewaskan 400.000 warga amerika setiap
tahun. Jumlahnya lebih banyak daripada jumlah total penderita AIDS, korban kecelakaan,
pembunuhan, bunuh diri, narkoba, dan kebakaran. Kasus produk Korek (geretan) BIC
corporation yang tidak layak digunakan tapi tetap dijual dan akhirnya digunakan konsumen,
akhirnya terjadi kecelakaan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa.banyak kecelakaan
kecelakaan lain terjadi diakibatkan barang yang diproduksi tidak sesuai standar, produk yang
sekali pakai langsung rusak, produk cacat dan garansi yang tidak ditepati.
Kecelakaan kecelakaan ini tentunya merugikan konsumen, karena dengan membeli produk
yang dihasilkan produsen tersebut, mereka harus mengeluarkan biaya lebih yaitu untuk
membiayai pengobatan jika sakit dan luka, dan megalami kerugian karena kegunaan barang
yang diharapkan tidak tercukupi.
3.  Contoh pelaksanaan etika produksi yang dilakukan oleh organisasi bisnis berkaitan
dengan ISO  14000

Seri baru ISO14000 standar ini dirancang untuk menutupi:


a) sistem manajemen lingkungan
b) audit lingkungan
c) evaluasi kinerja lingkungan
d) pelabelan lingkungan
e) siklus-hidup penilaian
f) aspek lingkungan dalam standar produk
Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan standar ISO 14000 dalam
pengelolaan lingkungan di dunia industri. Seperti yang disebutkan di atas bahwa negara
Indonesia telah menerapkan standar ISO dari tahun 1993. Hal ini terus dikembangkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kelompok
Kerja Nasional ISO 14000. Berbagai program seminar dan penelitian mengenai ISO 14000
terus dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya,
penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh
Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian
kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di
Indonesia dalam menumbuhkan sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar
yang wajar.

    ISO 14000 adalah standar manajemen lingkungan yang sifatnya sukarela tetapi konsumen
menuntut produsen untuk melaksanakan program sertifikasi tersebut. Pelaksanaan program
sertifikasi ISO 14000 dapat dikatakan sebagai tindakan proaktif dari produsen yang dapat
mengangkat citra perusahaan dan memperoleh kepercayaan dari konsumen. Dengan demikian
maka pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) berdasarkan Standar ISO Seri
14000 bukan merupakan beban tetapi justru merupakan kebutuhan bagi produsen (Kuhre,
1996). ISO 14000 serupa dengan ISO 9000 - manajemen mutu dalam hal berkaitan dengan
bagaimana sebuah produk diproduksi ketimbang tentang produk itu sendiri. Sebagaimana
halnya ISO 9000, sertifikasinya dilakukan oleh pihak ketiga, bukan oleh ISO sendiri. Standar
audit ISO 19001.gus.
Contoh perusahaan yang menerapkan ISO 9000 dan ISO 14000:
   a.       PT KMI Wire and Cable Tbk
   b.      PT Semen Tonasa
   c.       PT Bakrie Metal Industries
   d.      PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
   e.       PT Komatsu Indonesia3

Banyak manfaat dan keuuntungan dari penerapan ISO 14000 diantaranya: memiliki image
perusahaan yang baik dimata pemerintah, pelanggan, karyawan dan masyarakat umunya,
keuntungannya yaitu memiliki kekuatan pasar.

Anda mungkin juga menyukai