Kelompok C & D :
5. Kamelianti, S.Kep
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Diagnosa Perilaku Kekerasan Di Ruang
Cendrawasih. Prof. HB. Saanin Padang.
Kelompok :
5. Kamelianti, S.Kep
Mengetahui,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. I Dengan Diagnosa Risiko Prilaku Kekerasan Di Ruang Cendrawasih RSJ.
Prof. Hb. Saanin Padang yang telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
rangkuman ini. Askep ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kemampuan dan
usaha penyusun sendiri. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun ingin
menyampaikan terima kasih kepada ;
1. Ibu dr.AKLIMA, MPH sebagai direktur Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin
Padang
2. Bapak dr.I Fadhilah S,Sp N sebagai ketua TIM Kordik Direktur Rumah Sakit
Jiwa Prof HB.Saanin Padang
3. Ibu pembimbing Ns. Nisa Lestari S, S.Kep sebagai pembimbing klinik yang
mengarahkan dan memberikan saran, sehingga dapat menyelesaikan seminar
kasus ini
4. Ibu Pembimbing Ns. Yola Yolanda, M.Kep sebagai pembimbing akademik
yang mengarahkan dan memberikan saran
5. Semua perawat yang telah membimbing di Ruangan Cendrawasih
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga saya dapat
memperbaiki makalah seminar kasus ini.
i
Akhirnya penyusunan mengharapkan semoga dari dapat diambill hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3
D. Ruang Lingkup.................................................................................................3
E. Manfaat Penelitian............................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..........................................................................................................37
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................40
C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................41
D. Implementasi......................................................................................................42
E. Evaluasi..............................................................................................................42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................43
B. Saran.................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2015), kesehatan jiwa adalah suatu keadaan
dimana seseorang terbebas dari gangguan jiwa dan memiliki sikap positif untuk
merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sebab tanpa adanya kesehatan, maka
segala aktivitas manusia akan menjadi terganggu. Hal ini sejalan dengan perngertian
kesehatan yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan bagi setiap orang untuk hidup
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
memiliki makna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan
gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia (Keliat, 2014). Upaya
Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang
optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
Jiwa, 2014).
tidak kurang dari 450 juta penderita yang ditemukan di dunia khususnya Indonesia
mencapai 2,5 juta atau 60% yang terdiri dari pasien dengan perilaku kekerasan. Setiap
tahunnya lebih dari 1,6 juta orang meninggal dunia akibat perilaku kekerasan, terutama
iv
pada laki-laki yang berusia antara 15-44 tahun, sedangkan korban yang hidup mengalami
trauma fisik, seksual, reproduksi dan gangguan kesehatan mental (Hawari, 2015).
pravelensi skizofernia terbesar adalah Bali sebanyak 11%, posisi kedua ditempati oleh
Yogyakarta dengan 10%, ketiga adalah Nusa Tenggara Barat dengan 10% dan diikuti
oleh Aceh dan Jawa tengah sebanyak 9%. Data dari 33 rumah sakit jiwa diseluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita skizofernia mencapai 2,5 juta
orang. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami ganggua jiwa.
Dari 34 provinsi di Indonesia, angka gangguan jiwa di Sumatera Barat cukup tinggi dari
5,2 juta jiwa penduduk sumatera barat sekitar 680.000 jiwa diantaranya mengalami
gangguan jiwa.
jiwa sebanyak 50.608 jiwa dengan pravelensi masalah skizofernia pada urutan ke 2
sebanyak 1,9 per mil (Riskesdas, 2014). Berdasarkan data yang di dapatkan di Rumah
Sakit Jiwa RSJ Prof. H.B. Sa’anin Padang, jumlah gangguan jiwa yang dirawat pada
tahun 2017 di dapatkan data pasien yang mengalami gangguan jiwa khususnya perilaku
kekerasan sebanyak 2.022 orang dan pada tahun 2018 terdapat sebanyak 2.134 orang
penderita yang mana 1.473 orang adalah penderita perilaku kekerasan dan pada tahun
2019 terdapat 1.999 orang dengan penderita perilaku kekerasan. Berdasarkan data di atas
v
Dari hasil buku laporan komunikasi ruangan dan wawancara yang dilakukan pada tanggal
17 Maret 2022 diruangan Cendrawasih RSJ. Prof H.B. Sa’anin Padang didapatkan 35 pasien
mengalami gangguan jiwa, dimana 15 orang mengalami halusinasi, dan 8 orang mengalami
perilaku kekerasan dan 12 orang mengalami hargadiri rendah. dari 8 orang pasien yang
mengalami perilaku kekerasan tersebut, kelompok menganalisis satu orang pasien yaitu Tn. I
yang sudah lebih kurang 7 tahun mengalami gangguan jiwa dan sudah dirawat di RSJ sebanyak 2
kali, dengan ditemukan tanda dan gejala suka marah-marah tanpa sebab, tatapan tajam, suka
mengepalkan tangan, suka mondar-mandir, memukul teman dan menganggu lingkungan sekitar
(Sa’anin, 2022).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik,baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga
disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap seuatu stresor
dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2014). Perilaku kekerasan ditandai
dengan adanya muka marah dan emosi. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti merasa diri
paling berkuasa, pengasingan, mengkritik pendapat orang lain dan mudah putus asa. Terdapat
rasa malas dan menarik diri dari hubungan sosial pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit
tidur atau terbangun dini hari, nafsu makan berkurang begitu juga dengan seksual (Yosep, 2014)
Beberapa faktor yang sering menjadi pencetus terjadinya perilaku kekerasan adalah
ekspresi diri, ekspresi dari tidak terpenuhnya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi,
kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga, ketidaksiapan seorang ibu dalam
merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seseorang yang dewasa, adanya riwayat
anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol
emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi dan kematian anggota keluarga (Yosep, 2014)
vi
Dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku kekerasan ini dapat menciderai dan
merugikan diri sendiri, keluarga, maupun orang lain seperti melukai diri sendiri dan orang lain
saat melampiaskan emosi yang tidak terkontrol, adanya gangguan orientasi realita, menarik diri,
gangguan komunikasi verbal dan non verbal yang disertai koping individu tidak efektif,
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan penatalaksanaan regimen terapetik tidak
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
vii
C. RUANG LINGKUP
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi dengan mengambil satu kasus
yaitu “Asuhan Keperawatan Pada klien Tn. I dengan Perilaku Kekerasan” dari tanggal 17
Maret 2022-24 Maret 2022.
viii
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri
atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan pada lingkungan. (Depkes
RI,2006). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatau bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak
memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993 dalam
Dermawan,Deden, 2013).
Menurut Kusumawati dan hartono (2010), prilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol (Herman, 2011: 131). Menurut Stuart dan Laraia (2005),
prilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan
(panic) sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman secara fisik
atau konsep diri. Perasaan terancam ini dapat berasal dari stressor eksternal
(penyerangan fisik, kehilangan orang berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal
perasaan gagal di tempat kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan
ketakutan penyakit fisik (Kemenkes RI, 2012: 176).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya maupun orang lain, disertai
amuk dan gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2010). Perilaku kekerasan
merupakan salah respon terhadap stressor yanng dihadapi oleh seseorang. Respon ini
dapat mengakibatkan kerugian pada individu, orang lain, maupun lingkungan(Keliat
& akemat, 2014).
ix
2. RENTANG RESPONS
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri atau respon melawan atau menentang. Respon melawan dan
menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif- kekerasan. Prilaku yang
ditampakkan mulai dari yang rendah sampai tinggi. Umumnya klien dengan prilaku
kekerasan dibawa dengan paksa kerumah sakit jiwa, sering tampak diikat secara tidak
manusiawi disertai dengan bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga
bahkan polisi. Prilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga (Muhith, 2015: 148).
a. Respon adaptif
1) Pernyataan (asertif)
Prilaku asertif merupakan prilaku individu yang mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah untuk tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain sehingga prilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu
(Dermawan, 2013: 94). Menurut Keliat (1996 dalam Muhith 2015: 149), Karakter
asertif sebagai berikut:
a) Moto dan kepercayaan
Bahwa diri sendiri berharga demikian juga orang lain. Asertif bukan berarti selalu
menang, malainkan dapat menangani situasi secara efektif. Aku punya hak, demikiian
juga orang lain.
b) Pola komunikasi
x
Pendengaran yang aktif, menetapkan batasan dan harapan. Mengatakan pendapat
sebagai hasil observasi bukan penilaian. Mengungkapkan diri secara langsung dan
jujur, memperhatikan perasaan orang lain.
c) Karakteristik
Tidak menghakimi, mengamati sikap dari pada menilainya. Mempercayai diri
sendi maupu orang lain, percaya diri, memiliki kesadaran sendiri, terbuka, fleksibel,
dan akomodasi. Selera humor yang baik, proaktif dan inisiatif, berorientasi pada
tindakan, reealistis dengan cita-cita, konsisten, melakukan tindakan yang sesuai untuk
mencapai tujuan tanpa melanggar hak-hak orang lain.
d) Isyarat bahasa tubuh
Terbuka dan gerak- gerik alami, ekspresi wajah yang menarik, volume suara yang
sesuai dan kecepatan bicara yang beragam.
e) Pemecahan masalah
Bernegosiasi, menawar, menukar dan kompromi, memfrontasi masalah pada saat
terjadi, tidak ada perasaan negatif yang muncul.
f) Perasaan yang dimiliki
Antusiasme, percaya diri, terus termotivasi, tahu dimana mereka berdiri.
Prilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan individu
seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya sehingga
rasa marah tidak terugkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan
yang lama dan suatu saat akan menimbulkan perasaan destruktif yang ditujukan pada
diri sendiri (Dermawan, 2013: 95).
2) Prilaku frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau
rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan
alternative lain (Prabowo, 2014: 142). Respon yang timbul akibat gagal mencapai
tujuan atau keinginan, Frustasi dapat dialami sebagai suatu abcaman dan kecemasan.
Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan (Muhith 2015: 151).
xi
b. Respon maladaptive
1) Pasif
Suatu prilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah
yang sedang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata
(Dermawan, 2013: 95). Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami, sikap tidak berani mengungkapkan keinginan dan pendapat
sendiri, tidak ingin terjadi konflik karena takut tidak disukai atau menyakiti perasaan
orang lain (Muhith 2015: 151).
2) Agresif
Prilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi hasil terkontrol (Prabowo,
2014: 142). Sikap agresif adalah membela diri sendiri dengan melanggar hak orang
lain. Agresif memperlihatkan permusuahan, keras dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
masih bisa mengontrol prilaku untuk tidak melukai orang lain (Muhith, 2015: 152).
3) Kemarahan / kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang control, dimana
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Prabowo, 2014:
142). Prilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata- kata ancaman. Klien tidak mampu mengendalikan diri. Mengamuk
adalah rasa marah dan bermusuh yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada
keadaan ini, individu maupu melukai dirinya sediri dan orang lain (Muhith, 2015:
152).
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkaan kemaraan
yang mengarah pada prilaku kekerasan. Respon perasaan marah dapat diekspresikan
secara eksternal (prilaku kekerasan) ataupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan prilaku konstruktif menggunakan kata- kata yang
dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan
lega, menurunkan ketegangan sehingga perasaan marah dapat teratasi. Apabila
perasaan marah diekspresikan dengan prilaku kekerasan biasanya dilakukan individu
xii
kerana ia merasa kuat. Cara demikian tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan (Dermawan, 2013: 94).
3. ETIOLOGI
Menurut Badan PPSDM (2013) Proses terjadinya perilaku kekerasan dijelaskan
dengan menggunakan konsep stress adaptasi Struart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Meliputi adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal,
internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui
kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik terganggu, hubungan social yang
terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berprilaku” apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan
muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.
3) Faktor Sosiokultural
Fungsi dan hubungan social yang terganggu disertai lungkungan social yang
mengancam kebutuhan individu, yang mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma dan budaya dapat mempengaruhi individu untuk
berperilaku asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara lansung
melalui proses sosialisasi, merupakan proses meniru dari lingkungan yang
menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.
xiii
b. Faktor Presipitasi
xiv
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan sosial
Tanda dan gejala prilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan di dukung
dengan hasil observasi
a. Data subjektif
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata- kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/melukai
b. Data objektif
1) Wajah merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatup rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar-mandir
8) Melempar atau memukul benda atau orang lain
xv
POHON MASALAH
(Sumber : Keliat,B.A,2009)
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan Medik
1) Terapi Farmakologi
Pasien dengan perilaku kekerasan perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya: Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya.
Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya
Trifluoperazineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer
xvi
bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dananti agitasi.
2) Terapi Okupasi
Terapi ini sering diartikan dengan terapi kerja, terapi inibukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,bemain
catur.Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan nya program kegiatannya.
3) Terapi Somatik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
yang diberikan kepada pasien dengan menimbulkan kejang dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan di pelipis pasien.Terapi ini awalnya untuk
menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah
setiap 2-3 kali sehari dalam seminggu (seminggu 2 kali).
b. Penatalaksanaan keperawatan
xvii
tindakan psikofarmakologi, sedangkan strategi pengurungan berupa manajemen
kritis, seluction dan restrain (Farida & Yudi, 2010).
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah
(Yosep, 2010).
3) Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi untuk mengisi waktu luang. ada beberapa jenis
terapi modalitas :
1. Terapi individual
2. Terapi biologis
3. Terapi lingkungan
4. Terapi keluarga
5. Terapi kelompok
6. Terapi perilaku
7. Terapi bermain
xviii
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
- Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
- Usia dan No. Rekam Medik.
2) Alasan Masuk
Biasanya alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit yaitu pasien sering
mengungkapkan kalimat yang bernada ancaman,kata-kata kasar, ungkapan ingin
memukul serta memecahkan perabotan rumah tangga. Pada saat berbicara wajah
pasien terlihat memerah dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang
dengan kuat, mengepalkan tangan. Biasanya tindakan keluarga pada saat itu yaitu
dengan mengurung pasien atau memasung pasien. Tindakan yang dilakukan
keluarga tidak dapat merubahkondisi ataupun perilaku pasien
3) Faktor Predisposisi
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya pernah mendapat
perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan masih meninggalkan gejala
sisa, sehingga pasien kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya
gejala sisa timbul merupakan akibat trauma yang dialami pasien berupa
penganiayaan fisik, kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan, tindakan
kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun melakukan kekerasan tersebut.
4) Pemeriksaan Fisik
Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan
hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan akan cepat ketika pasien
marah, mata merah, mata melotot, pandangan mata tajam, otot tegang, suara
tinggi, nada yang mengancam, kasar dan kata-kata kotor, tangan menggepal,
rahang mengatup serta postur tubuh yang kaku.
1
5) Psiokososial
- Genogram
Biasanya menggambarkan tentang garis keturunan kesaudaraanya pasien,
apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang
dialami oleh pasien.
- Konsep diri
1) Citra tubuh
Biasanya tidak ada keluhan mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya,
seperti bagian tubuh yang tidak disukai.
2) Identitas diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan merupakan anggota dari
masyarakat dan keluarga. Tetapi karena pasien mengalami gangguan jiwa
dengan perilaku kekerasan maka interaksi antara pasien dengan keluarga
maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien tidak merasa puas akan
status
ataupun posisi pasien sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
3) Peran diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat melakukan peran
dan tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga dalam masyarakat.
4) Ideal diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan ingin diperlakukan dengan
baik oleh keluarga ataupun masyarakat sehingga pasien dapat melakukan
perannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan baik.
5) Harga diri
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa dikucilkan di
lingkungan sekitarnya.
6) Hubungan social
Biasanya pasien dekat dengan kedua orang tuanya terutama dengan
ibunya. Karena pasien sering marah-marah, bicara kasar, melempar
2
atau memukul orang lain, sehingga pasien tidak pernah berkunjung
ke rumah tetangga dan pasien tidak pernah mengikuti kegiatan
yang ada di lingkungan masyarakat.
7) Spiritual
- Nilai keyakinan
Biasanya pasien meyakini agama yang dianutnya dengan
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
- Kegiatan ibadah
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
8) Status mental
Penampilan ,biasanya pasien berpenampilan kurang rapi, rambut
acak-acakan, mulut dan gigi kotor, badan pasien bau.
9) Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi,
dan berteriak (menggebu-gebu).
10) Aktivitas Motorik
Biasanya pasien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan
tangan yang mengepal dan graham yang mengatup, mata yang
merah dan melotot.
11) Alam Perasaan
Biasanya pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
dengan penyebab marah yang tidak diketahui.
12) Afek
Biasanya pasien mengalami perubahan roman muka jika diberikan
stimulus yang menyenangkan dan biasanya pasien mudah labil dengan
emosi yang cepat berubah. Pasien juga akan bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat.
13) Interaksi selama wawancara
Biasanya pasien memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif,
bermusuhan, serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam serta
3
pandangan yang melotot. Pasien juga akan berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya.
14) Persepsi
Biasanya pasien mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu
yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak
nyata.
15) Proses atau Arus Pikir
Biasanya pasien berbicara dengan blocking yaitu pembicaraan yang
terhenti tiba-tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
16) Isi Pikir
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau
ketakutan patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu.
17) Tingkat Kesadaran
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya
yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan
yang diulang-ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap yang
canggung serta pasien terlihat kacau.
18) Memori
Biasanya klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang
konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan
dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi
gangguan yang dialaminya.
19) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu berkonsentrasi,
pasien selalu meminta agar pernyataan diulang/tidak dapat menjelaskan
kembali pembicaraan. Biasanya pasien pernah menduduki dunia
pendidikan, tidak memiliki masalah dalam berhitung (penambahan
maupun pengurangan).
4
20) Kemampuan penilaian
Biasanya pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti
jika disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan atau
mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi terlebih
dahulu.
21) Daya tilik diri
Biasanya pasien menyadari bahwa ia berada dalam masa
pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang labil.
22) Kebutuhan Persiapan Pulang
- Makan
Biasanya pasien makan 3x sehari dengan porsi (daging, lauk
pauk, nasi, sayur, buah).
- BAB/BAK
Biasanya pasien menggunakan toilet yang disediakan untuk
BAB/BAK dan membersihkannya kembali.
- Mandi
Biasanya pasien mandi 2x sehari dan membersihkan rambut
1x2 hari. Ketika mandi pasien tidak lupa untuk menggosok
gigi.
- Berpakaian
Biasanya pasien mengganti pakaiannya setiap selesai mandi dengan
menggunakan pakaian yang bersih.
23) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang lebih kurang 1 sampai 2 jam, tidur
malam lebih kurang 8 sampai 9 jam. Persiapan pasien sebelum
tidur cuci kaki, tangan dan gosok gigi.
24) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3x sehari dengan obat oral. Reaksi
obat pasien dapat tenang dan tidur.
5
25) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien melanjutkan obat untuk terapinya dengan dukungan
keluarga dan petugas kesehatan serta orang disekitarnya.
26) Kegiatan di dalam rumah
Biasanya klien melakukan kegiatan sehari-hari seperti merapika kamar
tidur, membersihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
kebutuhan sehari-hari.
27) Kegiatan di luar rumah
Biasanya klien melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri seperti
menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum jika ada kegiatan
diluar rumah.
28) Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien/keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah
- Koping Adaptif
a) Bicara dengan orang lain
b) Mampu menyelesaikan masalah
c) Teknik relaksasi
d) Aktifitas konstrutif
e) Olahraga, dll.
- Koping Maladaptif
a) Minum alkohol
b) Reaksi lambat/berlebihan
c) Bekerja berlebihan
d) Menghindar
e) Mencederai diri
f) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah
dengan psikososial dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat
berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena perilaku pasien yang
membuat orang sekitarnya merasa ketakutan.
6
29) Aspek Medik
Biasanya pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan yang tepat. Adapun dengan pengobatan dengan neuroleptika
yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang
berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila
tidak ada juga tidak maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi.
3. Pohon Masalah
Core
PERILAKU KEKERASAN
Problem
(Sumber : Keliat,B.A,2009)
7
4. Fokus Pengkajian
a. Data subyektif :
- Klien mengancam.
- Klien meremehkan.
b. Data objektif
- Mata melotot.
- Tangan mengepal.
- Rahang mengatup.
2) Stimulus lingkungan.
3) tatus mental.
4) Putus obat.
8
5. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku kekerasan.
5) Isolasi sosial.
6) Berduka disfungsional.
6. Intervensi Keperawatan
1) Perilaku kekerasan
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Kriteria evaluasi :
9
Intervensi :
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
TUK III : klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi :
10
- Intervensi :
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
Kriteria evaluasi :
11
Intervensi :
Kriteria evaluasi :
- Dll:
kegiatan fisik
12
Intervensi :
10) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel.
11) Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan
sendiri oleh klien.
12) Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
13
7. implementasi Keperawatan
8. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkerlanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP sebagai pola pikir.
(S) Merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dikur dengan menanyakan “ bagaimana persaan ibuk setelah
latihan fisik nafas dalam ?”
(O) Merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan
dilakukan atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan
balik sesuai dengan hasil observasi
(A) Merupakan analisis ulang atas data subjektif atau objektif utnuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data kontra indikasi
dengan maslah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dan tujuan.
(P) Merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat. Menurut
Badan PPSDM (2013), evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan untuk pasien dan keluarga perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
14
Pasien mampu
1) Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan
yang dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan.
2) Mengontrol perilaku kekerasan sesuai jadwal:
Secara fisik: Tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur.
Terapi psikofarmaka: minum obat (6 benar).
3) Secara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik.
a. Keluarga mampu :
9. Dokumentasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap
proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian keperawatan, diagnosa
15
keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi keperawatan
1) Psikoterapi
2) Psikoanalisis
psikoterapi Terapi ini di kembangkan oleh Sigmund Freud, seorang dokter yang
mengembangkan “talking care”. Tetapi ini di dasarkan pada keyakinan
bahwa seorang terapis dapat meciptkan kondisi yag memungkinkan klien
menceritakan tentang masalah pribadinya. Perubahan perilaku dapat
16
terjadi jika klien dapat menemukan kejadian- kejadian yang disimpan
dalam bawah sadarnya.
3) Psikoterapi individu
5) Terapi okupasi
6) Terapi lingkungan
17
7) Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang di berikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang adaptif
dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik
telah banyak di lakukan pada klien dengan gangguan jiwa.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Umur : 24 tahun
No. MR : 04.12.72
Klien dibawa ke RSJ Prof. H.B Saanin Padang pada tanggal 15 Maret 2022 oleh
keluarga karena pasien mengamuk, memecahkan kaca rumah warga dengan kayu,
merusak alat RT, sering membawa senjata tajam (parang) jalan tanpa tujuan pulang
sendiri. bicara ngaur, mendengar suara bisikan, sering kesungai mandi-mandi, merasa
paling hebat. Curiga pada orang lain, curiga dibicarakan dan dijahati orang lain,
merasa punya ilmu gaib, kebersihan diri kurang, pakai baju orang lain, menangis dan
sedih-sedih merasa tidak diperhatikan dan dibuang. Sebelum dibawa keluarga ke RSJ
Prof.H.B Saanin Padang, klien selalu dibawa control rutin ke puskesmas untuk
mengambil obat.
19
Pada saat pengkajian tanggal 17 Maret didapatkan pasien sulit mengontrol emosinya,
pasien mengatakan saat marah jantungnya berdebar-debar. Pasien mengatakan sudah
kurang untuk mendengar suara-suara bisikan yang mengajak bicara dan melakukan
sesuatu.
Klien menderita gangguan jiwa sejak 7 tahun yang lalu, karena klien sering
mengkonsumsi sabu-sabu, klien marah tanpa sebab dan emosi labil. Pada tahun
2020 gejala semakin parah dan sering mengamuk hingga merusak alat RT, klien
dibawa ke RSJ dan dirawat untuk pertama kalinya. Pada tanggal 15 Maret 2022
klien masuk untuk yang ke 2x nya. klien dirawat lagi dengan keluhan yang sama
seperti sebelumnya, keluarga mengatakan klien tidak minum obat secara teratur
dan jika pasien banyak pikiran pasien tidak mau minum obat dan sering
mengamuk.
b. Pengobatan sebelumnya
c. Trauma
20
4) Kekerasan dalam keluarga :klien mengatakan tidak pernah mengalami
kekerasan dalam keluarga, klien mengatakan pernah melihat orang tua
memukul kakak kandung laki-lakinya dengan ikat pinggang.
Klien mengatakan ada, yaitu sepupu kandung nya juga memiliki gangguan jiwa
dan pernah dirawat di RSJ Prof. H.B Saanin Padang 3x .
Klien mengatakan sering di bully oleh teman-teman sewaktu SMP kelas 2 dengan
alasan karena banyak yang tidak suka dengan klien dan membuat klien malu dan
berhenti sekolah. Pasien mengatakan sering dibeda-bedakan oleh ibu nya dan
klien sering merasa tersingkan.
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,8ºC
Nadi : 82 x/menit
RR : 20x/i
TB : 175 cm
BB : 75 kg
21
pada saat pengkajian oleh perawat apakah ada keluhan terhadap fisiknya, klien
menjawab tidak ada mengalami gangguan fisik.
V. Psikologi
1. Genogram
KETERANGAN:
Laki-laki:
Perempuan:
Pasien:
Meninggal:
Serumah:
Keluarga dengan
gangguan jiwa:
22
Pasien merupakan anak ke empat dari 8 bersaudara, pasien mengatakan bahwa ia
diasuh dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya, kedua orangtua pasien masih
hidup dan tinggal di Bukittinggi dari 8 bersudara ada 7 laki-laki dan 1 perempuan.
Pasien tinggal dan dibesarkan oleh kedua orangtuanya pengambilan keputusan
oleh ayah, pola asuh yang diterapkan oleh keluarga pasien yaitu otoriter, ditandai
dengan banyaknya aturan dan pasien jarang berkomunikasi dengan orang tua
terutama ibu karena ibu selalu memancing marah pasien. Komunikasi yang
diterapkan yaitu komunikasi satu arah.
Masalah Keperawatan: Ketidak Efektifan Koping Keluarga: Penurunan
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Tn. I mengatakan dia merasa puas dengan bagian tubuhnya dan klien mengatakan
dia menyukai semua bagian tubuhnya.
b. Identitas sendiri :
c. Peran diri :
d. Ideal diri :
Tn. I mengatakan ingin cepat pulang dari RSJ ini. Klien juga berharap kalau dia
akan sembuh dari penyakit gangguan jiwanya dan bisa kembali kerumah. Klien
berharap penyakit yang dideritanya tidak kembali lagi dan klien berharap tidak
akan di rawat lagi di RSJ. Prof. HB. Saanin Padang
23
e. Harga diri :
Tn.I merasa malu dengan kondisinya saat ini. Tn. I merasa takut kalau dirinya
selalu di rawat di RSJ Prof. HB Saanin Padang masa depannya tidak akan jelas,
Tn. I minder untuk mencari pasangan karena pernah di rawat di RSJ HB Saanin
Padang dan mengatakan takut tidak ada perempuan yang mau dengannya dan
takut dikucilkan lagi oleh warga disekitar rumah.
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan tidak ada melakukan kegiatan di luar rumah bersama masyarakat
seperti ikut gotong royong dan pengajian dimasyarakat
Klien mengatakan hambatan yang dirasakan klien adalah rasa takut ,tidak diterima
masyarakat dan sering dikucilkan didalam keluarga.
4. Spiritual
Klien mengatakan ia beragama islam dan selalu melakukan ibadah seperti sholat.
24
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sholat 5 waktu jarang dilakukan sebelum sakit tetapi sekarang
sudah rajin.pasien merasa berdosa jika tidak beribadah
5. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, rambut pendek tidak rapi, pakaian terlihat tidak
rapi, kuku pasien tampak panjang, pasien mengatakan mandi hanya 2x sehari dan
terkadang klien mandi tidak menggunakan sabun, klien juga jarang keramas.
b. Pembicaraan
Pada saat di wawancara klien bicara keras dan cepat, pasien juga berbicara
berbelit-belit tetapi sampai ke tujuan yang ingin di capai. Pada saat wawancara
fokus pasien dapat dengan mudah terpecahkan dengan hal-hal menarik ataupun
suara yang lain yang mengajak nya untuk berkomunikasi, kontak mata tajam dan
saat berbicara klien menatap mata perawat.
c. Aktivitas motorik
Pasien tampak berjalan mondar-mandir pada siang hari. Klien tampak masih sulit
mengontrol emosinya dan terkadang pasien suka berkata kasar.
25
d. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa tiba-tiba sedih dan khawatir ketika ia teringat dengan
orang yang klien sayang ataupun ketika sedang sendirian. Pasien juga mengatakan
bahwa ia sering merasa ketakutan dan cemas ketika malam hari
e. Afek
Tn. I masih terlihat labil, terkadang saat diruang rawatan pasien tampak memukul
temannya tanpa alasan seperti contoh seorang pasien yang berinisial Tn. E yang
sangat cerewet tiba-tiba saja di marahi dan di lempar dengan benda apa saja yang
ada di tangan Tn. I dan kondisi pasien kadang terlihat marah dan kadang biasa
saja, klien bereaksi jika diberikan stimulus yang kuat dan memperlihatkan
marahnya dengan suara keras dan mata tajam
Pada saat melakukan wawancara klien kurang kooperatif dan kadang tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Pasien terkadang bicara ngaur, nada suara
keras dan mudah tersinggung. pandangan mata klien tajam ketika diajak berbicara
g. Persepsi
Klien mengatakan saat sunyi dan ketika sendirian, pasien sering mendengar
bisikan untuk melakukan sesuatu dan klien tampak gelisah dan suka melihat
kearah asal suara tersebut dan klien mengatakan suara tersebut ia dengar 2 kali
sehari yaitu pada siang dan malam hari pada pukul 10.00 dan pukul 19.00 ketika
mendengar suara klien menghindar dan melakukan kegiatan lain.
26
h. Proses pikir
Pada saat melakukan wawancara dengan pasien, pasien dapat menjelaskan semua
kondisi yang ia alami saat ini dan menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan
oleh perawat namun ia berbicara berbelit-belit, terkadang ngaur, namun pada
akhirnya sampai pada tujuan dari pembicraan saat wawancara.
i. Isi pikir
Pada saat wawancara pasien tampak biasa saja, pasien tidak ada melihatkan
obsesinya terhadap sesuatu, pasien juga mengatakan bahwa ia tidak memiliki
phobia terhadap sesuatu ataupun tanda dan gejala waham tidak terlihat pada
pasien.
j. Tingkat kesadaran
Klien mengetahui identitas dirinya seperti siapa dirinya dan usianya. Saat ditanya
tentang waktu klien bisa menjawab tanggal saat ini dan klien mengatakan bahwa
ia sedang berada di RSJ. Prof. H.B Saanin padang sebagai pasien.
k. Memori
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki hobi bermain bulu tangkis dan bola kaki.
Pasien mengatakan juga bahwa ia suka bercocok tanam dimulai dari beberapa
bulan lalu. Dan pasien mengatakan ia mengingat alasan kenapa ia dibawa
kerumah sakit.
27
l. Tingkat konsenterasi dan berhitung
Pada saat melakukan wawancara pasien dapat berfokus, namun focus nya
terkadang mudah pecah dan teralihkan dengan hal kecil.Pada saat wawancara,
perawat memberikan pertanyaan yang mengandung hitungan matematika namun
pasien dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan mudah dan jawaban nya
benar. Berikut contoh soal yang ditanyakan perawat pada saat wawancara dengan
klien : “ jika saat ini bapak diberikan uang sebanyak Rp,. 150.000 dan bapak
disuruh berbelanja sapu 15.000, sendal 10.000 dan beras 75.000.maka sisa uang
yang tersisa dengan ibu saat ini ada berapa ?”
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana saat diberi pilihan mau
istirahat atau tetap ngobrol ,klien memilih istirahat.
6. Mekanisme koping
a. Koping adaptif
b. Koping malaadaptif
28
Masalahkeperawatan : Koping Maladaptif
c. Masalah pendidikan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaan dan klien bekerja sebagai
kuli.
Klien mengatakan tinggal serumah dengan kedua orang dan saudaranya, pasien
mengatakan bahwa ia jarang dilibatkan dalam mengambil keputusan hal penting
yang ada dalam keluarganya sebab orangtua lah yang memiliki kuasa penuh
dalam mengambil keputusan dalam keluarganya.
Klien mengatakan membiayai hidup dengan uang sendiri dan dibantu orang tua,
klien tidak ada masalah dengan ekonomi
29
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
8. Pengetahuan
Klien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan obat-obatan yang
mengurangi penyakitnya
9. Aspek medik
Diazepam 1x5mg
Chlorpromazine 1x150mg
30
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. Ds:
Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan ia sulit untuk mengontrol
emosinya
Klien mengatakan pernah memukul kakak
kandungnya
Keluarga mengatakan ketika marah sering
memecahkan kaca
Keluarga mengatakan ketika marah sering
merusak alat RT
Do:
Klien suka bicara keras dan cepat
Klien mudah tersinggung serta muka
memerah dan rahang dikatup keras ketika
marah.
Klien tampak sulit mengontrol emosinya
2. Ds :
Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan saat sunyi dan ketika sendirian,
pasien sering mendengar bisikan untuk melakukan
sesuatu, suara tersebut ia dengar 2 kali sehari yaitu
pada siang dan malam hari hari pada pukul 10.00
dan pukul 19.00 ketika mendengar suara klien
menghindar dan melakukan kegiatan lain.
Do :
31
3.
Defisit Perawatan Diri
Ds :
Do :
Ds :
Klien mengatakan bahwa ia merasa malu HARGA DIRI RENDAH
4. dengan kondisinya saat ini
Klien mengatakan merasa takut kalau
dirinyaselalu di rawat di RSJ masa depan nya
tidak akan jelas
Klien mengatakan minder dan tidak ada
perempuan yang akan mau denganya
Klien takut dikucilkan lagi oleh warga sekitar
rumah
Do :
Klien tampak sedih dan menyendiri karna malu
32
VI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN PRIORITAS
A. Perilaku Kekerasan
PERILAKU KEKERASAN
HALUSINASI
33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Pasien mampu
Setelah 1x pertemuan SP II Pasien dapat
mengulangi latihan tarik pasien mampu: mengingat dan
Evaluasi jadwal
nafas+ pukul bantal yang mengulangi cara
Mampu kegiatan
telah dilatih dan berikan mengontrol perilaku
mengulangi latihan Latihan cara
pujian kekerasan pertama
tarik nafas+ pukul mengontrol perasaan
bantal yang telah yaitu tarik nafas
Mampu mengontrol marah dengan
dilatih dan berikan dalam dan pukul
perilaku kekerasan minumobat
pujian bantal, kedua
dengan minumobat Masukan dalam minum obat serta
Mampu jadwal kegiatan ketiga
Pasien mampu mengontrol
mengulangi latihan perilaku kekerasan
minum obat dengan minum
yang telah dilatih obat
dan berikan pujian
Mampu mengontrol
perilaku kekerasan
dengan
Pasien mampu Setelah 1x pertemuan SP III
Pasien dapat
mengulangi latihan pasienmampu: Evaluasi jadwal mengingat dan
yang telah dilatih dan kegiatan
Mampu mengulangi cara
berikanpujian
mengulangi Latihan cara mengontrol
Mampu mengontrol minum obat mengontrol perasaan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang telah dilatih marah pertama yaitu tarik
dengan dan berikan pujian dengan cara verbal nafas dalam dan
Mampu yaitu pukul bantal, kedua
mengontrol mengungkapkan, minum obat serta
perilaku kekerasan meminta, dan ketiga dan keempat
dengan cara verbal menolak dengan secara spritual
yaitu baik
mengungkapkan Masukan dalam
meminta, jadwalkegiatan
dan Menolak
dengan baik
Setelah 1x pertemuan
pasienmampu: SP IV
Pasien
Mampu Evaluasi jadwal dapat mengingatdan
mengulangi latihan kegiatan mengulangi cara
dengan cara verbal Latihan cara mengontrol perilaku
yaitu mengontrol perasaan kekerasan pertama
mengungkapkan, marah yaitu tarik nafas dan
meminta, dengan caraspritual pukul bantal serta
dan Masukan dalam kedua minum obat
Menolak dengan jadwalkegiatan
baik
Mampu
mengontrol
perilaku kekerasan
dengan spritual
2 Halusinasi Gangguan persepsi Setelah 1 kali pertemuan Sp 1 : Klien tidak meng etahui
sensoti :Halusinasi penglihatan klien dapat menyebutkan : Identifikasi jenis apa yang dialaminya saat
dan penglihatan Identifikasi jenis halusinasi, isi, ini, jadi perawat mem
halusinasi, isi, frekuensi, situasi bantu klien mengenal kan
Klien mampu : frekuensi, situasi dan tentang apa yang sedang
Mengenali halusinasi danrespon respon ia alami sehingga klien me
yang dialaminya Mampu mengontrol terhadaphalusinas ngerti dengan ke
Mengontrol halusinasi dengan i adaannya. Cara yang
halusinas caramenghardik dan Latih diajarkan perawat yaitu
Mengikuti menutup mata cara mengontrol mengontrol halu sinanya
program halusinasi dengan dengan cara menghardik.
pengobatan caramenghardik
Masukan ke
dalam jadwal
harian klien.
Memberikan
SP2 penilaian
Setelah pertemuan klien
posistsif dan
Evaluasi jadwal
Melatih kegiatan mendorong
kegiatan harian
ke4 yang sudah penanggulanga
Latih kegiatan n perilakuyang
dipilih sesuai yang ke2 yang
kemampuan diharapkan
dipilih
Mampu melakukan Membantu
Masukkan ke
menyusunjadwal
jadwal kegiatan
kegiatan ke4 yang
29
dilatih harian
30
menetapkan
kegiatan yang
memungkinka
n kemampuan
positif
SP3 Menilai
Menevaluasi kemajuan
kegiatan yanglalu perkembangan
Latih kemampuan klien
kagiatan yang Meningkatkan
dipilih kemampuan
positifklien
Masukkan
kejadwal kegiatan Memberikan
harian rasa tanggung
jawab pada
klien untuk
melakukan
kegiatan
teratur
31
SP4
Menilai
Evaluasi kegiatan kemajuan
yanglalu perkembangan
Latih kemampuan klien
ke4 yangdipilih Meningkatan
Masukkan ke kemampuan
jadwal kegiatan positif klien
harian Memberikan
rasa tangguang
jawab pada
32
fisik yaitu dengan menarik nafas
dalam dan memukul bantal.
d. Memasukan kegiatan ini
kedalam jadwal kegiatan harian
pasien dan berikan tanda (M=
mandiri jika klien melakukan
nya secra mandiri, B= jika klien
melakukan tindakan secara
dibantu oleh orang lain dan T =
jika klien tidak melakukan
apapun tindakan sama sekali)
Defisit Perawatan SP 1 dan SP 2 {mengajarkan bagaimana S: Pasien mulai bisa menjaga kebersihan
Diri menjaga kebersihan diri dan berhias diri diri nya.
(berdandan)} O : pasien sudah bisa memberisihkan
a. Membina hubungan saling kukunya, merapikan rambutnya dengan
percaya. menyisir dan menyikat rambut panjangnya,
b. Mengajarkan pasien bagaimana serta pasien juga sudah bisa berpakaian
menjaga kebersihan diri seperti rapi
mandi,gunting kuku, dll) setelah A : SP1 dan SP 2 DPD pasien sudah di
itu mengajarkan pasien lakukan secara mandiri dan optimal.
bagaimana menyisir rambut dan P : intervensi dihentikan.
menyikat rambut, berpakaian
rapid an bersih.
c. Memasukan kegiatan ini
kedalam jadwal kegiatan pasien
dan membertikan tanda (MBT)
RABU/ 15 Halusinasi SP2(mengontrol halusinasi dengan cara S : pasien mengatakan sudah mulai jarang
JUNI 2021 minum obat yang teratur.) mendengarkan ataupun melihat laki-laki
a. Membina hubungan saling yang merayunya kecuali ketika ia sedang
percaya sendirian.
b. Mengevaluasi dan validasi O : pasien sudah bisa menghardik
kemampuan pasien dalam halusinasinya ketika muncul dan pasien
34
mengontrol halusinasi dengan ada minum obat nya secara teratur tanpa
cara menghardik. penolakan.
c. Mengajarkan pasien mengontrol A: SP 2 pasien optimal
halusinasi dengan cara minum P : intervensi dilanjutkan ke SP 3
obat dengan langkah 6 benar,
menjelaskan fungsi obat dan
tujuan minumobat.
d. Masukan kegiatan ini kedalam
jadwal kegiatan harian pasien
dan berikan tanda (M= mandiri
jika klien melakukan nya secra
mandiri, B= jika klien
melakukan tindakan secara
dibantu oleh orang lain dan T =
jika klien tidak melakukan
apapun tindakan sama sekali)
KAMIS/ 16 Perilaku SP 3 (mengontrol PK dengan cara S : pasien mengatakan sudah mulai bisa
JUNI 2021 Kekerasan mengajarkan untuk bertanya,meminta mengontrol amarah nya bahkan tidak
dan menjawab dengan baik) marah-marah lagi
a. Membina hubungan saling O : pasien sudah tenang dan bisa
percaya mengontrol amarah nya. Pasien sudah bisa
b. Mengevaluasi dan validasi melakukan latihan fisik 1 dan 2 ketika ia
kemampuan pasien dalam marah atau emosi dan pasien sudah minum
mengontrol PK dengan cara obat dengan tertur serta sudah bisa
latihan fisik 1 dan 2 dan minum bertanya, menjawab dan meminta dengan
obat yang teratur baik tanpa suara keras dan tidak emosi
c. Mengajarkan pasien mengontrol A : SP 3 pasien sudah mandiri dan
PK dengan cara mengajarkan tercapai optimal.pasien mampu
pasien bertanya,menjawab dan P : intervensi dilanjutkan ke SP 4
meminta sesuatu dengan cara
yang baik.
d. Masukan kegiatan ini kedalam
jadwal kegiatan harian pasien
dan berikan tanda (M= mandiri
jika klien melakukan nya secra
mandiri, B= jika klien
melakukan tindakan secara
dibantu oleh orang lain dan T =
jika klien tidak melakukan
37
apapun tindakan sama sekali)
P : Lanjut Sp 2
Sabtu SP 2
S: Klien mengatakan alatnya sapu dan tong sampah dan caranya dengan me
19/03/2022 Evaluasi jadwal kegiatan ke depan secara terus menurus dan mengumpulkan sampahnya di tong samp
Bantu pasien memilih kegiatan
Jam 13.00 WIB O: Klien tampak mampu dalam melakukannya
Latih kegiatan yang di pilih ( alat dan cara )
Masukan dalam jadwal kegiatan untukA:diKlien dapat melakukannya
latih 2x/hari
O: Lanjut SP2
SP 3
S: Klien mengatakan mampu melakaukan kegiatan mencuci piring dan kelien
Evaluasi jadwal kegiatan harian alatnya ada sabun, air, penggosok piring, emeber dan gayung dan cara nya tu
38
Bantu pasien memilih kegiatan ke tigaaiar
yanglalau gosok ke pirirng yang kotor lalu di bilas dengan aiar bersih
di latih
Latih kegiatan yang di pilih ( alat dan cara )
O: Klien tampak mampu dalam melakukannya
Masukan dalam jadwal kegiatan untuk di latih 2x/ hari
A: Klien mampu melakukkannya
O: Lanjut Sp 4
Minggu
SP 4
S: Klien mengatakan mamapu melakukan kegiatan mencuci pakaian dan alat
20/03/2022
Evaluasi jadawal kegiatan harian deterjen, air ,ember, dan gundar kain, caranya masukkan air dan deterjen lalu
Jam 10.00 Bantu pasien dalam memilih kegiatansebentar
ke 4 yang di gsok
lalu latih kain dengan gundar selanjutnya di bilas dan di jemur
Latih kegiatan yang di pilih( alat dan cara)
WIB O: Klien tampak mampu dalam melakukan kegiatan mencuci pakaian
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 2x/hari
A: Klien mampu melakukannya
39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang sistematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber-sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Sehingga mengumpulkan data perawat
harus memiliki kemampuan mengobservasi dengan akurat, dan menggunakan
komunikasi terapeutik. Data yang dikumpulkan mencakup : identitas pasien, keluhan
utama pasien, faktor predisposisi, mekanisme koping, data yang dikumpulkan
meliputi : riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian
statusmental.
Teknik pengambilan data yang kelompok lakukan melalui wawancara dengan
pasien, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien diantara dari pembicaraan,
penampilan dan perilaku pasien dalam berkomunikasi dan bersikap
40
Dalam hal teori tersebut sesuai dengan yang dialami Tn.I yaitu terjadi
gangguan resiko perilaku kekerasan yang mana Tn.I terkadang marah-marah,
mengamuk, memukul orang dan mukanya memerah.
2. Faktor Predisposisi
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukan dengan prilaku actual melakukan perilaku kekerasan baik
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.fator penyebab nya biasanya dari kondisi
psikologis, factor perilaku factor social budaya, dan factor bioneurologis dari
seseorang. Dalam teori ini menyebutkan bahwa sesuai dengan pengkajian yang
didapatkan pada kasus Tn.I dimana mengalami gangguan jiwa di masa lalu klien
sudah mengalami gangguan jiwa sejak 7 tahun yang lalu dengan keluhan
mengkonsumsi sabu-sabu, klien marah tanpa sebab dan emosi labil dan klien sudah
dirawat untuk yang ke 2. Pengobatan pada pasien tidak teratur, klien selalau kontrol
rutin dipuskesmas untuk mengambil obat, namun klien tidak meminum obat sejak 1
tahun yang lalu. Dan pada riwayat pasca trauma :
1) Aniaya fisik : klien mengatakan ia pernah menjadi sebagai pelaku yang
memukul kakaknya dan tidak pernah menjadi korban ataupun saksi.
41
Berdasarkan saat melakukan pengkajian pada pasien didapatkan bahwa
faktor predisposisi dari seseorang yang mengalami perilaku kekerasan
berdasarkan teori dengan pengkajian yang didapatkan dari pasien Tn. I sama,
dimana disebabkan karena mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pernah
melakukan aniaya fisik yaitu sebagai pelaku, tidak pernah pernah mengalami
aniaya seksual biasanya pasien pernah mengalami penolakan / disingkirkan dari
lingkungan masyarakat ,biasanya pasien pernah mengaami kekerasan dalam
keluarga yaitu sebagai korban, biasanya pasien di pukul oleh orang terdekat
karena ketidaksukaan terhadap pasien.
Faktor pencetus terjadinya perilaku kekerasan adalah biasanya pasien
pernah mengalami kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai korban, biasanya
pasien di pukul oleh orang terdekat karena ketidaksukaan terhadap pasien ataupun
mengalami penolakan oleh keluarga terdekatnya, Tn. I saat sekarang ditemukan
adanya trauma pada diri pasien seperti yang dijelaskan di atas.
3. Proses Terjadi
Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu harga diri
rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, gangguan ini dapat
situasional maupun kronik. Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol,
maka akan dapat menimbulkan perilaku kekerasan.
4. Genogram
42
dari 8 orang bersaudara. Pasien tinggal bersama orangtuanya.
5. Konsep Diri
Konsep diri biasanya tentang pengetahuan individu tentang dirinya
sendiri, merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari
perasaaan, sikap, persepsi baik yang disadari maupun tidak disadari. Pada
konsep diri biasanya peran dan harga diri terganggu pada klien halusinasi
dan pada kasus terdapat peran dan harga diri klien terganggu sehingga
berdasarkan teori dan kasus sesuai.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah tahap kedua dalam proses Keperawatan yang dapat dirumuskan
berdasarkan hasil pengkajian, baik diagnosis yang bersifat aktual maupun resiko.
Masalah yang saling berhubungan dapat digambarkan pada pohon masalah yang
terdiri dari penyebab, prioritas masalah, dan akibat yang di timbul dari masalah.
Ada 3 diagnosa yang penulis angkat yang ditemukan dilapangan selama
melakukan pengkajian dalam menegakkan diagnosa halusinasi , risiko perilaku
kekerasan dan harga diri rendah, karena diagnosa yang diangkat kelompok sesuai
dengan data yang ditemukan pada klien selamapengkajian.
C. Intervensi keperawatan
Intervensi ini merupakan tahap lanjut dari diagnosa keperawatan dimana
perencanaan ini menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
meliputi diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil, intervensi dan rasional. Pada
intervensi perilaku kekerasan ada 4 strategi pelaksanaan untuk pasien dan 4 strategi
pelaksanaan untuk keluarga pertama strategi pelaksanaan untuk pasien
mengindentifikasi penyebab dan akibat yang ditimbulkan PK, latih cara mengontrol
emosi dengan tarik nafas dalam dan memukul hal yang lunak seperti kasur,bantal
maupun tumpukan dari kain. Kedua yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
melatih kemampuan pertama, dan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum
obat yang benar. Ketiga yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan dan latih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara mengajarkan mengungkapkan amarah secara verbal
43
contoh nya saat meminta sesuatu,menolak ataupun bertanya dengan baik dan nada yang
lembut dan keempat yaitu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien dan latih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual.
Strategi pelaksanaan ini sudah penulis berikan selama 5 hari dan dari hasil
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap Tn.I tersebut sudah berjalan dan diskusi
pasien, masing-masing strategi pelaksanaan dilakukan sampai pasien mandiri
dengan tujuan mengurangi dan dapat mengontrol perilaku kekerasan, dengan cara
latihan fisik, minum obat teratur, mengungkapkan secara verbal dan baik dan dengan
kegiatan spiritual yang dilakukan pada aktivitas terjadwal yang dimiliki pasien
antara lain berzikir,sholat dan mengaji.
D. Implementasi
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan evaluasi bagi dua yaitu evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan denvan memandikan antara respon pasien dan tujuan
khusus serta umum yang telah ditentukan (Keliat,2011).
44
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Kusumawati dan hartono (2010), prilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik pada diri sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang
tidak terkontrol (Herman, 2011: 131).Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat
menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan atau
menentang.Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu
agresif- kekerasan.Prilaku yang ditampakkan mulai dari yang rendah sampai tinggi.
B. SARAN
45
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya.2011.Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yokyakarta : Nuha Medika
Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan TindakanKeperawatan, Jakarta :
Depkes RI.1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, Farida Kusumawat., 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba Medika. Nita
Fitria.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika
Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa: Achir Yani
edisi III. Jakarta : EGC
Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, Edisi 7, Mosby,
Philadelpia.
Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan TindakanKeperawatan, Jakarta :
Depkes RI.
46