KIA Full Text (Anisa Pujiati) - Watermark
KIA Full Text (Anisa Pujiati) - Watermark
BP 1941312039
DOSEN PEMBIMBING
Oleh :
BP 1941312039
i
ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI LAPORAN ILMIAH AKHIR
Tim Penguji,
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
rahmat-Nya yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Shalawat serta
salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan
nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Lansia Tn. I dengan
Diabetes Melitus Tipe II melalui Penerapan Range Of Motion (ROM) Aktif
Kaki untuk Pencegahan Terjadinya Ulkus Diabetik Di Jorong Pasar Baru
Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2020”. Karya
Ilmiah Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
(Ns).
Terima kasih peneliti ucapkan kepada Ibu Ns. Siti Yuli Harni, S.Kep.,
M.Kep., Sp.Kep.Kom dan Ibu Dr. Rika Sabri, S.Kp. M.Kes. Ns. Sp.Kep.Kom
yang telah membimbing penulis dengan telaten dan penuh kesabaran hingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini. Selain itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hema Malini, S.Kp., MN., PhD selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
2. Ibu Ns. Lili Fajria S.Kep, M.Biomed selaku Ketua Program Studi Profesi
3. Bapak Ns. Randy Refnandes, S.Kep., M.Kep selaku sekretaris Program Studi
4. Ibu Gusti Sumarsih, S. Kp, M. Biomed dan Ibu Ns. Windy Freska, S.Kep.,
M.Kep selaku dosen penguji karya ilmiah akhir yang telah memberikan
iv
5. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang
6. Orang tua dan keluarga yang selama ini memberikan dukungan maksimal dan
do’a tulus kepada penulis dalam seluruh tahapan proses penyusunan karya
ilmiah akhir ini. Rasa semangat yang selalu diberikan oleh Ayah (Irwan),
do’a yang tiada terputus oleh Ibu (Yanti), serta Kakak (Fitra Hayati) yang
7. Sahabat tercinta dan seluruh teman seperjuangan yang selalu berbagi motivasi
dan selalu menjadi tempat untuk bercerita selama proses penyusunan karya
Penulis
v
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
LAPORAN ILMIAH AKHIR, DESEMBER 2020
ABSTRAK
vi
Universitas Andalas
Final Scientific Report, Desember 2020
Family Nursing Care for the Elderly Mr. I with Type II Diabetes Mellitus
through the Application of Range Of Motion (ROM) Active Feet to
Prevent Diabetic Ulcers in Jorong Pasar Baru, Nan Sabaris
District, Padang Pariaman Regency 2020
ABSTRACT
Introduction: The aging process causes a decrease in the ability of cells β the
pancreas in producing insulin. One of the complications experienced by people
with diabetes mellitus iswound on the leg.The heaviest result of the wound on the
leg of people with diabetes mellitus is amputation and diabetic ulcers. Diabetic
foot ulcers and amputations are the main causes of disability, morbidity, and
death in these patients. To avoid the complications that occur, physical exercise is
highly recommended, especially to prevent diabetic foot ulcers in DM patients by
doing leg active ROM because it can smooth vascularization of the lower
extremities. Purpose: Knowing elderly nursing care in the context of families with
type 2 diabetes mellitus through the application of active leg ROM exercises to
prevent diabetic foot ulcers. Result: From the nursing care that has been given
for 25-30 minutes a day with two exercises for 10 days, it shows that active leg
ROM exercise is effective in reducing tingling in the feet and preventing the risk
of developing diabetic foot ulcers with a score inlow’s 60 second diabetic foot
screen screening toolwhich was originally at score 4 to score 1 (low risk).
Conclusion: Roman active feet effective in reducing tingling in the feet and
preventing the risk of diabetic foot ulcers in DM patient with stroke patient. It is
hoped that the elderly and their family can carry out this active leg ROM exercise
continuously to reduce tingling in the feet and carry out medical examination to
improve the health status of the elderly.
vii
DAFTAR ISI
viii
7. Penilaian risiko ulkus kaki diabetik ................................................ 44
8. Penilaian ulkus kaki diabetik ......................................................... 49
9. Pencegahan.................................................................................... 51
E. Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif
1. Pengertian ..................................................................................... 52
2. Manfaat ......................................................................................... 53
3. Persiapan Latihan Fisik untuk Penderita DM ................................. 53
4. Prinsip latihan ROM Aktif ............................................................. 56
5. Prosedur ROM Aktif ..................................................................... 59
6. Pengaruh latihan fisik untuk Penderita DM .................................... 60
F. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengakajian ................................................................................... 67
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 73
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 74
4. Implementasi ................................................................................. 76
5. Evaluasi ......................................................................................... 77
BAB IV PEMBAHASAN
A. Proses Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 104
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 108
3. Intervensi Keperawatan ................................................................. 111
4. Implementasi Keperawatan ............................................................ 114
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 121
B. Implikasi Latihan ROM Aktif Kaki ..................................................... 121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 125
B. Saran ................................................................................................... 125
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengami kenaikan yang cukup besar yakni sekitar dua kali lipat sehingga
ini dibuktikan oleh peningkatan persentase jumalah lansia sekitar dua kali liat
selama 5 dekade (1971-2019) yakni sebesar 9,28 persen atau sekitar 24,49
juta orang (BPS, 2019). Pada peningkatan tersebut, jumlah lansia perempuan
lebih mendominan sebanyak satu persen dibandingkan dengan lansia laki laki
(10,10 persen banding 9,10 persen). Bila dilihat dari keseluruhan lansia di
Indonesia, lebih banyak lansia muda (60-96 tahun) yang mencapai 63,82
persen, lalu selanjutnya terdapat lansia madya (70-79 tahun) sebanyak 27,67
persen dan lansia tua (80+ tahun) sebanyak 8,50 persen (BPS, 2019). Untuk
sebesar 0,32% dari 9,48% pada tahun 2018 dan 9,80% pada tahun 2019 (BPS,
2019).
tahun yang mana hal ini dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1
2
usia merupakan suatu alamiah yang terjadi pada setiap orang. Saat memasuki
usia tua, tubuh akan mengalami berbagai penurunan fungsi secara bertahap
yang juga disebut dengan proses penuaan. Proses penuaan adalah suatu
seperti sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dilihat dari segi aspek kesehatan, usia
berbagai keluhan fisik baik secara faktor alamiah ataupun disebabkan oleh
penduduk adalah morbidity rates. Bila angka kesakitan semakin tinggi, maka
akan semakin buruk derat kesehatan penduduk (Kemenkes RI, 2016). Pada
tahun 2018, angka kesakitan lansia sebesar 25,99 persen.hal ini dapat
dimaknai bahwa dari 100 lansia, ada 25 hingga 26 lansia yang sakit (BPS,
2018).
perubahan fisiologis lansia. Perubahan ini terjadi pada semua sistem yang ada
otot sebesar 35% terjadi pada individu yang berusia lebih tua. Hal ini
tahun, sedikitnya terdapat 463 juta (9,3% dari total penduduk dengan usia
yang sama) orang menderita diabetes melitus di dunia. Jika dilihat dari jenis
kelamin, pada tahun 2019 prevelensi penderita diabetes melitus pada laki laki
meningkat menjadi 19,9% atau 111,2 juta pada rentang usia 65-79 tahun.
Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta ditahun 2030
dan 700 juta di tahun 2045 (Kemenkes RI, 2019). Sedangkan untuk indonesia
sendiri, pada tahun 2019, penderita diabetes melitus pada penduduk umur 20-
adalah luka pada kaki. Akibat terberat dari luka di kaki penderita diabetes
4
melitus adalah amputasi dan ulkus diabetik. Ulkus kaki diabetik dan amputasi
menjadi penyebab utama kecatatan, morbiditas, dan kematian pada pasien ini.
ulserasi kaki merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes
dan dua kali lebih umum dibandingkan dengan pasien yang tidak diabetes.
diabetes dengan umur diatas 40 tahun. Diseluruh dunia, lebih dari satu juta
amputasi ekstremitas bawah dilakukan setiap tahun pada pasien diabetes dan
yang tidak menyadari jika kakinya terkena benda tajam diakibatkan oleh
akibatnya kaki menjadi kering dan pecah pecah, yang lama lama dapat
perubahan pada titik tekan kaki, sehingga lama lama akan terbentuk kalus
atau kapalan yang tebal pada kaki. Kalus yang tebal apabila tidak ditipiskan
glukosa, dan kolesterol yang tinggi, diet rendah lemak total dan lemak jenuh,
serta mengkonsumsi buah dan sayuran lebih tinggi, dan latihan fisik (Ronai &
Diabetes Mellitus, antara lain edukasi, Terapi Nutrisi Medis (TNM), latihan
jasmani atau aktivitas fisik, terapi farmakologis, dan pemantauan gula darah
terapi farmakologis dan terapi nutrisi (diet), baik itu di rumah atau pun di
aktivitas fisik atau latihan jasmani sebagai salah satu upaya penatalaksanaan
jika diimbangi dengan pemenuhan latihan fisik sehingga kadar gula darah
dapat terkontrol dengan baik (Wade & Tavns, 2007). Menurut Ditjen PP &
memegang peranan penting dalam mengontrol gula darah tubuh dengan cara
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu dari 4 pilar
(Rachmawati, 2010).
Salah satu bentuk latihan jasmani yang dapat dilakukan oleh pasien
salah satu intervensi keperawatan berupa latihan fisik yang dapat dilakukan
kesehatan sebelumnya (Taufiq, 2011). Latihan ROM adalah salah satu bentuk
kasus neurologi seperti stroke (Widyawati, 2010). Menurut Potter & Perry
(2010), ROM adalah latihan gerak sendi yang menimbulkan kontraksi dan
utama penyebab abnormarlitas tekanan plantar kaki dan ikut berperan dalam
diabetik.
penurunan yang signifikan rata-rata nilai risiko ulkus kaki diabetik sebesar
2,267. Sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi penurunan risiko ulkus
8
kaki diabetik sebesar 0,133. Penurunan ini bisa disebabkan oleh latihan
ROM aktif kaki yang dilaksanakan 2 kali sehari pada 13 hari pertama dan 1
melitus tipe II dengan hasil pemeriksaan gula darah pada saat pengkajian
salah satu lansia di Jorong Pasar Baru, Sunur, Kecamatan Nan Sabaris,
kuratif dengan bekerja sama pada pihak terkait. Pembinaan lansia tersebut di
B. Rumusan Masalah
masalah karya tulis ilmiah akhir ini adalah: “Bagaimana asuhan keperawatan
ulkus diabetik?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
b. Hasil laporan ilmiah akhir ini dapat menjadi sumber literatur dan
a. Hasil laporan ilmiah ini dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
1998). Seseorang yang sudah memasuki usia 60 tahun atau lebih akan
kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, mulai dari lahir sampai
pada fase ini akan sulit untuk diterima atau sulit bagi seseorang untuk
ataupun psikologis.
12
13
yang berada pada rentang usia lebih dari 65 tahun atau 70 tahun. Rentang
usia 70-75 tahun di sebut young old dan pada rentang usia lebih dari 80
tahun disebut very old. Di Indonesia batasan usia lanjut berada pada
rentang usia 60 tahun atau lebih, baik pria maupun wanita yang di atur
3. Ciri-Ciri Lansia
a. Seseorang yang sudah memasuki usia tua atau sudah memasuki usia
bidang sosial, namun ada juga sebagian lansia yang bisa menerima
pendapat orang lain dan sikap sosial di masyarakat akan tetap positif.
secara biologis.
4. Proses Aging
Siklus kehidupan manusia dimulai dari saat anak- anak, dewasa dan
kemudian lanjut usia. Proses aging atau yang biasa disebut dengan menua
yang sudah memasuki usia 60 tahun atau bahkan lebih akan mengalami
berkurang dan sangat rentan untuk terserang penyakit karena sistem imun
lansia diantaranya:
a. Sistem Endokrin
b. Sistem Muskuloskletal
lansia. Dari semua penurunan fungsi pada tubuh lansia bisa berujung
d. Sistem Saraf
d. Mempersiapkan kehidupanbaru.
secara santai.
B. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan
dalam Kaakinen et al, 2010) keluarga adalah dua atau lebih individu yang
2. Keluarga Lansia
kehidupan keluarga yang dimulai ketika salah satu atau kedua pasangan
a. Ekonomi
b. Perumahan
Sering pindah tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa
c. Sosial
d. Pekerjaan
perasaan produktivitas.
e. Kesehatan
pensiun dan berlanjut dengan salah satu pasangan meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari dari
utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat
19
e. Melakukan lifereview
kematian
1. Pengertian
disertai dengan kadar gula darah sewaktu =200 mg/dl dan gula darah
2. Etiologi
yaitu :
mensekresikan insulin
kehamilan
tipe 2 mendekati 40% sedangkan untuk anak cucunya 33%. Jika orang
3. Manifestasi Klinis
diantaranya :
(Subekti, 2009).
f. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi
pankreas diduga karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak
b. Diabetes tipe 2
c. Diabetes gestational
sel beta atau defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2014).
Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal
ADA, 2014).
1) Hipoglikemia
2) Ketoasidosis diabetik
(Soewondo, 2006).
26
(Pandelaki, 2009).
(Subekti, 2009).
2) Penyakit serebrovaskuler
a) Gaya hidup
teratur dan minuman bersoda adalah salah satu gaya hidup yang
(Abdurrahman, 2014).
c) Obesitas
obesity).
a) Usia
tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan
3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM.
2015).
2010).
8. Penatalaksanaan
non farmakologi:
a. Terapi farmakologi
30
makan dan gaya hidup yang sehat. Terapi farmakologi terdiri dari
oleh sel beta pancreas. cara kerja obat glinid sama dengan
Tiazolidindion (TZD)
perifer.
jika dosis insulin kecil atau cukup. Dosis awal insulin kerja
yaitu:
1) Edukasi
sehat. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan bisa
menit perminggu, dan dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2
1. Pengertian
Ulkus kaki diabetik adalah suatu kondisi ditemukannya infeksi, tukak dan
atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien
arteri perifer (Riza, 2015). Menurut Decroli (2008), kaki diabetik adalah
infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang disebabkan
Dapat disimpulkan bahwa ulkus kaki diabetik adalah infeksi pada luka
yang terdapat pada jaringan kulit yaitu jaringan ikat dalam pada pasien
2. Etiologi
plantar kaki, penyakit arteri perifer, dan deformitas kaki. Faktor risiko
trauma, dan deformitas kaki yang sering disebut critical triad of diabetic
kalus, dan edema. Infeksi jarang menjadi penyebab ulkus kaki diabetik,
Selain itu, daya imunitas yang turun juga ikut berpengaruh dalam
infeksi tertentu pada pasien DM yang tidak terkontrol (Smeltzer & Bare,
2010).
3. Faktor Risiko
1) Usia ≥ 60 tahun
2) Lama DM ≥ 5 tahun
sirkulasi darah.
a) Neuropati sensorik
b) Neuropati motorik
meningkat.
c) Neuropati otonom
diabetikum.
2) Obesitas
ekstremitas bawah
3) Hipertensi
selain itu hipertensi dengan tekanan darah > 130/80 mmHg dapat
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol (GDP > 100 mg/dL dan
poplitea, kaki menjadi atrofi, suhu kaki dingin dan kuku menjadi
timbul ulkus kaki yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau
tungkai.
7) Kebiasaan merokok
8) Ketidakpatihan diet DM
DM. Olah raga teratur (lebih dari 3 kali dalam seminggu selama
4. Patofisiologi
tukak dan atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada
tekanan plantar kaki, penyakit arteri perifer, dan deformitas kaki (Fryberg,
2002). Penurunan imunitas akibat tingginya kadar gula dalam darah yang
turut menjadi penyebab terjadinya ulkus kaki diabetik (Smaltzer & Bare,
kulit kaki menjadi kering dan mudah terbentuk fisura (Roza, 2015).
jaringan adipose ke dalam darah (Triyani, 2015). Gejala klinis yang sering
menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada
arteri dorsalis pedis, tibialis, dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan
kuku menebal sehingga mudah timbul ulkus yang biasanya dimulai dari
5. Klasifikasi
Untuk saat ini, ada banyak klasifikasi kaki diabetik. Namun, sistem
kedalaman lesi (grade 0 sampai dengan III) serta ada tidaknya infeksi dan
Grade Lesi
0 Tidak ada luka terbuka, mungin terdapat deformitas atau selulitis
1 Ulkus diabetik superfisial (parsial atau full thickness)
2 Ulkus meluas sampai ligamen, tendon, kapsula sendi atau fasia dalam
tapa abses atau osteomielitis
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis, atau sepsis sendi
4 Gangren yang terlokalisasi pada kaki bagian depat atau tumit
5 Gangren meluas meliputi seluruh kaki
Sumber: Singh, 2013
Grade
Stage
0 1 2 3
A Tanpa tukak Luka Luka sampai Luka sampai
atau pasca superfisial, tendon atau tulang/sendi
tukak, kulit tidak sampai kapsul sendi
utuh tendon atau
kapsul sendi
B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
C Iskemi Iskemi Iskemi Iskemi
D Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan
iskemi iskemi iskemi iskemi
Sumber: Singh, 2013
6. Penatalaksanaan
gula darah terkontrol, sirkulasi yang baik, perawatan luka, off loading,
a. Debridement
b. Dressing
c. Offloading
44
yang empuk, dan kursi roda telah digunakan sebagai metode off
d. Penatalaksanaan medis
kaki, rentang gerak jempol kaki, tes sensasi, teraba atau tidak nadi di kaki,
dan ada tidaknya kemerahan serta eritema pada kaki. Instrumen penelitian
diadaptasi dari jurnal Wound Care Canada Volume 2 pada tahun 2004
dengan judul A 60 second foot exam for people with diabetes yang telah
lingkungan
7 Rentang gerak 0 = jempol kaki 0 3
sendi bisa digerakkan
(normal)
1 = hallux limitus
2 = hallux rigidus
3 = hallux
amputation
8 Tes sensasi 0 = merasakan 0 4
dengan sensi pada 10
monofilamen tempat
2 = merasakan
sensasi pada 7-9
tempat
4 = merasakan
sensasi pada 0-6
tempat
9 Tes sensasi a. Apakah anda 0 1
dengan pernah
pertanyaan merasakan
kaki anda
mati rasa?
b. Apakah anda
pernah
merasakan
kaki anda
gatal?
c. Apakah anda
pernah
merasakan
kaki seperti
terbakar?
d. Apakah anda
pernah
merasakan
kaki anda
kesemutan?
0 = “tidak” untuk
semua pertanyaan
1 = “ya” pada
salah satu atau
lebih pertanyaan
10 Denyut nadi 0 = teraba 0 1
pada kaki 1 = tidak teraba
11 Ada kemerahan 0 = tidak 0 1
sesaat pada kaki 1 = ya
12 Ada tidaknya 0 = tidak 0 1
eritema 1 = ya
Nilai total 0 25
Sumber : Canadian Association of Wound Care, 2011
47
Keterangan:
Interpretasi :
a. Kaki
Observasi kulit pada kaki bagian atas, bawah, sisi, dan sela-sela jari
b. Kuku
c. Deformitas
d. Alas kaki
Observasi alas kaki yang biasa dipakai oleh pasien, apakah alas kaki
Apakah kaki pasien teraba dingin dari kulit yang lain atau lebih dingin
Apakah kaki pasien teraba lebih panas dari kaki yang lain atau lebih
panas dari suhu kaki pada umumnya. Hal ini dapat menjadi indikasi
g. Rentang gerak
Gerakkan jempol kaki menuju telapak kaki dan keluar telapak kaki
h. Uji monofilamen
j. Raba nadi
k. Kemerahan sesaat
Adanya kemerahan saat posisi kaki dibawah dan kaki pucat saat posisi
kaki ditinggikan
l. Eritema
kondisi kaki dalam posisi lebih tinggi dari tubuh. Adanya kemerahan
c. Tes sensasi
50
penunjang.
e. Identifikasi infeksi
Identifikasi infeksi dapat dinilai dari lama luka (ulkus timbul setelah
dan hejala klinis. Jika dicurigai adanya infeksi, maka praktisi harus
9. Pencegahan
kebersihan kaki dan perawatan kuku harus diterapkan. Kondisi kulit harus
(Singh, 2013).
melakukan latihan fisik. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur (3-4
(Smeltzer & Bare, 2010). Menurut Potter & Perry (2010), ROM adalah
pasien, yaitu ROM aktif yang dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa
perawat jika pasien tidak mampu melakukannya secara mandiri, dan ROM
ulkus kaki.
sendi yang terbatas dapat meningkatkan tekanan pantar kaki. Terapi yang
plantar kaki dapat berkurang. Selain itu manfaat latihan ROM yang
menggigil
d. Tekanan darah tidak lebih dari 180 mmHg bagi pasien neuropati
(APTA, 2007)
b. Memakai alas kaki yang tepat dan menjaga kaki tetap kering selama
a) Latihan gerak sendi harus diulang sekitar tiga atau lima kali
kemampuan pasien.
5. Gerakan 1 :
6. Gerakan 2 :
Menggerakkan telapak kaki dari arah sisi luar ke sisi dalam secara
7. Gerakan 3 :
8. Gerakan 4 :
9. Gerakan 5 :
Berdiri tegak kemudian gerakkan salah satu sisi kaki menjauh dan
10. Gerakan 6 :
11. Gerakan 7 :
12. Gerakan 8 :
gerakkan secara bergantian untuk kaki kanan dan kaki kiri masing-
pada kursi
59
13. Gerakkan 9
posisi duduk
14. Gerakkan 10
Luruskan badan dan tekuk kedua kaki. Gerakkan satu kaki menjauhi
15. Gerakkan 11
turun pada olahraga lama. Pada saat olahraga insulin plasma n=menurun,
glukagon dalam plasma meningkat (Ganong, 2008). Selain itu, pada saat
permukaan sel dan terdapat pada plasenta, otak, dan ginjal. GLUT 4
adalah transporter dalam otot dan jaringan adiposa. GLUT 2 terdapat pada
sel 𝛽- pankreas dan hati. GLUT 5 terdapat pada jejenum dan sperma.
transkripsi beberapa gen, seperti VEGF, LDHL, GLUT, Epo, dan NOS.
ambilan glukosa dalam sel. Sel yang tadinya satu molekul glukosa dapat
glukosa lebih banyak. Kondisi ini membuat kadar glukosa darah menurun
62
karena diserap oleh sel tubuh. Dengan demikian, pasien DM tipe 2 dapat
1. Pengkajian
a. Data Umum
2) Alamat
3) Komposisi Keluarga
4) Genogram
5) Tipe Keluarga
6) Suku Bangsa
klien serta kebiasaan diet yang berhubungan dengan nilai yang ada
7) Agama
menyeluruh.
5) Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
masyarakat sekitar.
c. Struktur Keluarga
3) Struktur Peran
d. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
baik diet maupaun pola tidur dan beristirahat. Selain itu kebiasaan
penyelesaiannya.
stresor tersebut.
dan yang perlu dikaji adalah strategi koping apa yang mereka
f. Pemeriksaan Fisik
g. Harapan Keluarga
yang ada
2. Diagnosa
3. Rencana Keperawatan
perilaku dan persepsi klien, keluarga dan komunitas sebagai respon dari
Observasi
Terapeutik
kesehatan
Edukasi
yaitu:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
diiinginkan.
4. Implementasi
yang dialami.
5. Evaluasi
Kabupaten Jember Kriteria inklusi penelitian ini adalah menunjukkan adanya pengaruh ROM
usia 45-65 tahun, mengalami DM = 5 aktif kaki terhadap risiko ulkus kaki
tahun, pasien mampu berdiri, mampu diabetik.
melaksanakan aktivitas mandiri,
pemeriksaan KGD tidak lebih dari 300
mg/dL
dan tidak kurang dari 70 mg/dL, serta
bersedia menjadi responden penelitian.
Kriteria eksklusi
responden adalah pasien yang
memiliki ulkus kaki diabetik, memiliki
penyakit penyerta yang dapat
mengganggu penelitian (gagal ginjal
kronik, gagal jantung, gangguan
pengelihatan, tuli, dan lain sebagainya),
pasien memiliki tanda tanda
hipoglikemia, pasien mengalami
gangguan persendian, pasien mengalami
sesak nafas, pasien dengan paska trauma,
dan pasien tidak mengikuti keseluruhan
kegiatan atau
mengundurkan diri. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling.
Jumlah sampel yang diambil adalah
30 responden, 15 pasien pertama
dijadikan sebagai kelompok responden
dan 15 pasien berikutnya dijadikan
sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Kaliwining
Kecamatan Rambipuji Kabupaten
77
A. PENGKAJIAN LANSIA
1. Identitas Lansia
(SMA) dan saat ini klien tidak bekerja. Klien saat ini tinggal di rumah
peninggalan ibu dari istrinya (rumah pusako) yang berada di Jalan Syekh
Keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
2010). Dalam keluarga Tn.I terdiri dari Ny. Y sebagai istri, An.F dan An.
A sebagai anak.
saat ini menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang gula darahnya
78
79
tidak pernah melakukan cek kesehatan rutin. Sebelum tanda dan gejala
kebiasaan minum kopi manis dan teh telur. Saat pertama kali tanda dan
gejala diabetes mellitus muncul, yakni tahun 2015, klien merasa kebas di
dengan gula darah saat diperiksa pertama kali yaitu 432 g/dL.
bahwa rasa kesemutan pada kakinya terkadang muncul. Saat Tn. I merasa
kesemutan pada kaki, biasanya Tn. I hanya beristirahat tanpa ada obat
kesemutan muncul atau timbul, Tn. I mengoles balsem atau minyak kayu
merasa pola makannya sudah mulai agak tidak teratur, maka Tn. I akan
karbohidrat seperti nasi dan makanan manis atau minuman manis. Dan
bila Tn. I merasakan bahwa gejala kesemutan pada kakinya tidak kunjung
rutin untuk penyakitnya tetapi lebih menjaga aktivitas, pola dan jenis
dan gejala umum dari penyakit daibetes melitus, tetapi tidak mengetahui
karena bila berdiri terlalu lama Tn. I akan merasa kesemutan pada
screen screening tool, skor yang didapat yaitu 4 (risiko rendah), dimana
pada poin kondisi kulit, dari hasil pengkajian Tn. I memiliki kulit kering
dengan fungus atau kalus ringan (skor 1), kemudian pada kondisi kuku,
hasi pengkajian dari Tn. I, kondisi kukunya tidak terawat dan kasar (skor
1), dan pada poin tes sensasi dengan pertanyaan, hasil pengkajian dengan
anda pernah merasakan kaki anda kesemutan?” (skor 2). Sedangkan saat
81
dalam tiga bulan terahir tidak pernah jatuh, Tn. I tidak memiliki lebih dari
benda sekitar (15), saat ini Tn. I tidak terpasang terapi intravena, gaya
berjalan Tn. I normal tetapi agak lambat bila Tn. I merasakan kesemutan
pada Tn. I yaitu 15 yang termasuk ke dalam kategori tidak berisiko jatuh.
Riwayat kesehatan keluarga yang kedua yaitu Ny. Y istri dari Tn. I saat
ini tidak ada mengeluhkan sakit. Sebelumnya Ny. Y merasakan sakit yang
biasa seperti demam, batuk, pilek dan sakit kepala. Riwayat kesehatan
keluarga Tn. I yang ketiga yaitu Nn. A saat ini tidak ada mengeluhkan
3. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosial
3) Fungsi Perawatan
diabetes mellitus.
merawata Tn. I. Jika gejala kesemutan pada kaki Tn. I kambuh, anak
Tn. I mengajak Tn. I pergi berobat ke puskesmas atau rumah sakit jka
kakinya.
barang di rumah seperti merubah posisi kursi di ruang tamu, hal ini
Tn. I sudah baik, dimana lantai rumah bersih tidak licin dan dialasi
yang baik sehingga meminimalkan resiko jatuh. Pada teras rumah Tn.
I, setiap malamnya dihidupkan lampu teras. Hal ini agar rumah Tn. I
masuk.
kontrol kesehatan.
85
4. Keadaan Psikologis
sehari-hari.
5. Keadaan Fisik
Secara umum keadaan umum fisik klien cukup baik. Saat dilakukan
terjaga dengan baik. Namun rambut klien sudah beruban, tidak mudah
rontok dan rapuh. Mukosa mulut tampak lembab dan gigi sudah tidak
lengkap lagi. Keadaan telinga klien cukup bersih, tidak terdapat serumen
Pada leher klien, tidak ada pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjar
dinding dada (-) penggunaaan otot bantu pernapasan (-) tidak teraba
benjolan. Keadaan abdomen klien berada pada kondisi baik. Tidak ada
nyeri tekan dan tidak ada asites. Klien dapat melakukan aktviitas sehari -
hari secara mandiri tetapi sedikit terbatas karena kesemutan pada kakinya.
86
(SDKI) pada kategori perilaku dan sub kategori penyuluhan dan pembelajaran
adalah :
Tanda Mayor :
1. Tn. I belum mengenal lebih dalam tentang Diabetes Melitus Tipe II,
terlalu banyak
Diabetes Melitusnya.
pola makannya.
pada kaki yang tak kunjung membaik. Tekanan darah Tn. I 140/90
mmHg.
seperti kue dan minuman bersoda minuman manis seperti kopi dan
teh telur.
merasa kesemutan
Tanda Minor
makan.
perawatan yaitu:
Observasi
keluarga
Terapeutik
kesehatan
Edukasi
yaitu:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
diiinginkan.
D. IMPLEMENTASI
mulai dari pengertian, penyebab, tanda gejala, akibat lanjut dan factor resiko
kesehatan yang dialami Tn. I selama 30 menit dan dilakukan evaluasi. Dari
evaluasi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa Tn. I dan keluarga
kesehatan juga meningkat, dibuktikan dengan Ny. Y istri dari Tn. I mampu
Setelah dilakuan edukasi Tn. I dan Ny. Y mengetahui tentang dampak dari
mempengaruhi kondisinya.
kesehatan, pertemuan ini dilakukan selama 30 menit bersama Tn. I dan Ny. Y
kesempatan bertanya.
mengalami kesemutan pada kaki dari Tn. I yang menderita diabetes mellitus
adalah latihan ROM aktif kaki untuk mengatasi kesemutan pada kaki lansia
sehingga dapat meningkatan pergerakan dari kaki dan aktivitas klien. Dalam
bersama lansia dan keluarga. Latihan ROM aktif kaki terdiri dari 11 gerakan
yang dilakukan dengan durasi 25-30 menit setiap hari dengan frekuensi 2 kali
dengan memberikan lembaran panduan latihan ROM aktif kaki yang akan
hasil sebelum intervensi risiko terjadinya ulkus kaki diabetik berada pada
skala 4, dimana pada poin kondisi kulit, dari hasil pengkajian Tn. I memiliki
kulit kering dengan fungus atau kalus ringan (skor 1), kemudian pada kondisi
kuku, hasi pengkajian dari Tn. I, kondisi kukunya tidak terawat dan kasar
(skor 1), dan pada poin tes sensasi dengan pertanyaan, hasil pengkajian
untuk penderita diabetes mellitus agar tidak berisiko jatuh dan aman bagi
perubahan kesemutan pada kaki yang dirasa klien setelah melakukan latihan
96
kembali terhadap skala risiko terjadinya ulkus kaki diabetik yang dirasakan
klien setelah dilakukan latihan ROM aktif kaki pada klien menggunakan
skalanya setelah latihan ROM aktif kaki berada pada skala 1 (risiko rendah),
dimana terjadi pengurangan skor pada poin kondisi kuku (skor 1) dan tes
terminasi pada klien dan keluarga bahwa kunjungan keluarga telah selesai
pengaruh latihan ROM aktif kaki kepada klien dan keluarga dibuktikan
dengan adaanya perubahan skala risiko terjadinya ulkus kaki diabetik klien
setelah dilakukan latihan ROM aktif kaki pada klien dari skor 4 menjadi skor
skor pada poin kondisi kuku (skor 1) dan tes sensasi dengan pertanyaan (skor
latihan ROM aktif kaki secara mandiri dan dengan pantauan dari keluarga.
E. EVALUASI
screen screening tool. Pada hasil skor inlow’s 60 second diabetic screen
screening foot tool, didapatkan hasil adanya penurunan skala risiko terjadinya
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
dari keadaan pasien, akurat, jelas dan dapat dilakukan metode observasi,
data dari berbagai aspek secara terus menerus dan berdasarkan pada
bersama.
kesemutan pada kaki sudah dirasa sejak 3 tahun yang lalu dan menderita
diabetes mellitus baru diketahui sejak 5 tahun yang lalu, keluhan saat ini
98
99
darah akan terjadi pada usia diatas 45 tahun dan akan bertambah
penelitian yang dilakukan oleh Awad (2011), bahwa lebih banyak pasien
yang menderita DM bila dilihat dari segi umur daripada dilihat dari segi
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes dan dua
diabetes dengan umur diatas 40 tahun. Diseluruh dunia, lebih dari satu
McKinsey, 2012).
pada kaki dan dirasakan hilang timbul, biasanya terasa ketika Tn. I sudah
tidak melakukan diet makan untuk penderita diabetes melitus dan Tn. I
saat memakan makanan yang tidak sesuai dengan diit untuk penyakitnya.
pengukuran skala risiko terjadinya ulkus kaki diabetik atas dasar keluhan
foot screen screening tool pada pasien didapatkan hasil Tn. I berada pada
pada poin kondisi kulit, dari hasil pengkajian Tn. I memiliki kulit kering
dengan fungus atau kalus ringan (skor 1), kemudian pada kondisi kuku,
hasi pengkajian dari Tn. I, kondisi kukunya tidak terawat dan kasar (skor
1), dan pada poin tes sensasi dengan pertanyaan, hasil pengkajian dengan
Edwina (2019) bahwa latihan gerak sendi atau ROM yang teratur dapat
dengan baik tetapi belum mengetahui cara perawatan yang benar bagi
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan.
Keluarga mengatakan mau membantu Tn. I agar bisa kembali sehat tapi
keluhan lemah dan kesemutan pada kaki tekanan darah Tn. I 140/90
didapatkan skor yakni 4 (risiko rendah). Dimana pada poin kondisi kulit,
105
dari hasil pengkajian Tn. I memiliki kulit kering dengan fungus atau
kalus ringan (skor 1), kemudian pada kondisi kuku, hasi pengkajian dari
Tn. I, kondisi kukunya tidak terawat dan kasar (skor 1), dan pada poin tes
merasakan kaki anda kesemutan?” (skor 2). Tanda gejala mayor yang
minuman manis seperti kopi dan teh telur. Tn. I mengatakan biasanya
terkadang terbangun saat tidur karena tiba tiba kesmeutan pada kakinya
keluarga tidak efektif, risiko infeksi dan resiko jatuh. Sedangkan asuhan
2010).
3. Intervensi Keperawatan
dirasakan
kesehatan dan efek fisiologi latihan fisik, jelaskan jenis latihan yang
4. Implementasi Keperawatan
oleh perawat untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien dan
keluarga
kesehatan
c. Latihan fisik
diiinginkan
perawat.
kakinya berkurang.
112
Mahattir, 2012).
edukasi yang diberikan yaitu dengan latihan ROM aktif kaki. Menurut
secara teratur dapat melancarkan aliran darah membuat otot kaki lebih
Latihan ROM aktif ini dilakukan selama 14 hari dimana satu pertemuan
tiap harinya. Latihan ROM aktif yang dilaksanakan peneliti yakni dengan
ROM aktif kaki untuk mengatasi kesemutan pada kaki pada klien dengan
114
pada kaki lansia dengan diabetes melitus yang mana ditandai dengan
poin kondisi kuku (skor 1) dan tes sensasi dengan pertanyaan (skor 2).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lukita, et al (2018)
yakni setelah dilakukan latihan ROM aktif kaki pada lansia dengan
sebanyak 27 kali dalam 2 minggu dengan 2 kali per hari pada 13 hari
pertama dan 1 kali per hari pada hari ke 14 dengan durasi lamanya 15-20
dengan keluhan kesemutan pada kaki. Latihan ini dilakukan dalam posisi
penurunan signifikan rata rata nilai risiko ulkus kaki diabetik skala nyeri
dengan tujuan lansia tidak berisiko jatuh. Kriteri lingkungan yang sehat
jatuh adalah memilki penerangan yang cukup dan ventilasi yang terbuka,
2010).
dan mengatur tata letak barang di rumah dan di kamar mandi sesuai pada
tempatnya.
tingkat dasar yaitu dari praktek bidan atau puskesmas lalu ke rumah sakit
5. Evaluasi Keperawatan
sedang).
intervensi mandiri perawat yang dapat dilakukan di rumah pada pasien yang
latihan gerak sendi untuk mengurangi nyeri sendi pada pasien nyeri diabetes
mellitus.
tahun yang mampu berdiri dan melakukan aktivitas secara mandiri. Latihan
ini dikakukan secara aktif oleh klien yang didampingi oleh perawat. Latihan
dilakukan dengan teknik open kintik chain dimana latihan dilakukan dengan
117
posisi duduk atau berbaring dan posisi lutut ekstensi, pergelangan kaki
kemudian kontraksi ditahan selama 6-10 detik lalu istirahat beberapa detik
dan dilanjukan lagi dengan kontraksi, latihan ini dilakukan sebanyak 27 kali
diabetik setelah dilakukannya latihan ROM aktif kaki. Dalam penelitian ini
≥50 tahun dengan jumlah sampel 26 orang, dimana intervensi yang diberikan
melakukan latihan ROM aktif ankle berupa latihan gerak sendi yang terdiri
atas 2 gerakan yaitu dorso fleksi dan plantar fleksi yang dilakukan selama 14
komplikasi salah satunya yaitu, luka pada kaki Pada luka kaki diabetes
ABI sebelum periode intervensi pada ektremitas kiri yaitu 0.90 dan
ABI pada kedua ekstremitas, rata-rata nilai ABI menjadi 0.99 pada
ekstremitas kiri dan 0.98 pada ektremitas kanan. hal ini terbukti terdapatnya
terhadap nilai ABI pada pasien DM tipe 2. Hal ini juga menunjukkan bahwa
penting nya bagi pasien DM Tipe 2 untuk melakukan latihan fisik secara
kecacatan.
latihan fisik dan pernafasan. Manfaat dari latihan ROM aktif kaki adalah
toleransi otot untuk melakukan latihan fisik (Potter & Perry, 2010). Latihan
ROM aktif kaki dapat membuat pembuluh darah balik akan lebih aktif
nutrisi dan oksigen ke pembuluh darah perifer menjadi lebih lancar (Ganong,
2008). Kondisi ini akan mempermudah saraf menerima suplai oksigen dan
terjadi penurunan skor inlow’s 60 second diabetic screen screening foot tool
119
dari skor 4 menjadi 2 (risiko rendah). Diharapkan kepada klien untuk dapat
menerapkan latihan ROM aktif kaki ini pada kehidupan sehari-hari Tn. I
secara berkelanjutan dan dan bertahap. Serta diharapkan klien dan kelurga
keperawatan yang diberikan pada klien cukup berhasil yang ditandai dengan
penerapan latihan ROM aktif kaki untuk mengurangi kesemutan pada kaki
A. KESIMPULAN
dengan masalah kesemutan pada kaki akibat dari penyeakit diabetes melitus
kakinya.
merencanakan perawatan, dan edukasi latihan fisik latihan ROM aktif kaki
intervensi yang sudah disusun secara teori, dan tidak ada ditemukan
120
121
kondisi Tn. I yaitu terjadinya penurunan kesemutan pada kaki Tn. I dimana
second diabetic screen screening foot tool adalah skor 4 dan setelah
rendah).
B. SARAN
keperawatan.
penerapan latihan ROM aktif kaki pada lansia yang mengalami kesemutan
DAFTAR PUSTAKA
Asminarsih Zainal Prio dkk. (2019). Pengaruh Latihan Gerak Aktif Kaki Dengan
Teknik Open Kinetik Chain Exercise Terhadap Kekakuan Sendi Dan
Aktivitas Fungsional Pada Lansia Dengan Osteoarthritis Dan Rheumatoid
Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Jurnal Keperawatann,
Nomor 3 Volume 2 ; ISSN 2407-4801.
Darmojo R.B. (2009). Buku Ajar Geriatri. Edisi ke-3, Balai Penerbit Fakultas
Friedman, M.M. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek Edisi 3. Alih
Bahasa: Debora R.L& Asy. Y. Jakarta: EGC
124
Goldsmith, J., dkk. 2002. The Effect of Range of Motion Therapy on the Plantar
Pressure of Patient with Diabetes Melitus. Tersedia di
http://www.ncbi.nml.nih.gov/pubmed/12381797 (diakses tanggal 15
Desember 2020)
Hastuti, R. 2008. Faktor Risiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Melitus.
Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/18866/I/Rini_Tri_Hastuti.pdf
(diakses tanggal 15 Desember 2020)
Kemenkes RI. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Infodatin Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ISSN
2442-7659.
Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Machfoedz, I., dan Suryani, E. 2012. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan. Fitrayama: Yogyakarta
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakart: Selemba
Medika
Potter & Perry, (2010). Fundamental Keperawatan. Buku Satu. Edisi Ketuju,
Jakarta: Salemba Medika
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakaerta:DPP PPNI.
Ronai, P., & Sorace, P. (2009). Peripheral arterial Disease and exercise. Strength
and conditioning journal, 31, 50-54
Roza RL, Afriant R, Edward Z. Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada
pasien diabetes melitus yang dirawat jalan dan inap di RSUP Dr.
M.Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
Singh, S., dkk. 2013. Diabetic Foot Ulcer-Diagnosis and Management. Tersedia
di http://www.esciencecentral.org/journals/diabetic-foot-ulcerdiagnosis-
and-management-2329-910X-1-120.pdf (diakses tanggal 16 Desember
2020)
Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Trisnawati, S & Setyorogo S. 2012. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe
II di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Tersedia di
hhtp://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel%202.%20vol%205%20n0%201_
shara.pdf (diakses pada tanggal 18 Desember 2020)
Triyani, G., dkk. Pengaruh Latihan Peregangan Kaki terhadap Capilarry Refille
Time Extremitas Bawah Paien DM Tipe 2. Tersedia di
http://stikeswiramedika.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/14-
PENGARUH-LATIHAN-PEREGANGAN-KAKI-STRECHING-
TERHADAP-CAPILLARY-REFILLE-TIME-EKSTREMITAS-BAWAH-
PASIEN-DM-TIPE-2.pdf (diakses pada tanggal 14 Desember 2020)
Widyawati, I. 2010. Pengaruh Latihan Rentang Gerak Sendi Bawah secara Aktif
(Active Lower Rang of Motion Exercise) terhadap Tanda dan Gejala
Neuropati Diabetikum pada Penderita DM Tipe II di Persedia Unit RSU
Dr. Soetomo Surabaya. Tersedia di
127
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/137247-
T%20Ika%20Yuni%20Widyawatu.pdf (diakses pada tanggal 18
Desember)
Lampiran I
Asuhan Keperawatan Gerontik Di Dalam Keluarga
I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Tn. I
2. Umur : 61 Tahun
3. Alamat dan Telpon : Jalan Syekh Burhanuddin No.2, Sunur,
Kec. Nan Sabaris
4. Pekerjaan KK : tidak bekerja
5. Pendidikan KK : SMA
6. Komposisi Keluarga :
Hub
No Nama Gender Umur Pekerjaan Imunisasi
dengan KK
1 Ny. Y Perempuan Istri 56 tahun PNS
Lengkap
2 Nn. A Perempuan Anak 24 tahun Mahasiswa
Genogram
Genogram
129
Keterangan :
= Perempuan = Menikah
= Serumah
7. Tipe Keluarga
Tipe keluarga ini adalah Extended Family, yaitu keluarga dengan
pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan pengeluaran
keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya. Tn.
I tinggal bersama istri dan anaknya. Keluarga klien mempunyai masalah
yaitu perilaku hidup tidak sehat dilihat dari Tn. I adalah perokok aktif
tapi lingkungan sekitar rumah Tn. I cukup bersih.
8. Latar Belakang Etnik (Suku Bangsa)
Keluarga Tn. I berdarah minang. Tn. I bersuku Piliang dan istrinya
bersuku Tanjung. Karena keluarga Bpk I berdarah minang, maka sifat
keturunannya menganut sistem matrilineal, yaitu anak-anaknya menganut
suku ibunya, yaitu Tanjung. Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam
keluarga Tn. I adalah bahasa daerah (Minang). Tn. I menempati rumah
pusako di Sunur setelah menikah. Keluarga Tn. I tinggal di lingkungan
yang homogen akan budaya, yaitu budaya minang. Tn. I mengatakan
diwilayah tempat tinggalnya terdapat fasilitas umum seperti tempat
ibadah, pustu, toko kebutuhan sehari-hari. Saat pengkajian, tampak
dekorasi rumah keluarga Tn. I tradisional dan tampak unsur budaya
minang pada dekorasi rumah Tn. I. Kebiasaan orang minang yaitu sering
mengonsumsi makanan yang bersantan dan tinggi kolestrol sehingga
akan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan dan dapat menyebabkan
berbagai penyakit seperti jantung, hipertensi, stroke dan lain-lain. Dalam
130
gejala diabetes mellitus muncul, yakni tahun 2015, klien merasa kebas di
kaki lalu berat badannya turun. Lalu klien memeriksakan kondisinya ke
rumah sakit dan ternyata pasien mengalami diabetes mellitus tipe 2
dengan gula darah saat diperiksa pertama kali yaitu 432 g/dL.
Saat dilakukan pengkajian 29 November 2020 Tn. I mengatakan
bahwa rasa kesemutan pada kakinya terkadang muncul. Saat Tn. I merasa
kesemutan pada kaki, biasanya Tn. I hanya beristirahat tanpa ada obat
yang dimakan. Dan terkadang Tn. I juga mengakatan bahwa jika
kesemutan muncul atau timbul, Tn. I mengoles balsem atau minyak kayu
putih ke kakinya. Ketika gejala kesemutan pada kaki muncul, klien
merasa pola makannya sudah mulai agak tidak teratur, maka Tn. I akan
menjaga pola makannya karena Tn. I biasanya merasakan gejala tersebut
bila Tn. I sudah mulai banyak makan makanan yang mengandung
karbohidrat seperti nasi dan makanan manis atau minuman manis. Dan
bila Tn. I merasakan bahwa gejala kesemutan pada kakinya tidak
kunjung mereda, Tn. I biasanya meminta kepada keluarganya untuk
membawanya ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya. Semenjak
Tn. I mengetahui tentang penyait diabetes melitusnya, Tn. I mencoba
untuk mengatur pola makannya dengan mengurangi makan makanan
yang mengandung banyak glukosa seperti nasi maupun minum kopi
manis ataupun minuman manis lainnya.
Saat dilakukan pengkajian, Tn. I tidak ada mengkonsumsi obat
rutin untuk penyakitnya tetapi lebih menjaga aktivitas, pola dan jenis
makanannya, tekanan darah Tn. I adalah 130/80 mmHg N : 80x/i RR :
18x/i dan T 36,7oC. Tn. I mengatakan suka mengkonsumsi makanan
yang berminyak, bersantan, dan minuman manis. Tn. I mengatakan
jarang mengikuti kegiatan olahraga karena Tn. I merasa dengan bersih-
bersih rumah sudah dapat menggantikan olahraga. Tn. I belum mengenal
lebih dalam tentang diabetes melitus, Tn. I hanya bisa menyebutkan
definisi dan gejala umum dari penyakit daibetes melitus, tetapi tidak
mengetahui faktor risiko dan penatalaksanaan diabetes melitus.
134
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. I saling menyayangi, saling peduli, dan saling
menghormati. Perhatian terhadap anggota keluarga sangatlah besar, dan
selalu menghargai pendapat anggota keluarganya.
2. Fungsi Sosialisasi
a. Kerukunan hidup dalam keluarga : kerukunan dalam keluarga
terjalin dengan baik
b. Interaksi hubungan dalam keluarga : keluarga selalu berinteraksi dan
selalu terbuka di setiap kondisi yang terjadi di dalam keluarga, hal
ini dilakukan agar tidak terjadi kesalah pahaman.
c. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
dalam mengambil setiap keputusan di setiap kondisi pada keluarga
ini dilakukan secara musyawarah atau mufakat, musyawarah di
pimpin oleh Tn. I (suami Ny. Y). Namun di beberapa kondisi darurat
keputusan tidak selalu ditentukan berdasarkan musyawarah tapi
berdasarkan keputusan beberapa orang saja.
d. Kegiatan keluarga waktu senggang : keluarga Tn. I mengisi waktu
luang dengan cara berkumpul bersama keluarga.
e. Pertisipasi dalam kegiatan sosial : Keluarga Tn. I hanya mengikuti
beberapa kegiatan sosial saja, seperti gotong royong didepan rumah.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Keyakinan, Nilai, dan Perilaku Kesehatan
Bagi Tn. I, kesehatan merupakan hal terpenting bagi keluarga. Di
dalam keluarga Tn. I, saat ini hanya Tn. I yang sakit yakni diabetes
melitus. Sekarang ini Tn. I tidak mengkonsumsi obat rutin dari rumah
sakit, tapi kadang-kadang jika gejala dari penyakit diabetes melitusnya
kambuh seperti kesemutan, biasanya Tn. I akan beristirahat atau
membuat obat herbal seperti campuran tomat dan kacang panjang. Tn. I
142
Jika ada masalah keluarga Tn. I selalu mencari jalan keluar dengan cara
terbuka dan dimusyawarahkan bersama.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional
Pada saat pengkajian, tidak terdapat adaptasi disfungsional pada keluarga
Tn. I
tidak ada lecet atau tidak ada lecet atau tidak ada lecet
lesi, diktraksi lesi, diktraksi atau lesi,
dinding dada (-), dinding dada (-), diktraksi dinding
penggunaan otot penggunaan otot dada (-),
bantu nafas (-) bantu nafas (-) penggunaan otot
bantu nafas (-)
13 Paru - Inspeksi : - Inspeksi : - Inspeksi :
simetris kiri dan simetris kiri dan simetris kiri
kanan. kanan. dan kanan.
- Palpasi : - Palpasi : - Palpasi :
Fremitus kiri Fremitus kiri Fremitus kiri
dan kanan dan kanan dan kanan
- Perkusi : Sonor - Perkusi : Sonor - Perkusi : Sonor
- Auskultasi : - Auskultasi : - Auskultasi :
Vesikuler, Wh - Vesikuler, Wh - Vesikuler, Wh -
/-, Rh -/- /-, Rh -/- /-, Rh -/-
14 Abdomen - Inspeksi : - Inspeksi : Asites - Inspeksi :
Asites (-) (-) Asites (-)
- Palpasi : - Palpasi : - Palpasi :
Pembesaran Pembesaran Pembesaran
hepar dan lien hepar dan lien hepar dan lien
tidak teraba tidak teraba tidak teraba
- Perkusi : - Perkusi : timpani - Perkusi :
timpani - Auskultasi : timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) - Auskultasi :
Bising usus (+) Bising usus (+)
15 Genitalia Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Pengkajian Pengkajian Pengkajian
16 Ekstremitas Edema (-), nyeri (- Edema (-), nyeri Edema (-), nyeri
), varises (-), (-), varises (-), (-), varises (-),
kesemutan (+) kesemutan (-) kesemutan (-)
ANALISA DATA
Diagnosa
No Tanda Mayor Keterangan
Keperawatan
1 Gejala penyakit anggota keluarga Objektif Objektif Kategori:
semakin memberat - Berdasarkan rekam medik Tanggal 20 Oktober 2020 Tn. I datang ke Perilaku
Menurut PERKENI (2011), rumah sakit untuk kontrol dan meminta obat Diabetes melitus setelah Subkategori :
beberapa keluhan klasik pada sebelumnya merasakan kesemutan pada kakinya. Penyuluhan dan
pasien DM diantaranya adalah - Berdasarkan rekam medis Tn. I tanggal 02 November 2020 Tn. I Pembelajaran
poliuri, polifagia, polidipsia, dan datang ke rumah sakit dengan keluhan kesemutan yang tidak berhenti Diagnosa :
penurunan berat badan yang tidak pada kakinya. Tekanan darah Tn. I 130/80 mmHg. Manajemen
dapat dijelaskan sebabnya. - Hasil pemeriksaan fisik Kesehatan
Keluhan lain dapat berupa Tgl 29 November 2020 Tekanan darah Tn. I 130/80 mmHg dan Keluarga Tidak
kesemutan, gatal, lemah badan, terkadang masih merasakan kesemutan pada kakinya karena Diabetes Efektif
mata kabur, dan disfungsi ereksi melitusnya dan dirasa hilang timbul. ( Diabetes
pada pria serta pruiritas vulvae - Berdasarkan hasil pengukuran skala risiko terjadinya ulkus kaki melitus )
pada wanita diabetik menggunakan inlow’s 60 second diabetic foot screen
screening tool, didapatkan skor 4
152
Air putih
Total Kalori 1157
Kalori
farmakologi berupa modifikasi - Ny. Y mengatakan keluarga jarang melakukan olah raga
diet, melakukan latihan sendi dan - Tn. I mengatakan susah tidur karena merasa nyeri pada sendi sehingga
ROM. Menurut Cooper (2016) membuatnya terjaga
modifikasi gaya hidup dan - Ny. Y mengatakan Tn. I tampak tidak nyaman dengan kndisinya
perawatan secara mandiri sangat - Tn. I mengatakan sibuk dengan kegiatannya sehingga kadang-kadang
membantu kesembuhan bagi lupa untuk mengatur waktu istirahatnya dan menjaga pola makannya
penderita Diabetes melitus. dan makan makanan instan seperti bakso, mie ayam martabak dan
makanan manis.
Tanda Minor
5. Gagal mengurangi tindakan untuk Objektif Objektif
mengurangi faktor risiko - Tn. I tampak merasakan kesemutan pada kakinya jika pola diit
makannya tidak teratur atu terlalu banyak makan tanpa diatur
- Tn. I tampak kesulitan melakukan kegiatan berat seperti mengangkat-
angkat benda berat karena mempengaruhi kondisinya.
- Tn. I tampak kurang motivasi untuk melakukan olahraga
155
Diagnosa
No Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI
Keperawatan
1 Manajemen 1. Manajemen kesehatan a. Dukungan keluarga merencanakan perawatan (I.13477)
Kesehatan keluarga (L.12105) Observasi
Keluarga Tidak Indikator : - Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
Efektif (D.0115) - Identifkiasi konsekuensi tidak melakukan tindakan bersama keluarga
(diabetes melitus) 1 Kemampuan 5 - Identifkasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
menjelaskan masalah - Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
kesehatan yang Terapeutik
dialami - Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya
2 Aktivitas keluarga 5 kesehatan
mengatasi masalah - Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga
kesehatan tepat
- Ciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal
3 Tindakan untuk 5 Edukasi
mengurangi risiko
- Informasikan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
- Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Ket
1. Menurun
- Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga
2. Cukup menurun
3. Sedang
b. Edukasi Proses Penyakit (I. 12444)
4. Cukup meningkat
Observasi
5. Meningkat
4 Verbalisasi kesulitan 5
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
menjalankan
perawawatan yang - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
ditetapkan - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5 Gejala penyakit 5 - Berikan kesempatan untuk bertanya
anggota keluarga Edukasi
- Jelaskan penyebab dan faktor risiko kesehatan
156
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-1
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
Senin/ 30 Manajemen Kesehatan Edukasi proses penyakit S: Anisa
November 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan - Tn. I mengatakan sudah
(Diabetes Mellitus) klien dan keluarga dalam menerima - mengetahui menegenai
informasi - penyakit diabetes mellitusnya
- Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai - seperti pengertian,
kesepakatan yang telah direncanakan oleh - penyebab, tanda dan gejala
mahasiswa dan keluarga - serta akibat dari diabetes
- Menyediakan materi dan media pendidikan mellitus
yang akan diberikan kepada klien dan - Tn. I mengatakan
keluarga - menyadari masalah
- Menjelaskan penyebab dan faktor risiko - kesehatannya sekarang
Diabetes Melitus O:
- Menjelaskan penyebab munculnya - Tn. I dan keluarga tampak
Diabetes Mellitus - antusias mendengarkan
- Menjelaskan tanda dan gejala yang - informasi dengan bertanya
ditimbulkan oleh Diabetes Melitus - Tn. I dapat menyebutkan
- Menjelaskan kemungkinan terjadinya - kembali pengertian
komplikasi Diabetes Melitus - diabetes mellitus
- Mengajarkan cara meredakan atau - Tn. I dapat menyebutkan 3
mengatasi gejala dari Diabetes Mellitus dari 4 penyebab diabetes
- Memberikan kesempatan kepada klien dan mellitus
keluarga untuk bertanya terkait Diabetes - Tn. Idapat menyebutkan 5 dari
Melitus klien 6 tanda dan gejala diabetes
- Menginformasikan kondisi klien saat ini mellitus
- Tn. I dapat menyebutkan
158
P : Intervensi dilanjutkan
dengan menjelaskan cara
non farmakologi untuk
mengatasi diabetes mellitus
dengan menjelaskan dan
menerapkan diet diabetes
mellitus.
159
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-2
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa/ 01 Manajemen Kesehatan Edukasi Proses Penyakit S: Anisa
November 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengobservasi kembali pengetahuan Tn. I - Tn. I mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) terkait pendidikan kesehatan tentang diabetes mengetahui dan
melitus yang sebelumnya diberikan memahami tentang diet
- Memberikan reinforcement positif kepada dan pengaturan makan
Tn. I atas jawaban yang disampaikan untuk penderita diabetes
- Mengkaji tingkat pengetahuan Tn. I terkait melitus
diet yang disarankan dan dibolehkan dan - Tn. I mengatakan belum
yang dilarang atau dibatasi pada penderita pernah melakukan diet
Diabetes melitus. Diabetes melitus
- Mengkaji pola makan dan jenis makanan Tn.
I termasuk makanan yang disukai oleh Tn. I O:
- Mengkaji adanya masalah keuangan terkait - Tn. I dan keluarga
pemenuhan pembelian makanan yang tampak antusias
disarankan mendengarkan informasi
- Menjelaskan kepada Tn. I tentang tujuan dan dan bertanya
manfaat kepatuhan terhadap diet yang - Tn. I dan keluarga
disarankan tampak mengerti
- Membantu Tn. I memilih makanan yang mengenai diet Diabetes
sesuai dengan makanan yang disarankan melitus
sesuai diet - Keluarga tampak
- Menginstruksikan kepada Tn. I mengenai mendukung klien untuk
perencanaan diet yang sesuai melaksanakan diet
- Menekankan pentingnya pemantauan yang Diabetes melitusnya.
berkelanjutan terkait pemeliharaan kesehatan - Tn. I dapat menyebutkan
160
P : Intervensi dilanjutkan
dengan Pendidikan
kesehatan tentang Latihan
ROM aktif kaki
161
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-3
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
Rabu/ 02 Manajemen Kesehatan Edukasi Proses Penyakit S: Anisa
November 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengobservasi kembali pengetahuan Tn. I terkait - Tn. I mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) pendidikan kesehatan tentang diet Diabetes melitus mengetahui dan
yang sebelumnya diberikan memahami tentang diet
- Memberikan reinforcement positif kepada Tn. I dan pengaturan makan
atas jawaban yang disampaikan untuk penderita diabetes
- Meginformasikan kepada klien mengenai tujuan, melitus
manfaat dari latihan yang akan diberikan - Tn. I mengatakan sudah
- Membantu Tn. I dalam menentukan tujuan dalam pernah melakukan diet
latihan secara perlahan dan meningkat secara pasti. Diabetes melitus namun
- Memberikan leaflet dengan informasi mengenai masih belum teratur
ROM aktif kaki (defenisi, manfaat, metode serta
prosedur) O:
- Tn. I dan keluarga
tampak antusias
Dukungan keluarga merencanakan perawatan mendengarkan informasi
- Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga dan bertanya
tentang kesehatan klien - Tn. I dan keluarga
- Mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan tampak mengerti
tindakan untuk mengatasi gejala yang dirasakan mengenai diet Diabetes
klien bersama keluarga melitus
- Mengidentifikasi tindakan yang dapat dilakukan - Keluarga tampak
untuk mengatasi Diabetes melitusklien dengan mendukung klien untuk
melakukan ROM aktif kaki melaksanakan diet
- Memotivasi pengembangan sikap dan emosi yang Diabetes melitusnya.
162
P : Intervensi dilanjutkan
dengan Pendidikan
kesehatan tentang Latihan
ROM aktif kaki hari-1
163
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-4
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Kamis/ 03 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Mengulang kembali S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi latihan ROM aktif - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien kaki melakukan gerakan
sebelum dilakukannya Latihan ROM aktif kaki
Latihan ROM aktif kaki secara mandiri
pada hari ke-1 - Klien mengatakan
- Mengidentifikasi kesiapan tubuhnya terasa lebih
klien dalam melakukan rileks
kegiatan latihan ROM aktif
kaki O:
- Menjelaskan kembali - Klien dapat melakukan
manfaat kesehatan dan - gerakan ROM aktif kaki
efek fisiologis dari dengan didampingi secara
penerapan latihan ROM keseluruhan oleh
aktif kaki yang diberikan mahasiswa
- Menjelaskan frekuensi, - Tn. I mengatakan dapat
durasi dan intensitas - melakukan latihan gerak
latihan yang akan ROM aktif kaki 15-20
dilakukan menit dalam 1 kali latihan
- Mengajarkan latihan gerak
ROM aktif kaki kepada A:
klien dengan didampingi - Kemampuan menjelaskan
keluarga masalah kesehatan yang
- Mengajarkan teknik dialami (4)
164
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-5
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Jumat/ 04 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melakukan kembali S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi latihan ROM aktif - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien kaki melakukan latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
Latihan ROM aktif kaki - Klien mengatakan
pada hari ke 2 kesemutan yang dirasa
- Mengidentifikasi kesiapan pada kaki lebih berkurang
klien dalam melakukan - Klien mengatakan tubuh
kegiatan latihan ROM aktif lebih rileks
kaki
- Menjelaskan kembali O:
manfaat kesehatan dan - Klien dapat melakukan
efek fisiologis dari gerakan ROM aktif kaki
penerapan ROM aktif kaki secara keseluruhan
yang diberikan
- Menjelaskan frekuensi, A:
durasi dan intensitas - Kemampuan menjelaskan
latihan yang akan masalah kesehatan yang
dilakukan dialami (4)
- Mengajarkan ROM aktif - Aktivitas keluarga
kaki kepada klien dengan mengatasi masalah
didampingi keluarga kesehatan dengan tepat
- Mengajarkan teknik (3)
pernafasan yang tepat - Tindakan untuk
166
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-6
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Sabtu/ 05 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melakukan kembali S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi latihan ROM aktif - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien kaki melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 3 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan
kegiatan ROM aktif kaki O:
- Menjelaskan kembali - Klien dapat melakukan
manfaat kesehatan dan latihan dengan
efek fisiologis dari pendampingan minimal
penerapan ROM aktif kaki
yang diberikan A:
- Menjelaskan frekuensi, - Kemampuan menjelaskan
durasi dan intensitas masalah kesehatan yang
latihan yang akan dialami (4)
dilakukan - Aktivitas keluarga
- Mengajarkan ROM aktif mengatasi masalah
kaki kepada klien dengan kesehatan dengan tepat
didampingi keluarga (3)
- Mengajarkan teknik - Tindakan untuk
pernafasan yang tepat mengurangi risiko (3)
untuk memaksimalkan - Verbalisasi kesulitan
168
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-7
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Minggu/ 06 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melakukan kembali S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi latihan ROM aktif - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien kaki melakukan gerakan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari
ke 4 O:
- Mengidentifikasi kesiapan - Klien dapat melakukan
klien dalam melakukan latihan dengan
kegiatan latihan ROM pendampingan minimal
aktif kaki - Klien dapat melakukan
- Menjelaskan kembali latiahn dengan
manfaat kesehatan dan pendampingan minimal
efek fisiologis dari
penerapan ROM aktif kaki A:
yang diberikan - Kemampuan menjelaskan
- Menjelaskan frekuensi, masalah kesehatan yang
durasi dan intensitas dialami (4)
latihan yang akan - Aktivitas keluarga
dilakukan mengatasi masalah
- Mengajarkan ROM aktif kesehatan dengan tepat
kaki kepada klien dengan (3)
didampingi keluarga - Tindakan untuk
- Mengajarkan teknik mengurangi risiko (3)
pernafasan yang tepat - Verbalisasi kesulitan
170
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-8
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Senin/ 07 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melakukan kembali S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi Latihan ROM aktif - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien kaki - melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki secara mandiri
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 5 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan - Klien mengatakan
kegiatan latihan terhadap kesemutan pada kaki
tiap gerakan terapi yang klien masih dirasa hilang
diberikan timbul
- Mengevaluasi perasaan
klien setelah melakukan O:
latihan ROM aktif kaki - Klien dapat melakukan
- Menjadwalkan Latihan latihan dengan
ROM aktif kaki untuk hari pendampingan minimal
ke 5 dengan klien dan
keluarga gerak ROM aktif A:
kaki - Kemampuan menjelaskan
- Menjelaskan kembali masalah kesehatan yang
manfaat kesehatan dan dialami (4)
efek fisiologis dari - Aktivitas keluarga
penerapan ROM aktif kaki mengatasi masalah
yang diberikan kesehatan dengan tepat
172
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-9
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Selasa/ 08 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melaksanakan S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi kembali latihan ROM - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien aktif kaki melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 6 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan - Klien mengatakan
kegiatan latihan ROM aktif kesemutan pada kaki
kaki berkurang
- Menjelaskan kembali - Klien mengatakan sudah
manfaat kesehatan dan menerapkan lingkungan
efek fisiologis dari yang aman terkait
penerapan ROM aktif kaki kondisinya.
yang diberikan
- Menjelaskan frekuensi, O:
durasi dan intenstas latihan - Klien dapat melakukan
dilakukan latihana secara mandiri
- Mengajarkan ROM aktif
kaki kepada klien dengan A:
didampingi keluarga - Kemampuan menjelaskan
- Mengajarkan teknik masalah kesehatan yang
pernafasan yang tepat dialami (4)
untuk memaksimalkan - Aktivitas keluarga
174
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-10
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Rabu/ 09 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melaksanakan S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi kembali Latihan - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien ROM aktif kaki melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 7 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan - Klien mengatakan sudah
kegiatan ROM aktif kaki mengetahui tahapan untuk
- Menjelaskan kembali rujukan pengobatan dan
manfaat kesehatan dan efek menggunakan fasilitas
fisiologis dari penerapan kesehatan yang ada
ROM aktif kaki yang dilingkungan rumahnya
diberikan
- Menjelaskan frekuensi, O:
durasi dan intensitas latihan - Klien dapat melakukan
yang akan dilakukan latihan ROM aktif kaki
- Mengajarkan ROM aktif secara mandiri
kaki kepada klien dengan - Klien dapat melakukan
didampingi keluarga gerakan dengan benar.
- Mengajarkan teknik
pernafasan yang tepat untuk A:
memaksimalkan - Kemampuan menjelaskan
penyerapan oksigen selama masalah kesehatan yang
176
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-11
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Kamis/ 10 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 8 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan
kegiatan latihan ROM aktif O:
kaki - Klien dapat melakukan
- Menjelaskan kembali latihan ROM aktif kaki
manfaat kesehatan dan efek secara mandiri
fisiologis dari penerapan - Klien dapat melakukan
ROM aktif kaki yang gerakan dengan benar.
diberikan
- Menjelaskan frekuensi, A:
durasi dan intensitas - Kemampuan menjelaskan
latihan yang akan masalah kesehatan yang
dilakukan dialami (4)
- Mengajarkan ROM aktif - Aktivitas keluarga
kaki kepada klien dengan mengatasi masalah
didampingi keluarga kesehatan dengan tepat
- Mengajarkan teknik (4)
pernafasan yang tepat - Tindakan untuk
178
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-12
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Jumat/ 11 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 9 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan
kegiatan latihan ROM aktif O:
kaki - Klien dapat melakukan
- Menjelaskan kembali latihan ROM aktif kaki
manfaat kesehatan dan efek secara mandiri
fisiologis dari penerapan - Klien dapat melakukan
ROM aktif kaki yang gerakan dengan benar.
diberikan
- Menjelaskan frekuensi, A:
durasi dan intensitas - Kemampuan menjelaskan
latihan yang akan masalah kesehatan yang
dilakukan dialami (4)
- Mengajarkan ROM aktif - Aktivitas keluarga
kaki kepada klien dengan mengatasi masalah
didampingi keluarga kesehatan dengan tepat
- Mengajarkan teknik (4)
pernafasan yang tepat - Tindakan untuk
180
IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan Keluarga Tn. I
Hari-13
Diagnosa Implementasi
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan Pagi Sore
Sabtu/ 12 Manajemen Kesehatan Edukasi latihan fisik Melakukan kembali S: Anisa
Desember 2020 Keluarga Tidak Efektif - Mengidentifikasi latihan ROM aktif kaki - Klien mengatakan dapat
(Diabetes Mellitus) kesemutan pada kaki klien melakukan Latihan ROM
sebelum dilakukannya aktif kaki
ROM aktif kaki pada hari - Klien mengatakan
ke 10 tubuhnya terasa lebih
- Mengidentifikasi kesiapan rileks
klien dalam melakukan - Klien mengatakan
kegiatan latihan ROM aktif kesemutan pada kakinya
kaki sudah jauh berkurang
- Menjelaskan kembali
manfaat kesehatan dan efek O:
fisiologis dari penerapan - Klien dapat melakukan
ROM aktif kaki yang latihan ROM aktif kaki
diberikan secara mandiri
- Menjelaskan frekuensi, - Klien dapat melakukan
durasi dan intensitas gerakan dengan benar.
latihan yang akan
dilakukan A:
- Mengajarkan ROM aktif - Kemampuan menjelaskan
kaki kepada klien dengan masalah kesehatan yang
didampingi keluarga dialami (4)
- Mengajarkan teknik - Aktivitas keluarga
pernafasan yang tepat mengatasi masalah
182
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Proses menua dapat berpengaruh terhadap timbulnya berbagai
masalah kesehatan, baik secara biologis, mental, maupun ekonomi.
Penurunan dari kemampuan fisik disebabkan oleh semakin lanjut usia
seseorang, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran
sosialnya (Tamher, 2009). Peran perawat gerontik yaitu untuk
mengurangi faktor resiko yang berfokus pada tindakan yang dapat
meningkatkan kesehatan pada semua anggota keluarga pada tingkat
perkembangannya. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang
terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas, salah satu
fungsi keluarga adalah sebagai pelaksana perawatan kesehatan (Maryam
dkk,2008).
Mahasiswa melakukan pengkajian pada keluarga binaan pada
tanggal 29 November 2020, dilakukan perkenalan dengan klien,
membina hubungan saling percaya dengan klien, dan membantu
mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki klien. Setelah itu dilakukan
pemberian informed consent sebagai tanda persetujuan klien unuk
dilakukan pembinaan selama 2 minggu. Kemudian melakukan
pengkajian kesehatan, meliputi data umum klien dan kelaurga,
pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik terfokus sesuai keluhan klien
dalam rangka mengumpulkan data dasar untuk menegakkan diagnosa
keperawatan dan mengatasi masalah klien.
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
1. Data umum keluarga
2. Tipe dan bentuk keluarga
184
c. Media dan Alat :Format pengkajian, alat tulis, Informed consent, dan
nursing kit
d. Waktu dan Tempat : Minggu 29 November 2020 jam 09.00 WIB di
rumah Tn. I
e. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
Data didapatkan melalui Wawancara dilakukan dengan Tn. I dan Ny. Y
berlangsung di rumah Tn. I.
2. Kriteria Proses
a) Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan.
b) Keluarga dan Lansia menerima kedatangan mahasiswa.
c) Keluarga dan lansia menyetujui menjadi klien binaan.
d) Selama wawancara keluarga dan lansia kooperatif.
3. Kriteria Hasil
a) Didapatkan hasil pengkajian tentang data umum keluarga
b) Didapatkan hasil pengkajian tentang tipe dan bentuk keluarga
c) Didapatkan hasil pengkajian Latar belakang kebudayaan (Suku,
agama , sosial ekonomi, rekreasi keluarga)
d) Didapatkan hasil pengkajian Tahap perkembangan dan riwayat
keluarga
e) Didapatkan hasil pengkajian data lingkungan dan struktur keluarga
f) Didapatkan data pengkajian fungsi keluarga & pemeriksaan fisik
g) Didapatkan data tentang harapan keluarga terhadap perawat
h) Keluarga bersedia dilakukan pertemuan selanjutnya
186
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Perawat gerontik memiliki peran untuk mengurangi faktor resiko
yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada
semua anggota keluarga terhadap tingkat perkembangannya. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas, keluarga merupakan unit
pelayanan kesehatan yang terdepan dan salah satu fungsi keluarga adalah
sebagai pelaksana perawatan kesehatan (Maryam, 2008).
Pada pertemuan pertama telah dilakukan pengkajian dan
pemeriksaan fisik pada lansia Tn. I didapatkan data bahwa tipe bentuk
keluarga Tn. I adalah tipe keluarga nuclear family. Pada pertemuan
kedua. Klien mengatakan sering merasakan kesemutan pada kedua
kakinya sehingga menyebabkan aktivitas klien terganggu. Klien
mengatakan tidak terlalu dalam mengetahui apa itu diabetes melitus,
penyebab diabetes melitus, gejala diabetes melitus, cara menangani
diabetes melitus. Klien mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas.
Keluhan dirasakan sejak 2-3 tahun terakhir. Nyeri yang dirasakan oleh
klien terasa hilang timbul. Klien belum mengetahui tentang cara
mengatasi kesemutan pada kakinya, sehingga bisa melaksanakan
aktivitas.
Berdasarkan data yang didapatkan, mahasiswa berencana
melakukan intervensi dan implementasi terkait pengetahuan klien
mengenai penyakitnya dengan diagnosa keperawatan yaitu manajemen
kesehatan keluarga tidak efektif (Diabetes melitus) pada Tn. I serta
mendorong keluarga untuk terlibat dalam kegiatan rencana perawatan
dan menentukan kesiapan dan kemampuan anggota keluarga untuk
belajar. Berdasarkan kontrak waktu yang disepakati sebelumnya dengan
187
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Perawat gerontik memiliki peran untuk mengurangi faktor resiko
yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada
semua anggota keluarga terhadap tingkat perkembangannya. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas, keluarga merupakan unit
pelayanan kesehatan yang terdepan dan salah satu fungsi keluarga adalah
sebagai pelaksana perawatan kesehatan (Maryam, 2008).
Pada pertemuan ketiga, Klien mengatakan tidak mengetahui
secara spesifik batasan makanan untuk mengatasi diabetes melitus ini.
Klien mengatakan belum terlalu memahami bagaimana pola makan dan
makanan yang boleh dan tidak boleh untuk penderita diabetes melitus.
Klien mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas dan mengalami
kesemutan pada kaki. Keluhan dirasakan sejak 2-3 tahun terakhir.
Kesemutan yang dirasakan hilang timbul. Klien belum mengetahui
tentang cara mengatasi kesemutan pada kaki sehingga bisa melaksanakan
aktivitas.
Berdasarkan data yang didapatkan untuk mengatasi kesemutan
pada kaki tersebut membutuhkan perawatan yang komprehensif,
mahasiswa berencana melakukan intervensi dan implementasi dengan
masalah keperawatan yaitu manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
(diabetes melitus).
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Data–data yang perlu dikaji lebih lanjut adalah pengkajian kesemutan
pada kaki serta pengetahuan klien dan keluarga tentang mengatur pola
diet diabetes melitus.
190
c. Masalah keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (diabetes melitus)
c. Kriteria Hasil
- Klien dan Keluarga mampu memahami diet diabetes melitus
- Klien dan Keluarga menyepakati kontrak selanjutnya
192
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Perawat gerontik memiliki peran untuk mengurangi faktor resiko
yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada
semua anggota keluarga terhadap tingkat perkembangannya. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas, keluarga merupakan unit
pelayanan kesehatan yang terdepan dan salah satu fungsi keluarga adalah
sebagai pelaksana perawatan kesehatan (Maryam, 2008).
Pada pertemuan ketiga dilakukan intervensi tentang diet diabetes
melitus kepada Tn. I. Klien mengatakan sudah mengetahui dan akan
menjaga pola dietnya. Pada pertemuan keeempat dilakukan intervensi
tentang latihan ROM aktif kaki kepada Tn. I yang mengalami diabetes
melitus. Klien mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas dan
mengalami kesemutan pada kaki. Keluhan dirasakan sejak 3 tahun
terakhir. Kesemutan yang dirasakan hilang timbul. Pengukuran
kesemutan yang merupakan salah satu gejala dari risiko terjadinya ulkus
kaki diabetik dengan menggunakan inlow’s 60 second diabetic foot
screen screening tool dan didapatkan skor yakni 4. Klien belum
mengetahui tentang cara mengatasi kesemutan pada kaki dengan cara
latihan ROM aktif kaki yang dapat membantu klien melaksanakan
aktivitas dengan baik.
Berdasarkan data yang didapatkan untuk mengatasi kesemutan
pada kaki tersebut membutuhkan perawatan yang komprehensif,
mahasiswa berencana melakukan intervensi dan implementasi dengan
masalah keperawatan yaitu manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
(diabetes melitus).
193
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Perawat gerontik memiliki peran untuk mengurangi faktor resiko
yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada
semua anggota keluarga terhadap tingkat perkembangannya. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas, keluarga merupakan unit
pelayanan kesehatan yang terdepan dan salah satu fungsi keluarga adalah
sebagai pelaksana perawatan kesehatan (Maryam, 2008).
Pada pertemuan keenam sampai dengan ketujuhbelas dilakukan
intervensi tentang latihan ROM aktif kaki kepada Tn. I yang mengalami
diabetes melitus untuk melakukan intervensi latihan ROM aktif kaki
selama 10 hari secara terus menerus dengan sehari 2 pertemuan. Sebelum
memulai intervensi sebelumnya dievaluasi dahulu perasaan klien. Klien
mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas dan mengalami kesemutan
pada kakinya. Keluhan dirasakan sejak 3 tahun terakhir. Kesemutan yang
dirasakan hilang timbul. Klien mengatakan mau melakukan cara
mengatasi nyeri dengan cara latihan ROM aktif kaki yang dapat
membantu klien melaksanakan aktivitas dengan baik.
Berdasarkan data yang didapatkan untuk mengatasi nyeri tersebut
membutuhkan perawatan yang komprehensif, mahasiswa berencana
melakukan intervensi dan implementasi dengan masalah keperawatan
yaitu manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (diabetes melitus).
b. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Data–data yang perlu dikaji lebih lanjut adalah pengkajian kesemutan
pada kaki serta pengetahuan klien dan keluarga tentang cara menangani
kesemutan akibat diabetes melitus dengan cara latihan ROM aktif kaki.
196
c. Masalah keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (diabetes melitus)
c. Kriteria Hasil
- Klien dan Keluarga mampu memahami dan klien bisa mempraktekan
latihan gerakan sendi lutut
- Klien dan Keluarga menyepakati kontrak selanjutnya
198
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Perawat gerontik memiliki peran untuk mengurangi faktor resiko
yang berfokus pada tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan pada
semua anggota keluarga terhadap tingkat perkembangannya. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas, keluarga merupakan unit
pelayanan kesehatan yang terdepan dan salah satu fungsi keluarga adalah
sebagai pelaksana perawatan kesehatan (Maryam, 2008).
Pada pertemuan keempatbelas yang merupakan pertemuan
terakhir dilakukan intervensi tentang latihan ROM aktif kaki kepada Tn. I
yang mengalami kesemutan pada kaki akibat penyakit diabetes melitus.
Klien mengatakan sulit untuk melakukan aktivitas dan mengalami
kesemutan pada kaki. Keluhan dirasakan sejak 3 tahun terakhir.
Kesemutan yang dirasakan pada kaki hilang timbul. Klien mengatakan
ingin melakukan cara mengatasi kesemutan pada kaki dengan cara
latihan ROM aktif kaki yang dapat membantu klien melaksanakan
aktivitas dengan baik.
Berdasarkan data yang didapatkan untuk mengatasi nyeri tersebut
membutuhkan perawatan yang komprehensif, setelah mahasiswa
melakukan intervensi dan implementasi dengan masalah keperawatan
yaitu manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (diabetes melitus) pada
klien maka dilakukan kembali evaluasi terhadap skor kesemutan yang
merupakan gejala dari risiko terjadinya ulkus kaki diabetik dengan
menggunakan inlow’s 60 second diabetic foot screen screening tool
untuk mengetahui perubahan kesemutan yang merupakan gejala dari
risiko terjadinya ulkus kaki diabetik pada klien dan menilai apakah
intervensi yang diberikan berhasil.
199
Lampiran 4
Kepada
Yth,
Bapak/ibu Di
Tempat
Dengan hormat,
No. Bp : 1941312039
Menyatakan bahwa saya akan melaksanakan praktek pada pasien kelolan sebagai
salah satu tugas perkuliahan praktek profesi peminatan gerontik dan syarat untuk
meraih gelar profesi Ners di instansi pendidikan tersebut. Untuk itu saya sangat
berharap kesediaan bapak/ibu untuk ikut serta dalam pemberian intervensi, yaitu
dengan bersedia menjadi klien dan keluarga kelolaan. Atas ketersediaan dan
Hormat saya,
(Anisa Pujiati)
202
Lampiran 5
CURICULUM VITAE
Pendidikan Tahun
TK Aisyiyah 2002 – 2003
SD Negeri 16 Kp. Jawa I Pariaman 2003 – 2009
SMP Negeri 1 Pariaman 2009 – 2012
SMA Negeri 1 Pariaman 2012 – 2015
S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan 2015 – 2019
Universitas Andalas
Profesi Ners Fakultas Keperawatan 2019 – sekarang
Universitas Andalas
203
Lampiran 6
Dokumentasi
204
Lampiran 7
LEMBAR KONSULTASI KARYA ILMIAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Tanda Tangan
NO Hari / Tanggal Kegiatan / Saran Pembimbing
Pembimbing
1 Rabu/ 25 Penjelasan awal peminatan
November 2020
2 Senin/ 30 Bimbingan diagnosa
November 2020 Keperawatan dan EBN untuk
Intervensi
3 Kamis/ 10 Responsi
Desember 2020
4 Jumat/ 11 Supervisi
Desember 2020
5 Rabu/ 16 Bimbingan KIA BAB 1
Desember 2020
6 Sabtu/ 19 Bimbingan KIA lengkap
Desember
7 Senin/ 21 Acc Ujian Kompre
Desember 2020
205