Anda di halaman 1dari 8

Sistem Tadah Hujan Semi Intensif dan Intensif

Sistem bertanam adalah pola-pola tanam yang digunakan petani dan interaksinya dengan sumber-
sumber alam dan teknologi yang tersedia. Sedangkan pola tanam adalah penyusunan cara dan saat
tanam dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam berikut waktu-waktu kosong (tidak ada tanaman)
pada sebidang lahan tertentu.

Pola tanam ini mencakup beberapa bentuk sebagai berikut:

v Multiple Cropping (Sistem Tanam Ganda)

Multiple cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang tanah yang
sama dalam satu tahun. Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani dengan lahan sempit di
daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus
meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam.

Macam-macam bentuk dari multiple cropping antara lain:

a) Intercropping (Sistem Tumpang Sari)

Intercropping adalah sistem penanaman secara serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan
yang berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Misalnya tumpangsari antara tanaman ubi kayu
dan jagung atau ubi kayu dengan kacang tanah. Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat
bagi petani yakni antara lain mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama,
memudahkan proses pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil
produksi atau panen.

b) Mixed Cropping (Sistem Tanam Campuran)

Mixed cropping adalah sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak dan bercampur
pada sebidang lahan yang sama. Sistem ini jarang diterapkan karena sulit dalam proses
pemeliharaannya. Sistem tanam ini lebih banayak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan
penyakit. Cara penataan tanaman campuran dilakukan dengan berbagi jenis tanamn secara bersamaan
dan tidak teratur serta tidak terikat pada waktu.

c) Relay Cropping (Sistem Tanam Sisipan)

Relay cropping adalah sistem penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum
tanaman yang ada tersebut dipanen. Sistem penanaman ini dalam istilah lain seperti sistem tumpang
sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Contoh khas dari sistem
penanaman ini di Indonesia yaitu, padi gogo dan jagung ditanam bersama-sama kemudian ubi kayu
ditanam sebagai tanaman sela satu bulan atau lebih sesudahnya.

Penataan pertanaman sela merupakan penataan pertanaman dua atau lebih jenis tanaman yang
berlainan dalam sifat, umur dan sebagainya. Bentuk lain dari penataan pertanaman sela antara lain :
Ø Intercropping (Tumpang Sari), merupakan penataan pertanaman dari dua jenis atau lebih tanaman
yang umurnya tidak jauh berbeda. Tanaman ditanam secara bersamaan dan di tempat yang sama.
Misalnya, beberapa baris jagung ditanami beberapa baris kacang tanah.

Ø Interplanting (Tanaman Sela), merupakan penataan dari dua jenis tanaman musiman yang berbeda
umurnya tetapi ditanam bersamaan dan pada tempat yang sama. Bedanya dengan tumpang sari adalah
umur tanamannya yang sedikit jauh berbeda. Misalnya, tanaman kacang tanah dengan tanaman ubi
kayu.

Ø Interculture (Tanaman Sela Budidaya), merupakan penataan pertanaman dari jenis tanaman
musiman yang ditanam diantara jenis tanaman berumur panjang. Misalnya, padi gogo ditanam diantara
karet.

Penerapan sistem tanam ganda memilki banyak keuntungan dalam bidang pertanian, antara lain:

· Mengurangi erosi tanah atau mengurangi terjadinya kehilangan unsur hara pada tanah.

· Memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air
ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan tetap tersedia.

· Menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, karena pengolahan tanah tidak perlu dilakukan
berulang kali

· Mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat.

· Mampu menghemat tenaga kerja

· Menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami secara terus menerus.

· Mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman

· Memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.

v Seguantial Cropping (Pergiliran Tanaman)

Seguantial cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dalam
satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian pula bila ada
tanaman ketiga, tanaman ini ditanam setelah tanaman kedua dipanen.

v Maximum Cropping (Siatem Tanam Maksimum)


Maximum cropping adalah pengusahaan lahan untuk mendapatkan hasil panen yang setinggi-tingginya
tanpa memperhatikan aspek ekonomisnya (biaya, pendapatan atau keuntungan) dan apalagi aspek
kelestarian produksinya dalam jangka panjang.

v Sole Cropping atau Monoculture (Sistem Tanam Tunggal)

Monoculture adalah sistem penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan periode waktu yang sama.
Penataan tanaman secara tunggal dilaksanakan di atas tanah dan dalam waktu tertentu (sepanjang
umur tanaman) hanya ditanam satu jenis tanaman. Setelah dilakukan penanaman dengan satu tanaman,
dan selanjutnya tanah tersebut ditanam kembali dengan jenis tanaman yang sama atau jenis tanaman
lain.

Ada beberapa penataan pertanaman secara tunggal dalam variasi tanamannya sebagai berikut ;

a. Bergiliran secara berurutan

Cara ini dilakukan pada musim hujan, yakni tanah sawah ditanami padi. Sedangkan pada musim
kemarau, tanah ditanami palawija dan ini tergantung pada keadaan tanah, pengairan, iklim dan
sebagainya.

b. Bergiliran secara urutan dan glebagan


Cara ini banyak terdapat di daeah-daerah sawah tadah hujan. Untuk mengurangi resiko tidak
memperoleh hasil tanaman yang ditanamnya secara tunggal maupun bergiliran, petani membagi tanah
sawahnya menjadi dua bagian. Bagian pertama dikelola sebagai sawah dengan pergiliran tanaman dan
bagian kedua dikelola sebagai tanah kering (tegalan) dan ditanami dengan tanaman yang cocok untuk
tanah kering.

Di atas tegal dilakukan pertanaman tunggal dan sistem tanaman bergilir berurutan. Setelah beberapa
tahn, bagian sawah dijadikan tanah kering dan bagian tanah kering dijadikan tanah sawah kembali.
Sistem seperti ini disebut dengan sistem glebagan.

c. Bergiliran secara berjajar atau paralel (tidak menganut sistem Glebagan)

Sistem ini dilakukan dengan mengelola sebidang tanah sawah yang luas dengan cara pada musim hujan
seluruh sawah ditanami padi,tetapi pada musim kemarau ada bagian yang terpaksa dikosongkan karena
tidak memeperoleh cukup air, dan bagian yang kosong tersebut kemudian ditanami palawija dan lain-
lain. Dalam usaha tersebut sepertinya terdapat penataan pertanaman jajaran dari berbagai penataan
pertanaman bergiliran berurutan.

3. Sistem Irigasi

Irigasi adalah pemberian air kepada tanah di mana tanaman tumbuh sehingga tanaman tidak mengalami
kekurangan air selama hidupnya. Pengairan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
penigkatan produksi pertanian melalui pancausahatani. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan
pertumbuhan tanaman. Air dapat berasal dari air hujan dan pengairan yang diatur oleh manusia. Kedua
hal tersebut harus disesuaikan agar tanaman benar-benar mendapatkan air yang cukup, tidak kurang
dan tidak pula berlebih. Pengairan ini meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman berarti juga
termasuk dreanase.

Tujuan dari iragasi yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air bagi keperluan
pertumbuhan. Manfaat lain tersedianya air irigasi adalah :

a. Mempermudah untuk pengolahan tanah

b. Membantu mengatur suhu tanah dan tanaman

c. Membatu proses pemupukan agar dapat terserap oleh tanaman secara maksimal

d. Mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu

Namun demikian, kebutuhan tanaman akan air harus diperhatikan secara bersama-sama. Jumlah
kebutuhan air untuk irigasi dalam pertanian umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
Ø Jenis dan sifat tanah, sifat tersebut termasuk tekstur tanah, permeabelitas yang akan mempengaruhi
besarnya perkolasi atau hilangnya air ke bagian tanah yang lebih dalam.

Ø Macam dan jenis tanaman, ini menunjukkan kebutuhan air yang berbeda sesuai dengan perbedaan
sifat tanaman dan cara-cara bercocok tanam.

Ø Keadaan iklim, khususnya curah hujan dan penyinaran matahari disamping keadaan musin
disepanjang tahun.

Ø Faktor tofografi berpengaruh terhadap jumlah, terutama dari segi jumlah kehilangan air melaliu
perembesan, kebocoran, dan aliran permukaan.

Ø Luas lahan berpengaruh terhadap kebutuhan air untuk setiap satuan luas sesuai dengan hasil
pengamatan.

Air yang diperlukan tanaman hampir seluruhnya berasal dari tanah melalui proses penyerapan oleh
akar. Kelebihan atau kekurangan air yang tersedia akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
pada tanman. Kelebihan air pada lahan kering terjadi apabila sebagian besar atau seluruh pori tanah
terisi oleh air sehingga di dalam tanah kekuranagan udara atau zat asam yang diperlukan untuk respirasi
akar. Respirasi yang tidak baik akan mengakibatkan akar tanaman tidak berfungsi secara baik, sehingga
berkurangnya penyerapan air meskipun jumlah air yang tersedia cukup banyak.

Kekurangan ketersediaan air dalam tanah akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dan layu. Hal ini
terjadi karena proses yang terjadi dalam tubuh tumbuhan tidak berlajan denagan baik. Pada tanah yang
sering mengalami kelebihan air, upaya yang dilakukan adalah membuat saluran air selama musim hujan.
Sedangkan pada tanah yang kekurangan air dibuat saluran irigasi untuk pengairan pada musim kemarau.

Cara pemberian air kepada tanaman dapat dibedakan beberapa macam, yaitu :

ü Cara siraman, yaitu dilakukan dengan mengambil air dari sumbernya dengan menggunaka suatu
wadah kemudian disiramkan pada tanaman satu persatu secukupnya.

ü Cara genangan atau leb, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan
pertanian, kemudian dialirkan sepanjang permukaan tanah yang ditanam selama waktu tertentu.

ü Cara ebor, yaitu dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan pertanian
dalam suatu parit yang arahnya tegak lurus terhadap arah barisan tanaman kemudian dengan ember
dilontarkan sepanjang barisan tanaman.

ü Cara irigasi curah, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air melalui pipa tertutup dengan tekanan ke
lahan pertanian, kemudian melalui pipa-pipa tegak air dicurahkan seperti hujan selama waktu tertentu.

Berdasarkan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian, sistem irigasi dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Sistem Irigasi Lahan Kering

Yang dimaksud dengan sistem bertanam irigasi lahan kering adalah sistem bertanam irigasi di mana
tidak sampai terjadi genangan air selama pertumbuhan tanaman. Sistem ini sering dipakai di daerah
yang bergelombang dan berlereng. Tanaman yang sering ditanam pada daerah ini bermacam-macam
mulai dari tanaman semusim seperti jagung , ubi kayu , sayuran dan lain-lain sampai tanaman tahunan
seperti karet, kelapa, kelapa sawit dan sebagainya.

Penyediaan air untuk kepentingan pertumbuhan tanaman dilakukan dengan berbagai cara, namun
akhir-akhir ini seiring dengan berkembangnya alat dan mesin pertanian, petani lebih memilih
menggunakan pompa-pompa air bertenaga mesin untuk menyiram tanaman dari pada menggunakan
cara tradisional. Apalagi dengan luas daerah pertanian sekarang tidak memungkinkan cara menyiran
tradisional itu dilakukan.

2. Sistem Padi Sawah (Siatem Irigasi Lahan Basah)

Sistem padi sawah merupakan suatu sistem bertanam dimana lahan yang digunakan pernah mengalami
kondisi tergenang. Lama periode tergenang tergantung pada ketersediaan air dan pola tanam yang
dilakukan. Biasanya hanya 2-3 bulan namun bisa juga sepanjang tahun. Suplai air dapat berasal dari air
hujan semata atau menggunakan sistem irigasi yang diatur oleh manusia.

Disebut sawah tadah hujan apabila air yang didapat berasal hanya dari air hujan dan disebut sawah
irigasi apabila sistem irigasi berjalan baik untuk mensuplai kebutuhan air bagi lahan pertanian tersebut.
Dilihat dari segi pelestarian kesuburan tanah, sistem ini dianggap sistem yang paling baik. Cara
penggenangan pada permukaan tanah berarti membuat lahan harus dibuat datar atau dibuat teras-
teras pada lahan lereng atau bergelombang yang berarti erosi dapat ditekan sekecil mungkin.

Pada sistem padi sawah, memungkinkan lahan ditumbuhi tanaman sepanjang tahun, dan ini berarti
suplai bahan organik terhadap tanah cukup tersedia. Selain itu dengan kondisi tergenang
memungkinkan tumbuhnya organisme tingkat rendah seperti lumut, ganggang, bakteri dan sebagainya
yang mempunyai peranan yang besar terhadap kesuburan tanah karena menyumbangkan bahan organik
yang besar.

Sistem tanam padi sawah dapat dibagi menjadi 3 macam :

1) Padi air dangkal

Padi air dangkal biasanya memiliki kedalaman kurang dari 1 meter. Sebagian besar berupa sawah tadah
hujan dan sawah irigasi di dataran rendah. Karena kondisi iklim dan irigasi yang sangat beragam disetiap
daerah menyebabkan pola tanam yang ada juga bervariasi. Misalkan pada daerah yang curah hujannya
terbatas hanya bisa melakukan penanaman padi satu kali setahun atau mungkin dua kali apabila adanya
irigasi yang lancar.
2) Padi air dangkal dan tanaman-tanaman lahan kering

Biasanya dilakukan oleh petani yang tinggal pada daerah yang curah hujannya sangat terbatas. Misalkan
dalam satu tahun mereka hanya bisa menanam padi satu kali, setelah itu lahan sawah yang mereka
kelola akan kering karena kurangnya ketersediaan air. Pada saat lahan sawah menjadi kering petani
memanfaatkannya untuk menanam tanaman lahan kering seperti jagung dan kacang tanah. Sehingga
tanah tidak mengalami masa bera atau masa pengangguran untuk ditanam. Pada kondisi lahan yang
seperti ini biasanya terjadi sistem pertanian bergilir. Sistem ini sangat bagus untuk pengembalian
kesuburan tanah.

3) Padi air dalam

Padi air dalam ini memiliki kedalam lebih dari 1 meter berlangsung lebih dari satu bulan selama
pertumbuhan tanaman dan oleh karena kedalaman air mengalami turun naik dan berlangsung dalam
waktu yang cepat, maka pada kondisi ini dibutuhkan jenis tanaman padi tertentu. Panen biasanya
dilakuakan denagn menggunakan perahu dan justru dilakukan pada keadaan air yang banyak, tujuannya
adalah untuk memudahkan mendayung perahu.

Sistem padi air dalam ini biasanya banyak dijumpai pada daerah deta sungai-sungai besar. Salah satu
alternatif pengembangan sistem padi air dalam adalah pemanfaatan lahan rawa. Di indonesia lahan
rawa memiliki potensi untuk dikembangkan, mengingat banyaknya jumlah lahan rawa yang tersebar di
kepulauan yang ada di Indonesia. Sehingga dengan memenfaatkan lahan rawa tersebut terjadi
pengurangan penebangan hutan di daerah perbukitan untuk lahan pertanian.

v Sistem Tanam campuran Tanaman Semusim dan Tahunan

Indonesia mempunyai lahan pertanian yang cukup luas, namun kepemilikan oleh petani masih relatif
sempit. Petani umumnya hanya terfokus pada tanaman pangan meskipun tanaman tahunan juga di
usahakan, sehingga terbentuk suatu sistem tanaman campuran antara tanaman pangan yang berumur
pendek dengan tanaman buah-buahan atau tanaman industri lainnya sebagai tanaman tahunan.

Sistem tanaman campuran antara tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibagi menjadi 3
macam, yaitu :

Ð Sistem tanam campuran antara tanaman semusim dengan tanaman herba tahunan atau semi tahunan
seperti pisang.

Ð Kebun campuran (mixed garden), yaitu sistem penanaman di pekarangan yang sangat beragam, baik
pola tanam maupun jenis tanamannya.

Ð Sistem tanaman campuran antara tanaman semusin dengan tanaman pohon tahunan seperti kopi,
karet, kelapa dan sebagainya.
Melihat kondisi tanah yang ada di indonesia, pada umunya pertanian di Indonesia terletak pada daerah
pegunungan yang mempunyai lereng-lereng yang dalam. Melihat keadaan seperti ini sangat baik
digunakan pola usaha tani Kontur. Sistem usaha tani kontur yang disebut Sloping Agricultural Land
Technology (SALT) , ini merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu petak lahan di
lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif. Hal ini memungkinkan petani menstabilkan dan
memperkaya tanah, mempertahankan kelembapan tanah, mengurangi hama dan penyakit tanaman
serta mengurangi kebutuhan input yang mahal seperti penggunaan pupuk kimia.

Penanaman tanaman dengan usahatani kontur ini menjadikan sisi bukit yang sering mengalami erosi
menjadi lanskap bertingkat dan hijau. Yang paling penting adalah penerapan sistrm ini dapat
meningkatkan pendapatan petani di daerah sekitar lereng pegunungan.

SALT dirancang untuk keluarga petani kecil yang ingin meningkatkan pendapatan tanaman musiman
maupun tanaman tahunan. SALT mencakup beberapa langkah, yaitu :

a. Menempatkan garis-garis kontur dan mengolah tanah sepanjang garis kontur dengan jarak 4-6
meter pada bukit yang terjal dan jarak 7-10 meter pada daerah yang lereng.

b. Menanam tanaman pengikat nitrogen sebagai lajur tanaman pagar ganda dalan dua alur dengan
jarak 50 cm sepanjang tiap garis kontur.

c. Mengolah dan menanam tanaman tahunan misalnya kopi, jeruk, mangga dan lain-lain pada setiap
baris ketiga atau keempat.

d. Mengolah baris tambahan antar jalur tanaman pagar sebelum tumbuh secara penuh.

e. Menanam tanaman musiman misalnya jagung diantara baris tanaman tahuanan sebagai sumber
bahan pangan dan pendapatan.

f. Memangkas tanaman pagar hingga tinggi 1 meter di atas tanah dan memanfaatkan hasil
pemangkasan untuk bahan organik.

g. Melakukan perputaran atau pergiliran tanaman secara permanen untuk mempertahankan


produktivitas, kesuburan dan formasi tanah.

h. Membangun sengkedan dengan cara menumpuk pohon, dedaunan dan batuan pada bagian bawah
tanaman pagar untuk menahan dan memperkaya tanah.

Anda mungkin juga menyukai