Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nabillah Aura Assyayuarahma

NIM : 21206083
Prodi : PGMI 1B
Matkul : Studi Islam
Islam dan Tradisi Jawa
Islam dan budaya Jawa memiliki sejarah koeksistensi yang panjang. Namun, Islam
memiliki keyakinan yang teguh yang tidak dapat digoyahkan, meski zaman terus berubah. Ketika
berhadapan dengan berbagai budaya, adat, atau tradisi yang ada, Islam selalu tampil dalam
bentuk yang menarik. Keanekaragaman budaya senantiasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
perkembangan pola pikir manusia dalam kehidupannya di era globalisasi dan modernisasi saat
ini. Beberapa budaya berkembang dengan cepat, sementara yang lain berkembang perlahan.
Dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memiliki populasi Muslim terbesar di dunia.
Banyak kepercayaan lama yang berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia, antara lain
agama Hindu-Budha yang dianut secara luas oleh kerajaan-kerajaan, dan animisme yang dianut
oleh kaum awam. Meskipun ketiga kepercayaan itu berbeda, semuanya berpusat pada satu titik
yang sama yaitu kembalinya manusia kepada Tuhan.
Ritual adat atau budaya lama yang masih dipraktikkan hingga saat ini merupakan salah
satu akulturasi budaya Islam dan budaya Jawa. Seperti contoh ‘Nyadran’, merupakan tradisi
Jawa yang berlangsung setiap tahun pada bulan dan hari yang telah ditentukan. Agama dan
budaya adalah hal yang sama karena keduanya merupakan pedoman hidup. Petunjuk agama
adalah Tuhan, sedangkan petunjuk budaya merupakan bentuk kesepakatan manusia. Agama dan
budaya memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Agama secara teologis adalah cara
memahami dan mengalami masyarakat berdasarkan budaya yang telah dimilikinya. Sementara
itu, budaya terus berubah berdasarkan agama yang dianut oleh masyarakat. Akibatnya, agama
dan budaya memiliki hubungan yang dialogis. Islam menyeimbangkan budaya, adat, atau tradisi
lokal dimanapun dan kapanpun, dan terbuka untuk menerima budaya, adat, atau tradisi lokal
selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Demikian pula Islam tumbuh dalam masyarakat Jawa, yang memiliki tradisi dan
budaya yang signifikan. Hingga saat ini, budaya Jawa mendominasi adat dan budaya nasional
Indonesia. Nama Jawa, serta jargon atau istilah-istilah dalam bahasa Jawa, sudah sangat dikenal
masyarakat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya dampak tradisi dan budaya Jawa
terhadap berbagai tantangan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Tradisi dan budaya Jawa, di
sisi lain, tidak hanya mewarnai kancah kenegaraan Indonesia, tetapi juga berdampak signifikan
terhadap keyakinan dan praktik keagamaan. Sekalipun masyarakat memiliki kepercayaan atau
agama lain, seperti Islam, Kristen, atau lainnya, tradisi dan budaya Jawa yang cukup beragam
dan banyak diilhami oleh ajaran dan kepercayaan Hindu-Budha hingga hingga saat ini.
Hingga saat ini, mayoritas Muslim Jawa tidak mampu meninggalkan tradisi dan budaya
yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka, meskipun sebagian dari tradisi dan budaya
tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Orang Jawa yang sangat meyakini ajaran Islam tentu
bisa memilih dan memilah budaya yang harus dilestarikan tanpa bertentangan dengan ajaran
agama. Sementara itu, masyarakat Jawa yang belum memiliki pemahaman agama yang luas
cenderung mempertahankan dan mengamalkan warisan leluhurnya dalam kehidupan sehari-hari,
meskipun hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
Secara umum, aspek kehidupan manusia dan peradaban dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat terus berkembang. Agama merupakan salah satu unsur yang mengatur kehidupan
sosial suatu masyarakat. Ada beberapa agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Islam dan
agama-agama lain telah disahkan untuk dijadikan pedoman hidup dalam masyarakat yang
memuat norma-norma atau aturan-aturan guna terciptanya kehidupan yang serasi, serasi, dan
seimbang. Ritual budaya yang muncul di berbagai daerah masing-masing memiliki ciri khasnya
masing-masing. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, karena sebagian besar
mereka lahir atas warisan nenek moyang yang ada, maka budaya merupakan harta yang tak
ternilai bagi mereka, karena budaya merupakan pencipta peradaban yang kokoh.
Akulturasi budaya dapat terjadi karena interaksi manusia berupa percampuran secara
tahapan berbagai jenis budaya sehingga menghasilkan suatu bentuk budaya baru. Ketika
beberapa budaya berinteraksi secara mendalam satu sama lain untuk jangka waktu yang lama,
masing-masing budaya berubah untuk beradaptasi dengan yang lain sehingga mereka dapat
bersatu menjadi satu budaya. Salah satu hasil dari proses integrasi budaya adalah terwujudnya
akulturasi budaya. Akhirnya, gambaran akulturasi unsur Islam dan Jawa melahirkan budaya
sintetik.
Masyarakat Jawa terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan situasi atau pengalaman
ajaran agama. Yaitu kelompok santri dan kelompok abangan. Kelompok santri selalu
mendasarkan tindakannya pada ajaran agama, sedangkan kelompok abangan masih mendasarkan
pandangan dunianya pada tradisi Hindu-Budha atau budaya Jawa. Misalnya, di Jawa Tengah
bagian selatan, santri dan abangan melakukan pergulatan.
Sejak manusia menyadari keberadaannya di dunia, mereka mulai mempertimbangkan
makna hidup, kebenaran, kebaikan, dan Tuhan. Misalnya, masyarakat Jawa yang mengamalkan
Islam Kejawen berziarah (datang) ke makam keramat pada malam Selasa Kliwon dan Jumat
Kliwon untuk mencari berkah. Orang Jawa yang menganut Islam Kejawen memiliki keyakinan,
konsep, pandangan, nilai budaya, dan norma yang mereka pegang dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Menurut pernyataan ini, hampir semua orang Jawa, terutama yang berasal dari
kelompok Kejawen, tidak suka memperdebatkan posisi atau keyakinan mereka tentang Tuhan.
Mereka tidak pernah menganggap bahwa keyakinan mereka adalah yang paling akurat. Sikap
batin ini merupakan lahan subur bagi berkembangnya toleransi yang sangat besar, baik dalam
kehidupan beragama maupun dalam bidang lainnya. Tradisi dan budaya tersebut dapat dikatakan
sebagai sarana pemersatu masyarakat Jawa dari berbagai status sosial. Ketika ada momen-
momen tertentu, seperti upacara (perayaan) baik yang bersifat ritual maupun seremonial yang
sarat dengan nuansa religi, mereka terlihat menyatu.
Kepercayaan terhadap agama Hindu, Budha, dinamisme, dan animisme merupakan
proses perkembangan Islam yang saling berhubungan dengan kepercayaan dalam Islam. Prinsip-
prinsip tauhid Islam telah terjalin dengan berbagai unsur Hindu-Budha serta kepercayaan primitif
pada aspek ketuhanan. Gusti Allah, Gusti Kang Murbeng Dumadi (al-Khaliq), Ingkang Maha
Kuwaos (al-Qodir), dan nama-nama Allah lainnya telah terkumpul di Asma'ul Husna.
Berkaitan dengan ketentuan takdir baik atau buruk dari Tuhan, budaya Jawa tampaknya
telah dipengaruhi oleh teologi Jabariyah sehingga ada kecenderungan masyarakat lebih pasrah,
sumarah, dan narimo ing pandum terhadap ketentuan yang telah digariskan oleh Allah. Namun,
manusia juga berkesempatan untuk melakukan upaya dengan kemampuannya, setidaknya dengan
berdoa, meminta bantuan kepada-Nya, ada juga upaya yang lebih diwarnai dengan nilai-nilai
yang berasal dari kepercayaan primitif atau dari agama Hindu.
Islam mengajarkan pengikutnya untuk terlibat dalam kegiatan ritualistik tertentu.
Kegiatan ritual tersebut meliputi berbagai bentuk ibadah yang dituangkan dalam rukun Islam,
yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Dalam aspek doa dan puasa tampak mempunyai
pengaruh yang sangat luas, mewarnai berbagai bentuk upacara tradisional orang Jawa.
Bagi masyarakat Jawa, hidup penuh dengan upacara-upacara, baik yang berkaitan dengan
lingkungan manusia sejak dalam kandungan, kelahiran, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan
kematian, maupun upacara-upacara yang berkaitan dengan kegiatan. Upacara tersebut pada
mulanya dilakukan untuk menangkal pengaruh negatif dari kekuatan gaib yang tidak diinginkan
yang akan membahayakan kelangsungan hidup manusia. Menurut kepercayaan tradisional,
upacara dilakukan dengan mempersembahkan sesaji atau semacam pengorbanan kepada
kekuatan gaib tertentu (roh, makhluk halus, dewa). Tentunya para pelaksana upacara berharap
agar selalu dalam keadaan aman dengan upacara ini.

Anda mungkin juga menyukai