Anda di halaman 1dari 10

PEMEROLEHAN SINTAKSIS

Disusun oleh

Kelompok 9 :

HAKIKI AMANAH (1910204007)

DJIHAN LIANDA (1910204020)

SITI MAHMUDAH S. (1920204031)

Dosen Pembimbing : Dra.,ENOK ROHAYATI, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMEROLEHAN SINTAKSIS”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dari Dosen Mata Kuliah Psikolinguistik.

Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi
Pemerolehan Sintaksis.

Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar Mata Kuliah Psikolinguistik
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya
makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Psikolinguistik


terutama materi mengenai Pemerolehan Sintaksis. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk
dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Palembang, 28 Mei 2021

Penulis Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ iii

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... iii


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... iii
C. Tujuan ........................................................................................................................... iii

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 1

A. Pemerolehan Sintaksis.................................................................................................... 1
B. Teori Pemerolehan Sintaksis .......................................................................................... 2

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 5

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 5
B. Saran ............................................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bidang sintaksis seorang anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata
(atau bagian kata). Kata ini bagi anak sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum
dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat ini.
Pada tahap ini anak mengeluarkan ujaran satu kata untuk menyampaikan sesuatu. Kata yang
diujarkan oleh anak mengandung makna yang berfungsi menggantikan kalimat lengkap yang
belum mampu diujarkan oleh anak, sehingga dalam penafsirannya perlu mempertimbangkan
konteks komunikasi.

Memasuki usia 2 tahun anak mulai menggunakan kalimat dengan rangkaian kata, pada tahap
ini merupakan tahap awal kontruksi sintaksis anak. Pada tahap ini anak mulai menggabungkan
dua kata untuk menjadi sebuah kalimat, dan rangkaian kata itu berada dalam satu jalinan
intonasi. Pada tahap pemerolehan sintaksis ada pola-pola kalimat yang diperoleh secara
universal. Anak dimanapun juga selalu mulai ujaran berupa satu kata, kemudian berkembang
menjadi dua kata, setelah itu tiga atau lebih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pemerolehan sintaksis?
2. Apa saja teori dalam pemerolehan sintaksis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemerolehan sintaksis.
2. Untuk mengetahui teori dalam pemerolehan sintaksis.

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemerolehan Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-
sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas
struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis
terbesar. Secara etimologi berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata
ataukalimat.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonprediktif, misalnya rumah
mewah. Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, yang sekurang-kurangnya
memiliki sebuah predikat, dam berpotensi menjadi kalimat. Kalimat adalah satuan bahasa yang
relatif berdiri sendiri, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat.
Pemerolehan sintaksis pada anak
Pemerolehan sintaksis pada anak adalah memperoleh unsur bahasa pada anak yang meliputi
frase, klausa, dan kalimat, beserta intonasinya. Khususnya dalam ujian dua kata (UKD) pada
anak telah menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas kata sederhana dan mampu secara
kreatif memvariasikan fungsinya. Contoh: ini ikan, aku mau bobo (tidur), minta minum.
Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2
tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 3 tahun. Tahap perkembangan sintaksis secara
singkat terbagi dalam:
- Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun
- Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun
- Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun
- Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.
Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata tanya
“mengapa”, ”kapan”. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak menguasai kalimat
empat kata sekitar usia 4 tahun.
Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai ketika
kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang ketika berusia
1
2:0 tahun). Oleh karena itu, ada baiknya diikutsertakan dalam satu teori pemerolehan sistaksis.
Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata, kata ini
sebenarnya kalimat penuh tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia
hanya mengambil ujaran satu kata (USK) dari kalimat itu contohnya anak yang mengatakan bi
untuk kata mobil bisa bermaksud untuk mengatakan:
- Ma, itu mobil
- Ma, ayo kita ke mobil
Sedangkan ujaran untuk dua kata (UDK) adalah kata yang di ujarkan echa pada waktu dia
berumur 1;8 (Dardjowidjo 2000: 146):
- liat tuputupu maksudnya ayo lihat kupu-kupu
- etsa nani maksudnya echa mau nyanyi.
B. Teori Pemerolehan Sintaksis
Berikut ini ada beberapa teori tentang pemerolehan sintaksis yaitu:
1. Teori bahasa Pivot
Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh Brane (1963),
Bellugi (1964), Brown dan Fraser (1964), dan Miler dan Ervin. Menurutnya ucapan dua kata
kanak-kanak terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu
dalam kalimat. Kedua jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas
terbuka. Kelas pivot adalah kata-kata fungsi, sedangkan kelas terbuka adalah kata-kata isi/kata
(nomina dan verba). Berdasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa
pivot.
Tata bahasa pivot yang muncul sebagai akibat dari discovery procedure, menyatakan bahwa
pemerolehan sintaksis kanak-kanak dimulai dengan kalimat-kalimat yang terlihat pada kata-kata
pivot. Namun cara ini menurut psikolinguistik modern sangat tidak memadai (Greenfield dan
Smith, 1976:6). Bloom (1970), Bowerman (1973), dan Brown (1973) menyatakan sebagai
berikut : (a) Kata-kata pivot bisa muncul sendirian (b) dapat bergabung dengan kata pivot lain
dalam sebuah kalimat. (b) Pada kalimat-kalimat dua kata yang dibuat kanak-kanak terdapat juga
kata-kata dari kelas lain selain kelas pivot dan kelas terbuka. (c) Tata bahasa pivot tidak dapat
menampung semua makna ucapan-ucapan dua kata (d) Pembagian kata-kata pivot dan kelas
terbuka tidak mencerminkan bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris.
2
2. Teori hubungan Tata bahasa nurani
Tata bahasa generatif transformasi dari Chomsky (1957-1965) sangat terasa pengaruhnya
dalam pengkajian perkembangan sintaksis kanak-kanak. Menurut chomsky hubungan-hubungan
tata bahasa tertentu seperti “ subject – of, predicate – of, dan direct object – of” adalah bersifat
universal dan dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini.
Berdasarkan teori Chomsky tersebut, Mc. Neil (1970) menyatakan pengetahuan kanak-kanak
mengenai hubungan-hubungan tatabahasa universal ini bersifat "nurani". Maka itu akan lansung
mempengaruhi pemerolehan sintaksis kanak-kanak sejak tahap awalnya. Jadi, pemerolehan
sintaksis ditentukan oleh hubungan-hubungan tatabahasa universal ini.
3. Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi
Sehubungan dengan teori hubungan tata bahasa nurani, Bloom (1970) mengatakan bahwa
hubungan hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi situasi (konteks) belumlah
mencukupi untuk menganalisis ucapan atau bahasa kanak-kanak. Bloom juga menyatakan bahwa
suatu gabungan kata telah digunakan oleh kanak-kanak dalam suatu situasi yang berlainan.
Contoh dalam bahasa Indonesia ucapan “ibu kue” dalam situasi yang berbeda-beda dapat
diartikan: Anak itu meminta kue kepada ibunya.
Pandangan Mc.Neil dan Bloom mengenai perkem-bangan sintaksis kanak-kanak ada
persamaannya, yang satu dan lainnya saling menunjang. Perbedaannya Mc. Neil merujuk pada
struktur tata bahasa nurani, sedangkan Bloom merujuk kepada informasi situasi dalam
menjelaskan hubungan kata-kata dalam ucapan kanak-kanak itu. situasi-situasi yang berlainan.
Bloom (1970) dan juga Bowerman (1973) belum dapat menerangkan dengan jelas masalah ini.
4. Teori kumulatif kompleks
Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang dikumpulkannya. Menurut
Brown, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak ditentukan oleh kumulatif kompleks
semantik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh. Jadi, sama sekali
tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata itu dalam ucapan orang
dewasa. Dari tia orang kanak-kanak (berusia dua tahun) yang sedang memperoleh bahasa inggris
yang diteliti Brown ternyata morfem yang pertama kali dikuasai adalah progressive-ing dari kata
kerja, padahal bentuk ini tidak sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa.
Setelah progressive-ing baru muncul kata depan in, kemudian on, dan diikuti oleh bentuk
3
jamak, ’s. Sedangkan artikel The dan a yang lebih sering muncul dalam ucapan-ucapan orang
dewasa baru muncul pada tahap ke 8. urutan perkembangan sintaksis yang dilaporkan oleh
Brown hampir sama dengan urutan perkembangan hubungan-hubungan sintaksis yang
dilaporkan oleh sejumlah pakar lain (simanjuntak 1987).
5. Teori pendekatan semantik
Teori pendekatan semantik ini menurut Greenfield dan Smith (1976) pertama kali
diperkenalkan oleh Bloom. Dalam hal ini Bloom (1970) mengintegrasikan pengetahuan semantik
dalam pengkajian perkembangan sintaksis ini berdasarkan teori generatiftransformsinya,
Chomsky (1965). Teori generative transformasi ini menyatakan bahwa kalimat-kalimat yang kita
dengar ini “dibang-kitkan’”dari struktur luar dengan rumus “fisiologi”. Sedangkan struktur luar
ini “dibangkitkan” dari struktur dalam (struktur dasar) dengan rumus-rumus transformasi.
Pandangan atau teori Chomsky tersebut mendapatkan tantangan dari beberapa ahli psikologi
seperti Schlesinger (1971) dan Olson (1970). Schlesinger menyatakan bahwa apa yang disebut
struktur dalam pada teori Chomsky sebenarnya bukanlah struktur sintaksis, melainkan struktur
sematik. Salah satu teori tata bahasa yang didasarkan pada komponen sematik diperkenalkan
oleh Fillmore (1968) yang dikenal dengan nama tata bahasa kasusu (case grammar).
Teori ini telah digunakan oleh Bowerman dan Brown (1973) sebagai dasar untuk
menganalisis data-data perkembangan bahasa. Fillmore berpendapat merupakan satu keharusan
untuk mengikut-sertakan sematik pada umumnya, dan hubungan sematik khususnya dalam
menganalisis pengetahuan tatabahasa, strukturnya yang berdasarkan sematik kemudian dipakai
sebagai dasar cabang teori generatif transformasi yang dikenal dengan nama sematik generatif.

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi, Pemerolehan sintaksis pada anak adalah memperoleh unsur bahasa pada anak yang
meliputi frase, klausa, dan kalimat, beserta intonasinya. Khususnya dalam ujian dua kata (UKD)
pada anak telah menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas kata sederhana dan mampu
secara kreatif memvariasikan fungsinya. Dan terdapat 5 teori dalam pemerolehan sintaksis, yaitu
teori bahasa pivot, teori hubungan tata bahasa nurani, teori hubungan tata bahasa dan informasi
situasi, teori kumulatif kompleks, dan teori pendekatan semantik.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua,
kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang
masih banyak memerlukan perbaikan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan,
saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah kami yang selanjutnya. Dan
semoga kita bisa bersama-sama mempelajari materi ini dan selanjutnya.

5
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai