Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

“PYELONEPHRITIS”

Fasilitator : Ns. Anggi Napida Anggraini.,MMR

Disusun Oleh :

WITRI NURHAETI 140100496

GUNAWAN 140100499

YULIANA HASAN 140100497

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

2016

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat


dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan Pyelonephritis ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam


Block Nursing II. Dengan laporan ini, diharapkan kami dapat membuat
asuhan keperawatan pada pasien dengan Pyelonephritis dan mampu
menginterpretasikannya.

Terimakasih kepada fasilitator dan dosen yang telah memberikan


bimbingan dan materinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tidak lupa penulis juga berterimakasih kepada kedua orang tua dan
teman-teman yang selalu memberikan doa dan dukungannya dalam
menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar
Laporan Asuhan Keperawatan ini menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat
kedepannya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, April 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………….i

Kata pengantar………………………………………………………………....ii

BAB I
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................3
C. Tujuan ..........................................................................3
D. Manfaat.........................................................................4
BAB II
A. Tinjauan Pustaka....................................................................5
1. Definisi.........................................................................5
2. Etiologi.........................................................................5
3. Tanda dan Gejala..........................................................7
4. Pathway........................................................................9
5. Pemeriksaan...............................................................10
6. Terapi Medis dan Keperawatan...................................15

BAB III
A. Kasus...........................................................................19
B. Analisis Masalah..........................................................20
C. Asuhan Keperawatan..................................................21

BAB IV
A. Kesimpulan.................................................................30
B. Saran...........................................................................30

DAFTAR PUSTAKA......................................................31

LAMPIRAN

3
BAB I

A. Latar Belakang
Pasien dengan Infeksi Saluran Kemh (ISK) atas sering mengalami
inflamasi atau peradangan dibagian saluran kemih khususnya ginjal.
Inflamasi pada ginjal bisa menyebabkan kerugian pada pelvis ginjal
atau parenkim ginjal yang penyabarannya secara hematogen hanya
kurang dari 3% (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Kondisi tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, dimana fungsi ginjal adalah
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan
dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Kelebihan zat terlarut dan air dieksresikan keluar tubuh dalam urin
melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2005).
Syaifudin (2001) mengatakan bahwa sinyal sensorik dari
reseptor kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis melalui
nervus pelvikus, kemudian secara reflek kembali lagi ke kandung
kemih melalui syaraf parasimpatis. Inflamasi pelvis ginjal disebut
dengan pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering
adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke
pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis
(Tambayong. 2000).
Sebagian besar, pielonefritis disebabkan oleh bakteri baik gram
positif maupun negative. Penyebab radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman (bakteri) yang berasal dari kandung kemih yang
menjalar naik ke kandung kemih kemudian ke pelvis ginjal. Dimana
pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Gejala
pada klien dengan pielonefritis biasanya timbul secara tiba-tiba berupa
demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan
muntah. Selain itu, beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi
saluran kemih bagian bawah biasanya sering berkemih dan nyeri
ketika berkemih.

4
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
pielonefritis salah satunya adalah nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi dan infeksi pada parenkim ginjal. Intervensi mandiri yang
dapat dilakukan antara lain mengatur posisi tidur dan memberikan
terapi teknik nafas dalam untu mengurangi nyeri (Smeltzer & Bare,
2002). Teknik napas dalam memberikan manfaat yang baik pada
pasien dengan gangguan pielonefritis untuk mengurangi rasa nyeri di
bagian pinggang.
Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi
nafas dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah.
Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan
tindakan yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau
merasa ragu. Manfaat lain yang dapat dirasakan langsung oleh pasien
adalah mampu mengurangi cemas yang berlebihan dan membuat hati
lebih tentram.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menetapkan
beberapa rumusan masalah anytara lain sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Pielonefritis!

5
2. Apa saja etiologi atau penyebab pielonefritis!
3. Apa tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan
pielonefritis!
4. Bagaimana proses perjalanan penyakit pielonefritis?
5. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien dengan
pielonefritis?
6. Apa saja terapi medis dan terapi keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan pielonefritis?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien?
C. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan
tujuan penulisan laporan ini, di antaranya :
1. Untuk mengetahui definisi pielonefritis
2. Untuk mengetahuipenyebab terjadinya poelonefritis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada pasien
dengan pielonefritis
4. Untuk mengetahui proses terjadnya pielonefritis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada
pasien dengan pielonefritis
6. Untuk mengetahui terapi medis dan keperawtan yang diberikan
kepada pasien
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dengan pielonefritis.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan perbendaharaan karya tulis ilmiah yang dapat


dijadikan referensi dalam pembelajaran mahasiswa jurusan
keperawatan.
2. Dengan mengetahui segala hal yang berkaitan dengan penyakit
pielonefritis, maka kita dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien pielonefritis dengan baik

6
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal atau
parenkim ginjal, tubulus, dan jaringan interstial dari salah satu
atau kedua ginjal.bakteri mencapai kandung kemih melalui
uretra dan naik menuju ginjal meskipun ginjal hanya menerima
20%-25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui
darah. Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%
(Brunner & suddarth, 2002 : 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang
bdapat timbul secara hematogen atau retrograde aliran ureterik
(J. C .E. Underwood, 2002 : 668 dalam Indra 2011). Pielonefritis ini

7
merupakan infeksi saluran kemih bagian atas dan Infeksi ini paling
sering akibat infeksi ascenden dari traktus urinarius bagian
bawah. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang
ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut
biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila
pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat
menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis
kronis (Tambayong. 2000).
2. Etiologi
Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit
(paling umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari
kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks vesikouretral.
Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau
infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal
lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolic. Penyebab radang
pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman (bakteri) yang
berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke kandung
kemih kemudian ke pelvis ginjal. Dimana pada saluran kemih
yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran
air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik
air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga
bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah.

Berikut ini beberapa bakteri yang dapat menyebabkan


Pielonefritis :

a Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal


ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90%
infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit.

8
b Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa merupakan
patogen pada manusia dan merupakan penyebab infeksi
pada saluran kemih.
c Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen
menular yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan,
tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
d Species proteus yang pada kondisi normal ditemukan di
saluran cerna,menjadi patogenik ketika berada di dalam
saluran kemih.
e Enterococus mengacu pada suatu spesies streptococus yang
mendiami saluran cerna dan bersifat patogen di dalam
saluran kemih
f Lactobacillus adalah flora normal di rongga mulut, saluran
cerna, dan vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan
saluran kemih.

Apabila ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka


spesimen tersebut harus dipertimbangkan terkontaminasi.
Dimana hampir semua gambaran klinis disebabkan oleh
endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen disaluran
perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam
sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap
merupakan kontaminan.

Penyebab lain selain yang telah disebutkan diatas yaitu


obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal
terhadap infeksi, tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia
prostatik benigna, dan batu urinarius. Selain itu kehamilan,

9
kencing manis dan keadaan-keadaan yang menyebabkan
menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.

3. Tanda dan Gejala

Secara umum, pielonefritis ini diklasifikasikan dalam dua


kelompok yaitu sebagai berikut :

a. Pielonefritis Akut (PNA)


Pielonefritis akut biasanya lebih singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena terapi yang tidak sempurna atau infeksi
baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi dua minggu setelah
terapi selasai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah
kearah ginjal akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius bagian atas dikaitkan dengan selimut antibody bakteri
dalam urine. Ginjal biasaya membesar disertai infiltrasi interstisil
sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan
pada taut kortikomedularis dan pada akhirnya akan
menyebabkan atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus.

Manifestasi klinis pada pielonefritis akut seperti :

1) Adanya pembengkakan ginjal atau pelebaran penumpang


ginjal.
2) Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi
sekitar 39,5o-40,5o C, menggigil, nausea, nyeri pada
pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan
fisik.
3) Pada perkusi di daerah CVA ditandai dengan adanya
tenderness.
4) Klien biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam
beberapa hari.
5) Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya
peningkatan sel darah putih.

10
Tanda dan gejala pielonefritis akut ini sering didahului gejala-
gejala infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu sistitis.
b. Pielonefritis Kronis

Pielonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara


permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya
parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal
ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses
perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi
yang gawat.
Ketika pielonefrtis berada dalam kondisi kronis, maka akan
terjadi fibrosis atau munculnya jaringan parut sehingga
mengakibatkan fungsi ginjal menurun dan berakhir pada Gagal
Ginjal Akut (GGA).

Manifestasi klinis pada pielonefritis kronis adalah sebagai


berikut :

1) Adanya serangan Pyelonefritis akut yang berulang-ulang


biasanya tidak mempunyai gejala yang sfesifik.

2) Adanya keletihan.

3) Sakit kepala, nafsu makan rendah dan berat badan


menurun.

4) Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia,


asidosis, proteinuria, pyuria, dan kepekatan urin menurun.

11
5) Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal.

6) Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah


korteks.

7) Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun


dikarenakan luka pada jaringan.

8) Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hypertensi.

4. Pathway
TERLAMPIR

5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan ginjal
 Inspeksi
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomen sebelah atas harus diperhatikan pada
saat melakukan inspeksi di daerah ini. Pembesaran
itu bisa saja disebabkan karena hidronephrosis
atau tumor pada daerah retroperitonium.
 Palpasi

12
Palpasi ginjal dilakukan memakai dua tangan.
Tangan kiri dilekatkan di sudut ostovertebra untuk
mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan
kanan meraba ginjal dari depan. Palpasi ini
bertujuan untuk memeriksa adanya masa pada
ginjal. Secara patologis, ginjal yang membesar
biasanya menonjol ke depan, sedangkan abses
perinefritik atau pengumpulan cairan cenderung
menonjol ke belakang.

Ginjal transplantasi (Ren transplantation) di fossa


iliaka kana atau kiri dapat juga di palpasi. Tanda-
tanda yang mungkin muncul saat palpasi ginjal :
Terdapat nyeri pada pinggang dan perut, adanya
pembengkakan ginjal (ginjal membesar), dahi dan
kulit tubuh teraba panas.

 Perkusi
Perkusi atau ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut costovertebra.
Perkusi pada klien pielonefritis, batu ginjal pada
pelvis, dan batu ureter akan memberikan stimulasi
nyeri.
2) Pemeriksaan Vesika Urinaria
Pada pemeriksaan kandung kemih, diperhatikan adanya
benjolan/massa atau jaringan parut bekas pembedahan
di suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin
tumor ganas kandng kemih atau karena kandung kemih
untuk dari suatu retensi urin. Palpasi dan perkusi
kandung kemih untuk menentukan batas kandung kemih
dan adanya nyeri tekan pada area suprasimfisis.
3) Pemeriksaan Genitalia Eksternal

13
Menurut Purnomo (2003), pada inspeksi genitalia
eksternal diperhatikan adanya kelainan pada penis dan
uretra antara lain: mikropenis, makropenis, hipospodia,
kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna,
fimosis/parafimosis, fistel uretrokutan, ulkus, tumor, dan
keganasan penis.
4) Pemeriksaan Neurologi
Ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan
neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem
urogenetalia, seperti pada lesi motor neuron atau lesi
saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-buli
neurogen.
b. Pemerikssan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan
pada kasus-kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji :
 Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan
berat jenis urine
 Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat
keasaman/PH, protein, dan gula dalam urine
 Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel,
cast (silinder), atau bentukan lain di dalam urine.
Pada pasien yang menderita pielonefritis saat
pemeriksaan urinalisis ditemukan adanya piuria,
bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan
hematuria (terkandung sel-sel darah merah di dalam
urine).

2) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar
hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis
leukosit, dan hitung trombosit.
Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan
darah rutinnya menunjukkan adanya leukositosis

14
(menurunnya jumlah atau kadar leukosit di dalam
darah) disertai peningkatan laju endap darah.
3) Tes Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah
pemeriksaan kadar kreatinin, kadar ureum, atau BUN
(blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin. Pemeriksaan
BUN, ureum atau kreatinin di dalam serum merupakan
uji faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik.
Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan
pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, pasien pielonefritis baru akan
menunjukkan adanya penurunan faal ginjal bila sudah
mengenai kedua sisi ginjal.

4) Kultur Urin
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi
saluran kemih. Pada pria, urine yang diambil adalah
sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada
wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi,
sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi
suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urin, dibiakkan di dalam
medium tertentu untuk mencari jenis kuman dan
sekaligus sensitifitas kuman terhadap antibiotika yang
diujikan. Pada pasien dengan pielonefritis, hasil
pemeriksaan kultur urinenya terdapat bakteriuria.
Pemeriksaan Radiologi

1) Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder)


adalah foto skrinning untuk pemeriksaan kelainan-
kelainan urologi. Pasien dengan pielonefritis, pada hasil
pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya

15
kekaburan dari bayangan otot psoas dan mungkin
terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih.

2) Pielografi Intra Vena (PIV)

Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography


(IVP) atau dikenal dengan Intra Venous Urography atau
urografi adalah foto yang dapat menggambarkan
keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-
opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan
anatomi dan kelainan fungsi ginjal.
Hasil pemeriksaan PIV pada pasien pielonefritis terdapat
bayangan ginjal membesar dan terdapat keterlambatan
pada fase nefrogram.

3) Sistografi

Adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras.


Dari sistogram dapat dikenali adanya tumor atau
bekuan darah di dalam buli-buli. Pemeriksaan ini juga
dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress
pada wanita dan untuk menilai adanya refluks
vesiko-ureter.

4) Uretrografi
Adalah pencitraan urethra dengan memakai bahan
kontras. pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui dan menilai panjang striktura urethra,
trauma urethra, dan tumor urethra atau batu non-
opak pada urethra.
5) Pielografi Retrograd (RPG)

Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas (dari


ginjal hingga ureter) dengan cara memasukkan
kontras radio-opak langsung melalui kateter ureter
yang dimasukkan transurethra.

6) Pielografi Antegrad

16
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas
dengan dengan cara memasukkan kontras melalui
sistem saluran (kaliks) ginjal.

6. Terapi Medis dan Keperawatan


a. Terapi Medis

Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran


kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.

1) Antibiotic Oral
 Sulfonamide
Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi
pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan
antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya.
 Penicillin
o Ampicillin adalah penicillin standar yang
memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk
terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin.
Dosis ampicillin 1000 mg dan interval
pemberiannya tiap 6 jam.
o Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi
memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin
dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai
untuk mengatasi masalah resistensi bakteri.

17
Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval
pemberiannya tiap 8 jam.
 Cephaloporin

Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama


dibanding dengan antibiotika lain yang digunakan
untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu
obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya
digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin
dan trimetoprim-sulfametoksazol.

 Quinolon

Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif


digunakan untuk mengobati infeksi tahap awal yang
disebabkan oleh bakteri E. coli dan
Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadap
Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin ddan
ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis
untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval
pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar
200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.
 Nitrofurantoin

Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan


profilaksis pada pasien infeksi saluran kemih
berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya
resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang.
2) Antibiotika Parenteral.

 Amynoglycosida
Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas
yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih mahal.
Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar
terhadap pseudomonas memilki peranan penting
dalam pengobatan infeksi sistemik yang serius.
Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang

18
multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg
berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam
dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian
tiap 8 jam.

 Penicillin
Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif
untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas
aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering
digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak
sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida
harus dihindari.
 Imipenem/silastatin
Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas
terhadap bakteri gram positif, negative, dan bakteri
anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang
disebabkan enterococci dan Pseudomonas
aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan
infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-
500 mg dengan interval pemberian tiap 6-8 jam.
b. Terapi Keperawatan
1) Untuk membantu perawatan infeksi saluran kemih bagian
atas , berikut beberapa hal yang harus dilakukan :
 Minum banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk
membantu pengosongankandung kemih serta
kontaminasi urin.
 Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk
batu ginjal
 Banyak istirahat di tempat tidur.

2) Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby


dan Nancy E. Smith tahun 2007 :
 Mengkaji riwayat medis, obat-obatan dan alergi.
 Monitor vital sign
 Melakukan pemeriksaan fisik

19
 Mengobservasi dan mendokumentasikan
karakteristik urin klien
 Mengumpulkan spesimen urin segar untuk proses
urinalisis
 Memantau input dan output cairan
 Mengevaluasi hasi; tes laboratorium (BUN, kreatinin,
serum electrolytes)
 Memberikan dorongan semangat pada klien untuk
mngikuti prosedur pengobatan. Karena pada kasus
kronis, pengobatan bertambah lama dan
menghabiskan banyak biaya yang bisa membuat
pasien berkecil hati.

BAB III
A. Kasus

20
Seorang wanita datang ke RS Alma Ata Royal, 48 tahun
dengan berat badan 50 kg dengan keluhan nyeri pada
punggung bagian kanan. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah dan juga badan yang terasa panas disertai dengan
menggigil. Pasien mengaku sering nyeri saat berkemih dan
urin keluar dalam jumlah banyak, sering haus, namun pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada suprapubis,
tanpa rebound dengan bising usus yang normal. Selain itu
juga didapatkan adanya demam yang tinggi sekitar 39,5o-
40,5o C, menggigil ,sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh
atau hematuria dengan bau yang tajam, sedangkan pada
pemeriksaan laboratorium, didapatkan kadar kreatinin
meningkat dan leukositosis. Pasien juga mengeluh sering
mual dan muntah, tidak nafsu makan, ketika dilakukan
pemeriksaan antropometri berat badan pasien mengalami
penurunan. Kemudian pasien melakukan pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya pembengkakan ginjal atau
pelebaran penampang ginjal.

B. Analisis Masalah
1) Data Subjektif :

21
 Pasien mengatakn nyeri dibagian punggung
bagian kanan.
 Pasien mengeluh mual dan muntah
 Pasien mengeluh badan terasa panas dan
menggigil
 Pasien mengaku nyeri saat berkemih
 Pasien mengaku sakit kepala dan nyeri otot.
 Pasien mengatakan urin yang keluar dalam jumlah
yang banyak
 Pasien mengaku sering haus.
 Pasien mengaku sering mual dan muntah
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2) Data Objektif :
 Demam tinggi 39,5o-40,5o C
 Pasien tampak menggigil
 Pasien terlihat lemah
 Urin berwarna keruh dan berbau tajam
 Berat badan pasien mengalami penurunan
sebanyak 4 kg, dari 54 ke 50 kg
 Ada unsur darah dalam urin (hematuria)
 Kadar hematocrit meningkat
 Adanya pembengkakan ginjal atau penampang
ginjal.

C. Asuhan Keperawatan
1) Analisa data

DATA ETIOLOGI PROBLEM


DS :
 Pasien mengatakan nyeri

22
punggung bagian kanan
P : Pinggang
Q : Seperti di bakar
R : Bagian kanan
S:6
T : Saat menahan kencing
 Pasien mengatakan nyeri saat Agen cedera Nyeri akut
berkemih biologis
 Pasien mengaku nyeri otot (inflamasi dan
DO :
infeksi saluran
 Pasien tampak lemah
 Pasien terlihat merintih kemih)
kesakitan

DS :
 Pasien mengatakan nyeri saat
berkemih
 Pasien mengatakan sering
berkemih
 Pasien mengatakan tidak bisa
menahan kencing
Infeksi Saluran Gangguan
DO :
Kemih eliminasi urin
 Adanya pembengkakan ginjal
atau penampang ginjal.
 Urin yang keluar dalam jumlah
banyak (70 cc/jam)
 Pasien tampak sering berkemih
 Ada unsur darah dalam urin
(hematuria)
 Urin berwarna keruh dan berbau
tajam
DO :
 Pasien mengeluh badan terasa
panas
 Pasien mengatakan sering
Penyakit Hipertermi
menggigil (proses

23
DO : peradangan/infeksi)
 Suhu 39,5 - 40,5 o C
 Pasien teraba hangat
 Kulit teraba hangat
 RR 32x/menit
 Nadi 120x/menit
 Kadar leukosit tinggi

DO :
 Pasien mengeluh urin yang
keluar banyak saat berkemih
 Pasien mengeluh haus
Kehilangan cairan Resiko kekurangan
DO : aktif volume cairan
 Turgor kulit buruk
 Mukosa bibir kering
 Kadar hematocrit meningkat

DS :
 Pasien mengatakan sering mual
dan muntah
 Pasien mengatakan tidak nafsu
Factor biologis Ketidakseimbanga
makan (mual mutah dan
n nutrisi kurang
 Pasien mengeluh lemas.
peningkatan asam
dari kebutuhan
DO : lambung
tubuh
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak pucat
 BB pasien menurun dari 54 kg
ke 50 kg
 Porsi makan rumah sakit hanya
habis ¼ saja.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis (inflamasi dan infeksi saluran kemih).

24
b. Gangguan eliminasi urin berhungungan dengan
infeksi saluran kemih.
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses
peradangan/infeksi).
d. Reiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan factor biologis (mual
muntah, peningkatan asam lambung).

3) NOC

NO Diagnosa Keperawatan NOC


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
1. pasien berkurang dengan kriteria
Nyeri akut berhubungan hasil :
dengan agen cedera biologis
Indicator A T
Mampu 3 1
mengontrol nyeri

25
Mampu mengenali 3 2
nyeri
Menyatakan rasa 3 1
nyaman setrelah
nyeri berkurang
2. Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan
berhungungan dengan infeksi keperawatan selama 3x24 jam, pola
saluran kemih eliminasi urin pasien kembali
optimal dengan kriteria hasil :

Indicator A T
Pola eliminasi 3 2
membaik
Tidak nyeri saat 4 2
berkemih
Tidak menahan 4 2
kemih
3. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan penyakit (proses keperawatan selama 3x 24 jam
peradangan/infeksi) demam pasien berkurang dengan
kriteri hasil :
Indicator A T
Nadi 4 1
Pernafasan 3 1
Menggigil saat 4 2
dingin

4. Resiko kekurangan volumeSetelah dilakukan tindakan


cairan berhubungan dengankeperawatan selama 2 x 24 jam

26
kehilangan cairan aktifklien dapat mempertahankan pola
(demam, poliuri) eliminasi secara adekuat :
Indicator A T
Tidak memiliki 4 2
konsentrasi urin
yang berlebih
Membrane mukosa 4 1
lembab
Keseimbangan 4 2
cairan
5. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam,
berhubungan dengan factor nutrisi dapat terpenuhi dengan
biologis (mual kriteria hasil :
muntah,peningkatan asam
Indicator A T
lambung).
Porsi makan habis 2 4
Penambahan berat 2 4
badan
Asupan makanan 3 4

A. NIC

NO Diagnosa Keperawatan NIC


1. Nyeri akut berhubungan Pain Management (1400)
1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen cedera biologis
secara komprehensif (lokasi,
skala, kualitas, frekuensi nyeri)
2. Kurangi faktor penyebab nyeri
(muntah berlebihan, psikologis)
3. Kolaborasi dengan dokter
terkait analgetik untuk
mengurangi nyeri
4. Berikan terapi non-

27
farmakologik (reklaksasi, terapi
nafas dalam, distraksi)

2. Gangguan eliminasi urin 1. Awasi pemasukan dan


berhungungan dengan infeksi pengeluaran karakteristik urin.
2. Kaji keluhan kandung kemih
saluran kemih
penuh.
3. Awasi pemeriksaan
laboratorium; elektrolit, BUN,
kreatinin.
4. Lakukan tindakan untuk
memelihara asam urin.
(Tingkatkan masukan sari buah
berry)
5. Berikan antibiotic (Ciprofloxaxin
500 mg)

3. Hipertermi berhubungan 1. Pantau suhu pasien (derajat


dengan penyakit (proses dan pola) ; perhatikan ada
peradangan/infeksi) tidaknya menggigil atau
diaforesis.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi
atau tambahkan linen tempat
tidur, sesuai indikasi.
3. Berikan kompres hangat
4. Jelaskan kepada orang tua
bahwa demamadalah tindakan
perlindungan dan tidak
berbahaya kecuali demam
tinggi (misal > 41,10 C)
5. Berikan antipiretik, misalnya
ASA (aspirin), asetaminofen
(tylenol)

28
4. Resiko kekurangan volume 1. Ukur dan catat urine setiap kali
cairan berhubungan dengan berkemih
2. Tempatkan pasien pada posisi
kehilangan cairan aktif
telentang/tredelenburg sesui
kebutuhan
3. Pantau mambran mukosa
kering, torgor kulit yang kurang
baik, dan rasa haus
4. Awasi pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi
5. Berikan cariran IV (contoh,
garam faal)/ volume ekspender
(contoh albumin)

5. Ketidakseimbangan nutrisi Nutrition Management (1100)


1. Instruksikan pasien tentang
kurang dari kebutuhan tubuh
kebutuhan nutrisinya
berhubungan dengan factor
2. Sediakan makanan dalam porsi
biologis (mual muntah)
sedikit tapi sering
3. Monitor perkembangan berat
badan pasien
4. Monitor intake dan output
makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
terkait diit pasien

29
BAB IV
A. Kesimpulan

Berdasarkan laporan diatas, penulis mengambil


kesimpulan bahwa pielonefritis merupakan bagian dari
infeksi saluran kemih bagian atas yang menyerang
parenkim ginjal. Penyabab terjadinya pielonefritis yaitu
mikroorganisme, E-coli merupakan penyebab tersering
terjadinya pielonefritis, disamping itu ada penurunan
imunitas, obstruksi saluran kemih, kehamilan dan pasien
dengan diabetes.

Klasifikasi pielonefritis dibagi menjadi dua yaitu


pielonefritis akut dan kronis. Gejala yang muncul pada
pasien dengan pielonefritis yaitu nyeri bagian pinggang
akibat adanya infeksi parenkim ginjal, mual dan muntah
berhubungan dengan infeksi oleh bakteri, dan demam atau
peningkatan suhu tubuh.

B. Saran

Berdasarkan laporan diatas, penulis berharap untuk


institusi rumah sakit bisa lebih meningkatkan kualitas

30
pelayanan rumah sakit agar bisa menurunkan angka
infeksi saluran kemih khususnya pielonefritis. Bagi
mahasiswa keperawatan agar lebih memahami lebih dalam
terkait infeksi saluran kemih, sehingga apa yang dipelajari
di institusi keperawatan bisa di implikasikan ketika tejun ke
rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer,Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Edisi 8. Jakarta : EGC
2. Tessy Agus, Ardaya, suwanto. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam :
Infeksi Saluran Kemih Edisi 3. Jakarta : FKUI
3. Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
4. Gulpa Kaptana, Thomas M Hooton, dkk. 2010. International Clinical
Practice Guidelines for the Treatment of Acute Uncomplicated Cystitis
and Pyelonephritis in Women: A 2010 Update by the Infectious
Diseases Society of America and the European Society for Microbiology
and Infectious Diseases. Inggris : Oxford University Press
5. Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinik. Jakarta : Salemba Medika
6. Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta :
Sagung Seto
7. Suciadi, Leonardo Paskah. 2010. Kesehatan Ginjal dan Saluran Kemih.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer
8. Pribakti. 2011. Dasar-dasar Uroginekologi. Jakarta : Sagung Seto
9. Herdman, T Heather. 2014. NANDA International Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
10. Morhead Sue, Marion jhonson, dkk. 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America : MOSBY
11. Doctherman, Joane McCloskey, Gloria N Bilcheck.2008 Nursing
Intervention Classification (NIC). United States of America : MOSBY

31
12. PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial ::
http://www.docudesk.com

32

Anda mungkin juga menyukai