“PYELONEPHRITIS”
Disusun Oleh :
GUNAWAN 140100499
2016
1
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar
Laporan Asuhan Keperawatan ini menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat
kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………….i
Kata pengantar………………………………………………………………....ii
BAB I
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................3
C. Tujuan ..........................................................................3
D. Manfaat.........................................................................4
BAB II
A. Tinjauan Pustaka....................................................................5
1. Definisi.........................................................................5
2. Etiologi.........................................................................5
3. Tanda dan Gejala..........................................................7
4. Pathway........................................................................9
5. Pemeriksaan...............................................................10
6. Terapi Medis dan Keperawatan...................................15
BAB III
A. Kasus...........................................................................19
B. Analisis Masalah..........................................................20
C. Asuhan Keperawatan..................................................21
BAB IV
A. Kesimpulan.................................................................30
B. Saran...........................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................31
LAMPIRAN
3
BAB I
A. Latar Belakang
Pasien dengan Infeksi Saluran Kemh (ISK) atas sering mengalami
inflamasi atau peradangan dibagian saluran kemih khususnya ginjal.
Inflamasi pada ginjal bisa menyebabkan kerugian pada pelvis ginjal
atau parenkim ginjal yang penyabarannya secara hematogen hanya
kurang dari 3% (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Kondisi tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal, dimana fungsi ginjal adalah
sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan
dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif.
Kelebihan zat terlarut dan air dieksresikan keluar tubuh dalam urin
melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2005).
Syaifudin (2001) mengatakan bahwa sinyal sensorik dari
reseptor kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis melalui
nervus pelvikus, kemudian secara reflek kembali lagi ke kandung
kemih melalui syaraf parasimpatis. Inflamasi pelvis ginjal disebut
dengan pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering
adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke
pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis
(Tambayong. 2000).
Sebagian besar, pielonefritis disebabkan oleh bakteri baik gram
positif maupun negative. Penyebab radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman (bakteri) yang berasal dari kandung kemih yang
menjalar naik ke kandung kemih kemudian ke pelvis ginjal. Dimana
pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa
dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan
oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Gejala
pada klien dengan pielonefritis biasanya timbul secara tiba-tiba berupa
demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan
muntah. Selain itu, beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi
saluran kemih bagian bawah biasanya sering berkemih dan nyeri
ketika berkemih.
4
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
pielonefritis salah satunya adalah nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi dan infeksi pada parenkim ginjal. Intervensi mandiri yang
dapat dilakukan antara lain mengatur posisi tidur dan memberikan
terapi teknik nafas dalam untu mengurangi nyeri (Smeltzer & Bare,
2002). Teknik napas dalam memberikan manfaat yang baik pada
pasien dengan gangguan pielonefritis untuk mengurangi rasa nyeri di
bagian pinggang.
Menurut National Safety Council (2004), bahwa teknik relaksasi
nafas dalam saat ini masih menjadi metode relaksasi yang termudah.
Metode ini mudah dilakukan karena pernafasan itu sendiri merupakan
tindakan yang dapat dilakukan secara normal tanpa perlu berfikir atau
merasa ragu. Manfaat lain yang dapat dirasakan langsung oleh pasien
adalah mampu mengurangi cemas yang berlebihan dan membuat hati
lebih tentram.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menetapkan
beberapa rumusan masalah anytara lain sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Pielonefritis!
5
2. Apa saja etiologi atau penyebab pielonefritis!
3. Apa tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan
pielonefritis!
4. Bagaimana proses perjalanan penyakit pielonefritis?
5. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien dengan
pielonefritis?
6. Apa saja terapi medis dan terapi keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan pielonefritis?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien?
C. Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan
tujuan penulisan laporan ini, di antaranya :
1. Untuk mengetahui definisi pielonefritis
2. Untuk mengetahuipenyebab terjadinya poelonefritis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada pasien
dengan pielonefritis
4. Untuk mengetahui proses terjadnya pielonefritis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada
pasien dengan pielonefritis
6. Untuk mengetahui terapi medis dan keperawtan yang diberikan
kepada pasien
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dengan pielonefritis.
D. Manfaat
6
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal atau
parenkim ginjal, tubulus, dan jaringan interstial dari salah satu
atau kedua ginjal.bakteri mencapai kandung kemih melalui
uretra dan naik menuju ginjal meskipun ginjal hanya menerima
20%-25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui
darah. Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%
(Brunner & suddarth, 2002 : 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang
bdapat timbul secara hematogen atau retrograde aliran ureterik
(J. C .E. Underwood, 2002 : 668 dalam Indra 2011). Pielonefritis ini
7
merupakan infeksi saluran kemih bagian atas dan Infeksi ini paling
sering akibat infeksi ascenden dari traktus urinarius bagian
bawah. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang
ginjal, yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut
biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila
pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat
menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis
kronis (Tambayong. 2000).
2. Etiologi
Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit
(paling umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar dari
kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks vesikouretral.
Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau
infeksi, trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal
lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolic. Penyebab radang
pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman (bakteri) yang
berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke kandung
kemih kemudian ke pelvis ginjal. Dimana pada saluran kemih
yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran
air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik
air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga
bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran
darah.
8
b Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa merupakan
patogen pada manusia dan merupakan penyebab infeksi
pada saluran kemih.
c Klebsiella enterobacter merupakan salah satu patogen
menular yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan,
tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih
d Species proteus yang pada kondisi normal ditemukan di
saluran cerna,menjadi patogenik ketika berada di dalam
saluran kemih.
e Enterococus mengacu pada suatu spesies streptococus yang
mendiami saluran cerna dan bersifat patogen di dalam
saluran kemih
f Lactobacillus adalah flora normal di rongga mulut, saluran
cerna, dan vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan
saluran kemih.
9
kencing manis dan keadaan-keadaan yang menyebabkan
menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
10
Tanda dan gejala pielonefritis akut ini sering didahului gejala-
gejala infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu sistitis.
b. Pielonefritis Kronis
2) Adanya keletihan.
11
5) Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal.
4. Pathway
TERLAMPIR
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan ginjal
Inspeksi
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomen sebelah atas harus diperhatikan pada
saat melakukan inspeksi di daerah ini. Pembesaran
itu bisa saja disebabkan karena hidronephrosis
atau tumor pada daerah retroperitonium.
Palpasi
12
Palpasi ginjal dilakukan memakai dua tangan.
Tangan kiri dilekatkan di sudut ostovertebra untuk
mengangkat ginjal ke atas, sedangkan tangan
kanan meraba ginjal dari depan. Palpasi ini
bertujuan untuk memeriksa adanya masa pada
ginjal. Secara patologis, ginjal yang membesar
biasanya menonjol ke depan, sedangkan abses
perinefritik atau pengumpulan cairan cenderung
menonjol ke belakang.
Perkusi
Perkusi atau ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut costovertebra.
Perkusi pada klien pielonefritis, batu ginjal pada
pelvis, dan batu ureter akan memberikan stimulasi
nyeri.
2) Pemeriksaan Vesika Urinaria
Pada pemeriksaan kandung kemih, diperhatikan adanya
benjolan/massa atau jaringan parut bekas pembedahan
di suprasimfisis. Massa di daerah suprasimfisis mungkin
tumor ganas kandng kemih atau karena kandung kemih
untuk dari suatu retensi urin. Palpasi dan perkusi
kandung kemih untuk menentukan batas kandung kemih
dan adanya nyeri tekan pada area suprasimfisis.
3) Pemeriksaan Genitalia Eksternal
13
Menurut Purnomo (2003), pada inspeksi genitalia
eksternal diperhatikan adanya kelainan pada penis dan
uretra antara lain: mikropenis, makropenis, hipospodia,
kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna,
fimosis/parafimosis, fistel uretrokutan, ulkus, tumor, dan
keganasan penis.
4) Pemeriksaan Neurologi
Ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan
neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem
urogenetalia, seperti pada lesi motor neuron atau lesi
saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-buli
neurogen.
b. Pemerikssan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan
pada kasus-kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji :
Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan
berat jenis urine
Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat
keasaman/PH, protein, dan gula dalam urine
Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel,
cast (silinder), atau bentukan lain di dalam urine.
Pada pasien yang menderita pielonefritis saat
pemeriksaan urinalisis ditemukan adanya piuria,
bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan
hematuria (terkandung sel-sel darah merah di dalam
urine).
2) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar
hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis
leukosit, dan hitung trombosit.
Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan
darah rutinnya menunjukkan adanya leukositosis
14
(menurunnya jumlah atau kadar leukosit di dalam
darah) disertai peningkatan laju endap darah.
3) Tes Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah
pemeriksaan kadar kreatinin, kadar ureum, atau BUN
(blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin. Pemeriksaan
BUN, ureum atau kreatinin di dalam serum merupakan
uji faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik.
Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan
pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, pasien pielonefritis baru akan
menunjukkan adanya penurunan faal ginjal bila sudah
mengenai kedua sisi ginjal.
4) Kultur Urin
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi
saluran kemih. Pada pria, urine yang diambil adalah
sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada
wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi,
sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari aspirasi
suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urin, dibiakkan di dalam
medium tertentu untuk mencari jenis kuman dan
sekaligus sensitifitas kuman terhadap antibiotika yang
diujikan. Pada pasien dengan pielonefritis, hasil
pemeriksaan kultur urinenya terdapat bakteriuria.
Pemeriksaan Radiologi
15
kekaburan dari bayangan otot psoas dan mungkin
terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih.
3) Sistografi
4) Uretrografi
Adalah pencitraan urethra dengan memakai bahan
kontras. pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui dan menilai panjang striktura urethra,
trauma urethra, dan tumor urethra atau batu non-
opak pada urethra.
5) Pielografi Retrograd (RPG)
6) Pielografi Antegrad
16
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas
dengan dengan cara memasukkan kontras melalui
sistem saluran (kaliks) ginjal.
1) Antibiotic Oral
Sulfonamide
Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi
pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan
antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya.
Penicillin
o Ampicillin adalah penicillin standar yang
memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk
terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin.
Dosis ampicillin 1000 mg dan interval
pemberiannya tiap 6 jam.
o Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi
memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin
dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai
untuk mengatasi masalah resistensi bakteri.
17
Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval
pemberiannya tiap 8 jam.
Cephaloporin
Quinolon
Amynoglycosida
Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas
yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih mahal.
Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar
terhadap pseudomonas memilki peranan penting
dalam pengobatan infeksi sistemik yang serius.
Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang
18
multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg
berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam
dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian
tiap 8 jam.
Penicillin
Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif
untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas
aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering
digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak
sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida
harus dihindari.
Imipenem/silastatin
Obat ini memiliki spectrum yang sangat luas
terhadap bakteri gram positif, negative, dan bakteri
anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang
disebabkan enterococci dan Pseudomonas
aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan
infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-
500 mg dengan interval pemberian tiap 6-8 jam.
b. Terapi Keperawatan
1) Untuk membantu perawatan infeksi saluran kemih bagian
atas , berikut beberapa hal yang harus dilakukan :
Minum banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk
membantu pengosongankandung kemih serta
kontaminasi urin.
Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk
batu ginjal
Banyak istirahat di tempat tidur.
19
Mengobservasi dan mendokumentasikan
karakteristik urin klien
Mengumpulkan spesimen urin segar untuk proses
urinalisis
Memantau input dan output cairan
Mengevaluasi hasi; tes laboratorium (BUN, kreatinin,
serum electrolytes)
Memberikan dorongan semangat pada klien untuk
mngikuti prosedur pengobatan. Karena pada kasus
kronis, pengobatan bertambah lama dan
menghabiskan banyak biaya yang bisa membuat
pasien berkecil hati.
BAB III
A. Kasus
20
Seorang wanita datang ke RS Alma Ata Royal, 48 tahun
dengan berat badan 50 kg dengan keluhan nyeri pada
punggung bagian kanan. Pasien juga mengeluh mual dan
muntah dan juga badan yang terasa panas disertai dengan
menggigil. Pasien mengaku sering nyeri saat berkemih dan
urin keluar dalam jumlah banyak, sering haus, namun pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada suprapubis,
tanpa rebound dengan bising usus yang normal. Selain itu
juga didapatkan adanya demam yang tinggi sekitar 39,5o-
40,5o C, menggigil ,sakit kepala, nyeri otot dan adanya
kelemahan fisik.
Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh
atau hematuria dengan bau yang tajam, sedangkan pada
pemeriksaan laboratorium, didapatkan kadar kreatinin
meningkat dan leukositosis. Pasien juga mengeluh sering
mual dan muntah, tidak nafsu makan, ketika dilakukan
pemeriksaan antropometri berat badan pasien mengalami
penurunan. Kemudian pasien melakukan pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya pembengkakan ginjal atau
pelebaran penampang ginjal.
B. Analisis Masalah
1) Data Subjektif :
21
Pasien mengatakn nyeri dibagian punggung
bagian kanan.
Pasien mengeluh mual dan muntah
Pasien mengeluh badan terasa panas dan
menggigil
Pasien mengaku nyeri saat berkemih
Pasien mengaku sakit kepala dan nyeri otot.
Pasien mengatakan urin yang keluar dalam jumlah
yang banyak
Pasien mengaku sering haus.
Pasien mengaku sering mual dan muntah
Pasien mengatakan tidak nafsu makan
2) Data Objektif :
Demam tinggi 39,5o-40,5o C
Pasien tampak menggigil
Pasien terlihat lemah
Urin berwarna keruh dan berbau tajam
Berat badan pasien mengalami penurunan
sebanyak 4 kg, dari 54 ke 50 kg
Ada unsur darah dalam urin (hematuria)
Kadar hematocrit meningkat
Adanya pembengkakan ginjal atau penampang
ginjal.
C. Asuhan Keperawatan
1) Analisa data
22
punggung bagian kanan
P : Pinggang
Q : Seperti di bakar
R : Bagian kanan
S:6
T : Saat menahan kencing
Pasien mengatakan nyeri saat Agen cedera Nyeri akut
berkemih biologis
Pasien mengaku nyeri otot (inflamasi dan
DO :
infeksi saluran
Pasien tampak lemah
Pasien terlihat merintih kemih)
kesakitan
DS :
Pasien mengatakan nyeri saat
berkemih
Pasien mengatakan sering
berkemih
Pasien mengatakan tidak bisa
menahan kencing
Infeksi Saluran Gangguan
DO :
Kemih eliminasi urin
Adanya pembengkakan ginjal
atau penampang ginjal.
Urin yang keluar dalam jumlah
banyak (70 cc/jam)
Pasien tampak sering berkemih
Ada unsur darah dalam urin
(hematuria)
Urin berwarna keruh dan berbau
tajam
DO :
Pasien mengeluh badan terasa
panas
Pasien mengatakan sering
Penyakit Hipertermi
menggigil (proses
23
DO : peradangan/infeksi)
Suhu 39,5 - 40,5 o C
Pasien teraba hangat
Kulit teraba hangat
RR 32x/menit
Nadi 120x/menit
Kadar leukosit tinggi
DO :
Pasien mengeluh urin yang
keluar banyak saat berkemih
Pasien mengeluh haus
Kehilangan cairan Resiko kekurangan
DO : aktif volume cairan
Turgor kulit buruk
Mukosa bibir kering
Kadar hematocrit meningkat
DS :
Pasien mengatakan sering mual
dan muntah
Pasien mengatakan tidak nafsu
Factor biologis Ketidakseimbanga
makan (mual mutah dan
n nutrisi kurang
Pasien mengeluh lemas.
peningkatan asam
dari kebutuhan
DO : lambung
tubuh
Pasien tampak lemas
Pasien tampak pucat
BB pasien menurun dari 54 kg
ke 50 kg
Porsi makan rumah sakit hanya
habis ¼ saja.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis (inflamasi dan infeksi saluran kemih).
24
b. Gangguan eliminasi urin berhungungan dengan
infeksi saluran kemih.
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (proses
peradangan/infeksi).
d. Reiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan factor biologis (mual
muntah, peningkatan asam lambung).
3) NOC
25
Mampu mengenali 3 2
nyeri
Menyatakan rasa 3 1
nyaman setrelah
nyeri berkurang
2. Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan
berhungungan dengan infeksi keperawatan selama 3x24 jam, pola
saluran kemih eliminasi urin pasien kembali
optimal dengan kriteria hasil :
Indicator A T
Pola eliminasi 3 2
membaik
Tidak nyeri saat 4 2
berkemih
Tidak menahan 4 2
kemih
3. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan
dengan penyakit (proses keperawatan selama 3x 24 jam
peradangan/infeksi) demam pasien berkurang dengan
kriteri hasil :
Indicator A T
Nadi 4 1
Pernafasan 3 1
Menggigil saat 4 2
dingin
26
kehilangan cairan aktifklien dapat mempertahankan pola
(demam, poliuri) eliminasi secara adekuat :
Indicator A T
Tidak memiliki 4 2
konsentrasi urin
yang berlebih
Membrane mukosa 4 1
lembab
Keseimbangan 4 2
cairan
5. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 jam,
berhubungan dengan factor nutrisi dapat terpenuhi dengan
biologis (mual kriteria hasil :
muntah,peningkatan asam
Indicator A T
lambung).
Porsi makan habis 2 4
Penambahan berat 2 4
badan
Asupan makanan 3 4
A. NIC
27
farmakologik (reklaksasi, terapi
nafas dalam, distraksi)
28
4. Resiko kekurangan volume 1. Ukur dan catat urine setiap kali
cairan berhubungan dengan berkemih
2. Tempatkan pasien pada posisi
kehilangan cairan aktif
telentang/tredelenburg sesui
kebutuhan
3. Pantau mambran mukosa
kering, torgor kulit yang kurang
baik, dan rasa haus
4. Awasi pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi
5. Berikan cariran IV (contoh,
garam faal)/ volume ekspender
(contoh albumin)
29
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
30
pelayanan rumah sakit agar bisa menurunkan angka
infeksi saluran kemih khususnya pielonefritis. Bagi
mahasiswa keperawatan agar lebih memahami lebih dalam
terkait infeksi saluran kemih, sehingga apa yang dipelajari
di institusi keperawatan bisa di implikasikan ketika tejun ke
rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
31
12. PDF Created with deskPDF PDF Writer - Trial ::
http://www.docudesk.com
32