Anda di halaman 1dari 31

PENUNTUN PRAKTIKUM

REFINERY DAN PENGOLAHAN TURUNAN MINYAK SAWIT

Oleh :
Tim Pengampu

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Buku penuntun praktikum mata kuliah Praktikum Refinery dan Pengolahan


Turunan Minyak Sawit ini dirancang bagi level Ahlimadya (A.Md) Jurusan
Teknologi Industri Pertanian-Politeknik Negeri Tanah Laut. Buku ini juga
dimaksudkan untuk mendukung proses belajar sendiri dan kelompok pada praktikum
Refinery dan Pengolahan Turunan Minyak Sawit. Salah satu tujuan penting penulisan
buku penuntun praktikum ini adalah untuk menjembati pemahaman materi yang
telah diberikan di kelas dengan praktek yang akan dilakukan secara individu maupun
kelompok. Melalui penggunaan buku ini diharapkan mahasiswa bisa memperlajari
terlebih dahulu poin-poin penting yang harus dicapai pada suatu praktikum dan
mendiskusikannya dalam tim masing –masing serta menuliskan dan melaporkannya
dalam laporan sementara dan laporan akhir praktikum.
Secara khusus buku penuntun ini menyediakan landasan praktis untuk
pelaporan pekerjaan praktek mahasiswa serta memperkuat bahasan teoritis bagi
penggunaan praktis dalam penyelesaian praktikum Refinery dan Pengolahan Turunan
Minyak Sawit. Buku penuntun ini masih dalam tahap perkembangan awal, dimana
kami mengusahakan semua buku dan referensi yang dianggap sebagai state of the
arts pada bidangnya telah kami pakai dan sitir secara jelas.
Harapan kami mahasiswa juga akan mendalami buku-buku yang relevan
untuk setiap bab dan pertemuan praktikum hingga mampu memperkaya isi dari
praktikum yang dilakukan dan memberi masukan bagi perbaikan modul penuntun ini
di masa mendatang.

Pelaihari, Januari 2020

Tim Pengampu

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

ACARA I DEGUMMING.............................................................................................1

ACARA II BLEACHING..............................................................................................4

ACARA III DEODORISASI.........................................................................................7

ACARA IV FRAKSINASI...........................................................................................9

ACARA V PEMBUATAN METIL ESTER..............................................................11

ACARA VI PENGUJIAN METIL ESTER.................................................................14

ACARA VII REVIEW ACARA 1-7...........................................................................17

ACARA VIII PROSPEK PENGEMBANGAN PRODUK NON PANGAN


BERBASIS KELAPA SAWIT....................................................................................18

ACARA IX REVIEW PRODUK NON PANGAN BERBASIS CPO DAN PKO....19

ACARA X OLEOKIMIA...........................................................................................20

ACARA XI SABUN BURAM....................................................................................22

ACARA XII SABUN TRANSPARAN......................................................................24

ACARA XIV PALM BIOEMOLLIENT....................................................................26

ACARA XV DAN XVI PALM BIODIESEL.............................................................28

iii
ACARA I
DEGUMMING

1. Pendahuluan
Proses pemurnian CPO pada umumnya terdiri dari 4 tahap, yaitu: a) proses
pemisahan gum (degumming), b) proses pemisahan asam lemak bebas (netralisasi)
dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga terbentuk sabun, c) proses pemucatan (bleaching) yang merupakan proses
penghilangan komponen warna coklat seperti karotenoid & tokoferol, dan d) proses
penghilangan bau (deodorisasi) yang merupakan proses penghilangan asam lemak
bebas dan komponen penyebab bau tidak sedap seperti peroksida, keton dan senyawa
hasil oksidasi lemak lainnya (Copeland dan Maurice, 2005).
Proses degumming dibedakan menjadi water degumming, dry degumming,
enzymatic degumming, membrane degumming, dan acid degumming (Dijkstra dan
Opstal, 1987; Zufarov dkk., 2008). Acid degumming CPO dengan asam fosfat
dimaksudkan untuk memisahkan fosfatida yang merupakan sumber rasa dan warna
yang tidak diinginkan (Madya dan Azis, 2006). Senyawa fosfatida dalam minyak
terdiri dari dua macam yaitu fosfatida hydratable dan fosfatida non hydratable.
Fosfatida hydratable mudah dipisahkan dengan penambahan air pada suhu rendah
sekitar 400C. Penambahan air ini mengakibatkan fosfolipid akan kehilangan sifat
lipofiliknya dan berubah sifat menjadilipofobik sehingga mudah dipisahkan dari
minyak (Dijkstra dan Opstal, 1987). Fosfatida non hydratable harus dikonversi
terlebih dahulu menjadi fosfatida hydratable dengan penambahan larutan asam dan
dilanjutkan dengan proses netralisasi. Asam yang biasa digunakan pada proses
degumming adalah asam fosfat dan asam sitrat (Thiagarajan dan Tang, 1991).

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Mempraktekkan proses degumming CPO pada proses refinery
b. Menganalisis kualitas hasil degumming

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
a. Gelas kimia 250 mL 2 buah
b. Neraca analitik 1 buah
c. Hot plate 1 buah
1
d. Termometer 1 buah
e. Sentrifuge 1 buah
f. Erlenmeyer 1 buah
g. Buret 1 buah

Bahan yang digunakan:


a. CPO
b. Aquades
c. Asam fosfat
d. Alkohol
e. NaOH
f. Indikator PP

5. Prosedur Kerja
5.1. Metode Water degumming
a. Siapkan CPO 100 g lalu panaskan pada suhu 40oC sampai terlihat mencair.
b. Tambahkan aquades sebanyak 5% lalu panaskan pada suhu 80 oC selama 15
menit.
c. Kemudian lakukan sentrifugasi (6000 rpm selama 15 menit) untuk
menghilangkan gum pada minyak.
d. Amati dan catat perubahan CPO sebelum dan sesudah proses degumming.
e. Lakukan analisis FFA

5.2. Metode Phosphoric acid degumming


a. Siapkan CPO 100 g lalu panaskan pada suhu 40oC sampai terlihat mencair.
b. Tambahkan asam fosfat (H3PO4) sebanyak 0,05% lalu panaskan pada suhu
80oC selama 15 menit
c. Tambahkan aquades sebanyak 5% dari berat awal, kemudian panaskan pada
suhu 60oC selama 15 menit untuk menghilangkan asam.
d. Kemudian lakukan sentrifugasi (6000 rpm selama 15 menit).
e. Amati dan catat perubahan CPO sebelum dan sesudah proses degumming.
f. Lakukan analisis FFA

5.3. Analisis FFA


a. Siapkan 5 g minyak
b. Masukan sampel kedalam Erlenmeyer, lalu tambahkan 50 ml alkohol netral
c. Panaskan hingga mendidih, kemudian dinginkan.
d. Tambahkann 2 ml indicator PP
e. Titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah di standarisasi
f. Amati perubahan warna sampai warna merah jambu dan tidak hilang selama
30 detik
2
6. Laporan Sementara
Tabel 1. Degumming CPO
No Metode Hasil Pengamatan

1. Water degumming

2. Phosphoric acid degumming

Analisis FFA pada CPO setelah proses degumming


Massa sampel :

Volume NaOH yang terpakai :

Kadar FFA (%) :

3
ACARA II
BLEACHING

1. Pendahuluan
Adsorbsi merupakan suatu peristiwa fisik pada permukaan suatu bahan yang
tergantung dari spesifik affinity antara adsorben dan zat yang diadsorbsi (Ketaren,
1986). Proses adsorbsi pada CPO dilakukan untuk menghilangkan warna dari minyak
(pemucatan/ bleaching) menggunakan bahan pemucat seperti tanah liat (clay) dan
karbon aktif.
Metode pemucatan dengan adsorben adalah proses adsorbsi komponen-komponen
pigmen dan pengotor dalam minyak dengan menggunakan tanah pemucat (bleaching
earth) atau adsorben sintetik. Jenis absorben penting yang digunakan pada proses
pemucatan adalah tanah pemucat atau lempung aktif. Kebanyakan tanah pemucat ini
terdiri atas mineral aluminium silikat. Penggunaannya pada proses pemucatan minyak
umumnya setelah tanah pemucat tersebut diaktifkan. Aktivasi yang biasa dilakukan
adalah aktivasi dengan asam. Tujuan aktivasi ini adalah mengaktifkan tapak aktifnya
(active site) sehingga dapat berfungsi sebagai adsorben. Jika tidak dilakukan aktivasi,
tanah pemucat seperti bentonit dan montmorilonit, tidak mampu menghilangkan
warna.
Bleaching atau pemucatan merupakan proses untuk memperbaiki warna minyak
(Estiasih, 2009). Proses ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tujuan
utama proses bleaching adalah menghilangkan warna dari minyak. Selain warna,
pemucatan juga berperan mengurangi komponen minor lainnya seperti aroma,
senyawa bersulfur dan logam-logam berat. Selain itu, pemucatan juga dapat
mengurangi produk hasil oksidasi lemak seperti peroksida, aldehida dan keton. Pada
proses pemucatan hanya sedikit komponen yang dihilangkan. Biasanya pemucatan
dilakukan setelah proses degumming.
Menurut Estiasih (2009), ada dua metode umum pemucatan, yaitu metode
adsorbsi dengan menggunakan adsorben dan metode pemucatan kimiawi. Pemucatan
dengan adsorbsi dilakukan dengan menggunakan bahan pemucat seperti tanah liat
(clay) dan karbon aktif. Metode kimia jarang digunakan dan merupakan metode
penghilangan warna dengan cara mengoksidasi pigmen dalam minyak menjadi
senyawa yang tidak berwarna.

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mamu memprakitkkan proses
blesching

4
3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


4.1 Aktivasi Tanah Liat
Alat yang digunakan:
a. Cawan porselein 1 buah
b. Mortar 1 buah
c. Saringan 1 buah
d. Oven 1 buah
e. Timbangan 1 buah
f. Cawan petri 1 buah
g. Gelas kimia 250 mL 1 buah

Bahan yang digunakan:


a. Batu bata
b. HCl

4.2.Bleaching
Alat yang digunakan adalah:
a. Gelas kimia 250 mL 1 buah
b. Neraca analitik 1 buah
c. Pengaduk 1 buah
d. Hot plate 1 buah
e. Kertas saring 1 buah
f. Corong 1 buah
g. Erlenmeyer 1 buah

Bahan yang digunakan adalah:


a. CPO hasil degumming
b. Bleaching Earth

5. Prosedur Kerja
a. Siapkan CPO hasil degumming
a. Panaskan hingga + 100oC sampai mencair
b. Tambahkan tanah liat yang telah diasamkan sebanyak xx %
c. Panaskan + 100oC selama 30 menit, diaduk, kemudian saring
d. Minyak yang telah diperoleh kemudian disimpan

5
6. Laporan Sementara
Analisis Hasil Bleaching
Massa CPO hasil degumming : gram
Massa tanah liat yang digunakan : gram
Hasil pengamatan secara fisik dari CPO hasil bleaching,
Warna :
Tekstur :

6
ACARA III
DEODORISASI
1. Pendahuluan
Deodorisasi adalah tahapan dalam proses refinery minyak sawit (CPO) yang
digunakan untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak. Prinsip
proses deodorisasi adalah penyulingan minyak dengan menggunakan uap panas
dalam tekanan atmosfer atau dengan keadaan vacum. Senyawa yang dapat
menimbulkan flavor dalam minyak ada dua macam, yaitu :
Flavor alamiah
Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak
dan ikut terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan. Minyak
yang berbau sengit/tengik dan rasa getir disebabkan oleh thio sianida, senyawa ini
banyak terdapat pada bahan yang berasal dari biji-bijian.

Flavor yang ditambahkan dari kerusakan proses pengolahan


Kerusakan tersebut dapat terjadi selama proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, adanya kotoran dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa
yang terbentuk merupakan hasil degradasi trigliserida dalam minyak yang
menghasilkan asam lemak bebas, aldehid, keton dan sebagainya.

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghilangkan bau pada CPO.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah:
a. Autoclave 1 buah
b. Erlenmeyer 1 buah

Bahan yang digunakan adalah:


a. CPO hasil degumming dan bleaching (DBPO)
b. Air

5. Prosedur Kerja
a. Siapkan DBPO dalam erlenmeyer
b. Masukkan ke dalam autoclave, kemudian panaskan hingga suhu 126oC selama
1 jam
c. Buka valve pada autoclave hingga suhu turun menjadi 30oC

7
d. Ambil erlenmeyer yang telah dipanaskan tadi, kemudian dinginkan dengan
direndam air
e. Simpan miyak yang telah dideodorasi
f. Amati perubahan yang terjadi

6. Laporan Sementara
Tabel 3. Deodorasi CPO
Parameter yang
No Sebelum Deodorasi Setelah Deodorasi
Diamati

1. Bau

2. Warna

3. Tekstur

8
ACARA IV
FRAKSINASI
1. Pendahuluan
Fraksinasi merupakan proses untuk memisahkan fraksi padat (stearin) dan fraksi
cair (olein) yang terdapat dalam CPO hasil degumming, bleaching, dan deodorasi
(RBDPO). Fraksi stearin mempunyai titik beku yang lebih besar dibanding dengan
titik beku olein. Trigliserida yang ada dalam fraksi stearin terutama terdiri dari
komponen asam lemak jenuh, sedangkan fraksi olein terutama terdiri dari trigliserida
dengan komponen-komponen tak jenuh. Pada temperatur rendah (20 oC) stearin
berada pada fasa padat, sedangkan olein tetap dalam fasa cair. Dengan demikian
dapat dengan mudah dilakukan pemisahan fraksi.
Fraksinasi dapat dilakukan secara double fractionation olein dan double
fractionation stearin. Double fractionation olein dilakukan untuk mendapatkan
kualitas olein super dengan cara mengolah kembali RBDPO yang diperoleh dari
proses fraksinasi.

2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan fraksi olein dan stearin dari
RBDPO.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi Industri
Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah:
a. Termometer
b. Hot plate
c. Baskom
d. Saringan
e. Pengaduk

Bahan yang digunakan adalah:


a. RBDPO
b. Air

5. Prosedur Kerja
a. Panaskan RBDPO pada suhu 70oC sambil diaduk sampai mencair rata
b. Turunkan temperatur sampai 20oC (rendam dalam air)
c. Saring kemudian pisahkan fraksi olein dan stearin.

6. Laporan Sementara
9
Table 4. Fraksinasi RBDPO
Parameter yang Sebelum Setelah Fraksinasi
No
Diamati Fraksinasi Olein Stearin

1. Warna

2. Tekstur

10
ACARA V
PEMBUATAN METIL ESTER

1. Pendahuluan
Metil ester merupakan ester asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi
dari asam lemak dengan methanol. Pembuatan metil ester ada empat macam cara,
yaitu pencampuran dan penggunaan langsung, mikroemulsi, pirolisis (thermal
cracking) dan transesterifikasi. Namun, yang sering digunakan untuk pembuatan
metil ester adalah transesterifikasi yang merupakan reaksi antara trigliserida (lemak
atau minyak) dengan methanol untuk menghasilkan metil ester dan gliserol.
Metil ester dapat diperoleh dari hasil pengolahan bermacam-macam minyak
nabati, misalnya di Jerman diperoleh dari minyak rapessed, di Eropa diperoleh dari
minyak biji bunga matahari dan minyak rapessed, di Perancis dari Itali diperoleh dari
minyak biji bunga matahari, di Amerika Serikat dan Brazil diperoleh dari minyak
kedelai, di Malaysia diperoleh dari minyak kelapa sawit, dan di Indonesia diperoleh
dari minyak kelapa sawit, minyak jarak pagar, minyak kelapa, dan minyak kedelai.

2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu terampil dan memahami
setiap tahapan pada proses pembuatan metil ester.

3. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
a. Gelas kimia 250ml 2 buah
b. Magnetic stirrer 1 buah
c. Hot plate 1 buah
d. Mortar 1 buah
e. Spatula 1 buah
f. Pipet ukur 25ml 1 buah
g. Stopwatch 1 buah
h. Neraca analitik 1 buah
i. Corong pisah 500ml 1 buah

11
j. Piknometer 1 buah
k. Termometer 1 buah
l. Erlenmeyer 250ml 1 buah
m. Buret 50ml 1 buah
n. Statif dan klem 1 buah
o. Pipet tetes 1 buah

Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah :


a. CPO
b. Minyak bekas
c. NaOH
d. Metanol
e. Aquadest
f. Indikator PP

5. Prosedur Kerja
a. Menimbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkanya dengan
metanol p.a, mengaduknya dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua.
Menaruhnya di dalam gelas kimia 250 ml.
b. Memanaskan 200 ml CPO di atas hotplate dan mengaduknya menggunakan stirrer
kira-kira 750-1500 rpm hingga mencapai suhu 45-550C.
c. Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah 1
kedalam CPO yang telah dipanaskan dan mempertahankan suhu pengadukanya
pada 550C. Melakukan penambahan larutanh ini sedikit demi sedikit. Menghitung
waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua natriummetoksida bercampur
semua.
d. Memindahkan metil ester kedalam corong pisah dan mendiamkanya hingga
terbentuk lapisan selama kurangn lebih 10 menit, lalu mengeluarkan lapisan
bawahnya.
e. Memasukkan metil ester kedalam gelas kimia dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 60 0C,
menuangkan metil ester kedalam aquadest dan mengaduknya perlahan selama 10
menit.
f. Memindahkan metil ester dan aquadest kedalam corong pisah dan membiarkanya
sampai terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnnya dikeluarkan.
g. Menghiung volume metil ester yang diperoleh.

12
6. Laporan Sementara

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Menghaluskan NaOH sebanyak 1 gr

2. NaOH + 41 ml methanol

3. Minyak jelantah + natrium 5 menit :


metoksida dan dilakukan pemanasan
sampai 45 menit dengan suhu 550C 10 menit :

15 menit :

20 menit :

25 menit :

30 menit :

35 menit :

40 menit :

45 menit :

13
ACARA VI
PENGUJIAN METIL ESTER

1. Pendahuluan
Metil ester merupakan bahan baku dalam pembuatan biodiesel atau
emollen dalam produk kosmetika, sedangkan gliserol dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam berbagai aplikasi industri seperti kosmetika, sabun, dan
farmasi. Gliserol yang diperoleh sebagai hasil samping pengolahan minyak nabati
ini bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya
memiliki kemurnian kira-kira 95%
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic
triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya
juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi
lainnya. Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan
dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil
ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi
lapis tipis.

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa terampil
menganalisis parameter mutu metil ester yang dihasilkan.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
a. Gelas kimia 250ml 2 buah
b. Magnetic stirrer 1 buah
c. Hot plate 1 buah
d. Mortar 1 buah
e. Spatula 1 buah
f. Pipet ukur 25ml 1 buah
g. Stopwatch 1 buah
14
h. Neraca analitik 1 buah
i. Corong pisah 500ml 1 buah
j. Piknometer 1 buah
k. Termometer 1 buah
l. Erlenmeyer 250ml 1 buah
m.Buret 50ml 1 buah
n. Statif dan klem 1 buah
o. Pipet tetes 1 buah

Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah :


a. CPO
b. NaOH
c. Metanol
d. Aquadest
e. Indikator PP

5. Prosedur Kerja
5.1. Analisa pengujian densitas
a. Menimbang piknometer yang telah di bersihkan dalam keadaan belum ada isi
sebagai a gram
b. Mengisi piknometer dengan sampel dan menimbangnya sebagai b gram
c. Membersihkan piknometer yg telah digunakan dengan sabun dan alcohol
d. Menghitung besar densitas yang diperoleh.

5.2. Pengujian Asam Lemak Bebas


a. Menimbang 2- 5 gram metil ester, menambahkan larutan metanol 95% sebanyak
50 ml dan 3 tetes indikator pp.
b. Melakukan titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai berwana merah
muda.
c. Mencatat banyaknya volume NaOH yang terpakai.
d. Melakukan perhitungan dengan rumus :

% ALB = x 100%

Keterangan : Berat molekul asam lemak = 256 gr / mol

5.3. Metode Pembuatan Larutan


a. NaOH 0.1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500ml aquadest)

15
b. Metanol 95 % netral (memasukkan metanol (95% sebanyak yang diperlukan
kedalam erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH
0.1 N sampai terbentuk warna merah muda)
c. Indikator pp (melarutkan 0.5 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol).

6. Laporan Sementara
a. Data yang digunakan

NaOH                               = gram
Volume methanol              = mL
Volume CPO    = mL
Volume metil ester            = mL

b. Analisis Densitas

Berat piknometer kosong (a)   = gr


Berat pikno + isi (b)                = gr
Volume piknometer (c)           = ml

Densitas metil ester                 =

                                   
= gr/ml
                                   
= gr/ml

c. Analisis Asam Lemak Bebas

Berat gelas kimia kosong        = gr


Berat gelas kimia + isi = gr
Berat sampel                          = gr
Volume titran                         = mL
Bm                                         = 283,77 gr/mol

% ALB = x 100%

16
                        = %
ACARA VII
REVIEW ACARA 1-7

1. Pendahuluan
Kelapa sawit sebagai salah satu komoditas penghasil minyak unggulan
Indonesia memiliki banyak keunggulan lain yang dapat dieksploitasi sebagai bahan
food 17indicator. Tingginya kandungan karotenoid pada minyak sawit yaitu 500 –
700 ppm (yang didominasi oleh ß-karoten) menyebabkan produk minyak sawit
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber provitamin A dan pewarna
kuning/jingga. Kelemahan dari komponen ß-karoten adalah sifatnya yang tidak tahan
terhadap kondisi lingkungan seperti panas dan proses oksidasi. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan proses penyalutan atau dikenal dengan istilah
proses enkapsulasi.
Minyak sawit memiliki banyak keunggulan yang dapat dieksploitasi
sedemikian rupa untuk produk-produk farmasetikal dan nutraseutikal, diantaranya
karoten dan tokoferol. Kandungan karoten di dalam minyak sawit berkisar antara 400
– 700 ppm dan tokoferol (vitamin E) berkisar antara 500 –700 ppm (Muchtadi, 1992).

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
memahami rangakaian proses pengolahan minyak goreng

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Prosedur Kerja
1. Susunlah setiap langkah praktikum yang sudah divideokan hingga menjadi
urutan proses yang benar
2. Berilah penjelasan pada setiap langkahnya dengan bahasa yang mudah
dipahami
3. Langkah nomor 1 dan 2 dikerjakan dalam bentuk video
4. Upload video di tautan tugas Google Classroom

17
ACARA VIII
PROSPEK PENGEMBANGAN PRODUK NON PANGAN
BERBASIS KELAPA SAWIT

1. Pendahuluan
Kelapa sawit sebagai salah satu komoditas penghasil minyak unggulan
Indonesia memiliki banyak keunggulan lain yang dapat dieksploitasi sebagai bahan
food 18indicator. Tingginya kandungan karotenoid pada minyak sawit yaitu 500 –
700 ppm (yang didominasi oleh ß-karoten) menyebabkan produk minyak sawit
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber provitamin A dan pewarna
kuning/jingga. Kelemahan dari komponen ß-karoten adalah sifatnya yang tidak tahan
terhadap kondisi lingkungan seperti panas dan proses oksidasi. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan proses penyalutan atau dikenal dengan istilah
proses enkapsulasi.

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
membuat prospek pengembangan produk non pangan berbasis kelapa sawit

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Prosedur Kerja
1. Cari jurnal yang berhubungan dengan prospek pengembangan produk
non pangan berbasis kelapa sawit
2. Buatlah tulisan ilmiah mengenai prospek pengembangan produk non
pangan berbasis kelapa sawit

18
ACARA IX
REVIEW PRODUK NON PANGAN BERBASIS CPO DAN PKO

1. Pendahuluan
Mikroenkapsulasi adalah sebuah suatu proses penyalutan langsung suatu
bahan Minyak sawit memiliki banyak keunggulan yang dapat dieksploitasi
sedemikian rupa untuk produk-produk farmasetikal dan nutraseutikal, diantaranya
karoten dan tokoferol. Kandungan karoten di dalam minyak sawit berkisar antara 400
– 700 ppm dan tokoferol (vitamin E) berkisar antara 500 –700 ppm (Muchtadi, 1992).

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
Review produk non pangan berbasis minyak sawit (CPO dan PKO)

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Teknologi
Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Prosedur
a. Cari jurnal yang berhubungan dengan produk non pangan berbasis
kelapa sawit
b. Buatlah review mengenai produk non pangan berbasis kelapa sawit
c. Format Review,
1. Judul
2. Penulis
3. Lalar Belakang
4. Tujuan
5. Metode
6. Hasil dan Pembahasan
7. Kesimpulan
8. Kelebihan 
9. Kekurangan
(3,4,5,6,7 -----> gunakan bahasa kalian sendiri, sesingkat mungkin.

19
ACARA X
OLEOKIMIA

1. Pendahuluan
Oleokimia adalah bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak.
Oleokimia sawit merupakan hasil konversi minyak sawit (CPO, RBDPO, Olein,
Stearin, PFAD dan PKO) melalui teknologi proses fisika/kimia/biologi ataupun
kombinasinya menjadi produk-produk asam lemak (fatty acid), alkohol lemak (fatty
alcohol), metil ester dan gliserol. 
Oleokimia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu oleokimia dasar dan oleo-
derivatives. Oleokimia dasar terdiri atas fatty acid, fatty ester, fatty alcohol, dan
gliserol. Dari produk oleokimia dasar, dengan proses lebih lanjut bisa didapatkan
oleokimia derivates dan produk akhir yang bisa langsung dinikmati oleh konsumen.
Oleokimia derivates terdiri atas sabun, deterjen dan beberapa jenis surfaktan dan
emulsifier dan soap noodle, dan lain-lain.  
Di Indonesia telah diproduksi sekitar 32 jenis produk oleokimia dasar dan oleo-
derivatives seperti fatty acid, fatty ester, fatty alcohol, sabun, deterjen dan beberapa
jenis surfaktan dan emulsifier (MES, DEA) dan soap noodle. Perkembangan produk
oleokimia sawit di Malaysia sudah lebih maju dengan 120 jenis produk oleokimia
dasar dan oleo-derivatives. Penggunaan produk oleokimia terbesar adalah sebagai
bahan aktif surfaktan (metil ester sulfonat, alcohol sulfat, fatty amine, gliserol ester,
dan lain-lain ) pada berbagai produk dan industri (>70%).

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
membuat oleokimia dasar dan oleokimia turunan berbasis minyak kelapa swit crude
palm oil (CPO).

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Agroindustri
Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Neraca analitik
20
b. Gelas ukur
c. Hot plate
d. Oven
e. Desikator

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


a. Crude Palm Oil (CPO)
b. Aquadest
c. parfum non alkohol 1 ml
d. pewarna makanan
e. EDTA
f. NaCl, gliserin.

5. Prosedur Kerja

21
ACARA XI
SABUN BURAM

1. Pendahuluan
Sabun merupakan produk kimia yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Pembuatan sabun telah dilakukan sejak ribuan tahun yang lalu.
Metode pembuatan sabun pada zaman dahulu tidak berbeda jauh dengan metode
yang digunakan saat ini, walaupun tentunya kualitas produk yang dihasilkan saat
ini jauh lebih baik. Sabun dibuat dengan metode saponifikasi yaitu mereaksikan
trigliserida dengan soda kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan sabun dan
produk samping berupa gliserin. Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa
lemak hewani maupun lemak/minyak nabati. Penggunaan sabun dalam
kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi, terutama sesuai dengan fungsi
utamanya yaitu membersihkan. Berbagai jenis sabun ditawarkan dengan beragam
bentuk mulai dari sabun cuci (krim dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair),
sabun tangan (cair) serta sabun pembersih peralatan rumah tangga (krim dan
cair). (Apriana,2013).
 

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
membuat produk sabun buram

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Agroindustri
Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas ukur, gelas beaker,
batang pengaduk, neraca analitik, cetakan, hot plate, dan termometer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah minyak sawit 25 gr,
NaOH 10 gr, trilon 1 gr, pewangi 1 ml, dan aquades.

5. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ditimbang minyak sawit 25 gram.
2. Dipanaskan diatas hot plate dengan suhu 70°C sambil diaduk.
3. Dilarutkan NaOH dengan aquadest secukupnya sampai suhu 60°C

22
4. Dicampurkan NaOH sedikit demi sedikit kedalam minyak sawit sambil
diaduk.
5. Dicampurkan lexain-c kedalam minyak sawit sambil diaduk.
6. Dicampurkan trilon sambil diaduk.
7. Dicampurkan pewangi sambil diaduk.
8. Dicetak menggunakan cetakan

23
ACARA XII
SABUN TRANSPARAN

1. Pendahuluan
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatantercetak yang disebutbatangkarena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air
bersih. Di negara berkembang, deterjensintetik telah menggantikan sabun sebagai alat
bantu mencuci atau membersihkan.
Proses pembuatan sabun transparan telah dikenal sejak lama. Produk  sabun
transparan tertua yang cukup terkenal adalah pears transparent soap.  Sabun ini telah dijual
di wilayah Inggris sejak tahun 1789 dan telah  memenangkan 25 penghargaan tertinggi
dalam pameran yang diadakan pada  tahun 1851 dan 1935 (Swern, 1979). Sabun transparan
dapat dihasilkan dengan  sejumlah cara yang berbeda. Salah satu metode yang tertua
adalah dengan cara  melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk
membentuk  larutan jernih, yang kemudian diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun 
tergantung pada pemilihan bahan awal dan bila tidak digunakan bahan yang  berkualitas
baik, kemungkinan sabun yang dihasilkan akan berwarna sangat  kuning (Butler, 2001). 
Metode pembuatan sabun transparan melibatkan pelelehan fase lemak dan
persiapan air untuk melarutkan sukrosa, gliserin dan pengawet. Kedua fase ini  bereaksi
dengan larutan beralkohol dari kaustik soda dibawah pemanasan terkontrol. Setelah reaksi
selesai, sabun ini kemudian siap untuk diberi warna  dan wewangian. Setelah pewarna dan
pewangi, sabun akhir dituangkan ke dalam cetakan atau gelas terpisah dan dibiarkan
mengeras sebelum dikemas (Butler,  2001). 

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
membuat produk sabun transparan

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Agroindustri
Politeknik Negeri Tanah Laut.

24
4. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Gelas ukur
b. Gelas beker
c. Barang Pengaduk
d. Neraca Analitik
e. Cetakan
f. Hot plate
g. Termometer

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :


a. Minyak sawit 25 gram
b. Asam stearat 1,25 gram
c. NaOH 4 gram
d. Propylene Glycol 13 gram
e. Glyserin 2,5 gram
f. TEA 11 gram
g. Gula 6 gram
h. Alkohol 10,5 gram
i. Pewangi 1 ml
j. Aquadest

Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada sabun transparan :
Ditimbang minyak sawit 25 gram + asam stearat 1,25 gram.
Dipanaskan sambil duduk hingga suhu 50oC.
Ditambahkan NaOH 4 gram yang sudah larut dengan aquadest dengan suhu 50oC.
Diaduk sampai homogen.
Ditambahkan Propylene Glycol sebanyak 13 gram sedikit-sedikit sambal diaduk
hingga homogen.
Ditambahkan Glyserin sebanyak 2,5 gram, diaduk sampai homogen.
Ditambahakan TEA 11 gram diaduk sampai homogen.
Ditambahkan gula yang sudah dicairkan sebanyak 6 gram kedalam larutan sabun,
diaduk.
Ditambahkan alcohol sebanyak 10,5 gram sedikit-sedikit, diaduk homogen.
Ditambahkan pewangi 1 ml, diaduk homogen, lalu cetak, dan dilakukan
pengujian kadar air dan pH

25
ACARA XIV
PALM BIOEMOLLIENT
1. Pendahuluan
Oleokimia adalah bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak.
Oleokimia sawit merupakan hasil konversi minyak sawit (CPO, RBDPO, Olein,
Stearin, PFAD dan PKO) melalui teknologi proses fisika/kimia/biologi ataupun
kombinasinya menjadi produk-produk asam lemak (fatty acid), alkohol lemak (fatty
alcohol), metil ester dan gliserol. 
Oleokimia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu oleokimia dasar dan oleo-
derivatives. Oleokimia dasar terdiri atas fatty acid, fatty ester, fatty alcohol, dan
gliserol. Dari produk oleokimia dasar, dengan proses lebih lanjut bisa didapatkan
oleokimia derivates dan produk akhir yang bisa langsung dinikmati oleh konsumen.
Oleokimia derivates terdiri atas sabun, deterjen dan beberapa jenis surfaktan dan
emulsifier dan soap noodle, dan lain-lain.  
Di Indonesia telah diproduksi sekitar 32 jenis produk oleokimia dasar dan oleo-
derivatives seperti fatty acid, fatty ester, fatty alcohol, sabun, deterjen dan beberapa
jenis surfaktan dan emulsifier (MES, DEA) dan soap noodle. Perkembangan produk
oleokimia sawit di Malaysia sudah lebih maju dengan 120 jenis produk oleokimia
dasar dan oleo-derivatives. Penggunaan produk oleokimia terbesar adalah sebagai
bahan aktif surfaktan (metil ester sulfonat, alcohol sulfat, fatty amine, gliserol ester,
dan lain-lain ) pada berbagai produk dan industri (>70%).

2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
menganalisis perbedaan antara emollienbt dan palm bioemollient.

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Agroindustri
Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
beberapa sampel produk, alat tulis, laptop, kamera.

5. Prosedur Kerja

26
Diamati komposisi dari produk sampel yang disajikan, berikan analisis perbedaan
sampel berdasarkan komposisi yang digunakan.

27
ACARA XV DAN XVI
PALM BIODIESEL

1. Pendahuluan
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak
nabati, turunan tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia seperti kelapa
sawit, kelapa, kemiri, jarak pagar, nyamplung, kapok, kacang tanah dan masih banyak
lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat meproduksi Bahan Minyak Nabati (BBN) dan
dalam penelitian ini bahan bakar berasal dari nabati yang setelah mengalami beberapa
proses seperti ektraksi, transesterifikasi diperoleh metil ester (biodiesel), kemudian
biodiesel dicampur dengan bahan bakar solar.
Palm biodiesel merupakan bioneregi terbarukan yang terbuat dari kelapa sawit.
Ada beberapa keunggulan palm biodiesel dibandingkan dengan petroleum diesel,
sehingga produk ini sangat berpotensi untuk dikembangkan.
2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
menganalisis kelebihan dan kekurangan perbandingan anatra petroleum diesel dengan
palm biodiesel..

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal pukul WITA
bertempat di Laboratorium Bioproses dan Bionergi Program Studi Agroindustri
Politeknik Negeri Tanah Laut.

4. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
literature dari artikel jurnal terkait, buku text dan pedoman, alat tulis, dan laptop.

5. Prosedur Kerja
Dilakukan analisis mengenai kelebihan dan kekurangan untuk
membandingkan antara petroleum diesel dan palm biodiesel.

28

Anda mungkin juga menyukai