lebih bersih, pengurangan biaya proses produksi dan penciptaan produk baru. Prioritas
program antara lain:
a. Pengembangan galur unggul yang potensial untuk industri, pengembangan metoda dan
teknik untuk meningkatkan produktivitas dalam peningkatan skala produksi.
b. Pengembangan rekayasa proses hilir untuk proses separasi dan pemurnian dalam industri
pengolahan.
c. Pemeliharaan dan pengembangan kearifan lokal yang mempunyai nilai
tambah.
d. Peningkatan industri manufaktur yang kompetitif yang mendukung
bioproses.
e. Pengembangan produk dan proses baru yang efisien yang dapat mengurangi biaya
produksi dan menurunkan tingkat percemaran.
f. Pengembangan metoda untuk monitoring dan kontrol bioproses di industri.
g. Pengembangan biomaterial, biomimetik, biomembran, bioplastik dan lain lain.
Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat
dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang bersifat
patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri pangan, industri lingkungan,
industri pertambangan dan industri plastik.
1. Industri Pangan
Secara garis besar kegiatan bioteknologi dalam bidang pangan meliputi :
a. Teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif pangan.
Teknologi sel mikroba sudah diaplikasikan dibidang pangan beberapa abad yang
lalu. Tujuan dari tekniologi sel mikroba ini adalah untuk pengawetan pangan yang
menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi seperti dadih (yoghurt dan keju),
tauco, tape dan sebagainya. Sedangkan teknologi mikrobial yang bertujuan untuk
menghasilkan bahan kimia (sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh
khamir dan proses lanjutannya untuk mengahasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri.
Pada awal abad ke II ditemukan teknologi produksi gliserol oleh khamir yang diransang
oleh kebutuhan untuk memproduksi dinamit. Berbagai macam asam dan enzim sudah
dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba ini. Bahkan sederetan bahan kimia lain yang
telah dapat diproduksi secara mikrobial. Mikroba sudah terbukti merupakan agen
biologis yang sangat potensial untuk mengahsilkan berbegai jenis zat kimia. Banyak
diantaranya merupakan bahan aditif pangan. Teknologi produksi aditif pangan secara
mikrobial dilandasi oleh teknik manipulasi metabolisme agar zat yang dikehendaki
terakumulasi dan dikeluarkan dari dalam sel. Teknik manipulasi metabolisme ini
diperoleh dari mutasi konvensional seperti radiasi dengan sinar X, UV, Gamma dan
penggunaan mutagen kimia, maupun mutasi modern melalui rekayasa genetik.
b. Aplikasi enzim baik untuk persiapan bahan maupun pengolahan pangan
Teknologi aplikasi enzim untuk persiapan maupun pengolahan pangan sangat
luas. Aplikasi yang tergolong kelompok pertama, misalnya pembuatan sirup glukosa
dari pati-patian yang melibatkan enzim-enzim α dan β amylase, amiloglukosidase dan
pullulanase, konversi glukosa ke fruktosa oleh glukosaisomerase, penggunaan
pektinase untuk membantu ekstraksi pati dari bahan asalnya, modifikasi pati untuk
mengubah sifat fungsionalnya dan sebagainya. Kelompok kedua, misalnya penggunaan
lipase untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan, protease untuk
membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir, naringinase untuk
menghilangkan rasa pahit pada juice jeruk, glukosa oksidase untuk mencegah reaksi
pencoklatan pada produk tepung telur dan lain-lain.
c. Kultur sel atau jaringan tanaman dan tanaman transgenik.
Sel tanaman mempunyai kemampuan yang disebut “totipotency”, yaitu
kemampuan tumbuh dan berkembang biak untuk menjadi tanaman lengkap pada
medium yang memenuhi syarat. Sel tersebut dapat tumbuh tanpa mengalami
deferensiasi. Hal ini tertgantung pada kadar hormone pertumbuhan yang diberikan.
Pemberdayaan sel atau jaringan tanaman bertujuan untuk :
Gambar 1. Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia yang susah
dikenal sejak dulu. Tempe dibuat dengan memanfaatkan jamur genus Rhizopus,
seperti R. stoloniferus, R. oligosporus, dan R.oryzae. Tempe memiliki beberapa
keungulan, yaitu bergizi tinggi dan mudah dicerna. Hal itu disebabkan selama proses
fermentasi, jamur Rhizopus menghasilkan enzim protease yang mampu
mendegradasi protein menjadi asam amino dan juga menghasilkan enzim lipase
yang menguraikan lemak menjadi asam lemak. Baik asam amino maupun asam
lemak merupakan senyawa sederhana yang langsung dapat diserap oleh tubuh.
2) Roti
Dalam pembuatan roti, pada adonan tepung ditambahkan ragi ke dalam adonan
tersebut dan dibiarkan beberapa saat. Di dalam ragi terdapat jamur Saccharomyces
cereviceae. Jamur ini akan berkembang biak dengan cepat dalam substrat tepung dan
memfermentasi adonan gula (glukosa). Dalam proses fermentasi ini dihasilkan
gelembung-gelembung gas karbon dioksida. Keluarnya gas inilah yang
menyebabkan adonan roti dapat mengembang.
Gambar 2. Roti
3) Nata de Coco
Nata de coco merupakan produk fermentasi air kelapa oleh
bakteri Acetobacter xylinum. Nata sebenarnya adalah polisakarida (selulosa) yang
disintesis bakteri tersebut selama proses fermentasi berlangsung. Biosintesis selulosa
ini menggunakan sumber gula yang berasal dari medium air kelapa, yaitu glukosa
dan fruktosa.
Gambar 5. Bir
3) Wine
Minuman anggur atau wine terbuat dari sari buah anggur yang juga
difermentasikan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Jenis minuman anggur yang
dihasilkaan bergantung pada jenis buah anggur yang digunakan, proses fermentasi,
dan cara penyimpanannya. Rasa dan aroma anggur bergantung pada asam-asam
organik dan senyawa-senyawa aromatik organik yang terdapat didalam sari buah
anggur dan proses fermentasi. Minuman anggur umumnya mengandung alkohol
dengan kadar 10-15 %.
Gambar 6. Minuman Anggur (Wine)
c. Produk Fermentasi Asam
1) Yoghurt
Gambar 7. Yoghurt
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk pembuatan yogurt
adalah Lactobacillus bulgaris, Streptococcus lactis, dan Streptococcus thermophilus.
Bakteri-bakteri tersebut mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Kondisi
asam menyebabkan susu mengalami penggumpalan menjadi dadih susu. Dadih susu
terbentuk selama fermentasi oleh bakteri asam laktat. Pembuatan yoghurt dan keju
bergantung pada proses penggumpalan susu tersebut.
2) Keju
Dalam pembuatan keju bakteri yang digunakan adalah bakteri asam laktat,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus bakteri tersebut berfungsi
memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju
diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian
didinginkan sampai 30oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari
kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan
dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk
mengumpulkan dadih. Enzim
renin dewasa ini telah digantikan
dengan enzim buatan, yaitu
klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada suhu 32 oC – 42oC dan
ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air an disimpan agar matang.
Gambar 8. Keju
3) Sauerkraut dan pikel (acar)
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk fermentasi sayur-sayuran dan biji-
bijian dalam pembuatan sauerkraut dan pikel (acar) adalah Lactobacillus casei,
Lactobacillus brevis, Lactobacillus cremoris. Makanan yang difermentasikan oleh
bakteri asam laktat, selain menjadi awet juga memiliki cita rasa yang khas dan mutu
gizinya lebih baik.
2. Industri Pertambangan
Beberapa contoh penerapan bioteknologi di bidang indutri pertambangan adalah
sebagai berikut :
a. Bakteri pemisah logam
Bakteri yang dapat memisahkan tembaga dari bijihnya adalah Thiobacillus
ferrooxidans yang berasal dari hasil oksidasi senyawa anorganik khususnya senyawa
besi dan belerang.
Proses pemisahan tembaga dari bijihnya diawali dengan Thiobacillus
ferroxidansyang mengoksidasi senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan
melepaskan energi asam sulfat (H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan
menghancurkan bebatuan disekitarnya dan melepaskan tembaga dari bijihnya. Dengan
kata lain, bakteri ini akan mengubah sulfide yang tidak larut dalam air. Dan apabila air
dialirkan di bebatuan tersebut, maka tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul di
dalam kolam yang sudah disediakan. Larutan dalam kolam tersebut bewarna biru
cemerlang. Larutan biru cemerlang itu kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan
mengikat sulfat dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni
dengan konsentrasi sekitar 99%.
3. Industri Lingkungan
Beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam industri yang ramah lingkungan
adalah sebagai berikut :
a. Fungi Biokontrol Sebagai Penghasil Enzim-Enzim Hidrolitik Penting Untuk Berbagai
Proses Industri Ramah Lingkungan
Genus Trichoderma, merupakan penghasil enzim hidrolitik ekstraseluler
(disekresi ke luar sel). Enzim atau biokatalisator ini diproduksi Trichoderma bukan
hanya untuk proses mikoparasitisme, tetapi juga untuk memperoleh nutrisi dari
lingkungan hidupnya. Trichoderma reesei (Hypocrea jecorina) adalah produsen
enzim sellulase dan xilanase.
Trichoderma harzianum T34, suatu galur biokontrol, menghasilkan enzim
kutinase (Rubio et al., 2008). Enzim kutinase adalah enzim yang dapat
menghidrolisis ester dari asam lemak, dan trigliserida, seefisien lipase. Kelebihan
kutinase dari lipase, adalah kutinase tak perlu diaktivasi pada antarmuka lipid-air,
sehingga memiliki aplikasi industri, sebagai deterjen. Karena kegunaan industri
sebagai deterjen, Rubio et al. (2008) mengisolasi gen kutinase dari T. harzianum T34
tersebut, dan memasukkannya ke dalam ragi Pichia pastoris, untuk memudahkan
produksi kutinase dalam skala industri ekonomis.
b. Biogas Metana
Biogas adalah gas kaya metan yang dihasilkan dari aktifitas bakteri anaerobik.
Metana ini dihasilkan dari dua jalur utama, yaitu jalur asam asetat dan asam volatile
lainnya (VFA) atau disebut juga asetoclastic methanogen ini mencapai 75 % dari total
produksi gas metana. Sedangkan sisanya diproduksi dari jalur yang ke dua, yaitu jalur
karbon dioksida dan hydrogen disebut juga hydrogenotrophic methanogen.
Tahap Pembentukan Biogas Metana pada Landfill (LFG) adalah sebagai berikut :
a. Tahap I-Beban puncak biowaste sellulosa, oksigen terlarut turun sampai ke level
nol, nitrogen dan karbon dioksida cenderung ke level sebagaimana di atmosfer.
b. Tahap II-Karbon dioksida, hydrogen dan asam lemak bebas naik ke level tertinggi,
level nitrogen turun sampai sekiitar 10 %, sellulosa mulai di hidrolisis.
c. Tahap III-Karbon dioksida menurun sampai sekitar 40 %, produksi metana
mencapai kondisi steady state di sekitar 60 %, asam lemak bebas menurun ke level
minimum, hidrolisis sellulosa berlanjut ke laju yang linier terhadap waktu, level
nitrogen turun mendekati nol.
d. Tahap IV-Karbon dioksida dan metana berlanjut ke kondisi steady state pada
konsentrasi masing-masing 40 % dan 60 %, komponen sellulosa menurun stbil.
e. Tahap V-Sellulosa terdokomposisi sempurna, pada akhirnya produksi karbon
dioksida dan metana turun ke nol, oksigen dan nitrogen kembali ke level atmosfer.
c. Mikroba Pendegredasi Senyawa Hidrokarbon
Bakteri pendegradasi hidrokarbon pada minyak bumi yaitu Pseudomonas sp.
Bakteri ini merupakan organisme gram negatif yang motilitasnya dibantu oleh satu
atau beberapa flagella yang terdapat pada bagian polar. Bakteri pseudomonas yang
umum digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara lain Pseudomonas
aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta. mekanisme degradasi
hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas yaitu:
1) Mekanisme degradasi hidrokarbon alifatik
Pseudomonas menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya.
Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan
oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah
pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas meliputi oksidasi
molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke
dalam hidrokarbon teroksidasi.
2) Mekanisme degradasi hidrokarbon aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh
bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam
plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim
katekol 2,3-dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan
pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur
berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh
enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam
siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
DAFTAR PUSTAKA