Anda di halaman 1dari 15

Pengembangan bioteknologi industri terutama ditujukan untuk pengembangan proses

lebih bersih, pengurangan biaya proses produksi dan penciptaan produk baru. Prioritas
program antara lain:
a. Pengembangan galur unggul yang potensial untuk industri, pengembangan metoda dan
teknik untuk meningkatkan produktivitas dalam peningkatan skala produksi.
b. Pengembangan rekayasa proses hilir untuk proses separasi dan pemurnian dalam industri
pengolahan.
c. Pemeliharaan dan pengembangan kearifan lokal yang mempunyai nilai
tambah.
d. Peningkatan industri manufaktur yang kompetitif yang mendukung
bioproses.
e. Pengembangan produk dan proses baru yang efisien yang dapat mengurangi biaya
produksi dan menurunkan tingkat percemaran.
f. Pengembangan metoda untuk monitoring dan kontrol bioproses di industri.
g. Pengembangan biomaterial, biomimetik, biomembran, bioplastik dan lain lain.
Dengan berkembangnya mikrobiologi, telah diketahui berbagai struktur dan sifat-sifat
dari berbagai jenis mikroba/jasad renik, baik yang menguntungkan maupun yang bersifat
patogen (menyebabkan penyakit), maka berkembanglah industri pangan, industri lingkungan,
industri pertambangan dan industri plastik.
1. Industri Pangan
Secara garis besar kegiatan bioteknologi dalam bidang pangan meliputi :
a. Teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif pangan.
Teknologi sel mikroba sudah diaplikasikan dibidang pangan beberapa abad yang
lalu. Tujuan dari tekniologi sel mikroba ini adalah untuk pengawetan pangan yang
menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi seperti dadih (yoghurt dan keju),
tauco, tape dan sebagainya. Sedangkan teknologi mikrobial yang bertujuan untuk
menghasilkan bahan kimia (sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh
khamir dan proses lanjutannya untuk mengahasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri.
Pada awal abad ke II ditemukan teknologi produksi gliserol oleh khamir yang diransang
oleh kebutuhan untuk memproduksi dinamit. Berbagai macam asam dan enzim sudah
dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba ini. Bahkan sederetan bahan kimia lain yang
telah dapat diproduksi secara mikrobial. Mikroba sudah terbukti merupakan agen
biologis yang sangat potensial untuk mengahsilkan berbegai jenis zat kimia. Banyak
diantaranya merupakan bahan aditif pangan. Teknologi produksi aditif pangan secara
mikrobial dilandasi oleh teknik manipulasi metabolisme agar zat yang dikehendaki
terakumulasi dan dikeluarkan dari dalam sel. Teknik manipulasi metabolisme ini
diperoleh dari mutasi konvensional seperti radiasi dengan sinar X, UV, Gamma dan
penggunaan mutagen kimia, maupun mutasi modern melalui rekayasa genetik.
b. Aplikasi enzim baik untuk persiapan bahan maupun pengolahan pangan
Teknologi aplikasi enzim untuk persiapan maupun pengolahan pangan sangat
luas. Aplikasi yang tergolong kelompok pertama, misalnya pembuatan sirup glukosa
dari pati-patian yang melibatkan enzim-enzim α dan β amylase, amiloglukosidase dan
pullulanase, konversi glukosa ke fruktosa oleh glukosaisomerase, penggunaan
pektinase untuk membantu ekstraksi pati dari bahan asalnya, modifikasi pati untuk
mengubah sifat fungsionalnya dan sebagainya. Kelompok kedua, misalnya penggunaan
lipase untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan, protease untuk
membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir, naringinase untuk
menghilangkan rasa pahit pada juice jeruk, glukosa oksidase untuk mencegah reaksi
pencoklatan pada produk tepung telur dan lain-lain.
c. Kultur sel atau jaringan tanaman dan tanaman transgenik.
Sel tanaman mempunyai kemampuan yang disebut “totipotency”, yaitu
kemampuan tumbuh dan berkembang biak untuk menjadi tanaman lengkap pada
medium yang memenuhi syarat. Sel tersebut dapat tumbuh tanpa mengalami
deferensiasi. Hal ini tertgantung pada kadar hormone pertumbuhan yang diberikan.
Pemberdayaan sel atau jaringan tanaman bertujuan untuk :

1. Produksi zat kimia atau aditif pangan


2. Menumbuhkan tanaman (dengan produk bahan pangan) bersifat tinggi.
3. Menumbuhkan tanaman dengan produktifitas bahan pangan tinggi.
Sifat variasi somaklonal dari sejumlah populasi sel tanaman yang tumbuh dapat
digunakan untuk menseleksi sel tanaman yang unggul untuk memproduksi metabolit
tertentu. Produk-produk aditif dari sel tanaman tersebut berguna untuk :
1. Zat warna pangan (antosianin, betasinin, saffron)
2. Flavor (strawberry, anggur, vanilla, asparagus)
3. Minyak atsiri (mint, ros, lemon bawang)
4. Pemanis (steviosida, monelin) 
Tanaman transgenik adalah khususnya tanaman yang mempunyai gen hasil alihan
dari mikroorganisme lain. Contoh tanaman transgenik adalah tanaman yang
mengandung gen racun serangga dari Bacillus thuringiensis (gen Bt). Tanaman kentang
tahan terhadap herbisisda biolaphos, tanaman kapas tahan terhadap herbisisda
glyphosate.
d. Kultur sel hewan dan hewan transgenik
Kultur sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk
tujuan memproduksi metabolit tertentu. Aplikasi dari system ini banyak digunakan
untuk menghasilkan produk-produk farmasi dan kit diagnostik dengan jenis produk
berupa molekul protein kompleks. Aplikasi yang berhubungan tidak langsung dengan
masalah pangan, misalnya: penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan ditanam,
penentuan masa ovulasi dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan. Adapun contoh-
contoh produk yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya: interferon, tissue
plasminogen activator, erythroprotein, hepatitis B surface antigen.
Hewan transgenic adalah hewan yang menerima gen pindahan dari organisme
lain (atau hewan yang sama) untuk tujuan-tujuan yang tentunya dianggap
menguntungkan bagi manusia.
e. Rekayasa protein.
Aplikasi rekayasa protein dalam bidang pangan melibatkan dua hal yaitu :
1) Enzim melalui modifikasi molekul protein, untuk stabilitas enzim pada kondisi-
kondisi khusus. Misalnya perbaikan kestabilan termal dari enzim glukosa isomerase.
2) Modifikasi protein pangan untuk mengubah sifat fungsionalnya, untuk memperbaiki
sifat elastisitas, kemampuan membentuk emulsi atau kemampuan menstabilkan
tekstur.
Berikut adalah tabel produk yang dihasilkan dalam industri pangan :
No. Bahan Mikroorganisme Golongan Produk
Pangan
1 Susu Lactobacillus bulgaricus Bakteri Yoghurt
Streptococcus termophillus Bakteri Yoghurt
Streptococcus lactis Bakteri Mentega
Panicillium requiforti Jamur Keju
Propioni bacterium Bakteri Keju Swiss
Lactobacillus casei Bakteri Susu asam
2 Kedelai Rhizopus oligosporus Jamur Tempe
Rhizopus stoloniferus Jamur Tempe
Rhizopus oryzae Jamur Tempe
Aspergillus oryzae Jamur Kecap
3 Kacang tanah Neurospora sitophyla Jamur Oncom
4 Beras Saccharomyces cereviseae Jamur Tape Ketan
Endomycopsis fibulegera Jamur
5 Singkong Saccharomyces elipsoides Jamur Tape singkong
Endomycopsis fibulegera Jamur
6 Air kelapa Acetobacter xylinum Bakteri Nata de coco
7 Tepung Saccharomyces elipsoides Jamur Roti
gandum
8 Kubis Enterobacter sp. Bakteri Asinan
9 Padi-padian Saccharomyces cereviseae Jamur Minuman
atau umbi- Saccharomyces beralkohol
umbian caelsbergensis
10 Mikroorganis Spirulina Chlorella Alga bersel Protein sel
me satu tunggal
Secara garis besar, produk bioteknologi dalam bidang pangan dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis yaitu sebagai berikut :
a. Produk Bergizi Tinggi
1) Tempe

Gambar 1. Tempe
Tempe merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia yang susah
dikenal sejak dulu. Tempe dibuat dengan memanfaatkan jamur genus Rhizopus,
seperti R. stoloniferus, R. oligosporus, dan R.oryzae. Tempe memiliki beberapa
keungulan, yaitu bergizi tinggi dan mudah dicerna. Hal itu disebabkan selama proses
fermentasi, jamur Rhizopus menghasilkan enzim protease yang mampu
mendegradasi protein menjadi asam amino dan juga menghasilkan enzim lipase
yang menguraikan lemak menjadi asam lemak. Baik asam amino maupun asam
lemak merupakan senyawa sederhana yang langsung dapat diserap oleh tubuh.
2) Roti
Dalam pembuatan roti, pada adonan tepung ditambahkan ragi ke dalam adonan
tersebut dan dibiarkan beberapa saat. Di dalam ragi terdapat jamur Saccharomyces
cereviceae. Jamur ini akan berkembang biak dengan cepat dalam substrat tepung dan
memfermentasi adonan gula (glukosa). Dalam proses fermentasi ini dihasilkan
gelembung-gelembung gas karbon dioksida. Keluarnya gas inilah yang
menyebabkan adonan roti dapat mengembang.

Gambar 2. Roti
3) Nata de Coco
Nata de coco merupakan produk fermentasi air kelapa oleh
bakteri Acetobacter xylinum. Nata sebenarnya adalah polisakarida (selulosa) yang
disintesis bakteri tersebut selama proses fermentasi berlangsung. Biosintesis selulosa
ini menggunakan sumber gula yang berasal dari medium air kelapa, yaitu glukosa
dan fruktosa.

Gambar 3. Produk Nata de Coco


b. Produk Fermentasi Alkohol
1) Tape
Tapai merupakan makanan beralkohol yang memiliki rasa khas dengan
kandungan alkohol 3-5 %. Untuk membuat tapai digunakan ragi tape. Pada ragi
tapae terdapat berbagai mikroorganisme, umumnya dari kelompok jamur dan khamir
(yeast). Pada saat fermentasi tapai terjadi proses sakarifikasi pati (amilum) oleh
enzim amilase yang dihasilkan oleh jamur, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi
alkohol oleh khamir.
Gambar 4. Tape Singkong
2) Bir
Bir dibuat dari tumbuhan barley (sejenis gandum). Pada umumnya yeast yang
digunakan dalam pembuatan bir adalah Saccharomyces cerevisiae dan S.
carlsbergensis. Enzim-enzim yang terdapat didalam yeast mengubah maltosa dalam
biji barley menjadi glukosa. Fermentasi bir umumnya memakan waktu 5-14 hari,
bergantung pada jenis bir dan hasil pengubahan gula menjadi alcohol, yaitu 3-5 %
larutan.

Gambar 5. Bir

3) Wine
Minuman anggur atau wine  terbuat dari sari buah anggur yang juga
difermentasikan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Jenis minuman anggur yang
dihasilkaan bergantung pada jenis buah anggur yang digunakan, proses fermentasi,
dan cara penyimpanannya. Rasa dan aroma anggur bergantung pada asam-asam
organik dan senyawa-senyawa aromatik organik yang terdapat didalam sari buah
anggur dan proses fermentasi. Minuman anggur umumnya mengandung alkohol
dengan kadar 10-15 %.
Gambar 6. Minuman Anggur (Wine)
c. Produk Fermentasi Asam
1) Yoghurt

Gambar 7. Yoghurt
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk pembuatan yogurt
adalah Lactobacillus bulgaris, Streptococcus lactis, dan Streptococcus thermophilus.
Bakteri-bakteri tersebut mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Kondisi
asam menyebabkan susu mengalami penggumpalan menjadi dadih susu. Dadih susu
terbentuk selama fermentasi oleh bakteri asam laktat. Pembuatan yoghurt dan keju
bergantung pada proses penggumpalan susu tersebut.

2) Keju
Dalam pembuatan keju bakteri yang digunakan adalah bakteri asam laktat,
yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus bakteri tersebut berfungsi
memfermentasikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju
diawali dengan pemanasan susu dengan suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian
didinginkan sampai 30oC. Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari
kegiatan bakteri tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan
dadih padat, kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk
mengumpulkan dadih. Enzim
renin dewasa ini telah digantikan
dengan enzim buatan, yaitu
klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada suhu 32 oC – 42oC dan
ditambah garam, kemudian ditekan untuk membuang air an disimpan agar matang.

Gambar 8. Keju
3) Sauerkraut dan pikel (acar)
Bakteri asam laktat yang digunakan untuk fermentasi sayur-sayuran dan biji-
bijian dalam pembuatan sauerkraut dan pikel (acar) adalah Lactobacillus casei,
Lactobacillus brevis, Lactobacillus cremoris. Makanan yang difermentasikan oleh
bakteri asam laktat, selain menjadi awet juga memiliki cita rasa yang khas dan mutu
gizinya lebih baik.

Gambar 9. Acar (Asinan)


d. Produk Bahan Penyedap
1) Tauco
Tauco merupakan produk fermentasi biji kedelai oleh kapang, khamir, ataupun
bakteri. Pada pembuatan tauco tserdapat dua tahap proses fermentasi yaitu
fermentasi tahap pertama dilakukan oleh kapang, seperti pada pembuatan tempe.
Dan fermentasi tahap kedua dilakukan oleh bakteri atau khamir yang halotoleran
dalam larutan garam. Mikroorganisme yang terlibat dalam pembuatan tauco, antara
lain Aspergillus oryzae, Rhizopus oligosporus, Laktobacillus delbruckii,
Hansenulla sp., Zygosaccharomyces soyae.
Gambar 10. Tauco
2) Kecap
Kecap merupakan bahan penyedap hasil fermentasi biji kedelai.
Mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi kecap, antara lain Aspergillus
oryzae, Aspergillus soyae,bakteri asam laktat homofermentatif (Laktobacillus), dan
khamir halotoleran. Peran bakteri asam laktat adalah membentuk rasa dan aroma
kecap yang khas. Enzim terpenting yang dihasilkan selama pembuatan kecap adalah
enzim protease.

Gambar 11. Kecap


3) Terasi
Terasi merupakan produk fermentasi dari udang atau ikan menjadi bentuk
pasta berwarna merah kecokelatan dan beraroma khas. Mikroorganisme yang terlibat
dalam fermentasi terasi, antara lain Bacillus, Pediococcus, Lactobacillus,
Brevibacterium, dan Corynebacterium.
Gambar 12. Terasi

2. Industri Pertambangan
Beberapa contoh penerapan bioteknologi di bidang indutri pertambangan adalah
sebagai berikut :
a. Bakteri pemisah logam
Bakteri yang dapat memisahkan tembaga dari bijihnya adalah Thiobacillus
ferrooxidans yang berasal dari hasil oksidasi senyawa anorganik khususnya senyawa
besi dan belerang.
Proses pemisahan tembaga dari bijihnya diawali dengan Thiobacillus
ferroxidansyang mengoksidasi senyawa besi sulfide di sekitarnya. Proses ini akan
melepaskan energi asam sulfat (H2SO4) dan besi sulfide (FeS). Kedua senyawa ini akan
menghancurkan bebatuan disekitarnya dan melepaskan tembaga dari bijihnya. Dengan
kata lain, bakteri ini akan mengubah sulfide yang tidak larut dalam air. Dan apabila air
dialirkan di bebatuan tersebut, maka tembaga sulfat akan terbawa dan terkumpul di
dalam kolam yang sudah disediakan. Larutan dalam kolam tersebut bewarna biru
cemerlang. Larutan biru cemerlang itu kemudian dialirkan melalui pipa-pipa. Besi akan
mengikat sulfat dan tembaga akan dilepas. Sehingga, akan didapat tembaga murni
dengan konsentrasi sekitar 99%.

b. Bioremidiasi Pencemaran Logam Berat


Mikroba mengurangi bahaya pencemaran logam berat dapat dilakukan dengan
cara detoksifikasi, biohidrometakurgi, bioleaching, dan bioakumulasi. 
1) Detoksifikasi (biosorpsi) pada prinsipnya mengubah ion logam berat yang bersifat
toksik menjadi senyawa yang bersifat tidak toksik. Proses ini umumnya
berlangsung dalam kondisi anaerob dan memanfaatkan senyawa kimia sebagai
akseptor.
2) Biohidrometalurgi pada prinsipnya mengubah ion logam yang terikat pada suatu
senyawa yang tidak dapat larut dalam air menjadi senyawa yang dapat larut dalam 
3) Bioleaching merupakan aktivitas mikroba untuk melarutkan logam berat dari
senyawa yang mengikatnya dalam bentuk ion bebas. Biasanya mikroba
menghasilkan asam dan senyawa pelarut untuk membebaskan ion logam dari
senyawa pengikatnya. Proses ini biasanya langsung diikuti dengan akumulasi ion 
4) Bioakumulasi merupakan interaksi mikroba dan ion-ion logam yang berhubungan
dengan lintasan metabolism.
Interaksi mikroba dengan logam di alam adalah imobilisasi logam dari fase larut
menjadi tidak  atau sedikit larut sehingga mudah dipisahkan. Adapun contoh mikroba 
pendegradasi  logam adalah sebagai berikut :
1) Enterobacter cloacae dan Pseudomonas fluorescens mampu mengubah Cr (VI)
menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-senyawa hasil metabolisme, misalnya
hidrogen sulfida, asam askorbat, glutathion, sistein, 
2) Desulfovibrio sp. membentuk senyawa sulfida dengan memanfaatkan hidrogen sulfida
yang dibebaskan untuk mengatasi pencemaran logam Cu.
3) Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik laut yang menggunakan
sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik dalam
endapan yang bisa menghasilkan energi.
4) Bakteri pereduksi sulfat contohnya Desulfotomaculum sp. Dalam melakukan reduksi
sulfat, bakteri ini menggunakan sulfat sebagai sumber energi yaitu sebagai akseptor
elektron dan menggunakan bahan organik sebagai sumber karbon. Karbon tersebut 
selain berperan sebagai sumber donor elektron dalam metabolismenya juga
merupakan bahan penyusun selnya.
5) Bakteri belerang, khususnya Thiobacillus ferroxidans banyak berperan pada logam-
logam dalam bentuk senyawa sulfida untuk menghasilkan senyawa sulfat.
6) Mikroalga contohnya Spirulina sp., merupakan salah satu jenis alga dengan sel
tunggal yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae. Sel Spirulina sp. berbentuk
silindris, memiliki dinding sel tipis. Alga ini mempunyai kemampuan yang tinggi
untuk mengikat ion-ion logam dari larutan dan mengadsorpsi logam berat karena di
dalam alga terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion
logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril
imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma.
7) Jamur Saccharomyces cerevisiae dan Candida sp. dapat mengakumulasikan Pb dari
dalam perairan, Citrobacter dan Rhizopus arrhizus memiliki kemampuan menyerap
uranium. Penggunaan jamur mikoriza juga telah diketahui dapat meningkatkan
serapan logam dan menghindarkan tanaman dari keracunan logam berat.
c. Bioremediasi Air Asam Tambang
Air Asam Tambang (AAT) adalah istilah umum yang digunakan untuk
menyebutkan lindian, rembesan atau aliran yang telah dipengaruhi oleh oksidasi
alamiah mineral sulfida yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama
penambangan. Untuk menganggulangi air asam tambang ini biasanya menggunakan
active dan passive treatment, yang masing-masing memiliki metode-metode sendiri.
Secara teknis, limbah minyak bumi bisa dibersihkan menggunakan bakteri Bacillus sp.
ICBB 7859. Sementara limbah merkuri bisa menggunakan Pseudomonas pseudomallei
ICBB 1512. Sedangkan fenol menggunakan khamir Candida sp. ICBB 1167 dan
Pseudomonas sp. 

3. Industri Lingkungan
Beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam industri yang ramah lingkungan
adalah sebagai berikut :
a. Fungi Biokontrol Sebagai Penghasil Enzim-Enzim Hidrolitik Penting Untuk Berbagai
Proses Industri Ramah Lingkungan
Genus Trichoderma, merupakan penghasil enzim hidrolitik ekstraseluler
(disekresi ke luar sel). Enzim atau biokatalisator ini diproduksi Trichoderma bukan
hanya untuk proses mikoparasitisme, tetapi juga untuk memperoleh nutrisi dari
lingkungan hidupnya. Trichoderma reesei (Hypocrea jecorina) adalah produsen
enzim sellulase dan xilanase.
Trichoderma harzianum T34, suatu galur biokontrol, menghasilkan enzim
kutinase (Rubio et al., 2008).  Enzim kutinase adalah enzim yang dapat
menghidrolisis ester dari asam lemak, dan trigliserida, seefisien lipase.  Kelebihan
kutinase dari  lipase, adalah kutinase tak perlu diaktivasi pada antarmuka lipid-air,
sehingga memiliki aplikasi industri, sebagai deterjen.  Karena kegunaan industri
sebagai deterjen, Rubio et al. (2008) mengisolasi gen kutinase dari T. harzianum T34
tersebut, dan memasukkannya ke dalam ragi Pichia pastoris, untuk memudahkan
produksi kutinase dalam skala industri ekonomis.
b. Biogas Metana
Biogas adalah gas kaya metan yang dihasilkan dari aktifitas bakteri anaerobik.
Metana ini dihasilkan dari dua jalur utama, yaitu jalur asam asetat dan asam volatile
lainnya (VFA) atau disebut juga asetoclastic methanogen ini mencapai 75 % dari total
produksi gas metana. Sedangkan sisanya diproduksi dari jalur yang ke dua, yaitu jalur
karbon dioksida dan hydrogen disebut juga hydrogenotrophic methanogen.
Tahap Pembentukan Biogas Metana pada Landfill (LFG) adalah sebagai berikut :
a. Tahap I-Beban puncak biowaste sellulosa, oksigen terlarut turun sampai ke level
nol, nitrogen dan karbon dioksida cenderung ke level sebagaimana di atmosfer.
b. Tahap II-Karbon dioksida, hydrogen dan asam lemak bebas naik ke level tertinggi,
level nitrogen turun sampai sekiitar 10 %, sellulosa mulai di hidrolisis.
c. Tahap III-Karbon dioksida menurun sampai sekitar 40 %, produksi metana
mencapai kondisi steady state di sekitar 60 %, asam lemak bebas menurun ke level
minimum, hidrolisis sellulosa berlanjut ke laju yang linier terhadap waktu, level
nitrogen turun mendekati nol.
d. Tahap IV-Karbon dioksida dan metana berlanjut ke kondisi steady state pada
konsentrasi masing-masing 40 % dan 60 %, komponen sellulosa menurun stbil.
e. Tahap V-Sellulosa terdokomposisi sempurna, pada akhirnya produksi karbon
dioksida dan metana turun ke nol, oksigen dan nitrogen kembali ke level atmosfer.
c. Mikroba Pendegredasi Senyawa Hidrokarbon
Bakteri pendegradasi hidrokarbon pada minyak bumi yaitu Pseudomonas sp.
Bakteri ini merupakan organisme gram negatif yang motilitasnya dibantu oleh satu
atau beberapa flagella yang terdapat pada bagian polar. Bakteri pseudomonas yang
umum digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara lain Pseudomonas
aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta. mekanisme degradasi
hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas yaitu:
1) Mekanisme degradasi hidrokarbon alifatik
Pseudomonas menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya.
Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan
oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah
pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas meliputi oksidasi
molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke
dalam hidrokarbon teroksidasi. 
2) Mekanisme degradasi hidrokarbon aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh
bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon aromatik disandikan dalam
plasmid atau kromosom oleh gen xy/E. Gen ini berperan dalam produksi enzim
katekol 2,3-dioksigenase. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan
pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur
berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi oleh
enzim katekol 2,3-dioksigenase menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam
siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.
DAFTAR PUSTAKA

Amith, John E. 1993. Prinsip Bioteknologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


Anonymous.2009.Bioteknologi (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi. Diakses
pada hari Senin, 14 Maret 2022 pukul 21.00 WIB
Anonymous. 2012. Bioremidiasi. (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi.
Diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022 ukul 20.00 WIB
Edgargo. 2007. Microbial Processing of Metal Sulfides. Dordrecht: Springer.
Sardjoko. 1991. Bioteknologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.
Winarno, F.G dan Widya Agustinah. 2007. Pengantar Bioteknologi. Bogor : M-BRIO
Biotekindo.

Anda mungkin juga menyukai