Anda di halaman 1dari 9

2.

PENGERTIAN

Sediaan ophthalmic Sediaan opthalmic merupakan sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di
sekitar kelopak mata dan bola mata(FI III hal 10).

Sediaan ophthalmic adalah larutan steril, bebas partikel asing , merupakan sediaan yang
dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata (FI IV , 13) .

Sediaan ophthalmic merupakan produk steril, tidak mengandung partikel asing, dalam
campuran dan wadah yang cocok untuk digunakan pada mata. Sediaan opthalmic
merupakan suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel
yg terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat mata seperti yg tertera
pada suspensiones (FI IV hal 14).

Penggolongan

1) Golongan obat tetes mata Antiseptik dan Antiinfeksi. Obat mata golongan antiseptik dan
antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba,
masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus. Kebanyakan
infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Blefaritis dan konjungtivitis
sering disebabkan oleh stafilokokus; sedangkan keratitis dan endoftamitis mungkin bisa
disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Blefaritis bakterial dapat diobati dengan
pemberian salep mata antibakteri di kantung konjungtiva atau di pelupuk mata. Hampir
semua kasus infeksi konjungtiva akut dapat sembuh dengan sendirinya. Antibakteri tetes
mata atau salep mata digunakan bila diperlukan tindakan pengobatan. Respons yang
kurang baik terhadap pemberian obat menunjukan konjungtivitis kemungkinan
disebabkan oleh virus atau alergi. Konjungtivitis gonokokus diobati dengan antimikroba
sistemik dan topikal. Sementara itu, ulkus kornea dan keratitis perlu penanganan oleh
dokter spesialis danmungkin membutuhkan penggunaan antimikroba subkonjungtival
atau sistemik. Endoftalmitis adalah kedaruratan medik yang juga membutuhkan
penatalaksanaan oleh dokter spesialis dan sering membutuhkan pengobatan
menggunakan antibiotik parenteral, sub-konjungtival atau sistemik.

Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan
inert(tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat)
dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau
antivirus dengan berbagai golongan.Obat antiinfeksi untuk mata dibagi lagi dalam
beberapa bagian yakni antibakteri, antijamur, dan antivirus, yang masing-masing
golongan tersebut ada spesialisasiter sendiri khusus untuk obat-obatnya.

Golongan senyawa obat khusus untuk antibakteri dan antijamur yakni: asam fusidat,
firamisetin sulfat, gentamisin, kloramfenikol, levofloksasin, neomisin sulfat, polimiksin B
sulfat, ciprofloxacin, tobramisin, dibekasin, oxitetrasiklin, sulfasetamid, dan tetrasiklin.
Sementara golongan senyawa obat yang termasuk antivirus yakni: asiklovir dan
idoksuridin untukinfeksi herpes simpleks seperti ulcer kornea.
Contoh Sediaan Obat Tetes Mata golongan Antiseptik dan Antiinfeksi.

2) Golongan obat tetes mata Kortikosteroid Kortikosteroid yang digunakan secara lokal
(seperti tetes mata, salep mata, atau injeksi subkonjungtival) atau secara oral dan
sistemik memiliki peranan penting dalam pengobatan inflamasisegmen anterior,
termasuk yang disebabkan oleh pembedahan. Tiga risiko yang berhubungan dengan
penggunaan kortikosteroid yakni: mata merah, glaukoma steroid dan katarak
steroid.Peradangan pada mata sering juga disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur
dan alergi.
Gejala yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal, tampak kemerahan, adanya
secret/kotoran mata, silau, buram atau kelopak mata bengkak. Pengobatan bergantung
kepada penyebabnya dapat berupa antibiotika, antiinflamasi, anti alergi, anti jamur dan
antivirus. Sediaan lain yang digunakan untuk pengobatan topikal inflamasi dan
konjungtivitis alergi meliputi antihistamin, lodoksamid dan natrium kromoglikat. Sediaan
topikal antihistamin seperti tetes mata yang mengandung antazolin sulfat, ketotifen,
levokasbatin, dan olopatadin dapat digunakan untuk konjungtivitis alergi. Tetes mata
natrium kromoglikat mungkin berguna untuk keratokonjungtivitis vernal dan
konjungtivitis alergilainnya. Tetes mata lodoksamid digunakan untuk konjungtivitis alergi
termasuk yang musiman. Tetes mata diklofenak juga digunakan untuk konjungtivitis
alergi musiman.

Contoh Sediaan Obat Tetes Mata Golongan Kortikosteroid.

3) Golongan obat tetes mata Midriatik Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya
digunakan bila akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata. Tetes
matamidriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot iris pada mata.
Midriatik biasa digunakan untuk alasan berikut ini: relaksasi otot lensa mata dalam
melakukan fokus mata, dalam operasi mata untuk menghindari luka gores dengan
memperlebar pupil mata (misal: operasi katarak), untuk menghindari operasi katarak
pada penderita katarak kecil yang masih kecil, dan post operatif glaukoma.Pada anak-
anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik digunakan sebagai terapi untuk
memburamkan pandangan mata agar otak anak terstimulasi.

Contoh Sediaan Obat Tetes Mata Golongan Midriatik.

4) Golongan obat tetes mata Miotik dan Anti Glaukoma Glaukoma adalah kelainan yang
ditandai dengan kehilangan pandangan penglihatan yang berhubungan dengan
kerusakan pada optic disc dan saraf mata. Walaupun umumnya glaukoma dikaitkan
dengan peningkatan intraokular tapi juga dapat terjadi pada tekanan intraokular
normal.Glaukoma yang paling umum terjadi adalah glaukoma sudut terbuka primer
(glaukoma simplekkronik; glaukoma sudut lebar) dimana sumbatannya terjadi pada
trabecular meshwork. Kondisi ini sering tanpa gejala dan pederita kehilangan penglihatan
secara bermakna. Glaukoma sudut tertutup primer (glaukoma sudut tertutup akut;
glaukoma sudut sempit) disebabkan tertutupnya aliran aqueous humour ke bilik anterior
dan secara medis merupakan keadaan gawat darurat.

Contoh Obat Tetes Mata golongan Miotik dan antiglaukoma.

Cara Formulasi
Formula dari sediaan ophthalmic yaitu zat aktif, bahan pembantu, dan pengawet
Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah perkembangan
mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata.

1) Bahan Pengawet

Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan


mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes
mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut (AOC, 234)

▪ Bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutamaterhadap


Pseudomonas aeruginosa.
▪ Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea dan konjungtiva).
▪ Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
▪ Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
▪ Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan sediaan.
Golongan pengawet pada sediaan tetes mata DOM hal 148

Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan adalah :


▪ Benzalkoniumklorida + EDTA
▪ Benzalkonium klorida + Klorobutanol/feniletilalkohol/ fenilmerkuri nitrat
▪ Klorobutanol + EDTA/ paraben
▪ Tiomerasol + EDTA
▪ Feniletilakohol + paraben

2) Pengisotonis
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudo sifat
koligatif larutan adalah sama. larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9% larutan NaCl.

3) Antioksidan
Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu
kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na
metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%. Vitamin C (asam
askorbat) dan asetilsistein pun dapat dipakai terutama untuk sediaan fenilefrin.
Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh adanya logam berat, maka dapat
ditambahkan pengkelat seperti EDTA. Penggunaan wadah plastik yang permeabel
terhadap gas dapat meningkatkan proses oksidatif selama penyimpanan (Codex, 161-
165; RPS, 1590).

4. Pendapar
Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan
airmata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yangtidak
cukup larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas
pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III,
13).
Tetapi larutan tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa
kurang nyaman. Diluar rentang pH ini dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan
peningkatan lakrimasi (Codex, 161-165). Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh
mata menurut beberapa pustaka : 4,5 – 9,0 (menurut AOC); 3,5 – 8,5( menurut FI IV).
Syarat dapar (Codex, 161-165) yaitu dapat menstabilkan pH selama penyimpanan dan
konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi yang tinggi dapat mengubah pH air
mata.

4) Peningkat viskositas
USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang
lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan
seperti metilselulosa, polivinilalkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara
berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek
peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas
meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.

5) Surfaktan

Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai aspek (Diktatkuliah
teknologi steril, 304) :

▪ Sebagaian timikroba (Surfaktan golongan kationik seperti benzalkonium klorida, setilpiridinium


klorida, dll).

▪ Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea sehingga meningkatkan akti
terapeutik zat aktif.

▪ Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal, meningkatkan
kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga meningkatkan penembusan dan
penyerapan obat.

▪ Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan merusak kormea.
Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima dibandingkan dengan surfaktan golongan
lainnya.`
Penggunaan surfaktan dalam sediaan optalmik terbatas karena bisa melarutkan bagian
lipofildari mata. Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik dibandingkan golongan lain,
digunakan dalam konsentrasi yang rendah dalam suspensi steroid dan sebagai pembantu untuk
membentuk larutan yang jernih. Surfaktan dapat juga digunakan sebagai kosolven untuk
meningkatkan solubilitas (jarangdilakukan). Surfaktan non ionik dapat mengadsorpsi senyawa
pengawet antimikrobadan menginaktifkannya. (RPS, 1590).

6) Pembuatan
Tetes mata berair umumnya dibuat dengan menggunakan cairan pembawa berair
yang mengandung zat pengawet seperti fenil raksa (II)nitrat atau fenil raksa (II) asetat
0,002% b/v, benzalkonium klorida 0,01% b/v,klorheksidin asetat 0,01% b/v, yang
pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet dengan obat yang
terkandung didalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan.
Benzalkonium klorida tidak cocok untuk tetes matayang menganndung anastetik
lokal. Pembuatan obat tetes mata, jika tidak dinyatakan lain adalah sebagai berikut
(FI III):
▪ Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut diatas, lalu larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan
kedalam wadah, tutup kedap dan sterilkan dengan sterilisasi A/B yang tertera pada
injectiones
▪ Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut diatas, kemudian larutan disterilkan dengan cara sterilisasi C yang
tertera pada injectiones, masukkan kedalam wadah steril secara aseptik danditutup
kedap
▪ Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa tak berair yang steril (yang disterilkan
pada 150 0Cdalam oven), dimasukkan kedalam wadah steril secara aseptik dan
ditutup kedap.
▪ Obat tetes mata yang digunakan untuk pembedahan mata tidak boleh
mengandung pengawet karena dapat menimbulkan iritasi pada jaringanmata.

Menurut FI IV, pembuatan larutan mata (larutan oftalmik) memerlukan perhatian


khusus seperti pada larutan hidung dan telinga, dalam hal:Toksisitas bahan obat, Nilai
isotonisitas, kebutuhan bahan pengawet, sterilitas, dan kemasan yang tepat secara
ideal larutan mata mempunyai nilai isotonisitas sama dengan larutan NaCl P
0,9%,tetapi mata tahan terhadap nilai isotonisitas yang setara dengan larutan NaCl
P0,6-2,0%. Beberapa larutan obat mata perlu hipertonis untuk meningkatkan daya
serap dan menyediakan kadar zat aktif yang cukup tinggi sehingga menghasilkan efek
obat yang cepat dan efektif.

7) Persyaratan
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
▪ Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan : Sterilitas akhir dari collyrium
dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari
banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
▪ Isotonisitas dari larutan; pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan
stabilitas yang optimum.
Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
▪ Steril.
▪ Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata. Isotonis = 0,9%
b/v NaCl, rentang yang diterima =0,7 – 1,4% b/v atau 0,7 – 1,5% b/v.
▪ Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus. ▪ Tidak iritan terhadap mata

Rute pemberian pemeriaan obat


1. Rute topikal adalah yang metode yang paling umum untuk memberikan obat
melalui mata, meletakkan obat langsung kekantung konjugtiva, mengurangi efek
obat, membantu masuknya obat agar tidak sulit untuk mencapai penghantaran
sistemik dan menghindari first pass metabolisme.
2. Rute intraokular Sekarang penelitian berkonsentrasi pada pengembangan injeksi
intravitreal dan penggunaan intraokularimplan untuk meningkatkan penghantaran ke
mata. 3. Rute sistemik. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa
obat dapat terdistribusi kedalam jaringan okular setelah pemberian sistemik

Evaluasi
1) Sterilitas Memenuhi persyaratan uji sterilitas seperti yang tertera pada FI IV
2) Kejernihan Dengan alat khusus, tidak terlihat adanya partikel asing (prosedur ada
di FI IV)
3) Volume Volume isi netto setiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang
ditetapkan. Kelebihan volume bisa dilihat di tabel.
4) Stabilitas bahan aktif Harus dapat dipastikan bahwa bahan aktif stabil pada proses
pembuatan khususnya pada proses sterilisasi dan stabil pada waktu penyimpanan
sampai waktu tertentu. Artinya sampai batas waktu tersebut kondisi obat masih
dapat memenuhi persyaratan.
5) Kemampuan difusi bahan aktif dari sediaan Sesuai dengan bahasan tentang
pengaruh pH terhadap penetrasi bahan aktif dari sediaan OTM, maka koefisien partisi
bahan aktif dalam sediaan merupakan hal yang sangat penting.
6) Evaluasi terhadap kemampuan difusi bahan aktif dari sediaan OTM berlangsung
beberapa tahap:
7) Kemampuan perubahan pH sediaan OTM sebagai akibat penambahan sejumlah
volume tertentularutan pH 7,4
8) Kecepatan difusi bahan aktif dari sediaan Kecepatan difusi bahan aktif dari sediaan
setelah penambahan sejumlah volume tertentu larutan dengan pH 7,4.

Sterilisasi
1) Wadah Wadah untuk larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak
pernah lebih besar dari 15 mL dan lebih disukai yang lebih kecil.Botol 7,5 mL adalah
ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.Penggunaan wadah
kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan
jumlah pemaparan konteminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat
digunakan. Sterilisasi larutan mata yang digunakan untuk mata yang luka sangan
penting. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan penyaring membran steril
atau penyaring bakteri secara aseptis, atau jika pemanasan tidak memengaruhi
stabilitas sediaan, maka sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan cara autoklaf
dapat dianjurkan.
2) Penyimpanan Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas
dari komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan. Wadah untuk tetes
mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang bersatu dengan wadah atau
dengan suatu tutup yang dibuat dan disterilisasi secara terpisah.

 Nasal
Menurut FI IV , Nasal adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi,
pendapar dan pengawet.

Menurut British Pharmakope 2001 Tetes hidung dan larutan spray hidung adalah
larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan untuk disemprotkan atau diteteskan ke
dalam rongga hidung. Dahulu sediaan untuk hidung ini dinamakan Collunaria, yang
mengandung bermacam-macam jenis minyak sebagai pembawa. Kemudian
berkembang pengetahuan bahwa meneteskan minyak ke dalam rongga hidung
mungkin berbahaya, maka kemudian digunakan cairan berair sebagai pembawa.
Pada tahun-tahun terakhir berkembang bahwa cairan pembawa harus isotonis dan
ditambahkan pengawet dan tidak mempengaruhi pergerakan cilia pada hidung.

Formulasi sediaan Nasal


1) Zat Aktif Umumnya mengandung zat aktif yaitu Antibiotika (ex : Kloramfenikol,
neomisin Polimiksin B Sultat),Sulfonamida,Vasokonstriktor Sultat, Antiseptik /
germiside (ex : Hldrogen peroksida) dan Anestetika lokal (ex : Lidokain HCl). Pada
dasarnya sediaan obat tetes hidung sama dengan sediaan cair lainnya karena
bentuknya larutan atau suspensi; sehingga untuk teori sediaan, evaluasi, dll mengacu
pada larutan atau suspensi.
2) Bahan Pembawa Umumnya digunakan air. Pembawa lain diantaranya
propilenglikol. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai
cairan pembawa. Dalam pembawa minyak yang dulu depo sekarang tidak lagi
digunakan menimbulkan pnemonia Upoid jika masuk mencapai paru-paru. Sediaan
OTH tidak boleh mengganggu aksi pembersih cillia epithelia pada mukosa hidung.
Agar aktivitas cillla epithelial tidak terganggu maka viskositas larutan harus seimbang
dengan viskositas mukus hidung, pH sekresi hidung dewasa sekitar 5,5-6,5.
sedangkan anak-anak sekitar pH 5-6.7 pH sediaan sedikit asam mendekati netral, dan
larutan Isotonis atau larutan sedikit hipertonis.

3) Pendapar Disarankan menggunakan dapar fostat pH 6.5 atau dapar lain yang cocok
pH 6.5 dan dibuat isotonis dengan NaCI.

4) Pensuspensi Dapat digunakan sorbitan (span), polisorbat (tween) atau surfaktan


lain yang cocok, kadar tidak boleh melebihi dari 0,01 %b/v.

5) Pengental Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas


mucus hidung (agar aksi cillia tidak terganggu). Sering digunakan Metil selulosa
(Tylosa) = o,1 -0.5 % dan CMC-Na = 0.5-2 %. Larutan yang sangat encer/sangat kental
menyebabkan iritasi mukosa hidung.
5) Pengawet Umumnya digunakan Benzolkonium Klorida = O.01 dan Klorbutanol = 0.5-0.7 %
b/v – 0,1 %b/v. Pengawet antimikroba digunakan sama dengan yang digunakan dalam
pengawetan larutan obat mata. 7) Tonisitas Kalau dapat larutan dibuat isotonis (0.9 %
NaCI) atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl atau dekstrosa.

Evaluasi
Sterilisasi, kejernihan, pH dan Volume/berat sediaan
Sterilisasi
Sediaan hidung steril disiapkan menggunakan metoda dan material yang dirancang untuk
memastikan sterilitas dan untuk menghindari paparan dari kontaminan dan
pertumbuhan dari jasad renik, rekomendasi pada aspek ini disiapkan dalam bentuk teks
pada metoda produksi sediaan yang steril (BP 2001).
Sediaan tetes hidung harus steril cara sterilisasi yaitu filtrasi dengan menggunakan filter
membran dengan ukuran pori 0,45µm atau 0,2 µm. Panas kering Autoclaving Sterilisasi
gas dengan etilen oksida
▪ Wadah Dan Penyimpanan Penyimpanan dilakukan didalam suatu kontainer yang yang
tertutup baik, jika sediaan steril, simpanlah di dalam wadah steril, yang kedap udara.
Label sediaan tetes hidung harus mengandung hal-hal berikut (BP 2001) nama dan
jumlah bahan aktif instruksi penggunaan sediaan tetes hidung tanggal kadaluarsa kondisi
penyimpanan sedian tetes hidung.

1. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
2. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI, Jakarta.
3. L.C. Collins-Gold, R.T. Lyons and L.C. Bartholow Parenteral emulsions for drug delivery
Advanced Drug Delivery Reviews, 5 189-208, 1990.
4. Lieberman. H.A et al.1989. Pharmaceutical Dosage Form: Parenteral Medication,
Marcel Dekker, Inc., New York

Anda mungkin juga menyukai