PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
berkembang pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk
sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara sediaan obat
tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid
(cair).
Tujuan dari desain sediaan obat adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat
diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam skala besar
dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-menerus. Bentuk
sediaan obat antara lain sediaan cair, sediaan setengah padat dan sediaan padat. Sediaan
cair sendiri ada dalam bentuk sirup, suspensi, elixir dan lain sebagainya, sediaan setengah
padat terdiri dari krim, salep, gel dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk sediaan padat,
dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil, tablet dan lain sebagainya.
Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan
suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga untuk
mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan suspensi
memiliki beberapa keuntungan antara lain absorpsinya lebih cepat dibandingkan dengan
sediaan padat sehingga memberikan efek terapi lebih cepat.
Sediaan yang ditujukan untuk mengobati penyakit mata telah ditemukan sejak
dahulu. Istilah “collyria” diberikan oleh bangsa Yunani dan Romawi terhadap bahan-bahan
yang dapat larut dalam air, susu atau putih telur yang dapat digunakan sebagai tetes mata.
Pada abad pertengahan, tetes mata digunakan untuk memperbesar (dilatasi) pupil. Sebelm
Perang Dunia II, sediaan obat mata sangat sedikit tersedia di pasaran. Pada tahun 1950
hanya tiga sediaan obat mata yang masuk dalam US Pharmacopoeia (USP) XIV.
Manfaat
Hasil diskusi ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah tentang sediaan larutan
steril.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu ;
Untuk mengetahui apa yang dimaksud larutan steril, bentuk sediaan steril, dan cara
penggunannya.
Larutan mata steril adalah steril berair atau berminyak solusi dari alkaloid , alkaloidal
garam , antibiotik , sulfonamides , steroid , enzim , antihistamines , pewarna , metabolisme
antagonis , atau zat lain. Solusi tersebut dimaksudkan untuk instalasi ke dalam cul-de-sac, yaitu
ruang antara bola mata dan kelopak mata.
Larutan mata dapat digunakan baik sebagai tetes (tetes mata) atau sebagai mencuci
(lotion mata). Efek yang diinginkan dari obat ini termasuk anestesi, anti infeksi, anti inflamasi,
miotic, mydriatic, cycloplegic, astringent, atau tindakan antiseptik. Hal ini juga dapat berfungsi
sebagai pelumas atau sebagai pengganti air mata.
Nyeri-Riegelman dan Vaughan, telah menunjukkan bahwa ada penyebab potensial nyeri yang
berkaitan langsung dengan sifat-sifat obat itu sendiri. Ini termasuk reaksi permukaan-aktif dan
protein-denaturasi banyak anestesi lokal, garam logam berat, dan quarternaries pada konsentrasi
tinggi. Senyawa-senyawa yang digunakan dalam oftalmologi yang permukaan-aktif, seperti
hidroklorida anestesi lokal, menyerap pada membran kornea. Peningkatan obat lokal ini
berkonsentrasi di wajah antar jaringan cair dapat menyebabkan jenis yang sama kerusakan yang
dapat diperkirakan dari larutan hipertonik. Rasa sakit yang disebabkan oleh senyawa permukaan-
aktif berlangsung lebih lama, pada kenyataannya, sejak elusi bahan terserap sulit untuk dicapai.
Dalam konsentrasi tinggi agent permukaan-aktif dapat menyebabkan kerusakan kornea
superfisial akibat denaturasi protein. Tanggapan ini mungkin kumulatif, berangsur-angsur
bertambah meningkatkan kerusakan dan nyeri bersamaan.
Kemungkinan rasa sakit yang disebabkan oleh kendaraan dibahas dalam bagian
berikutnya.
Frekuensi penggunaan-Banyak kondisi patologis mata mengharuskan kedua pemberian
lokal dan sistemik obat. Pemeriksaan umum mata biasanya membutuhkan berangsur-angsur dari
berbagai persiapan obat yang mungkin diagnostik atau terapeutik secara alami. Ini berarti
diberikan wadah multi-dosis obat yang dapat digunakan dengan pasien mungkin selama satu
hari, dan jika terkontaminasi mungkin memiliki efek luas.
Antibiotik ini bersifat unik diantara senyawa alam karena adanya gugus nitrobenzen dan antibiotik ini
merupakan turunan asam dikloroasetat. Bentuk yang aktif secara biologis yaitu bentuk levonya. Zat ini larut sedikit
dalam air (1:400) dan relatif stabil. Kloramfenikol diinaktivasi oleh enzim yang ada dalam bakteri tertentu. Disini
terjadi reduksi gugus nitro dan hidrolisis ikatan amida; juga terjadi asetilasi.
Berbagai turunan kloramfenikol berhasil disintesis akan tetapi tidak ada senyawa yang khasiatnya
melampaui khasiat kloramfenikol. Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui
paling stabil dalam segala pemakaian. Kloramfenikol memiliki stabilitas yang sangat baik pada suhu kamar dan
kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada suhu 25°C dan pH 6, memiliki waktu
paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi penyebab utama terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah
pemecahan hidrolitik pada lingkaran amida. Laju reaksinya berlangsung di bawah orde pertama dan tidak
tergantung pada kekuatan ionik media.
Berlangsungnya hidrolisis kloramfenikol terkatalisis asam umum/basa umum, tetapi pada kisaran pH 2
sampai 7, laju reaksinya tidak tergantung pH. Spesies pengkatalisasi adalah asam umum atau basa umum yang
terdapat pada larutan dapar yang digunakan; khususnya pada ion monohidrogen fosfat, asam asetat tidak
terdisosiasi, serta ion asam monohidrogen dan dihidrogen sitrat dapat mengkatalisis proses degradasi. Di bawah
pH 2, hidrolisis terkatalisis ion hidrogen spesifik memegang peranan besar pada terjadinya degradasi
kloramfenikol. Obat ini sangat tidak stabil dalam suasana basa, dan reaksinya terlihat terkatalisis baik asam
maupun basa spesifik.
Jalur utama degradasi kloramfenikol adalah hidrolisis ikatan amida, membentuk amida yang sesuai dan
asam dikloroasetat.
Degradasi kloramfenikol lewat dehalogenasi tidak menjadi bagian yang berperan dalam gambaran
degradasi total, setidaknya di bawah pH 7.
Laju degradasi tergantung secara linier pada konsentrasi dapar, spesies dapar beraksi sebagai asam umum
dan basa umum. Laju hidrolisis kloramfenikol tidak tergantung kekuatan ionik, dan tidak terpengaruh oleh
Free dan Blythe dan akhir-akhir ini, Amirjahed dan rekan-rekan telah mengusulkan metode yang mirip
di mana periode waktu fraksional diplotkan terhadap kebalikan temperatur, dan waktu dalam hari yang diperlukan
oleh obat untuk terurai menjadi beberapa fraksi dari potensi asalnya pada temperatur kamar diperoleh.
Pendekatannya diilustrasikan pada gambar 2.7 dan 2.8 Seperti diamati pada gambar 2.7, persen (%) log dari obat
yang tertinggal diplotkan terhadap waktu dalam hari, dan waktu yang diperlukan untuk menurunnya potensi
sampai 90% dari harga awal yaitu t90, di baca pada grafik. Dalam gambar 2.8, log waktu sampai 90% kemudian
diplotkan terhadap 1/T, dan waktu pada 25°C memberikan umur produk dalam hari. Umur dan tanggal
kadaluwarsa ditentukan dengan cara ini.
Gambar Pada log t90 (yaitu waktu potensi 90%) pada sumbu tegak terhadap kebalikan temperatur (skala kelvin
dan celcius diperlihatkan pada sumbu mendatar).
Dengan metode ini, overage yaitu kelebihan jumlah obat yang harus ditambahkan pada sediaan untuk
menjaga paling sedikit 100% dari jumlah yang tercantum, semua umur yang diperkirakan untuk obat, dapat
dihitung dengan mudah dan ditambahkan pada sediaan tersebut pada saat pembuatan.
1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan : Sterilitas akhir dari collyrium
dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari
Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Steril.
2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata. Isotonis =
0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 – 1,4% b/v atau 0,7 – 1,5% b/v.
3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
4. Tidak iritan terhadap mata.
1. Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan
partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya.
Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan
kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan,
kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk
menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya,
wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa
partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test
sterilitas.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH
produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe
pengemasan.
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun
demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan.
Tambahan untuk pH optimal, jika sensitivitas oksigen adalah satu faktor, stabilitas
3. Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4.
Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam
basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk
memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. kapasitas buffer adalah kunci
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair,
larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif larutan adalah
sama. larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% laritan Na
Cl.
diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl.
Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan
intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk
dipertimbangkan.
5. Viskositas
kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa,
polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan
viskositas.
Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam
mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak
dalam mata.
6. Additives/Tambahan
pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam
epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan
kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya
karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan
Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel
sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas
faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah
R/ Zat aktif
Bahan pembantu :
• Pengawet
• Pengisotonis
• Antioksidan
• Pendapar
• Peningkat viskositas
• Pensuspensi
• Surfaktan
d. Peningkat Viskositas
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat
viskositas untuk sediaan tetes mata yaitu:
• Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.
Penyimpanan
• Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper-evident”. Kompatibilitas dari
komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.
• Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang
bersatu dengan wadah atau dengan suatu tutup yang dibuat dan disterilisasi
secara terpisah.
1.12 Penandaan
Farmakope eropa mengkhususkan persyaratan berikut pada pelabelan sediaan
tetes mata.
• Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet antimikroba atau
senyawa lain yang ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis ganda
harus mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh digunakan lagi
terhitung mulai wadah pertama kali dibuka.
• Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu.
• Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa dan
kondisi penyimpanan.
• Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus ntuk wadah sediaan dosis ganda,
label harus menyatakan perlakuan yang harus d perlakuan yang harus
dilakukan untuk menghindarilakukan untuk menghindari kontaminasi isi
selama penggunaan.
• Labelling
Label harus mencantumkan :
• Nama dan persentase zat aktif.
• Tanggal dimana sediaan tetes mata tidak layak untuk digunakan lagi.
• Kondisi penyimpanan sediaan tetes mata.
Untuk wadah dosis ganda, label harus menyatakan bahwa harus dilakukan perwatan tertentu
1. Cuci tangan
3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika enates dimasukkan ke dalam botol
4. Tempatkan penates di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah sambil
5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip paling
kurang 30 detik
Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting.Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak
organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa.Infeksi mata dari organisme
ini yang dapat menyebabkan kebutaan.Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk
nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka.Bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ke
tidak nyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya
Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata
harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara
sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim)
dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme ini.
Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin yang menyebabkan
Pseudomonas aeruginas (B. pyocyaneus; P. pyocyanea; Blue pas bacillus) ini merupakan
mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada kultur media yang
menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri, cenderung untuk membunuh kontaminan lain
dan membiarkan Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus gram
negative menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat menybabkan kehilangan
penglihatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan
bahwa semua zat antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat tidak efektif melawan
harus steril.Air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibody atau mekanisme untuk
memproduksinya.Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara
sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim)
ini.Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim.Satu yang paling mungkin yang menyebabkan
Isotonisitas dalam larutan mata. Ketika sekresi lakrimal sekarang dipertimbangkan untuk
mempunyai tekanan smotic yang sama sebagai cairan darah, dan kemudian menjadi isotonis
dengan 0,9% larutan natrium klorida, perhitungan untuk penyiapan larutan mata isotonis telah
Tonisitas adalah tekanan osmotik yang diberikan oleh garam dalam larutan berair.
Larutan mata adalah isotonik dengan cairan lain ketika magnetudo sifat koligatif larutan adalah
sama. Larutan yang dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan larutan NaCl
0,9%.
Perhitungan isotonisitas dalam suatu waktu mendapat penekanan yang lebih berat. Calon
farmasis harus diajarkan persyaratan yang lebih mendetail dan peralatan untuk mencapai
tonisitas, kadang-kadang kerusakan disebabkan oleh faktor lain seperti sterilitas dan stabilitas.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang
diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan yang ekuivalen dalam rentang 0,5-1,8%
intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan menjadi perkara yang berlebihan ketika total
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan
terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama
dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut
lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit
zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi
larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl
Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata karena
volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata
dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk mengatur
beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat,
Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal
dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat
diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi
obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan
natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek
klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung
jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode
Ada persetujuan umum tentang konsentrasi ion hydrogen dari cairan lakrimal adalah mendekati
netral.Namun demikian, variasi nilai telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Kemudian Hasford
dan Hicks, Buchr dan Baeschlin, Feldman, Dekking, Byleveld, van Grosz dan Hild dan Goyan
dilaporkan telah menemukan pH cairan mata berhubungan dengan darah. Yang lain telah
mendapatkan nilai yang berbeda: Gyorffy dari 6,3-8,4, Lipschultz 8,0, Oguchi dan Nakasima dari
8,4-8,6.
menemukan nilai 8,2. Dia membuat ketentuan dengan cara kolorimetri dan elektrometri, dan
ditemukan hasil yang sama pada kedua metode. Hind dan Goyan dalam pekerjaan terakhir,
menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu, pH cairan lakrimal sekurang-kurangnya
Konsentrasi ion hidrogen dari cairan mata berkisar 7,2-7,4. Sekresi lakrimal mempunyai
nilai pH antara 7,2-7,4 dan mempunyai kapasitas membuffer yang tinggi. Akibatnya, mata dapat
mentoleransi larutan yang mempunyai nilai pH dari 3,5-10, mereka tidak didapar dengan kuat
ketika cairan mata akan dengan cepat memperbaiki nilai pH normal dari mata.
Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 dengan rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi oleh
larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1) volume kecil larutan, (2) buffer cairan
mata, dan (3) peningkatan produksi air mata. (Parrot : 223). Dalam banyak perumpamaan, kita
BAB III
JURNAL PENELITIAN
Judul
Uji Stabilitas Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol Menggunakan Dapar
Fosfat
Dibandingkan Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol Menggunakan
Dapar Borat
Dengan Metode Uji Dipercepat
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Masalah utama dari sediaan obat yang menggunakan pelarut air yaitu
adanya
kecenderungan molekul obat berinteraksi dengan molekul-molekul air
menghasilkan
produk pecahan dari konstitusi kimia yang berbeda yang dikenal sebagai
reaksi hidrolisis.
Reaksi hidrolisis merupakan salah satu penyebab ketidakstabilan kimia dari
sediaan yang
mengakibatkan terjadinya degradasi atau kerusakan kimia pada sediaan
(Ansel, 1989).
Garam dapar pada umumnya digunakan dalam formulasi cairan
farmasi untuk
mengatur pH larutan. Meskipun garam-garam tersebut cenderung
mempertahankan pH
larutan pada tingkat tetap, tetapi dapat juga mengkatalisis reaksi hidrolisis
sehingga
TINJAUAN PUSTAKA
Obat tetes mata biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal
pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya, dimana
yang paling
sering dipakai adalah larutan dalam air. Karena kapasitas mata untuk
menahan atau
menyimpan cairan terbatas, pada umumnya obat mata diberikan pada
volume yang kecil.
Volume sediaan cair yang lebih besar dapat digunakan untuk menyegarkan
atau mencuci
mata (Ansel, 1989).
Volume normal air mata dalam mata adalah 7 : l. Dimana mata yang tidak
berkedip dapat memuat paling banyak 30 : l cairan, sedangkan mata yang
berkedip hanya
dapat menyimpan 10 : l cairan. Cairan yang berlebih, baik dari produksi
secara normal
maupun yang ditambahkan dari luar, dengan cepat dialirkan ke mata.
Ukuran tiap tetes
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kloramfenikol base
(Cendo
Pharmaceutical), Asam borat, Na tetraborat, Benzalkonium klorida (Cendo
Pharmaceutical), Natrium dihidrogenfosfat, Dinatrium hidrogenfosfat,
Natrium klorida,
Air untuk injeksi, Metanol (sebagai fasa gerak).
Alat-alat yang digunakan adalah, Oven (Memmert), pH-Meter
(Metohm),
Sonikator, Instrumen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Shimadzu ®), Bakteri
Filter,
2. Pembuatan Sediaan
a. Pembuatan Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol 0,5 % dengan
Menggunakan
Dapar Borat
Berdasarkan Formularium Nasional tahun 1978, obat tetes mata
kloramfenikol mengandung kloramfenikol 50 mg, asam borat 150 mg,
natrium tetraborat 30 mg, phenyl hidragiri nitras 200 g. Pembuatan obat
tetes mata kloramfenikol berdasarkan pada formula yang ada di Formularium
Nasional 1978 dengan perubahan pada penggunaan pengawet yaitu
menggunakan benzalkonium klorida 0,01 %. Kloramfenikol dilarutkan ke
dalam cairan pembawa yang mengandung Benzalkonium Cl dan dapar borat
dan dimasukkan kedalam wadah secara aseptis
dengan disaring menggunakan bakteri filter (sterilisasi C).
b. Pembuatan Sediaan Tetes Mata Kloramfenikol 0,5 % dengan
Menggunakan
Dapar Fosfat
Kesimpulan
hari ke-1, hari ke-2, dan hari ke-3. Sedangkan untuk suhu 70 C terjadi
o
Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan dengan meneliti stabilitas
sediaan tetes mata dengan metode uji dipercepat menggunakan ‘climatic
chamber’ agar dapat diketahui pengaruh kelembaban terhadap stabilitas
suatu sediaan serta meneliti kestabilan sediaan yang menggunakan
pembawa yang berbeda.
Kesimpulan
• Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan
cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan bola mata
• Tetes mata kloramfenikol ini layak pakai karena memenuhi syarat karena memenuhi
syarat yaitu pH 7,4 dan larutan jernih.
Karena sifat dari zat aktif yang tidak tahan pemanasan dan juga bentuk sediaan
yang dibuat yaitu suspensi maka dalam pembuatan tetes mata kloramfenikol ini tidak
dilakukan sterilisasi akhir autoklaf tetapi sterilisasi yang dilakukan yaitu dengan teknik
aseptis. Alat - alat disterilisasikan dengan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf 121°C
selama 30 menit dan oven 150°C selama 1 jam.
Saran
Sebelum memberikan larutan atau suspense oftalmik sebaiknya pengguna mencuci
tangan sampai bersih. Selama penanganan dan pemberian obat ata, harus berhati-hati agar
penetes tidak berkontak dengan mata, kelopak mata, atau permukaan lain.
.
• 1975, Remington’s Pharmaceutical Science, Fifteenth edition, Mack Publishing
Company: Pensylvania
• Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
• Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta
• Anief, Moh. 1999. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
• Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Kedokteran EGC. Jakarta