ASMA BRONCHIALE
DI SUSUN OLEH :
AKBAR FEBRIYANTO
2021207209166
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini,2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat
terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma
lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe,yaitu
1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,
bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadapalergi.
2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksiterhadappencetusyangtidakspesifikatautidakdiketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan
danemosi.
3. Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergi.
Berdasarkan Keparahan Penyakit :
1. Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.
2. Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi <
1 kali dalam 1hari.
3. Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali
dalam 1minggu.
4. Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi
sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik
terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 <60%.
C. ETIOLOGI
a. FaktorPredisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. FaktorPresipitasi
Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya:
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri, dan
polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan
obat-obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam, dan jamtangan.
Perubahancuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada
Lingkungankerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalulintas.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
D. MANIFESTASIKLINIS
Gejala awal :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Mengi(whezzing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasidada
5. Tachicardi
6. Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain:
1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphorosis
4. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalampernafasan
5. Fatigue(kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasanlambat.
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbandinginspirasi
9. Sianosissekunder
10. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanannadi.
E. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik.
Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisiumparu.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
F. PATHWAY
Faktor pencetus
a. Riwayat kesehatansekarang
1. Waktu terjadinya sakit : Berapa lama sudah terjadinyasakit
2. Proses terjadinya sakit : Kapan mulai terjadinya sakit, Bagaimana
sakit itu mulaiterjadi
3. Upaya yang telah dilakukan : Selama sakit sudah berobat kemana,
Obat-obatan yang pernahdikonsumsi.
4. Hasil pemeriksaan sementara / sekarang : TTV meliputi tekanan
darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi. Adanya patofisiologi lain
seperti saat diauskultasi adanyaronky,wheezing.
b. Riwayat kesehatanterdahulu
1. Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kankerparu-
paru,emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup :
Usia mulai merokok secara rutin. Rata-rata jumlah rokok yang
dihisap setiap hari. Usai menghentikan kebiasaanmerokok.
2. Pengobatan saat ini dan masalalu
3. Alergi
4. Tempattinggal
c. Riwayat kesehatankeluarga
Tujuan pengkajian ini : Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan
melalui orang ke orang. Kelainan alergi seperti asma bronchial,
menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu.Asma bisa juga terjadi
akibat konflik keluarga. Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di
daerah yang tingkatpolusi udaranya tinggi.Polusi ini bukan sebagai
penyebab timbulnyapenyakit tapi bisa memperberat.
d. Riwayat kesehatanlingkungan.
e. PolaKeseharia
1. Pola aktivitas danlatihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian,
eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naiktangga.
Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan
otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2. Pola istirahattidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
Kualitas dan kuantitas jam tidur
3. Pola nutrisi – metabolic
Berapa kali makan sehari
Makanankesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4. Polaeliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
Kuantitas
5. Pola kognitifperceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (PancaIndra)
6. Pola konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Perandiri
Ideal diri
Hargadiri
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7. Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8. Pola peranhubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9. Pola nilai dan kepercayaan
Persepsikeyakinan
Tindakan berdasarkan keyakinan
J. Pemeriksaan Fisik
Data klinik,meliputi:
a. TTV
b. KeluhanUtama
Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a. Kulit: Warna kulit sawo matang, turgorcukup.
b. Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c. Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya(+/+).
d. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batasnormal.
e. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosabasah.
f. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidakkering
g. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidakmeningkat.
h. Thorax:
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan-kiri, nyeri
tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler
seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi: Perut datar, tidak adabenjolan.
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
j. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-),
tonus otot cukup
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
2. Pola napas tidak efektif b/d hambatan pola napas
3. Gangguan pola tidur b/d sesak napas
4. intoleransi aktivitas b/d kelemahan
INTERVENSI
No. S D K I SLKI S I K I
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam bersihan jalan napas pasien efektif dengan Kriteria Hasil: Ident ifikasi kemampuan bat u k
1 . Bersihan jalan nafas tidak efektifsehubungan denganobstruksi jalan nafas dengan ditandai:
Pasien mengeluh sesak. Monitor adanya retensi sputum
Batuk efektif meningkat
Nafas tidakteratur. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
Produksi sputum menurun
Respirasi : 28x / mnt .
w h e z z i n g m e n u r unMonitor input dan output cairan
G e l i s a h m e n u r unAtur posisi semi fowler atau fowler
Frekuensi napas membaik Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
P o la na p a s me m b ai kAnjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulutdengan bibir mencucu
Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hinnga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
2 Pola napas tidak efektif b/d hambatan pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola napas pasien efektif dengan, Kriteria Hasil : M o n i t o r p o l a napas
Penggunaan otot bantu pernapasan menurun Monitor bunyi napas tambaha n
Frekuensi napas membaik M o n i t o r s p u t u m
Pernapasan cuping hidung menurun P o s i s i k a s e m i f o w l e r
Kedalaman napas membaik B e r i k a n m i n u m h a n g a t
D i s p n e a m e n u r u n Lakukan fisioterpai dada, jika perlu
Ekskursi dada membaik Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
B e r i k a n o k s i g e n
Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
Aja r ka n t ek nik bat uk e fekt i f
Anjurkan pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
3 . Gangguan pola tidur b/d sesak nafas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola tidur pasien dapat eratasi dengan, Kriteria Hasil: Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Keluhan sulit tidur membaik Identifikasi faktor penggangu tidur
Keluhan pola tidur berubah membaik Identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur
Keluhan istirahat tidak cukup membaik M o d i f i k a s i l i n g k u n g a n
Keluhan sering terjaga membaik B a t a s i w a k t u t i d u r s i a n g
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
anjurkan untuk istirahat cukup
4 . Intoleransi aktivitas b/d kelemahan Setelah dilakukan tindakan kepera watan selama 3x24jam intoleransi aktivitas pasien dapat eratasi dengan, Kriteria Hasil: Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Frekuensi nadi menurun M o n i t o r p o l a j a m t i d u r
Keluhan lelah menurun Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Tekanan darah menurun lakukan latihan gerak pasif dan aktif
Frekuensi napas menurun Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6.Jakarta: EGC
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius