Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN (632-661 M)

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam”

Dosen Pengampu :

Dr. H. Mochamad Imamudin, Lc., M.A.

Disusun Oleh :

Salsabila Ramadanti Nuraini 210605110018

Moh. Tazkia Ikhsanul M. 210605110028

Adila Qurrota A’yun 210605110105

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Periode Khulafaur Rasyidin (632-661
M)” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah
peradaban Islam periode Khulafaur Rasyidin bagi para pembaca dan juga bagi
kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Mochamad


Imamudin, Lc.,M.A. selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 16 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya .............................................. 3

2.1.1 Abu Bakar (632 – 634 M) ............................................................ 3

2.1.2 Umar bin Khattab (634 – 644 M) ................................................. 5

2.1.3 Utsman bin Affan (644 – 656 M) ................................................. 6

2.1.4 Ali bin Abi Thalib (656 – 661 M) ................................................ 8

2.2 Tipe Kepemimpinan Khalifah dan Kontribusi Khalifah

dalam Peradaban Islam ............................................................................. 9

2.2.1 Tipe Kepemimpinan Khalifah ...................................................... 9

2.2.2 Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam ............................... 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari sejarah, baik itu sejarah
tentang sesuatu hal positif, maupun hal yang negatif. Pada mata kuliah sejarah
pendidikan Islam ini banyak hal yang akan dibahas, salah satunya mengenai
sejarah tentang Khulafaur Rasyidin. Khulafaur Rasyidin berasal dari kata
“Khulafa” yang berarti pengganti, sedangkan “Ar-Rasyidin” yang berarti
mendapat petunjuk. Jadi, Khulafaur Rasyidin artinya pengganti yang mendapat
petunjuk. Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin yang menggantikan tugas-
tugas Rasulullah SAW sebagai kepala negara, pemimpin pemerintahan, dan
pemimpin umat Islam. Tidak semua tugas Rasulullah SAW dapat digantikan
oleh Khulafaur Rasyidin terutama tugas nabi dan rasul.

Khulafaur Rasyidin adalah para sahabat-sahabat terdekat nabi


Muhammad SAW. Kata “Khulafa” itu menunjukkan ada banyak khalifah, bila
satu disebut khalifah, yang mempunyai arti orang yang mengganti kedudukan
Rasulullah SAW sesudah wafat, seperti melindungi agama dan siasat (politik)
keduniaan agar setiap orang menepati apa yang telah ditentukan oleh batas-
batasnya dalam melaksanakan hukum-hukum syariat agama Islam.

Adapun kata “Rasyidin” itu berarti arif dan bijaksana. Jadi, Khulafaur
Rasyidin mempunyai arti pemimpin yang bijaksana sesudah Nabi Muhammad
SAW wafat. Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan
bijaksana. Mereka terdiri dari para sahabat nabi muhammad SAW yang
berkualitas tinggi dan baik.

Dalam mempelajari tentang sejarah Khulafaur Rasyidin, kita dapat


mengambil intisari dari sejarah tersebut untuk dijadikan pelajaran di kehidupan
kita di masa yang akan datang agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik
lagi dari hari-hari sebelumnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana pembentukan kekhilafahan dan sistem Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana tipe kepemimpinan khalifah dan kontribusi khalifah dalam
peradaban Islam?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan kekhilafahan dan sistem
Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk mengetahui bagaimana tipe kepemimpinan khalifah dan kontribusi
khalifah dalam peradaban Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya

Saat Nabi Muhammad SAW wafat, status sebagai Rasulullah tidak


dapat diganti, akan tetapi kedudukan Rasulullah SAW sabagai pemimpin harus
ada yang menggantikan, sebagaimana dalam sejarah bahwa pengganti tersebut
dinamakan Khulafaur Rasyidin, Khulafaur Rasyidin ialah para pemimpin
pengganti Rasulullah SAW atau bisa disebut dengan Khalifah, yang arif dan
bijaksana. Akan tetapi jabatan sebagai khalifah disini bukanlah jabatan warisan
turun menurun sebagaimana yang dilakukan oleh para raja Romawi dan Persia,
namun dipilih secara demokratis1. Pada masa Khulafaur Rasyidin terhitung
selama 30 tahun, yang terdiri dari empat khalifah, dalam hal ini sebagaimana
berikut :

2.1.1 Abu Bakar (632 – 634 M)

Abu Bakar As-Shidiq atau Abdullah bin Abi Quhafah At-


Tamimi adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir
pada tahun 573 M, dan wafat pada usia 61 tahun tanggal 23 Jumadil
akhir tahun 13 H atau 23 Agustus 634 M. Beliau adalah khalifah
pertama dari golongan Khulafaur Rasyiddin. Gelar As-Shidiq diperoleh
karena beliau senantiasa membenarkan semua hal yang dibawa Nabi
Muhammad SAW terutama pada saat peristiwa Isra’ Mi’raj.2

Awal mula terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah, terjadilah


perdebatan oleh kaum Anshar dan Muhajirin yang sama-sama di antara
dua kaum tersebut menginginkan seorang khalifah dari kalangan
mereka. Setelah terjadi perdebatan yang panjang, Akhirnya mereka
semua sepakat memilih bahwa kaum muhajirin memang lebih berhak

1
Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, (Jogjakarta: Fajar Media Pres, 2011), Hlm. 26
2
Ratu Suntiah & Maslani, Sejarah Peradaban Isalm,(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2017),
hlm. 69

3
untuk mengendalikan kekuasaan ini dan diperolehlah Abu- Bakar As-
Shiddiq sebagai pemimpin, maka Umar bin Khattab maju dan
membaiat Abu Bakar yang kemudian dibaiat oleh semua yang hadir di
tsaqifah. Kemudian Abu Bakar menyatakan pidatonya, “taatlah kalian
kepadaku sepanjang aku taat kepada Allah dan Rasulnya di tengah
kalian, jika aku bermaksiat maka tidak wajib kalian taat kepadaku.”
Setelah pembaitan dan pernyataan beliau tersebut, dengan demikian
maka setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah
sebagai khalifah Islam terpilih, yakni menjadi pemimpin agama
sekaligus kepala negara kaum Muslimin yang hanya berlangsung 2
tahun.
Dalam masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq banyak
terjadi persoalan-persoalan di dalam negeri yang berasal dari kelompok
murtad, pembangkang zakat, dan nabi palsu. Berdasarkan hasil
musyawarah dengan para sahabat, ia memutuskan untuk memerangi
kelompok tersebut melalui perang Riddah. Pertempuran ini terjadi pada
tahun 632-633 M dan dengan akhir kemenangan dipihak kaum
Muslimin. Akhirnya kaum muslimin kembali bersatu setelah terjadinya
pertemppuran ini.
Setelah berhasil menyelesaikan urusan dalam negeri, Abu
Bakar mulai melakukan invasi ke wilayah utara untuk menghadapi
pasukan Romawi dan Persia yang selalu mengancam kedudukan umat
Islam. Namun, beliau meninggal dunia sebelum misi ini selesai
dilakukan dikarenakan sakit yang dideritanya.3
Berikut ini mengenai peradaban yang berkembang pada masa
pemerintahan Abu Bakar yang berlangsung selama dua tahun :
a. Membudayakan musyawarah dalam setiap masalah yang timbul dan
lebih demokratis
b. Menumbuhkan loyalitas umat Islam
c. Membangun pemerintah yang tertib di pusat dan di daerah
d. Membangun milter yang disiplin dan tangguh di medan tempur

3
HAMKA, Sejarah Umat Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2016), hlm. 160.

4
e. Menyusun mushaf al-Qur’an seperti yang dimiliki umat Islam
sekarang
f. Membangun baitul mall untuk mensejahterakan rakyat serta
memperbadayakan zakat, infaq, ghanimah dan jizyah.
Dengan demikian, selama pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shiddiq, harta Bait Al-Mal langsung didistribusikan kepada seluruh
kaum Muslimin, dan bahkan ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat,
hanya 1 dirham yang ditemukan dalam perbendaharaan negara. Seluruh
kaum Muslimin diberi bagian yang sama dari hasil pendapatan negara.4

2.1.2 Umar bin Khattab (634 – 644 M)

Umar bin Khattab alias Umar bin Khattab bin Nufail lahir di
Mekah empat tahun sebelum Nabi Muhammad lahir. Beliau masuk
Islam pada tahun kelima setelah Rasulullah diangkat menjadi nabi serta
beliau menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad. Setelah
masuk Islam, Umar menjadi benteng dan pilar ajaran Islam yang paling
kukuh membela ajaran Rasulullah. beliau menjadi orang kepercayaan
Rasulullah sekaligus penasihat utamanya.5
Beliau adalah orang yang memiliki postur tubuh yang tegap dan
kuat, wataknya keras, pemberani dan tidak mengenal gentar, perkataan
bahasanya halus dan bicaranya fasih. Peranan beliau dalam masa
permulaan Islam merupakan yang paling menonjol kerena perluasan
wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain.
Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang
sangat disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggung jawabnya
yang luar biasa pada rakyatnya. Salah satu kebiasaan beliau adalah
melakukan pengawasan langsung sendirian berkeliling kota
mengawasi kehidupan rakyatnya. Dalam banyak hal Umar bin
Khatthab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif,

4
Abd. Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komperasi Era Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
dengan Era Pemerintahan Jokowi Per. 2014-2019), Vol. 5 (Wahana Islamika: Jurnal Studi
KeIslaman, 2019), Hal, 77.
5
Musthafa Murad, Kisah Hidup Umar Ibn Khattab, (Jakarta: Penerbit Zaman, 2007), h. 29

5
bahkan genius. Beberapa keunggulan yang dimiliki, membuat
kedudukan beliau semakin dihormati dikalangan masyarakat Arab,
sehingga kaum Qurais memberi gelar Singa padang pasir, dan karena
kecerdasan dan kecepatan dalam berfikirnya, ia dijuluki Abu Faiz.6
Ketika Khalifah Abu Bakar jatuh sakit dan merasa ajalnya akan
segera datang, ia berkonsultasi dengan sahabat mengenai khalifah
sesudahnya. untuk mengangkat seseorang yang dicintai sebagai
pemimpin kaum Muslimin yang akan menggantikannya. Kemudian
para sahabat bermusyawarah bersama. Alhasil, mereka menghadap
Abu Bakar dan memintanya agar menetapkan seseorang yang beliau
kehendaki sebagai pemimpin mereka. Kemudian Abu Bakar
memanggil Utsman bin Affan dan meminta pendapatnya tentang siapa
yang akan dijadikan penggantinya. Utsman mengusulkan nama Umar
bin al-khattab. Lalu Abu Bakar memerintahkannya untuk menulis surat
wasiat tentang Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Setelah Abu
Bakar meninggal, para sahabat menerima dan sepakat untuk membaiat
beliau sebagai khalifah dan secara langsung beliau diterima sebagai
khalifah yang resmi yang akan menuntun umat Islam pada masa yang
penuh dengan kemajuan dan akan siap membuka cakrawala di dunia
muslim. Beliau diangkat sebagai khlifah pada tahun 13 H/634 M.

2.1.3 Utsman bin Affan (644 – 656 M)

Khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan, beliau memeluk


Islam karena ajakan Abu Bakar, dan menjadi 16 sahabat terdekat
Rasulullah SAW. pada saat itu, beliau sangat kaya namun tetap
sederhana dan sebagian besar kekayaan nya digunakan untuk
kepentingan Islam. Beliau juga mendapat julukan dzunnurain yang
artinya pemilik dua cahaya sebab menikahi dua putri Nabi Muhammad
Ruqayyah dan Ummu Qulsum.
Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Berawal
dari kedekatannya dengan Abu Bakar beliau dengan sepenuh hati

6
Arif Setiawan, Islam dimasa Umar Bin Khattab, (Jakarta: Hijri Pustaka, 2002), h. 2

6
masuk Islam bersama Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun masuk Islam
nya mendapat tantangan dari paman nya Al-Hakam bin Abi al-Hash,
namun Utsman tetap pada pendiriannya. Pamannya menyiksa Utsman
dengan siksaan yang parah dan terus meneruh berlangsung hingga
akhirnya pamannya menyerah dan tidak mengganggunya lagi.7 Pada
saat itu Setelah melakukan perjuangan dalam menyiarkan agama Islam
pada zaman Nabi Muhammad SAW., Utsman pindah ke negeri Habsyi
bersama istrinya Ruqayyah. Setelah itu, ia berpindah lagi ke negeri
Madinah. Pada setiap pertempuran beliau selalu hadir bersama
Rasulullah saw, kecuali pada perang badar yang besar itu dikarenakan
beliau tinggal di madinah dan harus menjaga istrinya Ruqayyah yang
sedang sakit keras.
Pada masa pengiriman bala tentara ke tabuk, beliau telah
mengeluarkan banyak harta bendanya. Salah satu kedermawaan
Utsman yaitu membeli sumber mata air sumur Raumah dari orang
Yahudi yang disedekahkan untuk seluruh kaum muslimin ketika
mendapati musibah kesusahan Air dikota madinah. Utsman adalah
orang yang menuliskan wahyu yang diturunkan Allah kepada
Rasulullah pada masa pemerintahan Abu Bakar sampai pada masa
pemerintahan Umar. Utsman dipercaya untuk memegang kumpulan
surat-surat penting dan rahasia-rahasia besar. Ketika pemilihan
khalifah selanjutnya setelah Umar bin Khattab, diadakanlah sidang
Syura yang memberi mandat kekhalifaan kepada Utsman.
Masa pemerintahan Utsman ialah merupakan masa
pemerintahan terpanjang yaitu selama 12 tahun (24-36 H/644-656 M),
Utsman menjabat sebagai khalifah pada usia 70 tahun hingga usia 82
tahun. Masa kekhalifahan Utsman adalah yang paling lama diantara
ketiga khalifah lainnya. Pada tanggal 17 juni 656 beliau wafat
dikarenakan telah dibunuh oleh pemberontak mesir di kediamannya.

7
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M),
(Yogyakarta:IRCiSoD 2017), hlm.225

7
2.1.4 Ali bin Abi Thalib (656 – 661 M)

Ali bin Abi Thalib mempunyai nama asli yaitu Haydar bin Abi
Thalib dan Rasulullah mengubahnya menjadi Ali. Beliau adalah putera
putra Abu Thalib, paman Rasulullah, dan ibunya Fatimah. beliau lahir
sepuluh tahun sebelum Nabi saw menjadi rasul. Sejak kecil beliau
diasuh olleh nabi SAW dikarenakan nabi telah diasuh oleh pamannya
dan beliau ingin mambalas jasanya. segala pertempuran yang diikuti
oleh Nabi juga diikuti oleh Ali malah beliau ikut dalam barisaan depan,
kecuali pada perang Tabuk sebab beliau menjaga kota madinah. Ini Ali
menjadi menantunya Nabi SAW sebagai suami dari anaknya Fathimah.
Dalam kebanyakan peperangan besar, Ali yang membawa
bendera. Ali terkenal gagah berani, tangkas dan perwira, amat pandai
bermain pedang. Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang ahli dalam
menghukum. Beliau adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari
kalangan anak-anak. Pengetahuan Ali dalam agama Islam sangat luas.
Sebab dekatnya dengan Rasulullah beliau termasuk orang yang banyak
meriwayatkan hadits Nabi. Ketika pada masa kekhalifahan Abu Bakar,
Rasulullah selalu mengajak Ali untuk memusyawarahkan masalah-
masalah penting. Begitu pula Umar bin Khattab tidak mengambil
kebijaksanaan atau melakukan tindakan tanpa musyawarah dengan Ali.
Utsman pun pada masa permulaan jabatannya dalam banyak perkara
selalu mengajak Ali dalam permusyawaratan. Terpilihnya Ali Menjadi
Khalifah Tentunya suara terbanyak dan yang berkuasa setelah Utsman
tergenggam di tangan kaum pemberontak itu sendiri adalah Ali. Pada
saat itu Ali medapatkan banyak dukungan dari sahabat senior dan juga
para pemberontak pada masa khalifah Utsman. Orang yang pertama
kali membaiat Ali adalah Thalhah kemudian diikuti oleh zubair,
dikemudian hari diikuti oleh banyak sahabat dari kaum muhajirin dan
kaum Ansor.
Pada waktu pembaiatan, Ali berpidato setelah diangkat untuk
menjadi khalifah, yaitu, “Wahai manusia, kamu telah membaiatku
sebagaimana yang telah kamu lakukan kepada khalifah-khalifah yang

8
lebih dahulu daripadaku. Aku hanya boleh menolak sebelum jatuh
pilihan. Apabila pilihan telah jatuh, menolak tidak boleh lagi. Imam
harus teguh dan rakyat harus patuh. Baiat terhadap diriku ini adalah
baiat yang rata yang umum. Barangsiapa yang memungkirinya maka
terpisahlah ia dari agama Islam”. Ada juga sahabat-sahabat yang masih
belum sudi mengakui Ali sebagai khalifah, yaitu Hasan ibnu Tsabit,
Ka’ab ibnu Malik, Abu Sa’id al-Khudri, dan Muhammad ibnu
Maslamah. Adajuga yang tidak sudi menunjukkan pendirian, yaitu
Sa’ad ibnu Abi Waqqas, Abdullah ibnu Umar, Shuhaih, Zaid ibnu
Tsabit, dan Usamah ibnu Zaid.

2.2 Tipe Kepemimpinan Khalifah dan Kontribusi Khalifah dalam Peradaban


Islam

2.2.1 Tipe Kepemimpinan Khalifah

1. Abu Bakar (632 – 634 M)

Abu Bakar Ash- Shiddiq adalah seorang pedagang yang


selalu memelihara kehormatan dan harga dirinya. la seorang yang
kaya, mempunyai pengaruh yang besar dan memiliki akhlak mulia.
Abu Bakar adalah ahli hukum yang tinggi mutunya. Dalam masalah
pengambilan keputusan, Abu Bakar mengikuti jejak Nabi
Muhammad Saw, yakni ia sendirilah yang memutuskan hukum di
antara umat Islam di Madinah. Sedangkan para gebernurnya
memutuskan hukum di antara manusia di daerah masing-masing di
luar Madinah. Adapun sumber hukum pada Abu Bakar adalah Al-
Qur’an, Sunnah dan Ijtihad pengkajian serta musyawarah dengan
para sahabat.8 Dijelaskan dalam buku Abdul Wahab Najjar yang di
kutip oleh Alaiddin Koto bahwa pada masa pemerintahan Abu Bakar
ada tiga kekuatan, pertama, quwwat al- syari’ah (legislatif). Kedua,

8
Samir Aliyah, Alih Bahasa Asmuni Solihan Zamakhasyari, Sistem Pemerintahan, Peradilan dan
Adat dalam Islam ( Jakarta : Khalifah,2004), hal. 302

9
quawwat al-qadhaiyyah (yudikatif) dan ketiga, quwwat al-tanfiziyya
(eksekutif).9
Adapun langkah- langkah yang dilakukan Abu Bakar dalam
istinbath al-ahkam pada kepemimipinanya yakni sebagai berikut :

a. Mencari ketentuan hukum dalam Al- Qur’an. Apabila ada, ia


putuskan berdasarkan ketetapan yang ada dalam Al-Qur’an.
b. Apabila tidak menemukanya dalam Al- Qur’an, ia mencari
ketentuan hukum dalam sunnah, bila ada ia putuskan berdasarkan
ketetapan yang ada dalam sunnah.
c. Apabila tidak menemukanya dalam sunnah, ia bertanya kepada
sahabat lain apakah Rasulullah SAW telah memutuskan
persoalan yang sama pada zamanya. Jika ada yang tahu, ia
menyelesaikannya berdasarkan keterangan dari yang menjawab
setelah memenuhi beberapa syarat.
d. Jika tidak ada sahabat yang memberikan keterangan, ia
mengumpulkan para pembesar sahabat dan bermusyawarah untuk
menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Jika ada kesepakatan di
antara mereka, ia menjadikan kesepakatan itu sebagai
keputusan.10
2. Umar bin Khattab (634 – 644 M)

Umar Ibnu Khatthab merupakan salah satu sosok pemimpin


yang tegas, jujur dan adil dalam Islam. Dalam mengambil keputusan
hukum khalifah Umar Ibn Khattab sama dengan Abu Bakar.
Sebelum mengumpulkan sahabat untuk bermusyawarah, ia bertanya
kepada sahabat lain : “Apakah kalian mengetahui bahwa Abu Bakar
telah memutuskan kasus yang sama?” Jika pernah, ia mengikuti
keputusan itu. Jika tidak ada, ia mengumpulkan sahabat dan
bermusyawarah untuk menyelesaikannya. Sebagaimana yang

9
Alaiddin Koto, Sejarah Peradilan Islam ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 60

10
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003
cet. III, hal. 37

10
dikutip dari (Umar Sulaiman Al- Asyqar, 1991:75) kemudian dikutip
lagi oleh Alaidin Koto dijelaskan salah satu wasiat Umar ra kepada
seorang qadhi (hakim) pada zamanya yaitu syuraih. Wasiat tersebut
adalah :

1) Berpeganglah kepada Al- Qur’an dalam menyelesaikan kasus.


2) Apabila tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, hendaklah engkau
berpegang kepada Sunnah.
3) Apabila tidak didapatkan ketentuannya dalam sunnah,
berijtihadlah.11
3. Utsman bin Affan (644 – 656 M)

Sifat- sifat kepemimpinan ustman diantaranya yaitu


menjalankan Al- Qur’an dan As- Sunnah, teguh pendirian,
dermawan, lemah lembut, sopan santun, bertanggung jawab,
bersikap adil, berani mengambil keputusan, pandai memilih
bawahannya yang kompeten dan aspiratif terhadap pendapat
rakyatnya.

Kepemimpinan pada masa Utsman sama seperti kemimpinan


di masa dua sahabat sesudahnya. Utsman mengutus petugas sebagai
pengambilan pajak, penjaga batas wilayah untuk menyeru Amar
Ma’ruf Nahi Munkar dan terhadap masyarakat yang bukan muslim
(ahli dzimamah) berlaku kasih sayang dan lemah lembut serta
berlaku adil terhadap mereka. Utsman memberikan hukuman
cambuk terhadap orang yang biasa minum arak dan mengancam
setiap orang yang berbuat bid’ah dikeluarkan dari kota Madinah,
dengan demikian keadaan masyarakat selalu dalam kebenaran.

4. Ali bin Abi Thalib (656 – 661 M)


Karakter kepemimpinan Ali bin Abi Thalib seperti yang
diungkapkan Dhirar bin Dhamrah kepada Muawiyyah bin Abu

11
Alaiddin Koto, op. cit., hal. 64

11
Sufyan yakni berpandangan jauh ke depan (visioner), sangat kuat
(fisik), berbicara dengan sangat ringkas dan tepat, menghukum
dengan adil, ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya
(perbuatan dan perkataannya), berbicara dengan penuh hikmah
(bijaksana) dari segala segi, menyepi dari dunia dan segala
perhiasannya, berteman dengan ibadah pada malam dan kegelapan,
banyak menangis karena takut kepada Allah, banyak bertafakur
setelah berusaha, selalu menghitung kesalahan dirinya (muhasabah),
menyukai pakaian kasar, makanan orang fakir, selalu mengawali
ucapan salam apabila bertemu, memenuhi panggilan apabila
dipanggil, bawahannya tidak takut berbicara, dan mendahulukan
orang lain dalam berpendapat, jika tersenyum giginya terlihat seperti
mutiara dan tersusun rapi, menghormati ahli agama dan mencintai
kaum fakir miskin, di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan
berani berbuat batil, di hadapannya, orang-orang yang lemah tidak
akan berputus asa dari keadilannya, di tempat ibadah dia menangis
seperti orang yang sedang bersedih.
Kepemimpinannya telah teruji. Ia berani menghadapi kaum
musyrikin dalam perang Khandak yang berjumlah 24.000 prajurit.
Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Amru bin Wudd hendak
menikamnya. Namun, Ali berhasil membunuhnya. Tidak heran jika
akhirnya ia mendapat sebutan sebagai orang yang tidak dapat
dikalahkan oleh lawan. Belum lagi segudang kehebatan dan
keberanian yang lainnya.

2.2.2 Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam

Dasar-Dasar Islam sudah diajarkan sang Nabi Muhammad,


sehingga perkembangan agama Islam dilanjutkan sang teman yaitu
Khulalfaur Rosyidin. Dari keempat khalifah penerus nabi, antara lain
yaitu Umar bin Khattab. Umar merupakan khalifah istimewa yang bisa
berpikir kreatif dan cemerlang dalam memahami syariat Islam.
Kreativitas dia mulai tampak saat para hafiz banyak yang tewas syahid,

12
hal tadi menciptakan kekhawatiran dia akan keutuhan Al-Quran.
Kemudian beliau mengusulkan pembukuan Al-Quran pada Abu Bakar
yang pada saat itu masih berupa hapalan dari para sahabat. Walaupun
sekarang mushaf ini merupakan mushaf usmani yang dalam awalnya
mushaf ini didapat berdasarkan gagasan Umar. Pembukuan mushaf ini
merupakan warisan yang paling berharga .

Dalam membagun kemajuan peradaban Islam, Umar bin


Khattab berhasil memberi beberapa pencampaian dalam masanya, salah
satunya dia berhasil memperluas daerah bessar-besaran dan dikenal
menjadi periode Futuhat Al Islamiyah, sehingga dalam akhirnya
kekuasaanya mencangkup Syiria, Mesir, Palestina, Irak, dan sebagian
daerah Persia. Wilayah kekuasaan tadi disatukan menggunakan
beribukota pada Madinah, hingga terjadilah asimilasi pada hal darah,
bahasa, tata cara, alam pikiran, politik, dan paham keagamaaan, dan hal-
hal lainnya. Umar pula membarui nama kepala negara yang awalnya
merupakan Kalifah Al-Rosul diganti mengguakan gelar Al-Mukminin.

Untuk menghadapi dilema baru yang belum terdapat dalam pada


masa sebelumnya, maka Umar berinisiatif membuat tetapan aturan
terhadap dilema-dilema yang baru dan memperbarui organisasi negara,
mencakup :

1. Organisasi Politik
2. Administrasi Negara

Pencapaian Umar mencangkup pula perkembangan ilmu


pengetahuan yang sangat pesat pada masanya, sebagaimana antara lain
pemerintahannya menciptakan penafsiran Al-Quran supaya terhindar
bedasarkan kesalahan membaca dan menafsirkan Al-Quran dan hadis
serta tata bahasa.12

12
HAMKA, Sejarah Umat Islam, hlm. 179

13
Selain itu, kemajuan yang lain dalam masa Khulafaur Rasyidin yaitu :

1. Pembukuan dalam Al- Qur’an pada masa khalifah Utsman sudah


berhasil menyusun mushaf standar untuk dijadikan pegangan bagi
semua umat Islam, lalu dibagikan ke beberapa wilayah Islam untuk
menghindari terjadinya disparitas bacaan pada Al- Qur’an.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan secara generik terbagi sebagai 2
macam yaitu an-naqliyah yang bersumber dalam Al- Qur’an dan al-
aqliyah yang bersumber berupa kenyataan alam dan sosial yang
sanggup ditelaah. Lahirnya ilmu membaca erat kaitannya
menggunakan membaca dan menyelidiki Al- Qur’an. Munculnya
ilmu tafsir yang berfungsi untuk memahami ayat-ayat Al- Qur’an.
Ilmu Hadis belum dikenal dalam masa ini, tetapi pengetahuan
tentang hadis telah berkembang luas di kalangan umat Islam. Ilmu
nahwu berkembang pada Basrah dan Kufah, Ali bin Abi Thalib
menjadi pembina dan penyusun pertama dasar-dasar ilmu nahwu.

Perkembangan ilmu Fiqih tidak bisa dilepaskan bedasarkan


Al- Qur’an dan hadis menjadi sumbernya. Lantaran itu, tidak heran
bila pakar fiqh dalam biasanya pakar pada Al- Qur’an dan hadis.

3. Perkembangan sastra pada masa ini, pengamat sastra dalam


biasanya terbagi sebagai dua pendapat akbar :
a. Sastra mengalami kemacetan lantaran perhatian lebih dalam Al-
Qur’an, sebagai akibatnya syair kurang berkembang.
b. Al-Quran menjadi asal wangsit untuk aktivitas sastra, lantaran
pada dakwah diharapkan bahasa yang indah. Prosa yang tertuang
pada dua bentuk, yaitu khithabah bahasa pidato dan khithabah
bahasa korespondensi. Khithabah sebagai alat paling efektif,
tetapi sastra kurang berkembang dalam masa ini.
4. Perkembangan arsitektur pada Islam dimulai tumbuhnya bedasarkan
beberapa masjid yang dibangun dalam masa ini yaitu :

14
a. Masjid al-Haram, dibangun oleh Nabi Ibrahim dan dalam masa
Umar bin Khattab diperluas menggunakan cara membeli daerah
di sekitarnya.
b. Masjid Madinah (Nabawi), dibangun oleh Rasulullah ketika
pertama kali ke Madinah dan diperluas oleh Umar dan diperluas
serta diperindah lagi oleh Utsman.
c. Masjid al-Atiq, pertama kali didirikan dalam masa Umar di
Mesir. Terletak pada utara Babylonia.

Pada masa sehabis Mesir dan Iraq ditaklukkan, khalifah


Umar memerintahkan membentuk kota-kota baru, yaitu dibentuklah
kota Basrah dan Kufah dan membangun kota Fustat di Mesir.
Kampung konsentrasi militer dibangun di kota baru ini. Bangunan-
bangunan primer bedasarkan sebuah kota baru merupakan
perumahan, masjid Jami` dan masjid-masjid kecil lainnya,
perkantoran dibangun dekat masjid, dan bangunan sarana umum
seperti kamar mandi umum, saluran, dan bak penampung air serta
pasar. Bagian-bagian kota dipisahkan oleh jalanan-jalanan dan
lorong-lorong yang ditata rapi. Materi bangunan masih sederhana,
terbuat berdasarkan jerami, tanah liat dan batu bata. Pada masa
Utsman, dibangun sebuah bendungan yang besar untuk melindungi
Madinah bedasarkan bahaya banjir dan mengatur persediaan air
untuk kota itu. Ia pula membentuk jalan, jembatan, tempat tinggal
tamu di berbagai macam daerah dan memperluas masjid Nabawi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Khulafaur Rasyidin adalah para sahabat terdekat Nabi Muhammad


SAW. Kata “Khulafa” berarti pengganti yang mempunyai arti orang yang
mengganti kedudukan Rasulullah SAW sesudah wafat. Sedangkan kata
“Rasyidin” berarti arif dan bijaksana. Khulafaur Rasyidin mempunyai arti
pemimpin yang bijaksana.

Khalifah Abu Bakar terpilih menjadi khalifah karena musyawarah


antara kaum anshar dengan kaum muhajirin. Khalifah Umar bin Khattab
terpilih menjadi khalifah karena ditunjuk oleh Abu Bakar. Khalifah Utsman
bin Affan terpilih menjadi khalifah karena Umar bin Khattab mengadakan
sidang syura dan memberi mandat kekhalifahan kepada Utsman. Dan khalifah
Ali bin Abi Thalib terpilih menjadi khalifah karena pemilihan suara (baiat).

Tipe kepemimpinan tiap khalifah berbeda-beda. Dalam hal mengambil


keputusan, Abu Bakar sendiri yang memutuskan hukum di antara umat Islam
di Madinah. Sedangkan Umar bin Khattab dalam mengambil keputusan sama
dengan Abu Bakar dan bermusyawarah jika belum menemukan solusi. Lain hal
nya dengan Utsman bin Affan, beliau menjalankan Al-Qur’an dan sunnah,
teguh pendirian dan dermawan. Dan Ali bin Abi Thalib yang berlaku adil
dalam hal hukum.

Salah satu kontribusi Abu Bakar dalam peradaban Islam adalah


melanjutkan misi ekspedisi Usman bin Zaid yang telah dipersiapkan Rasulullah
pada masa hidupnya. Umar bin Khattab yang memperluas Masjidil Haram dan
mendirikan masjid Al- Atiq. Utsman bin Affan yang memodifikasi mushaf Al-
Qur’an, dan Ali bin Abi Thalib yang membangun kota Kuffah yang kemudian
berkembang menjadi pusat beberapa ilmu.

16
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Syamsul. 2011. Peta Sejarah Peradaban Islam. Fajar Media Pres :
Yogyakarta.
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2017. Sejarah Peradaban Islam. PT. Remaja Rosda
Karya : Bandung
Hamka. 2016. Sejarah Umat Islam. Gema Insani : Jakarta
Wahab, Abd. 2019. Studi Komperasi Era Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
dengan Era Pemerintahan Jokowi.
Murad, Musthafa. 2007. Kisah Hidup Umar Ibn Khattab. Penerbit Zaman : Jakarta.
Setiawan, Arif. 2002. Islam dimasa Umar Bin Khattab. Hijri Pustaka : Jakarta.
Ismail, Faisal. 2017. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII
M). IRCiSoD : Yogyakarta.
Aliyah, Samir. 2004. Alih Bahasa Asmuni Solihan Zamakhasyari, Sistem
Pemerintahan, Peradilan dan Adat dalam Islam. Jakarta.
Koto, Alaiddin. 2011. Sejarah Peradilan Islam. Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Mubarok, Jaih. 2003. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Remaja
Rosdakarya : Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai