Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits
Disusun oleh :
KELAS E
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya terutama hikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kita bisa
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Studi Al-Qur‟an dan Hadits dengan judul
“PARADIGMA Al-QUR‟AN DAN HADITS” dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan Studi Al-Qur‟an dan Hadits, serta informasi dari
media massa yang berhubungan dengan Paradigma Al-Qur‟an dan Hadits, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak M.Imamuddin, M.A selaku pengajar mata
kuliah Studi Al-Qur‟an dan Hadits atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah
ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon
maaf. Dengan penuh kesadaran hati menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan agar membangun
kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi almamater, teman
teman, maupun siapa saja yang berkenan membacanya.
(……………………………)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................2
DAFTAR ISI .............................................................................................................3
1. PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................4
2. PEMBAHASAN ...................................................................................................5
2.1 Pengertian Al-Qur‟an ........................................................................................5
2.2 Pengertian Hadits ..............................................................................................7
2.2.1 Hadits Qudsi ..............................................................................................9
2.2.2 Hadits Nabawi .........................................................................................10
2.3 Perbedaan Al-Qur‟an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi ...............................11
2.3.1 Perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi .....................................11
2.3.2 Perbedaan Hadits Qudsi dan Al-Qur‟an ..................................................12
2.4 Hubungan Al-Qur‟an dan Hadits ....................................................................12
2.5 Keutamaan Al-Qur‟an.....................................................................................14
2.5.1 Al-Qur‟an Adalah Kalam Allah Yang Diturunkan ..................................14
2.5.2 Al-Qur‟an Adalah Kemuliaan Bagi Bangsa Arab Secara Khusus Dan
Umat Manusia Secara Umum ............................................................................15
2.5.3 Al-Qur‟an Menuntun Ke Jalan Yang Paling Lurus ..................................19
3. PENUTUP ...........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................21
1. PENDAHULUAN
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan
kemaslahatan manusia. Dalam hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam
meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat dan
kelestarian atau keseimbangan alam. Merunut kembali catatan peradaban umat manusia,
sejarah telah memperlihatkan betapa peradaban yang dijiwai nilai-nilai Islam pernah
mengalami kejayaan selama sekian abad yang terbentang dari Andalusia sampai dataran
Turkistan. Hal tersebut terkait dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
didorong oleh semangat memperluas berbagai aspek pendidikan yang dimotivasi oleh
spirit Al-Qur‟an dan Hadits.
Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lima belas abad silam
dengan sebuah awalan perintah untuk membaca (Iqra‟) yang dalam konteks luas menjadi
seruan untuk membaca, mengkaji, menganalisis, dan meneliti fenomena diri dan sekitar
yang dalam aplikasi turunannya dikemudian hari telah melahirkan sebuah masyarakat
berpendidikan danmenghasilkan sebuah karakter peradaban islami yang kemudian
menjadi titik tolak peradaban Barat yang kini menghegemoniarah sejarah peradaban
manusia masa kini.
Bagi umat Muslim, menjadikan Al-Qur‟an dan hadits sebagai inspirasi sekaligus
paradigm dalam mewujudkan atau mendesain pendidikan bukanlah hal yang bersifat
utopis dan berlebihan justru merupakan suatu keniscayaan mengingat Al-Qur‟an dan
hadits merupakan sumber utama sekaligus menjadi basis referensi dalam perumusan
hukum Islam. Sebagai sebuah paradigma,maka hal tersebut akan terwujud dalam kerangka
yang menjadi tolok ukur sejauh mana semangat dan pesan Al-Qur‟an dan hadits
direalisasikan dalam mengupayakan ilmu pengetahuan islami.
2. PEMBAHASAN
Sebagian ulama‟ ada yang menambahkan sifat lain dari definisi Al-Qur‟an.
Redaksi tambahan dari Ali ash-Shabuni yaitu al-mu‟jiz bi wasithati alamin Jibril as. Al-
maktub fi al-mushaf, al-mabdu bi surati al-Fatihah wa al makhattam bi surati an-Nas.
Namun, menurut pendapat Yunahar Ilyas pengertian yang disuguhkan oleh ash-Shabuni
lebih tepat kepada pengertian mushaf bukan Al-Qur‟an. Karena yang dimaksud dengan
Al-Qur‟an bukan saja yang tertulis di dalam mushaf, melainkan yang dibaca secara lisan
berdasarkan kemampuan hafalan. Apalagi pada era teknologi saat ini, Al-Qur‟an tidak
hanya berwujud mushaf yang tertulis melainkan juga berbentuk digital, compact disc dan
audio (rekaman).3
1
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an (Qahirah: Maktabah Wahbah,tt), 14.
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Itqan Publising, 2014), 16.
3
Muhammad ‘Ali ash-Shabuni, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an (Makkah: Nasyru Ihsan, 2003), 6. Lihat juga
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Itqan Publising, 2014), 17.
Selain sebagai firman Allah kepada Nabi saw. Al-Qur‟an juga sebagai mukjizat
daripada Nabi saw. Mukjizat sendiri berarti sesuatu yang melemahkan atau perkara yang
keluar dari kebiasaan (Amru Khariju Lil‟adah). Dikatakan sebagai mukjizat karena pada
saat itu masyarakat Arab Jahiliyah pandai dalam membuat sastra Arab (syair), sastra Arab
pada saat itu berada dalam puncak kejayaan sehingga membuat manusia berbondong-
bondong, berlomba-lomba dalam membuat syair, dan syair yang terbaik akan ditempel di
dinding Ka‟bah dan membuat yang bersangkutan merasa sombong.4
Turunnya al-Qur’an tidaklah sekali dalam bentuk mushaf yang terdapat pada saat
ini, melainkan al-Qur’an turun secara periodik atau bertahap. Tujuan dari turunnya yang
bertahap ini dimaksud agar memperbaiki umat manusia, diantaranya sebagai penjelas,
kabar gembira, seruan, sanggahan terhadap musyrikin, teguran dan juga ancaman. Akan
tetapi ada perbedaan pendapat dikalangan ulama’ berkenaan dengan proses turunnya
alQur’an, ada pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur’an turun pada malam hari
(lailatu al-qadar), ada pula pendapat yang mengatakan bahwa turunnya al-Qur’an melalui
tiga proses tahapan. Tahap pertama diturunkan di Lauh al-Mahfudz, kemudian diturunkan
ke langit pertama di Bait al-Izzah, dan terakhir diturunkan kepada Nabi Muhammad
4
Nor Kandir, Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu (Pustaka Al-Mandiri, 2016), 10-11.
secara berangsur-angsur dan sesuai kebutuhan serta peristiwa yang sedang terjadi atau
dihadapi oleh Nabi SAW.5
Meskipun terdapat perbedaan mengenai proses turunnya al-Qur’an, amun pada
intinya al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Tujuan dari proses tersebut
diantaranya memenuhi kebutuhan nabi dan kaum muslimin, bentuk keperluan yang
dibutuhkan nabi akan proses turunnya al-Qur’an secara beransur-ansur diantaranya
untuk meneguhkan hati nabi karena setiap proses turun ayat disertai dengan suatu
peristiwa tertentu, dan agar mudah untuk dihafal.6 Menurut Ahmad von Denfer, proses
turunnya alQur,an adalah masalah pengalaman yang sulit bagi Nabi, supaya perintah
Allah dapat diterapkan secara bertahap dan lebih mudah untuk dipahami, ringan
diaplikasikan, mudah diingat atau dihafalkan oleh orang mukmin pengikut Rasulullah
saw.7
Secara terminologi, definisi Hadits mengalami perbedaan redaksi dari para ahli
Hadits, namun makna yang dimaksud adalah sama. Al-Ghouri memberi definisi sebagai
berikut; “Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw. dari perkataan, perbuatan,
taqrir, atau sifat.”11
5
Muhammad Abdu al-‘Adzim al-Zarqani, Manahilu al-‘Irfan (al-Qahirah: Dar al-Hadi: 2001), 41- 45.
6
Amroeni Drajat, Ulumu Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu al-Qur’an (Depok: Kencana, 2017), 35.
7
Ahmad von Denffer, Ilmu al-Qur’an: Pengenalan Dasar, Terj. Ahmad Nasir Budiman (Jakarta: Rajawali
Pers, 1988), 23
8
Abdu al-Majid al-Ghouri, Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2007), 10.
9
Mustafa al-Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature (USA: American Trust Publication,
2012), 1.
10
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2015), 2.
11
Abdu al-Majid al-Ghouri, Mu’jam al-Mushthalahat al-Haditsah, 10
Maksud dari qaul (perkataan) adalah ucapan, dan fi‟il (perbuatan) ialah perilaku
Nabi yang bersifat praktis, dan taqrir (keputusan) sesuatu yang tidak dilakukan Nabi tetapi
Nabi tidak mengingkarinya, dan sifat maksudnya adalah ciri khas dari kepribadian Nabi.
Selain pengertian Hadits di atas, istilah Hadits juga sering disamakan dengan istilah
Sunnah, Khabar, dan Atsar, sebagaimana berikut;
a) Sunnah
Kata Sunnah berarti jalan yang terpuji. Sunnah ialah segala sesuatu yang
ditinggalkan oleh Rasulullah saw. berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat fisik,
atau akhlak, serta perilaku kehidupan baik sebelum diangkat menjadi Rasul (seperti
mengasingkan diri yang beliau lakukan di Gua Hira‟) atau setelah kerasulan beliau.
Adapun menurut “Ulama‟ Fiqh”, Sunnah merupakan segala sesuatu yang datang
dari Nabi yang bukan fardhu dan tidak wajib.12
Dari definisi diatas keduanya mempunyai nilai yang sama, yakni sama-
sama disandarkan kepada dan bersumber dari Nabi saw. jika dari fungsinya
Ulama‟ Hadits mempertegas bahwa Nabi saw. sebagai teladan kehidupan. Adapun
Ulama fiqh berpendapat bahwa Nabi saw sebagai syar‟i yakni sumber hukum
Islam.
b) Khabar
Secara bahasa Khabar artinya al-Naba‟ (berita). Selain itu khabar juga
berarti Hadits, sebagai mana telah dijelaskan di atas. Khabar berbeda dengan
Hadits, Hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi, sedangkan khabar ialah berita
yang datang selain dari Nabi. Maka dapat disimpulkan bahwa khabar lebih umum
daripada Hadits.13
c) Atsar
Secara etimologi atsar berarti “sisa atau suatu peninggalan” (baqiyat al-
Syai). Sebagaimana dikatakan di atas bahwa atsar adalah sinonim dari Hadits,
artinya ia mempunyai arti dan makna yang sama. Selain itu atsar adalah sesuatu
12
Musthafa ash-Shiba’i, as-Sunnah wa Makanatuha fi al-Tasyri’ al-Islamiy (Dar al-Waraq, tt), 65
13
Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadis (Alexandria: Markaz Huda li al-Dirasat, tt), 16.
yang disandarkan kepada sahabat dan tabi‟in, yang terdiri dari perkataan atau
perbuatan.14
Mayoritas Ulama‟ lebih condong atas pengertian khabar dan atsar untuk
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dan demikian juga kepada
Sahabat dan tabi‟in.15
Jika ditinjau dari segi makna Hadits, maka hadits dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu Hadits Qauli, Hadits Fi‟li, dan Hadits Taqriri. Adapun macam-macam Hadits
jika ditinjau dari segi penyandarannya maka ada dua macam, yakni Hadits Nabawi
(yang disandarkan kepada Nabi) dan Hadits Qudsi (yang disandarkan kepada
Tuhan/ Allah).
14
Mahmud al-Thahan, Taisir Musthalah al-Hadis, 16
15
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Mutiara Sumber Dewi, 1998), 46.
16
Manna‟ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Litera AntarNusa, 2013), Cet 16,, Hlm, 24.
17
Ibid.
18
Manna‟ Khalil al-Qattan. Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Cet. Hlm, 25
19
Ibid, Hlm, 24
telah mengharamkan perbuatan zalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula
untuk kalian, maka janganlah saling menganiaya diantara kalian.”
2. Rasulullah bersabda, “Allah berfirman .. ”20. Contohnya: diriwayatkan oleh
Imam bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, “Allah
Ta‟ala berfirman, „Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku,
dan Aku bersamanya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku
niscaya Aku akan mengingatnya.”
20
Ibid
21
Sebagian dari hadits panjang riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab
22
Hadits Bukhari.
23
Hadits Muslim, Ahmad dan Nasa‟i.
qul huwallahu ahad. Setelah pulang, mereka menyampaikan hal itu kepada Nabi.
Lalu kata Nabi “Tanyakan kepadanya mengapa dia berbuat demikian!” Mereka
pun menanyakannya. Dan orang itu menjawab: “Kalimat itu adalah sifat Allah dan
aku senang membacanya”. Maka jawab Nabi:
“Katakan kepadanya bahwa Allah pun menyenangi dia.”24
Dan yang berupa sifat adalah riwayat seperti,”bahwa Nabi SAW itu selalu
bermuka cerah, berperangai halus dan lembut, tidak keras dan tidak pula kasar,
tidak suka berteriak keras, tidak pula berbicara kotor dan tidak juga suka
mencela....”.
24
Hadits Bukhari dan Muslim.
25
Manna‟ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Litera AntarNusa, 2013) Cet. 16, Hlm, 28.
1. Hadits Nabawi bersifat tauqifi, yaitu kandunganya yang diterima oleh
Rasulullah adalah wahyu. Dan ia menjelaskannya kepada manusia dengan
kata katanya sendiri;
2. Hadits Nabawi bersifat taufiqi, yaitu Rasulullah s.a.w. menyimpulkan Al-
Qur‟an menurut pemahamannya dengan pertimbangan dan ijtihad;
3. Hadits Qudsi itu maknanya dari Allah, dan dalam periwayatannya
Rasulullah menyandarkannya kepada Allah.
26
Manna‟ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Litera AntarNusa, 2013) Cet. 16, Hlm, 26.
Dengan demikian bertujuan supaya hukum-hukum yang ditetapkan Allah dalam Al-
Qur‟an secara sempurna dapat dilaksanakan oleh umat.
Contoh Hadits yang merinci ayat Al-Qur‟an yang masih garis besar, umpamanya
tentang waktu-waktu shalat yang masih secara garis besar disebutkan dalam surat An-Nisa
: 103
Artinya : “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.”
Contoh hadits yang membatasi maksud ayat Al-Qur‟an yang adatang dalam bentuk
umum, umpamanya hak kewarisan anak laki-laki dan anak perempuan dalam surat An-
Nisa :11
Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.
Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan.”
Ayat itu dibatasi atau dikhususkan kepada anak-anak yang ia bukan penyebab kematian
ayahnya.
Contoh Hadits memperluas apa yang dimaksud oleh Al-Qur‟an, umpamanya firman Allah
yang melarang seorang laki-laki memadu dua orang wanita yang bersaudara dalam surat
An-Nisa ayat 23 yang artinya :
“dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau.” (Q.S An-Nisa :23).
Ayat ini menerangkan bahwa Al-Qur‟an yang dibaca dan didengar serta tertulis di
lembaran-lembaran mushaf itu adalah Kalam (perkataan) Allah SWT yang sebenarnya. Ia
bukan sekedar penghikayatan bagi Kalam (perkataan) Allah SWT.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Al-Qur‟an itu juga diturunkan dari sisi Allah
SWT. Maksudnya bahwa Allah SWT berbicara langsung melalui Kalam-Nya, lalu Jibril
„Alaihissalam mendengarkan dari-Nya, kemudian dia menurunkan dan menyampaikannya
kepada Rasulullah SAW, sebagaimana yang dia dengar dari Rabb-nya yang Maha
Tinggi.27
Kalau sekiranya Allah SWT tidak memberikan kekuatan pada hati hamba-hamba-
Nya, niscaya mereka tidak akan sanggup memikulnya. Pastilah hati mereka merasa berat
untuk menanggungnya, bahkan akan menjadi roboh tak berdaya. Lalu dari mana ia bisa
kuat membawanya, sedangkan Allah SWT berfirman:
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.”
(Q.S. Al-Hasyr : 21).
Lalu di mana kekuatan hati jika dibandingkan dengan kekuatan gunung? Akan
tetapi Allah SWT mengaruniakan kekuatan itu kepada hamba-hamba-Nya agar sanggup
untuk memikulnya. Itulah keutamaan dan rahmat yang diberikan-Nya terhadap mereka.28
2.5.2 Al-Qur’an Adalah Kemuliaan Bagi Bangsa Arab Secara Khusus Dan
Umat Manusia Secara Umum
Secara umum, dahulu Arab hidup dalam kegelapan jahiliyah. Kerusakan
merambah semua kehidupan, mulai dari kerusakan di bidang akidah, ibadah, hukum,
akhlak maupun tatanan hidup sosial. Dengan perantaraan Al-Qur'an, maka mereka telah
merubah jati diri mereka. Al-Qur'an membawa mereka berpindah dari umat yang berada di
lembah kerusakan, kebodohan, dan kejahatan menuju umat yang terangkat derajatnya
27
Lihat Syarh ‘Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, Muhammad Khalil Harras, hal. 153-154
28
Lihat Al-Tidzkar fi Afdhal Al-Adzkar, hal. 45
sampai ke puncak kemuliaan dan kesempurnaan. Mereka pun menjadi umat terbaik yang
dikeluarkan untuk manusia. Kemudian mereka meraih izzah (kemuliaan) dan menjadi
pemimpin bagi seluruh umat. Oleh karena itu, Al-Qur'an adalah karunia terbesar bagi
bangsa Arab secara khusus. Mereka telah memelihara eksistensi dan keberadaan mereka
dengan cara menjaga bahasa mereka. Kalau sekiranya Allah SWT tidak memuliakan
mereka dengan menurunkan Al-Qur'an ini kepada mereka, niscaya mereka tetap menjadi
umat yang rusak, seperti yang terjadi pada umat-umat yang lain.
Telah menjadi fakta bahwa bahasa Al-Qur‟an merupakan sarana terbesar untuk
mengarabkan (Arabisasi) bangsa-bangsa non Arab, dan juga untuk menyebarkan
pemikiran kaum muslimin dan tsaqafah (wawasan) mereka di tengah-tengah ratusan juta
umat manusia di belahan bumi.
Kaum muslimin khususnya bangsa Arab pada zaman sekarang ini dituntut untuk
menyelamatkan dunia dengan Al-Qur‟an dari kebuasan paham materialisme yang terus
merongrong, merendahkan dan merampas kebaikan umat. Sebagaimana dahulu mereka
(umat Islam) telah membebaskan manusia dari belenggu kekaisaran yang berkasta.29
Terdapat tiga ayat dalam Al-Qur‟an yang menunjukkan dengan terang, bahwa
sesungguhnya Al-Qur‟an itu merupakan kemuliaan dan kebanggaan bagi bangsa Arab
khususnya dan umat Islam pada umumnya. Yaitu:
1. Firman Allah SWT:
29
Lihat Min Asrar ‘Azhamah Al-Qur’an, DR. Sulaiman bin Muhammad Al-Shaghir, hal. 11-13.
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar
bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab.”
(Q.S. Az-Zukhruf : 44).
Nash ayat ini sebagaimana disebutkan oleh para pakar tafsir, memiliki dua
pengertian, yaitu:
A. Bahwasanya Al-Qur'an adalah peringatan bagi Nabi Shallallahu `alaihi
wasallam dan kaumnya, yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya
pada hari kiamat, maka tidak ada alasan lagi bagi mereka setelah datang
peringatan ini.
B. Bahwasanya Al-Qur'an telah mengangkat kemuliaan Nabi Shalallahu
`alaihi wasallam dan kaumnya. Dan inilah yang telah benar-benar terjadi.
30
Lihat Fi Zhilal Al-Qur’an, (6/3191)
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya
terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya?” (Q.S. Al-Anbiyaa‟ : 10).
31
Lihat Tafsir Al-Sa’di, (3/269)
32
Lihat Tafsir Al-Sa’di, (4/2370)
33
Tafsir Al-Sa’di, (4/279)
2.5.3 Al-Qur’an Menuntun Ke Jalan Yang Paling Lurus
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan
amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S. Al-Israa‟ : 9).
Allah SWT menyebutkan pada ayat yang mulia ini, bahwa Al-Qur'an Al-Karim ini
merupakan kitab samawi yang teragung, yang menghimpun semua ilmu, yang diturunkan
paling akhir dari Rabb semesta alam. “Memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus”,
maksudnya memberi petunjuk jalan yang paling lurus, adil dan benar.
Dan ayat ini menerangkan secara global mengenai semua isi kandungan Al-Qur'an;
yaitu berupa petunjuk kepada jalan yang terbaik, adil dan benar. Jika kita ikuti keterangan
rincinya secara menyeluruh, maka kita akan menemukannya pada seluruh Al-Qur'an.
Karena ia mencakup seluruh petunjuk untuk kebaikan hidup di dunia dan akhirat.34
Sehingga semua keadaan yang paling lurus dalam persoalan akidah, akhlak,
perilaku, politik, industri, amal dunia dan akhirat, maka Al-Qur‟an selalu membimbing ke
arahnya, memerintahkan dan memberikan dorongan kepada manusia untuk
menjalankannya.
34
Adhwa’ Al-Bayan, (2/372)
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadits ialah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun penetapan pengakuan. Sedangkan Al-Qur‟an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang diriwayatkan secara
mutawatir dan membacanya adalah ibadah. Hadits merupakan sumber hukum kedua
setelah al-Quran. Sehingga hadits memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai bayan taqrir,
bayan tafsir, bayan tasyri‟, juga bayan nasakh.
Aji, Septi. (2019). Al-Qur‟an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukun Islam.
Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur'an, vol 9, 204-216.