Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PENERAPAN APLIKASI CULTURAL CARE ACCOMODATION OR


NEGOTIATION DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN “

Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan


Dosen Pengampu : Siti Patonah.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

1. Luluk Romsukhah (20144010001)


2. Sri Mulyani (20144010003)
3. Kholifatur Rosidah (20144010005)
4. Putri Wahyuni Hadiyanti (20144010007)
5. Aulia Isnaini Munfarida (20144010013)
6. Yulia Dwista Kusumawati (20144010025)

KELOMPOK 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata KuliahAntropologi Kesehatan.

Makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami secara
jelas mengenai penerapan Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam praktik
keperawatan .

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan
dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Demikian
makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bojonegoro, 08Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................3

2.1 Pengertian Sosiologi Antropologi dalam Praktik Keperawatan ............................3


2.2 Manfaat Sosiologi Antropologi Bagi Kesehatan ...................................................3
2.3 Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan .............................................................4
2.4 Penerapan Aplikasi Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam
Praktik Keperawatan ..............................................................................................4

BAB III PENUTUP ............................................................................................................9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................9


3.2 Saran ......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................10


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan budaya dan


keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan oleh teori model
Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi klien
pelayanan spesifik secara kultural. Untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
budaya tertentu, perlu memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke
dalam rencana perawatan.

Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang lebih
dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus culture,
culture care, diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.

Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan yang ada


baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era
globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut
perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori
yang dipelajari.

Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut.
Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan
keperawatan adalah teori Leininger tentang "transcultural nursing".

Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring. nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua
kultur (Leininger, 1979). Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan
universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat

1
2

menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena
kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan
tindakan. Cultur care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan
dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu sosiologi antropologi dalam praktik keperawatan?
2. Apa saja manfaat sosiologi antropologi bagi kesehatan?
3. Bagiamana hubungan antara budaya dan kesehatan?
4. Bagaimana penerapan aplikasi Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam
praktik keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sosiologi antropologi dalam praktik keperawatan.
2. Untuk mengetahui manfaat sosiologi antropologi bagi kesehatan.
3. Untuk mengetahui hubungan antara budaya dan kesehatan.
4. Untuk mengetahui penerapan aplikasi Cultural Care Accomodation or Negotiation
dalam praktik keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sosiologi Antropologi dalam Praktik Keperawatan

Antropologi kesehatan merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana kesehatan


individu, lingkungan yang dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dan spesies lain,
norma budaya dan institusi sosial, politik mikro dan makro, dan globalisasi. Budaya
memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan. Hal ini tidak lain karena pengertian budaya
itu sendiri mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat
dan kebiasaan. Ini dikarenakan budaya bersifat dinamis sebagai bagian penting yang tak
terpisahkan dari kehidupan. Sebagai makhluk hidup yang menyadari akan pentingnya
kesehatan, pemahaman akan budaya masyarakat sangat penting dalam memecahkan
masalah-masalah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Sosiologi kesehatan adalah ilmu sosiologi yang membahas masalah


kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat membahas kesehatan penduduk, kesehatan
keluarga, kesehatan rumah tangga di masyarakat, dan objek formal sosiologi adalah
“interaksi”.

2.2 Manfaat Sosiologi Antropologi Bagi Kesehatan

Manfaat sosiologi bagi kesehatan yaitu:


a. Mempelajari cara orang meminta pertolongan medis
b. Mengetahui latar belakang sosial-ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan layanan
kesehatan
c. Menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dengan etiologi penyakit
d. Menganalisis fakta –fakta sosial (sakit, cacat fisik)
1) Penilaian klinis lebih rasional
2) Menghargai perilaku pasien, kolega & organisasi
3) Menangani kebutuhan sosial –emosional pasien

Manfaat antropologi dalam praktik


1. Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat.
2. Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit.
3. Memberikan masukan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung
pembangunan kesehatan, mendukung kebijakan masalah kesehatan, dan
mengatasi kendala dalam pelaksanaan program pendekatan kebudayaan.
4. Memberikan suatu cara untuk memandan masyarakat secara keseluruhan
termasuk individualnya. Dimana cara pandang yang tepat dalam meningkatkan
kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian
masyarakat yang membangun.
5. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses sosial budaya bidang kesehatan.

3
4

6. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam


merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
interprestasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat

2.3 Hubungan Antara Budaya dan Kesehatan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Nilai
budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya
mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal.
Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri.Yaitu melalui komponen pemahaman
tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan
dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di
masyarakat.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika
pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa
masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis
penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian
perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan
konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara
kuratif.Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah
penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di
kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti
akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh
lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa
Kreta, dan bangsa Minoans.Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta
teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

2.4 Penerapan Aplikasi Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam Praktik


Keperawatan

Cultural Care Accomodation or Negotiation yaitu prinsip membantu, memperhatikan


fenomena budaya yang ada, yang merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi
atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dengan gaya hidup klien . Hal yang harus
dilakukan oleh perawat dalam Cultural Care Accomodation or Negotiation adalah sbb:

1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien


2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkanpengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
5

Contoh kasus:

Sebuah keluarga baru yang terdiri dari Tn. X berusia 26 tahun dan Ny. Y 19 taun baru
menikah sekitar 6 bulan yang lalu. Saat ini Ny. Y sedang hamil dengan usia kandungan 3
bulan. Tn. X dan Ny. Y sama-sama dari suku Jawa. Saat ditanya perawat Ny. Y ia
menngatakan sering mual dan muntah sehingga ia malas untuk makan karena khawatir
akan muntah-muntah lagi setelah mkan. Ny. Y mengatkan bingung cara mengurus anak
karena ia masih muda dan belum ada pengalaman menjadi seorang ibu. Ketika
ditanyakan mengenai pemeriksaan kesehatan yang telah dilakukan, Ny. Y mengatakan
bahwa ia belum pernah memriksakan kandungannya ke pelayanan kesehatan karena
malas berpergian. Perawat juga berkesempatan bertemu suami Ny. Y dan dari hasil
pengkajian Tn. X mengatakan sngat berbahagia dengan kondisi istrinya yang sedang
mengandung dan mengatakan malasnya istrinya adalah hal yang wajar selama masa
hamil. Tn. X lulusan SMP dan Ny. Y lulusan SD. Tn. X bekerja sebagai tukang
serabutan. Tn. X dan Ny. Y aktf dalam pengajian dan kegiatan masyarakat lainnya. Ny.
Y Yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya dulu tidak pernah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan tetapi semuanya baik-baik saja. Tn. X
mengatakan ingin memiliki banyak anak karena menurutnya, banyak anak banyak rejeki.
Pada saat pemeriksaan, klien mengeluh pusing dan lemas terutama setelah melakukan
pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci. Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa TD
klien 90/70 mmHg, suhu 36,5°C, RR 18 x/menit, nadi 61 x/menit, BB 41 kg, TB 150
cm, klien tampak lemah dan pucat , rutin mandi 2 kali sehari. Ny. Y memiliki riwayat
anemia dan pernah sampai dibawah ke rumah sakit. Ny. Y mengatakan hanya membeli
obat diwarung ketika merasa pusing dan lemas karena etelah minum obat dari waruang
Ny. Y langsung tidur, klien merasa sehat kembali sehingga tidak perlu datang ke
pelayanan kesehatan.Ny. Y mnolak transfuse darah karena ia dan keluarga percaya
bahwa menerima darah dari orang lain dilarang oleh agama. Klien tinggal berdua dengan
suaminya. Perawat menyarankan klien untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena
dikhawatirkan klien terkena anemia.

Penerapan proses keperawatan sesuai teori

1. Pengkajian
Nama KK : Tn. X (26 th)
Nama Klien : Ny. Y (19 th)
Alamat : Surabaya
Pekerjaan KK : Tukang Serabutan
Pekerjaan Klien : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan KK : SMP
Pendidikan Klien :SD
6

Pengkajian Sunrise Model


a. Faktor teknologi (technology factors)
Klien belum pernah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan selama hamil.
Klien mengatakan yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya dulu
tidak pernah ke pelayanan kesehatan dan hasilnya baik-baik saja. Klien hanya
membeli obat di warung ketika pusing dan lemas karena setelah minum obat
warung dan tidur, klien merasa sehat kembali sehingga tidak perlu datang ke
pelayanan kesehatan. Klien pernah dibawa ke rumah sakit ketika mengalami
anemia. Klien menolak diberikan transfusi darah karena meyakini bahwa
menerima darah dari orang lain dilarang oleh agama.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Klien dan suaminya aktif di pengajian dan kegiatan masyarakat lainnya. Klien
menolak diberikan transfusi darah karena meyakini bahwa menerima darah dari
orang lain dilarang oleh agama. Klien merasa sehat kembali sehingga tidak perlu
datang ke pelayanan kesehatan setelah minum obat warung dan tidur.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga


Klien biasa dipanggil Ny. Y oleh keluarganya. Klien seorang perempuan
berusia 19 tahun dengan status menikah. Klien berada di tahap perkembangan
keluarga dengan pasangan baru (beginning family). Pengambilan keputusan dalam
keluarga dipegang oleh suami. Klien dan suami rutin mengikuti pengajian dan
kegiatan masyarakat lainnya yang diadakan oleh lingkungannya.
d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways)
Klien dan suaminya sama-sama berasal dari suku Jawa. Klien dan suaminya
menggunakan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Klien mandi 2 kali
sehari. Klien makan segala jenis makanan. Tidak ada makanan pantangan
menurut kepercayaan klien selama hamil. Klien merasa mudah lelah setelah
melakukan aktivitas, seperti mencuci pakaian.
e. Faktor peraturan dan kebijakan (political and legal factor)
Klien dan suami akan memiliki anak pertama. Suami klien ingin memiliki
banyak anak karena kepemimpinan, banyak anak banyak rejeki. Klien dan suami
tidak ingin mengikuti KB dari pemerintah.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien tidak bekerja. Suami klien bekerja sebagai tukang bengkel untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
g. Faktor pendidikan (Educational factor)
Tn. X merupakan lulusan SMP dan Ny. Y lulusan SD. Klien pernah
mengalami anemia dan masuk rumah sakit. Namun klien tidak pernah mau
memeriksa kesehatannya ketika mengalami gejala anemia seperti pusing dan
lemas.
7

2. Diagnosa Keperawatan
a. Manajemen kesehatan tidak efektif
b. risiko intoleransi aktivitas
c. Defisit pengetahuan
d. Ansietas
e. Ketidakmampuan koping keluarga

3. Perencanaan keperawatan
1) Mengakomodasi/negosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations)
Apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan. Perawat bersikap tenang
dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien dan keluarga klien, mencoba
memahami kebudayaan klien sepanjang tidak memperburuk proses pengobatan
dan perawatan. Keluarga klien (suami) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengenai prosedur pengobatan medis dan perawatan tanpa
ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi terhadap informasi pengobatan
dan perawatan. Perawat mengakomodir budaya klien yang kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya tersebut bila budaya yang
dimiliki bertentangan dengan kesehatan seperti melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin dan menerima transfusi darah bila klien terdiagnosa anemia. Dalam
penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat) dalam memberikan
health education menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien. Libatkan
keluarga dalam perencanaan perawatan. Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik, dan bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat
interaksi dengan klien, serta mencoba memahami kebudayaan klien.

4. Implementasi keperawatan
Cultural Care Accommodation/ Negotiation
a. Kebiasaan Ny. Y tidak melakukan pemeriksaan kesehatan selama masa kehamilan
1) Kaji pengetahuan klien tentang masa kehamilan
2) Ajarkan pada klien tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan selama masa
kehamilan
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil
4) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
b. Kebiasaan meminum obat dari warung tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan
1) Kaji pengetahuan klien tentang obat-obatan yang dikonsumsi dari warung
2) Ajarkan pada klien tentang dampak negatif dari mengkonsumsi obat tanpa
diagnosis yang benar
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil
4) Berikan PENKES tentang efek mengkonsumsi obat- obatan secara berlebihan
bagi klien dan bayinya
8

c. Ketidaksiapan klien menjadi ibu


1) Kaji pengetahuan klien tentang perubahan peran menjadi seorang ibu
2) Ajarkan pada klien dan keluarga cara merawat kehamilan dan peran menjadi
orangtua
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil dan
mendapatkan gambaran ibu-ibu yang mengurus anaknya
4) Berikan PENKES tentang perubahan peran menjadi orang tua
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah pembahasan tersebut dapat terlihat bahwa Cultural Care Accomodation or
Negotiation ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek, budaya, nilai-nilai, norma dan agama.
3.2 Saran
Demikianlah Aplikasi Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam praktik
keperawatan kami buat, semoga dengan ada makalah ini, dapat memberikan wawasan
kepada para pembacanya dan diharapkan dapat meningkatkan proses asuhan
keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Barbara dan George M. Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta :UI-Press

Gutomo Priyatmono. 2007. Bermain dengan Kematian. Yogyakarta: Kanisius.

Koentjaroningrat.2000.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT. Rineka Cipta

10

Anda mungkin juga menyukai