Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Mata KuliahAntropologi Kesehatan.
Makalah ini juga bertujuan supaya pembaca dapat mengetahui dan memahami secara
jelas mengenai penerapan Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam praktik
keperawatan .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan
dengan baik tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Demikian
makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................ i
PENDAHULUAN
Teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau yang lebih
dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya membahas khusus culture,
culture care, diversity, universality, ethnohistory. Tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga
tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut.
Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan
keperawatan adalah teori Leininger tentang "transcultural nursing".
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring. nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini
diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional
memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam
praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan
pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua
kultur (Leininger, 1979). Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan
universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat
1
2
menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan, karena
kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan
tindakan. Cultur care adalah teori yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari
totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan
dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem profesional.
PEMBAHASAN
3
4
Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika
pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa
masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis
penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian
perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan
konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara
kuratif.Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah
penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di
kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti
akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh
lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa
Kreta, dan bangsa Minoans.Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta
teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Contoh kasus:
Sebuah keluarga baru yang terdiri dari Tn. X berusia 26 tahun dan Ny. Y 19 taun baru
menikah sekitar 6 bulan yang lalu. Saat ini Ny. Y sedang hamil dengan usia kandungan 3
bulan. Tn. X dan Ny. Y sama-sama dari suku Jawa. Saat ditanya perawat Ny. Y ia
menngatakan sering mual dan muntah sehingga ia malas untuk makan karena khawatir
akan muntah-muntah lagi setelah mkan. Ny. Y mengatkan bingung cara mengurus anak
karena ia masih muda dan belum ada pengalaman menjadi seorang ibu. Ketika
ditanyakan mengenai pemeriksaan kesehatan yang telah dilakukan, Ny. Y mengatakan
bahwa ia belum pernah memriksakan kandungannya ke pelayanan kesehatan karena
malas berpergian. Perawat juga berkesempatan bertemu suami Ny. Y dan dari hasil
pengkajian Tn. X mengatakan sngat berbahagia dengan kondisi istrinya yang sedang
mengandung dan mengatakan malasnya istrinya adalah hal yang wajar selama masa
hamil. Tn. X lulusan SMP dan Ny. Y lulusan SD. Tn. X bekerja sebagai tukang
serabutan. Tn. X dan Ny. Y aktf dalam pengajian dan kegiatan masyarakat lainnya. Ny.
Y Yakin kandungannya baik-baik saja karena orang tuanya dulu tidak pernah
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan tetapi semuanya baik-baik saja. Tn. X
mengatakan ingin memiliki banyak anak karena menurutnya, banyak anak banyak rejeki.
Pada saat pemeriksaan, klien mengeluh pusing dan lemas terutama setelah melakukan
pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci. Dari hasil pemeriksaan ditemukan bahwa TD
klien 90/70 mmHg, suhu 36,5°C, RR 18 x/menit, nadi 61 x/menit, BB 41 kg, TB 150
cm, klien tampak lemah dan pucat , rutin mandi 2 kali sehari. Ny. Y memiliki riwayat
anemia dan pernah sampai dibawah ke rumah sakit. Ny. Y mengatakan hanya membeli
obat diwarung ketika merasa pusing dan lemas karena etelah minum obat dari waruang
Ny. Y langsung tidur, klien merasa sehat kembali sehingga tidak perlu datang ke
pelayanan kesehatan.Ny. Y mnolak transfuse darah karena ia dan keluarga percaya
bahwa menerima darah dari orang lain dilarang oleh agama. Klien tinggal berdua dengan
suaminya. Perawat menyarankan klien untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena
dikhawatirkan klien terkena anemia.
1. Pengkajian
Nama KK : Tn. X (26 th)
Nama Klien : Ny. Y (19 th)
Alamat : Surabaya
Pekerjaan KK : Tukang Serabutan
Pekerjaan Klien : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan KK : SMP
Pendidikan Klien :SD
6
2. Diagnosa Keperawatan
a. Manajemen kesehatan tidak efektif
b. risiko intoleransi aktivitas
c. Defisit pengetahuan
d. Ansietas
e. Ketidakmampuan koping keluarga
3. Perencanaan keperawatan
1) Mengakomodasi/negosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations)
Apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan. Perawat bersikap tenang
dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien dan keluarga klien, mencoba
memahami kebudayaan klien sepanjang tidak memperburuk proses pengobatan
dan perawatan. Keluarga klien (suami) menjadi perantara perawat untuk dapat
memberikan informasi mengenai prosedur pengobatan medis dan perawatan tanpa
ada hambatan dari klien yang memiliki persepsi terhadap informasi pengobatan
dan perawatan. Perawat mengakomodir budaya klien yang kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya tersebut bila budaya yang
dimiliki bertentangan dengan kesehatan seperti melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin dan menerima transfusi darah bila klien terdiagnosa anemia. Dalam
penyelesaian masalah tersebut petugas kesehatan (perawat) dalam memberikan
health education menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien. Libatkan
keluarga dalam perencanaan perawatan. Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik, dan bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat
interaksi dengan klien, serta mencoba memahami kebudayaan klien.
4. Implementasi keperawatan
Cultural Care Accommodation/ Negotiation
a. Kebiasaan Ny. Y tidak melakukan pemeriksaan kesehatan selama masa kehamilan
1) Kaji pengetahuan klien tentang masa kehamilan
2) Ajarkan pada klien tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan selama masa
kehamilan
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil
4) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
b. Kebiasaan meminum obat dari warung tanpa konsultasi dengan petugas kesehatan
1) Kaji pengetahuan klien tentang obat-obatan yang dikonsumsi dari warung
2) Ajarkan pada klien tentang dampak negatif dari mengkonsumsi obat tanpa
diagnosis yang benar
3) Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatannya ke posyandu ibu hamil
4) Berikan PENKES tentang efek mengkonsumsi obat- obatan secara berlebihan
bagi klien dan bayinya
8
3.1 Kesimpulan
Setelah pembahasan tersebut dapat terlihat bahwa Cultural Care Accomodation or
Negotiation ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
mempertimbangkan aspek, budaya, nilai-nilai, norma dan agama.
3.2 Saran
Demikianlah Aplikasi Cultural Care Accomodation or Negotiation dalam praktik
keperawatan kami buat, semoga dengan ada makalah ini, dapat memberikan wawasan
kepada para pembacanya dan diharapkan dapat meningkatkan proses asuhan
keperawatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Barbara dan George M. Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta :UI-Press
10