Anda di halaman 1dari 20

Stategi Memulai Bisnis Syariah

MAKALAH
Disusun ntuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis Islam
Dosen Pengampu :
Ayuk Wahdanfiari Adibah, M.Sy

Disusun Oleh :
1. Tarisa Kafita Putri (126401202100)
2. Dina Nur Alfiana (126401203110)
3. Ika Octavia Wulandari (126401203112)
4. M. Helmy Mustaful A. (126401203119)

SEMESTER 3
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh.

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayah Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah di tetapkan. Makalah
tentang:”strategi memulai bisnis ” kami susun dengan penuh pertimbangan dan konseptual.
Tidak lupa shalawat serta salam kami ucapkan kehadirat Nabi Agung Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat Islam dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Tulisan ini bisa selesai karena kerja keras kelompok yang selalu semangat dan kompak.
Syukur alhamdulillah isi makalah ini sesuai dengan tugas yang di berikan dan dapat di
pertanggungjawabkan. Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
mendukung terselesaikannya makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag. Selaku rektor Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,
2. Ayuk Wahdanfiari Adibah, M.Sy,. Selaku dosen pembimbing mata kuliah pengantar
bisnis islam,
3. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini selalu bermanfaat untuk pihak manapun. Dengan adanya penyusunan
makalah ini, diskusi yang kami laksanakan dapat tercatat dengan rapi dan runtut. Sehingga jika
ada kesempatan lain kami dapat mempelajarinya kembali.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan. Jadi kritik dan saran
pembaca sangat kami butuhkan. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada penulisan
yang kurang sesuai.

Wassalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh.

Tulungagung, 01 September 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembahasan...............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Usaha Menurut Islam...........................................................................................6
2.2 Memulai Usaha Menurut Islam..............................................................................................7
2.3 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam.........................................................................................9
2.4 Islam Menganjurkan untuk Berwirausaha...........................................................................12
2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memulai Bisnis...................................................15
2.6 Pemanfaatan Peluang Usaha Secara Kreatif dan Inovatif.................................................16
2.7 Penyebab Utama Kegagalan Menangkap Peluang Usaha...............................................17
BAB II...........................................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................................20
3.1Kesimpulan...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sebelum memulai suatu usaha atau bisnis, seorang wirausaha harus merencanakan dengan
baik dan teliti, baik dari segi fisik dan rohani di samping pemilihan produk, lokasi, jenis bisnis,
pemilihan tenaga kerja, cara pemasaran, dan strategi menghadapi pesaing. Dengan berwirausaha
diharapkan seseorang mampu mandiri, membuka lapangan kerja bagi orang lain dan menjadi bos
bagi usahanya. Jadi dengan kata lain lebih baik membayar gaji karyawan dari pada menjadi
orang yang menerima gaji. Dari waktu ke waktu banyak orang membuka usaha. Beberapa di
antara mereka mampu bertahan dan bahkan berkembang, tetapi sebagian besar mengalami
kegagalan. Alasan perusahaan yang bermula dengan keberhasilan bukan karena pendirinya
mempunyai modal besar pada saat mengawali usaha mereka, hal itu disebabkan oleh kenyataan
bahwa perusahaan mereka dikelola oleh wirausahawan yang mengetahui apa yang mereka
kerjakan.1

Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius
untuk berwirausaha dan untuk menghindari factor-faktor yang menyebabkan kegagalan, serta
mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha. Rencana usaha
harus dibuat karena perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. Disamping itu pembuatan
rencana usaha menunjukkan sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha dan komitmen
yang kuat untuk menjalankan usahanya sehingga tidak mudah menyerah dan putus asa ketika
menghadapi setiap kendala dan resiko usaha. Oleh karena itu diperlukan suatu gerakan untuk
memberikan sosialisasi tentang cara untuk mampu memulai dan menyiapkan usaha baru. Hal
tersebut yang kemudian menjadikan penulis untuk membuat makalah tentang perencanaan bisnis
(business plan).

1
Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, Kewirausahaan, Metode, Manajemen dan Implementasi, BPFE,
Yogyakarta, 2005, hlm. 12.

4
Banyak wirausahawan lebih suka langsung meluncurkan perusahaan dan melihat apa
yang terjadi daripada menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk menentukan dan meneliti
target pasar, menentukan strategi dan merencanakan keuangannya.wirausahawan sering merasa
bahwa proses penyusunan rencana bisnis menjadi hal yang membosankan dan tak berguna.
Kecenderungan mereka adalah langsung memulai bisnis, mencoba beberapa pendekatan, dan
melihat mana yang berhasil. Menyusun sebuah rencana memang merupakan sebuah kerja keras,
namun demikian, itu merupakan kerja kerja keras yang banyak memberikan manfaat.

Para wirausahawan yang menginvestasikan waktu dan tenaga mereka untuk menyusun
rencana bisnisakan lebih siap menghadapi lingkungan yang tidak ramah tempat perusahaan
mereka bersaing, dibandingkan dengan dengan para wirausahawan yanag tidak memiliki rencana
bisnis. Meskipun menyusun rencana bisnis tidak menjamin kesuksesan, rencana bisnis ini akan
meningkatkan peluang untuk meraih kesuksesan dalam bisnis bagi para wirausahawan. Oleh
karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang “Menyusun rencana bisnis yang
unggul”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa usaha menurut syariah ?


2. Bagaimana cara memulai bisnis ?
3. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam memulai usaha syariah ?
4. Bagaimana peluang bisnis syariah ?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui dan memahami usaha menurut islam


2. Mengetahui dan memahami cara memulai bisnis
3.Mengetahui dan memahami hal hal yang harus diperhatikan dalam memulai usaha syariah
4. Mengetahui dan memahami peluang bisnis syariah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usaha Menurut Islam

Sejak zaman Rasulullah SAW umat Islam telah menggeluti dunia bisnis dan berhasil.
Banyak diantara para sahabat yang menjadi pengusaha besar dan mengembangkan jaringan
bisnisnya melewati batas teritorial Mekkah ataupun Madinah. Dengan berlandaskan ekonomi
syariah dan nilai-nilai keislaman, mereka membangun kehidupan bisnisnya. Tak terkecuali
dalam hal transaksi dan hubungan perdagangan, dalam hal manajemen perusahaan pun mereka
berpedoman pada nilai-nilai keislaman. Demikian juga dalam seluruh pengambilan keputusan
bisnisnya, pengembangan sangat diperlukan guna mencapai tujuan bisnis.

Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja dan berusaha, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dimanage sedemikian rupa untuk kelancaran usahanya yaitu dalam segi
produksinya, marketingnya, pendaan, personil, fungsi lain, bidang keuangan, bidang produksi
dan pemasaran, dan lain-lain. Namun yang tak kalah sulit dalam dunia bisnis adalah merintis
usaha baru , ada beberapa strategi dalam merintis usaha baru dan kerjasama yaitu harus bisa
membaca dan memanfaatkan peluang, potensi diri, motivasi yang tinggi, keberanian memulai.

Islam telah mengatur tata cara etika bisnis yang ideal sehingga tidak merugikan salah satu
pihak ataupun bagi keduanya, yang mana dalam hal ini Islam selalu mengedepankan prinsip
keadilan dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam setiap kegiatan bisnis dengan berpedoman
pada Q.S. Al-Baqarah ayat 188 yang menyebutkan “Dan janganlah sebahagian kamu memakan
harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil”. Adapun dalam perspektif
fiqh keuangan istilah bisnis dalam Islam secara lazim disebut dengan istilah tijarah yaitu
pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan, yang mana dalam bisnis syariah pencarian
keuntungan tersebut bukanlah semata-mata hanya terfokus pada sudut pandang materil saja,
melainkan juga meliputi pada usaha untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT dalam
menjalankan bisnis tersebut, oleh karena itu bisnis syariah pada hakikatnya megnacu pada makna

6
bisnis yang berpedoman pada Al-Quran yang tidak hanya memuat hal-hal yang bersifat materil
namun justru juga mengarah pada hal-hal yang bersifat immateril.

2.2 Memulai Usaha Menurut Islam

Memulai usaha tentu saja menjadi perkara yang sulit jika manusia memikirkan kesulitan
tersebut tanpa solusi. Namun, tentu saja hal ini menjadi mudah jika memang sudah bertekad dan
memiliki tujuan yang kongkrit. Untuk itu, memulai usaha berada di titik-nol, maka manusia
harus bergerak dan maju untuk bisa menuai hasilnya. Memulai usaha tentu saja menjadi perkara
yang sulit jika manusia memikirkan kesulitan tersebut tanpa solusi. Namun, tentu saja hal ini
menjadi mudah jika memang sudah bertekad dan memiliki tujuan yang kongkrit. Untuk itu,
memulai usaha berada di titik-nol, maka manusia harus bergerak dan maju untuk bisa menuai
hasilnya.

1. Meluruskan Niat
Niat adalah awal dari segala hal. Niat yang baik akan membuatkan hasil yang
baik. Niat yang buruk maka hasilnya pun pasti akan buruk. Untuk itu, dalam islam niat
adalah awal dari segala aktivitas. Termasuk dalam ibadah pun niat adalah yang
mengawalinya. Niat yang baik adalah pondasi dari amal perbuatan. Jika niatnya baik
usaha amalnya juga baik, sebaiknya jika niatnya rusak, maka amalnya juga rusak,
sebagaimana hadits Rasulullah berikut ini: “Sesungguhnya amalan itu tergantung pada
niatnya. Dan seseorang sesuai dengan apa yang ia niatkan”. (HR. Bukhari)
Ketika akan memulai usaha maka luruskanlah dulu niat yang kita miliki juga
sesuai dengan Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dan Tujuan Ekonomi Islam. Niat usaha
sebaiknya karena memang ingin mendapatkan rezeki yang halal dan jauh dari dana yang
haram atau proses yang haram. Niat karena Allah, mencari rezeki yang halal, dan
memberikan manfaat yang banyak adalah hal yang harus dimiliki oleh umat muslim
ketika akan memulai sebuah usaha.
2. Membulatkan Tekad
Kebulatan tekad adalah benar-benar menguatkan diri atas niat yang dimiliki. Niat
saja tidak cukup, maka butuh tekad untuk bisa memulai dan bergerak. Dengan adanya
tekad yang kuat maka segala tantangan dan hambatan apapun akan diterjang.

7
Tekad dalam sebuah usaha tentu berusaha untuk dapat menghasilkan keuntungan
yang halal namun tidak meninggalkan prinsip-prinsip islam di dalamnya. Untuk itulah,
kebulatan tekad sangat dibutuhkan dalam memulai usaha. Selain itu, tekad juga harus
sesuai dengan Transaksi Ekonomi dalam Islam, Ekonomi Dalam Islam, dan Hukum
Ekonomi Syariah Menurut Islam.
3. Mencari Produk atau Usaha yang Jelas Kehalalalannya
Untuk memulai sebuah usaha menurut islam juga dibutuhkan pengetahuan
tentang halal haramnya suatu usaha dan produk atau layanan yang akan dijual. Usaha
yang halal tentu berasal dari jasa atau produk yang hendak di jual apakah sesuai dengan
islam atau tidak.
Produk yang halal tentu saja jauh dari makanan yang diharamkan islam seperti
babi, atau hewan haram lainnnya, minuman yang berakohol, narkoba dan juga jasa yang
mendekatkan judi atau usaha yang sangat spekulasi, dan riba.
4. Mencari Partner yang Satu Visi
Dalam memulai usaha hendaknya juga memiliki partner yang dapat sesuai dengan
visi atau tujuan yang kita capai. Usaha terkadang bisa gagal karena partner yang kurang
sesuai dengan kebutuhan usaha. Untuk itu, partner yang memiliki tujuan yang sama
adalah hal yang harus dipersiapkan dan dicari sejak akan memulai sebuah usaha. Diskusi
dan membangun kesepakatan adalah hal penting yang harus dilakukan. Visi ini tentu saja
tidak boleh bertentangan dengan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia
, Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia
Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .
5. Menentukan Strategi yang Tepat
Ketika memulai usaha, tentukan pula strategi yang tepat. Dalam islam tentu saja
strategi ini harus dibuat dengan cara yang fair dan tidak merusak kepentingan orang lain.
Kompetisi yang sehat juga harus dilakukan oleh seorang muslim, bukan justru
menjatuhkan dan mencari jalan jalan yang licik dalam kompetisi suatu usaha.
6. Bersyukur
Wirausaha muslim adalah wirausaha yang selalu bersyukur kepada Allah.
Bersyukur merupakan konsekuensi logis dari bentuk rasa terimakasih kita atas nikmat-
nikmat yang sudah Allah berikan selama ini, hal ini akan selalu diingatnya, karena Allah

8
sudah mengingatkannya dalam Al-Quran: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih".(QS. Ibrahim:7)
7. Kerja sebagai ibadah
Islam memposisikan bekerja sebagai kewajiban kedua setelah sholat. Oleh karena
itu apabila dilakukan dengan ikhlas, maka bekerja bernilai ibadah dan mendapat pahala.
Dengan bekerja kita tidak saja menghidupi diri kita sendiri, tetapi juga menghidupi
orang-orang yang ada dalam tanggungan kita bahkan bila kita sudah berkecukupan dapat
memberikan sebagian dari hasil kita untuk menolong orang lain yang memerlukan.
8. Menjaga aturan syariah
Islam memberikan keleluasaan kepada kita untuk menjalankan usaha ekonomi,
perdagangan atau bisnis apapun sepanjang bisnis (perdagangan) itu tidak termasuk yang
diharamkan oleh syariah Islam, sebagaimana hadits rasulullah SAW berikut: “Sembilan
dari sepuluh rezeki itu terdapat dalam usaha berdagang dan sepersepuluhnya dalam usaha
beternak”.(HR. Ibnu Manshurur)
9. Bersikap rendah hati dan menghindari kesombongan
Siapapun yang bergaul dengan kita-sebagai pembeli, pegawai, pemberi kerja, dan
sebagainya-tidak menyukai orang yang sombong karena ketika disombongi, ia akan
merasa direndahkan harga-dirinya. “janganlah sekali-kali kamu menunjukkan
pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa
golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati
terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orangorang yang beriman” (Al-
Hijr: 88)

2.3 Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

1. Kesatuan (unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan
keseluruhan aspek aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi
keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang
menyeluruh. Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama,ekonomi,dan sosial
9
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi
terpadu, vertikal maupun horisontal,membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam
sistem Islam.2

2. Keseimbangan (keadilan)

Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis,Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak
terkecuali pada pihak yang tidak disukai.Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-
Maidah:8. Keseimbangan atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam yang
berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita
lihat pada alam semesta mencerminkan keseimbangan yang harmonis. Dengan demikian
keseimbangan, kebersamaan, kemoderatan merupakan prinsip etis mendasar yang harus
diterapkan dalam aktivitas maupun entitas.

3. Kehendak Bebas

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam,tetapi kebebasan itu
tidak merugikan kepentingan kolektif.Kepentingan individu dibuka lebar.Tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala
potensi yang dimilikinya.Sampai pada tingakat tertentu, manusia dianugerahi kehendak bebas
untuk memberi arahan dan membimbing kehidupannya sendiri sebagai khalifah di muka bumi al-
Baqarah, 2:30. Berdasarkan prinsip kehendak bebas ini, manusia mempunyai kebebasan untuk
membuat suatu perjanjian termasuk menepati janji atau mengingkarinya. Tentu saja seorang
muslim yang percaya kepada kehendak Allah akan memuliakan semua janji yang dibuatnya.

4. Pertanggungjawaban
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal mustahil, lantaran tidak menuntut tanggung jawab.
Menurut Al-Ghozali, konsep adil meliputi hal bukan hanya equilibrium tapi juga keadilan dan
pemerataan. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggung

2
 Syed Nawab Naqvi. Ethict and Eco- nomics: An Islamic Syntesis, diterjemahkan  oleh  Husin  Anis:   Etika dan

Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami,  Bandung: Mizan, 1993. Hal. 50-51

10
jawabkan tindakannya. Allah menekankan konsep tanggung jawab moral tindakan
manusia,3Karena itu menurut Sayyid Qutub prinsip pertanggungjawaban Islam adalah
pertanggungjawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa
dan raga, antara person dan keluarga,individu dan sosial antara suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.4

5. Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran


Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan,
mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran
dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses
mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau
menetapkan keuntungan. Adapun kebajikan adalah sikap ihsan,yang merupakan tindakan yang
dapat memberi keuntungan terhadap orang lain.Dalam al-Qur’an prinsip kebenaran yang
mengandung kebajikan dan kejujuran dapat diambil dari penegasan keharusan menunaikan atau
memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis Termasuk ke dalam kebajikan dalam bisnis
adalahsikap kesukarelaan dan keramahtamahan. Kesukarelaan dalam pengertian, sikap suka-rela
antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis. Hal ini
ditekankan untuk menciptakan dan menjaga keharmonisan hubungan serta cinta mencintai antar
mitra bisnis. Adapun kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan
tanpa adanya penipuan sedikitpun. Sikap ini dalam khazanah Islam dapat dimaknai dengan
amanah. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku
preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan
transaksi ,kerjasama atau perjanjian dalam bisnis. Dari sikap kebenaran, kebajikan dan kejujuran
demikian maka suatu bisnis secara otomatis akan melahirkan persaudaraan, dan kemitraan yang
saling menguntungkan, tanpa adanya kerugian dan penyesalan.

3
Q.S. al-Baqarah:123-124
4
Haris Hidayatullah, Op. Cit.

11
2.4 Islam Menganjurkan untuk Berwirausaha

Rasulullah menganjurkan agar orang muslim dapat berwirausaha. Seperti yang sudah kita
ketahui bahwa dahulu Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pedagang atau wirausaha.
Nabi menilai aktivitas berwirausaha adalah hal yang manfaat bagi orang banyak. Disamping
berwirausaha, Nabi mengemban jujur buat berdakwah dan menyebarkan ajaran islam. Kita
sebagai umat muslim hendaknya mengikuti langkah Rasulullah dan sebagai suri tauladan dalam
kehidupan.

Allah SWT telah mengingatkan umat manusia agar segala pekerjaan yang akan
dilakukan, dikoordinasi dengan kompak, disiplin, dan saling bekerja sama agar bisa terbangun
sistem kerja yang kokoh dan tidak goyah oleh berbagai macam rintangan yang akan dihadapi,
laksana bangunan yang tersusun dengan kokoh dan rapi seperti dalam surah Ash-Shaf ayat 4. 5

Pentingnya melakukan wirausaha sinkron anjuran Rasulullah ini agar membuat seseorang
tumbuh sebagai sosok yang lebih unggul. Selain itu, berwirausaha mencerminkan kerja keras yg
akan menambah pelajaran penting dalam hidup. Kita dianjurkan sang Rasulullah buat
berwirausaha di usia muda. Seiring berjalannya waktu, dengan berwirausaha Kita akan mencicipi
hasilnya. Namun memang nir gampang buat mendapatkan hasil secara instant. Pada
berwirausaha pun niscaya ada hambatan atau tantangan yang wajib dihadapi.

Kita sebagai manusia telah diberi karunia berupa akal, panca indera, & potensi. Maka kita
harus memaksimalkan semua yang sudah Allah beri dengan sebaik mungkin. Salah satunya buat
memaksimalkan diri dalam hal berwirausaha. Dalam kepercayaan Islam sendiri terdapat
beberapa usaha yang dianjurkan agar bisa membawa berkah.

Kewirausahaan dalam Perspektif Islam Allah SWT menganjurkan umat Islam untuk
mencukupi kebutuhannya dan tidak bergantung pada pihak lain. Ini berarti bahwa Islam tidak
hanya memenuhi kebahagiaan rohani, kebahagiaan jiwa dan kebahagiaan spiritual, semuanya
menuju satu kebahagiaan hidup dialam akhirat. Islam juga memperhatikan pentingnya
mencapai kebahagiaan hidup di dunia ini.

5
Hendra Safri, “Manajemen dan Organisasi Dalam Pandangan Islam”, dalam
https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/kelola/article/download/437/337, diakses 31 Agustus 2021

12
Dengan tegas Islam tidak pernah melarang umat menjadi kaya. Malah
sebaliknya Islam memperingatkan agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan (Farid, 2017).
Kewirausahaan menggambarkan segala aktivitas yang dilakukan baik individu atau kelompok
untuk membuat produk yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Kewirausahaan
merupakan kegiatan yang dilakukan manusia guna mendapatkan penghasilan atau
rezeki yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya. Ini bisa
dilakukan dengan cara mengelola secara efektif dan efisien sumber daya ekonomi yang
ada. (Norvadewi, 2015).

Wirausaha dalam Islam ada beberapa prinsip wirausaha Rasulullah adalah (Farid, 2017):

1. Kerelaan dalam Usaha Perdagangan Dalam Islam

Perdagangan harus dilakukan dengan kerelaan antara kedua belah pihak, tidak boleh
ada keterpakasaan dari setiap pihak.

2. Keadilan Dalam Islam

Keadilan sangat penting ketika seseorang melakukan kegiatan perdagangan. AllahSWT


memerintahkan kita selaku umat muslim untuk menimbang dan mengukur timbangan
atau takaran dengan benar.

3. Akhlak yang Mulia

Seorang pedagang harus memiliki sifat dan akhlak yang baik. Akhlak menggambarkan
sikap seseorang yang ditunjukkan melalui perbuatan sehingga dapat mencerminkan sikap
yang baik atau buruk. Baik buruk pekerjaan seseorang ditentukan akhlak yang
dimilikinya.

4. Transaksi Perdagangan

Ada 3 hal dalam Islam yang dibutuhkan untuk melakukan suatu traksaksi, yaitu :
(Farid, 2017)

 Akad atau transaksiAkad transaksi merupakan isi dan tujuan dari perjanjian.
Bentuk kata-kata dalam jual beli, yaitu penjual mengucapkan bahwa ia menjual
(ijab) dan pembeli harus mengucapkan bahwa ia membeli atau menerima (Qabul).

13
 Objek transaksiObjek transaksi adalah barang yang akan diperjualbelikan. Barang
yang menjadi objek transaksi adalah tertentu, baik jenis, sifat, dan jumlahnya.
 Subjek transaksiSubjek transaksi adalah orang yang melakukan transaksi jual
beli. Syarat bagi orang yang menjadi subjek transaksi menurut Islam yaitu:
dewasa (baligh), sehat akal dan mental (tidak gila), atas kehendak sendiri,
bukan karena paksaan orang lain, boleh menggunakan hartanya.

Adapun motivation (motivasi) yang mendorong seseorang untuk berwirausaha dalam


perdagangan menurut ajaran Islam, yaitu :

a) Berdagang Buat Mencari Untung Salah satu tujuan menjalankan kegiatan perdagangan
adalah ingin memperoleh keuntungan (laba). Tetapi terkadang ada sebagian orang
yang berupaya mencari keuntungan dengan cara yang tidak baik. Hal seperti ini
sangat dilarang oleh Agama Islam. Rasulullah SAW bersabda :Artinya :”sesungguhnya
Allah menyukai kemudahan dalam menjual dan membeli, dan dalam menagih
haknya (dari orang lain).” (H.R. Tirmidzi).
b) Berdagang Adalah Hobi Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para
pedagang dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-
baiknya dengan berbagai upaya salah satunya dengan open display, windor
display, interior display close display.
c) Berdagang Adalah IbadahDalam Islam, berdagang merupakan salah ibadah kepada
AllahSWT. Apa yang kita lakukan di dunia ini harus kita niatkan semata-mata untuk
beribadah kepada AllahSWTsehingga AllahSWTmemberikan keberkahannya.
Berwirausaha adalah upaya yang dilakukan untuk mendapatkan rezeki. Dengan
berwirausaha kita bisa membantu orang lain dengan memberikan peluang kerjadan kita
juga bisa melakukan kebaikan lainnya.
d) Perintah Kerja Keras Motivasi seseorang untuk bekerja dengan sungguh-
sungguh bisa timbul dari kemauannya untuk bekerja keras. Allah SWT
memerintahkan kita untuk bertawakal dan bekerja keras, semua itu harus dilakukan
agar kita berhasil dan mampu mengubahnasib menjadi lebih baik dan
senantiasaberdoa meminta pertolongan kepada AllahSWT, karena hanya Allah SWT
yang bisa menentukan bagaimana akhir dari segala usaha yang dilakukan.

14
e) Perdagangan/Berwirasuaha Pekerjaan Mulia Dalam IslamBerdagaang/berwirausaha
merupakan pekerjaan yang mulia dalam Islam. Rasulullah SAW
bersabda:Artinya :“Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?”
Beliau Bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap
jual beli yang mabrur (diberkahi).” (H.R. Ahmad)6

2.5 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Memulai Bisnis

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah niat. “Sesungguhnya amal perbuatan


tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia
niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala
hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin
diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan
apa yang ia niatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dari hadist tersebut dapat dipelajari bahwa
apa yang akan didapatkan manusia dari usahanya bergantung pada niat ia melakukan usaha
tersebut. Apabila kita memulai bisnis dengan niat mendapatkan ridha Allah SWT agar dapat
menafkahi hidup dan membawa kebaikan, niscaya apa yang didapatkan tidak hanya sekedar
materi yang bernilai di dunia namun juga di akhirat.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah mampu memecahkan tiga masalah inti dalam
ekonomi. Masalah yang pertama adalah memutuskan apa yang akan diproduksi, dalam
menyelesaikan masalah ini kita seharusnya memperhatikan produk apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat, dan mempertimbangkan manfaat dari produk yang semestinya memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Masalah yang kedua adalah memastikan bagaimana cara untuk
memproduksi produk tersebut. Dalam menyelesaikan masalah ini sangat penting untuk
mengawasi bahan baku, proses, sampai hasil akhir produk tersebut halal atau tidak termasuk
dalam hal dan perbuatan yang dilarang dalam hukum Islam juga berkualitas baik. Masalah yang
terakhir adalah memastikan produk tersebut terdistribusi kepada masyarakat yang menjadi target
produksi, sehingga penentuan harga dapat disesuaikan dengan semua lapisan masyarakat, bahkan
lebih baik apabila tidak ada intervensi dalam menentukan harga (apabila sudah terbentuk dalam
pasar)
6
Zulkifli dan Nur Meifiani, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Mahasiswa Prodi Ekonomi
Syariah Universitas Islam Riau”, dalam https://journal.uir.ac.id/index.php/tabarru/article/view/7334/3409, diakses
31 Agustus 2021

15
Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah memperhatikan etika dalam berbisnis. Hal yang paling
utama adalah selalu berperilaku jujur. Karena dengan kejujuran, masyarakat akan memberikan
kepercayaan, dimana tidak mudah mendapatkannya. Dengan berperilaku jujur pun dapat
mengurangi gharar (ketidak jelasan) yang dilarang dalam hukum Islam. Selain itu, jujur juga
diterapkan dalam menghitung timbangan ataupun apabila ada kecatatan dalam produk sehingga
hal tersebut menunjukkan perilaku adil terhadap konsumennya. Sebagaimana dalam Islam
kecurangan dan berperilaku tidak adil sangat dilarang.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah produk yang dijual merupakan barang halal mulai dari
dzatnya itu sendiri sampai proses mendapatkannya. Selain itu, produk tersebut adalah barang
yang dimiliki sendiri atau bukan kepemilikan orang lain, sehingga akad jual beli yang terjadi sah.
Selanjutnya sesuai dengan Q.S. Al-Munafiqun ayat 9, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” Sebagai orang yang beriman
jangan sampai bisnis yang dijalankan menghambat dalam beribadah, apabila diniatkan dengan
benar apa yang sedang dikerjakan akan menjadi ibadah juga namun dalam artian tidak sampai
melalaikan ibadah wajibnya.

2.6 Pemanfaatan Peluang Usaha Secara Kreatif dan Inovatif

Wirausaha yang kreatif adalah wirausaha yang cepat menangkap peluang yang muncul
dari suatu kondisi lingkungan disekitarnya, yang tidak pernah melewatkan waktunya dengan sia-
sia. Orang yang kreatif akan memandang barang yang oleh orang kebanyakan dianggap tidak
berguna, menjadi sangat berguna dan mempunyai nilai jual. Orang yang kreatif tidak akan ikut
dalam deretan panjang pencari kerja, karena dia sendiri yang akan menciptakan lapangan
pekerjaan untuk dirinya dan orang lain. Misalnya:

1. Memanfaatkan barang yang disediakan oleh alam, misalnya: membuat kerajinan dari tanah
liat.

2. Memenfaatkan kejadian/peristiwa yang ada, misalnya: berjualan aneka minuman seperti es


buah/kelapa, es teler pada waktu misim kemarau, dan sebagainya.

16
Untuk menggali peluang usaha atau bisnis, setiap orang harus berpikir secara positif dan kreatif,
yaitu:

a) Harus percaya dan yakin bahwa usahanya bisa dilaksanakan.


b) Mau menerima gagasan baru dalam dunia bisnis.
c) Sering bertanya pada diri sendiri.
d) Bersedia mendengarkan saran dari orang lain.
e) Mempunyai etos kerja yang tinggi
f) Pandai dan terampil berkomunikasi

Inovatif adalah suatu temuan baru yang menyebabkan berdaya gunanya suatu produk atau jasa
kearah yang lebih produktif. Beberapa faktor yang mendorong untuk melakukan inovasi dalam
usaha antara lain keinginan untuk berprestasi, adanya sifat penasaran atau keinginan untuk
menanggung resiko, faktor pendidikan, pengalaman dan adanya peluang.

Adapun tujuan mengadakan inovasi dalam usaha adalah sebagai berikut:

a) Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat.


b) Untuk menyesuaikan selera masyarakat.
c) Untuk menyesuaikan perkembangan teknologi.
d) Untuk memuaskan konsumen.
e) Untuk menarik konsumen

2.7 Penyebab Utama Kegagalan Menangkap Peluang Usaha

Ada beberapa penyebab utama seseorang gagal menangkap peluang bisnis yang ada, yaitu:

1. Dalam berusaha sering bersikap bagai buih sabun (semangat di awalnya saja) setelah itu
mulai putus asa dan menyerah

2. Dalam berusaha sering sekedar ikut-ikutan

3. Kurang dedikasi atau tidak sepenuh hati menekuni bisnis yang sedang dirintis

4. Perencanaan pengelolaan keuangan yang buruk

17
5. Pengalaman manajemen yang minim

6. Memilih lokasi awal uasah secara asal-asalan

7. Mengendalikan bisnis kurang konsisten/tidak teliti

8. Manajemen pitang tau penagihan yang tidak tegas

9. Kurang meyakini bahwa bisnis tersebut akan berhasil

18
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja dan berusaha, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dan dimanage sedemikian rupa untuk kelancaran usahanya yaitu dalam segi
produksinya, marketingnya, pendaan, personil, fungsi lain, bidang keuangan, bidang produksi
dan pemasaran, dan lain-lain. Namun yang tak kalah sulit dalam dunia bisnis adalah merintis
usaha baru , ada beberapa strategi dalam merintis usaha baru dan kerjasama yaitu harus bisa
membaca dan memanfaatkan peluang, potensi diri, motivasi yang tinggi, keberanian memulai.

Rasulullah menganjurkan agar orang muslim dapat berwirausaha. Seperti yang sudah kita
ketahui bahwa dahulu Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pedagang atau wirausaha.
Nabi menilai aktivitas berwirausaha adalah hal yang manfaat bagi orang banyak. Disamping
berwirausaha, Nabi mengemban jujur buat berdakwah dan menyebarkan ajaran islam. Kita
sebagai umat muslim hendaknya mengikuti langkah Rasulullah dan sebagai suri tauladan dalam
kehidupan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Machfoedz, Mas’ud dan Mahmud Machfoed.2005. Kewirausahaan, Metode, Manajemen dan


Implementasi. Yogyakarta : BPFE.

Naqvi, Syed Nawab.1993. Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami. Bandung : Mizan.

Mardiyatno. 2006. Jakarta : Yudhistira.

Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta : Selemba Empat.

Budiara, Kustoro,dkk. 2007. Pengantar bisnis. Medan

Haris Hidayatullah . diakses pada 10 November 2014 dari


http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116595&val=5316/

20

Anda mungkin juga menyukai