Uraian
Pada Kegiatan Belajar 1 telah diuraikan bahwa pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara mekanik, fisik, budidaya, kimiawi, hayati, dan genetik. Juga secara spintas
telah diuraikan bahwa untuk melakukan cara-cara pengendalian tersebut diperlukan
bahan dan alat. Misalnya untuk pengendalian mekanik diperlukan sabit, parang, dst.,
untuk pengendalian fisik diperlukan mulsa plastik hitam, untuk pengendalian budidaya
diperlukan benih, pupuk, air irigasi, cangkul, traktor, dst., untuk pengendalian kimiawi
diperlukan herbisida, sprayer, wadah pencampur herbisida, dst., untuk pengendalian
hayati diperlukan agen hayati, dst., dan untuk pengendalian hayati diperlukan benih
tanaman yang resisten terhadap kompetisi gulma. Sebagaimana diatur pada Pasal 4 PP
No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, ‘Perlindungan tanaman dilaksanakan
dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau
mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya
alam dan atau lingkungan hidup.’ Selanjutnya Pasal 12 menyatakan ‘Sarana pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan dalam rangka perlindungan tanaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 berupa: (a) alat dan mesin, (b) musuh alami, dan
(b) pestisida.’
pengendalian OPT lainnya, memang memerlukan sarana lebih daripada yang disebutkan
pada Pasal 12 PP No. 6 Tahun 1995. Uraian pada kegiatan belajar ini dibatasi pada sarana
yang disebutkan pada pasal tersebut, tetapi bukan berarti bahwa sarana yang diperlukan
dalam pengendalian gulma benar sebagaimana yang diatur pada pasal tersebut.
Musuh alami merupakan sarana pengendalian gulma secara hayati. Musuh alami
mencakup pemakan gulma yang hidup dan berkembang sendiri dan yang sengaja
dikembangkan dan dilepaskan ke alam (agen hayati). Musuh alami dan agen hayati gulma
mencakup berbagai golongan organisme sebagai berikut:
1) Serangga, tungau, dan nematoda, merupakan organisme yang sangat beraneka ragam
sehingga merupakan sumber musuh alami dan agen hayati yang sangat potensial.
Sebagian besar agen hayati gulma yang digunakan saat ini berasal dari golongan ini,
misalnya Cactobkzstis cactorum (serangga Lepidoptera untuk mengendalikan kaktus)
2) Jamur dan bakteri, merupakan golomgan organisme terpenting kedua sebagai musuh
alami dan agen hayati gulma dan telah diformulasikan sebagai bioherbisida. Contoh:
jamur karat Puccinia chondrillina untuk mengendalikan beberapa jenis gulma,
khususnya skeletonweed (Chondrilla juncea), jamur Collectotrichum gloesporioides
fsp. aescbynomene, untuk mengendalikan northern jointvetch (Aeschynomene
uirginica).
3) Ikan, digunakan untuk mengendalikan gulma perairan dan sebagai sumber pangan,
misalnya dengan memelihara ikan di sawah (minapadi) menggunakan jenis-jenis ikan
herbivor (tawes, Barbonymus gonionotus di Asia serta Tilapia rendalli dan T. zilli in
Afrika) atau jenis-jenis ikan algivor (T. mossambica di Asia). Ikan Tilapia rendalli
yang dilepas dengan kepadatan 300 ekor per ha 3 minggu setelah pemindahan bibit
dari pesemaian dapat ‘menyiangi’ gulma sampai sawah benar- benar bebas gulma.
4) Mamalia, digunakan untuk mengendalikan gulma melalui proses perumputan
(grazing) secara terkendali, terutama untuk gulma golongan rumput
5) Mikroorganisme alelopatik, meliputi tumbuhan dan mikroba, dapat digolongkan
sebagai musuh alami tetapi belum ada yang digunakan sebagai agen hayati
Gambar 5.10. Agen hayati gulma: (a) Larva serangga Lepidoptera, Cactoblastis cactorum,
untuk mengendalikan kaktus liar, (b) pustul jamur karat Puccinia chondrillina pada daun
skeletonweed (Chondrilla juncea), (c) ikan herbivor, tawes, Barbonymus gonionotus (sin.
Puntius javanicus). Sumber: (a) http://www.aphis.usda.
gov/plant_health/plant_pest_info/cactoblastis/pgallery.shtml, (b) http://mtwow.org/
Puccinia-chondrillina-1.html, (c) http://www.fishbase.org/
Tabel 5.6. Peran musuh alami dalam pengendalian hayati biji velvet leaf dan giant
ragweed pada budidaya jagung di Ohio, AS
Weed species Pre-dispersal Post-dispersal
velvetleaf scentless plant bug Niesthrea field mice (Mus spp.)
louisianica
velvetleaf seed Althaeus folkertsi slugs Arion subfuscus and
beetle Derocerus reticulatuma
corn earworm ground beetles Amara cupreolata
cutworm
giant ragweed fruit fly Diptera: Tephritidae field mice Mus spp.
2 weevils Coleoptera: ground beetle Harpalus pensylvanicus
Curculionidae
moth Lepidoptera:
Gelechiidae
Sumber: http://www.seedconsortium.org/PUC/pdf%20files/17-%20Seeds%20as%20the%20Target.pdf
Untuk mengaplikasikan herbisida dan musuh alami diperlukan berbagai alat dan mesin.
Alat yang peling penting untuk aplikasi herbisida, baik herbisida kimiawi maupun
bioherbisida, adalah alat semprot (sprayer). Alat semprot dapat digolongkan dengan
berbagai cara. Berdasarkan cara membawanya ketika menggunakan di lapangan
dinedakan menjadi alat semprot fortable dan alat semprot yang untuk menggerakkannya
membutuhkan bantuan traktor. Alat semprot fortable terdiri atas beberapa tipe:
1) Lever-operated knapsack sprayers. These are the most commonly used portable
sprayers and are fitted with one of two types of pump. Diaphragm pumps are a durable
option where applications are made through a single nozzle. They are also suitable
for multi-nozzle booms where low spraying pressures are adequate (1-2 bar) for
example, when spraying herbicides. Piston pumps are suitable for single- nozzle use
and are preferable to diaphragm pumps for multi-nozzle use where higher pressures
are required (up to 4 bar). Under-arm levers are preferable to over- arm levers except
where crop conditions impede the movement of the lever.
2) Motorized backpack sprayers. These units are a good option for use with multi-
nozzle booms where prolonged pumping, even with a piston machine, is not practical.
3) Compression sprayers. Compression sprayers are necessary where field conditions
make lever-operated machines impractical, for example on steep slopes and in dense
crop foliage. They are also used in grain stores to treat wall surfaces. NB: The output
from this type of sprayer declines during the pressure cycle unless a flow control
valve is fitted to the sprayer.
4) Motorized mist blowers. Motorized mistblowers are used where the spray cloud needs to be
projected vertically to treat trees, but may also be used to spray horizontally for row and bush
crop spraying. They can also be adapted for granule application. NB: Mistblowers are not
recommended for herbicide application.
5) Controlled droplet spplication sprayer/rotary atomizers. Rotary atomizers are
particularly useful and cost effective for the application of pesticides when large areas
of crop need to be treated quickly by hand, where water for high volume spraying is
scarce and where labour is in short supply. They employ small droplets and often rely
on controlled drift techniques to achieve their high work output.
(d) (e)
Gambar 5.11. Berbagai tipe alat semprot fortable: (a) Lever-operated knapsack sprayers,
(b) Motorized backpack sprayers, (c) Pressure/Compression sprayers, (d) Motorized mist
blowers, dan (e) Controlled droplet spplication sprayer/rotary atomizers
Komponen alat semprot fortable terdiri atas komponen tangki, tenaga pemyemprot, dan
komponen penyemprot. Tangki menyimpan campuran herbisida, komponen tenaga
penyemprot menyalurkan campuran dari tangki ke komponen penyemprot. Pada alat
semprot, tenaga penyemprot diperoleh dengan cara memompa tangki, sedangkan pada
alat semprot tenaga diberikan oleh mesin.
(a) (b)
Gambar 5.12. Komponen alat semprot: (a) Pressure/Compression sprayers dan (b)
Motorized mist blowers
Selain alat semprot fortable, untuk aplikasi herbisida pada areal yang luas digunakan
sprayer yang digandeng dengan traktor yang disebut boom sprayer. Pada dasarnya
komponen dan cara kerja alat semprot tipe ini sama dengan alat semprot fortable
bermesin, yang berbeda hanya penyaluran campuran herbisida yang tidak lagi
menggunakan selang melainkan menggunakan pipa melintang yang disebut boom.
(a) (b)
Gambar 5.13. Boom sprayer: (a) komponen dan (b) penggandengan dengan traktor
Bagian penting pada komponen penyemprot semua alat semprot adalah nozzle, yaitu
lubang-lubang kecil pada ujung komponen semprot yang menentukan ukuran butiran
semprot dan pola pelepasan butiran semprot yang dihasilkan alat semprot. Terdapat
berbagai tipe nozzle, masing-masing sesuai untuk kebutuhan penyemprotan tertentu.
Untuk alat semprot portable bertenaga pompa, tipe nozzle yang lazim digunakan adalah:
1) Solid-cone Nozzle. This nozzle sprays a circular (conical) pattern of droplets, which
are evenly distributed over the whole circle with the centre being filled too. It
typically produces smaller spray angles and larger droplets and so is used for spot
treatments of herbicides or situations where greater downward penetration of spray is
required, but tends to be used mainly for tractor boom spraying.
2) Hollow-cone Nozzle. This nozzle produces a circular pattern with almost no spray
droplets in the centre. They are best suited to spraying crop foliage because droplets
approach the leaves from more directions giving good coverage over the many
different target surfaces in a crop. This means they are most commonly used for
insecticide and fungicide spraying in crops.
3) Regular Flat-fan Nozzle. This nozzle with a flat spray-tip sprays a narrow oval pattern
with lighter (tapered) edges. The narrow droplet pattern makes the nozzle ideal for
spraying flat surfaces. It is suited for the application of herbicides and for spraying
walls for vector control.
4) Even Flat-fan Nozzle. This nozzle with an even spray-tip provides uniform
distribution across the entire width of the spray band. The even pattern makes it
suitable for band spraying in pre- and postemergence herbicide application and for
the spraying of walls.
5) Flood-jet Nozzle. Also called as deflector, impact or anvil, produces a wide-angle
flat-fan spray pattern. More droplets land at the outer edges of the fan and the pattern
is rather uneven. Impact nozzles are operated at low pressure for preand post-
emergence herbicide and liquid fertilizer applications. At high pressure, very small
droplets can be produced.
Tipe nozzle yang lazim digunakan pada alat semprot tipe lainnya adalah:
1) Turbo flood nozzle dan TurfJet nozzles. TurboJet nozzle is modeled after the Turbo
flood nozzle, which is used for agricultural field crops. The major difference is that
the TurfJet nozzle incorporates a larger orifice to accommodate heavier application
volumes, which are common in the turf industry.
2) Hollow-cone nozzles are generally used to apply insecticides or fungicides to field
crops when foliage penetration and complete coverage of leaf surfaces are required.
These nozzles operate at pressures ranging from 40 psi to 100 psi. Spray-drift
potential is higher from hollow-cone nozzles than from other nozzles due to the small
droplets produced.
3) The wide-angle, full-cone nozzles produce large droplets. Full-cone nozzles, which
are recommended for soil-incorporated herbicides, operate at pressures between 15
psi and 40 psi. Optimum uniformity is achieved by angling the nozzles 30 degrees
and overlapping the spray coverage by 100 percent.
Pemilihan nozzle dilakukan dengan mempertimbangkan teknik dan waktu aplikasi
herbisida yang akan dilakukan serta alat semprot yang tersedia.
Gambar 5.15. Distibusi butiran semprot ditentukan oleh ukuran butir semprot dan volume
cairan semprot per satuan luas
Latihan
Kunjungi situs: http://bulletin.ipm.illinois.edu/pastpest/articles/200002j.html, http://
www.extension.umn.edu/distribution/cropsystems/DC3885.html dan http://ohioline.osu.
edu/for-fact/0020.html dan pelajari contoh cara menghitung dosis aplikasi herbisida yang
diberikan.
Rangkuman
Untuk mengendalikan gulma dengan menggunakan cara-cara pengendalian yang telah
ditetapkan diperlukan sarana untuk melakukan aplikasi. Menurut PP No. 6 Tahun 1995,
sarana perlindungan tanaman terdiri atas alat dan mesin, pestisida, dan musuh alami.
Sesuai dengan cara pengendalian gulma, sarana pengendalian yang diperlukan
sebenarnya alat dan mesin, pestisida, dan musuh alami, tetapi juga bahan dan peralatan
lain. Herbisida merupakan bahan beracun sehingga harus dipilih sebagai alternatif
terakhir dalam pengendalian gulma. Dalam penggunaan herbisida perlu diperhatikan
formulasi dan dosis aplikasi yang direkomendasikan serta alat semprot yang akan
digunakan untuk melakukan aplikasi. Bila memungkinkan, pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan menggunakan musuh alami maupun agen hayati.
Glosarium
formulasi herbisida: campuran bahan aktif herbisida dengan bahan lain yang tidak
bereaksi disertai dengan kandungan bahan aktif yang bersangkutan
bahan aktif herbisida: bahan dalam formulasi herbisida yang bertanggung jawab
menimbulkan keracunan terhadap gulma
bahan pembawa: bahan yang dicapurkan dengan formulasi herbisida pada saat aplikasi
konsentrasi herbisida: jumlah bahan aktif herbisida per satuan volume alat semprot
dosis herbisida: jumlah bahan aktif herbisida yang harus diaplikasikan per satuan luas
lahan
alat semprot herbisida: alat yang digunakan untuk mengaplikasikan herbisida yang
diformulasikan cair
nama bahan aktif: nama senyawa bahan aktif herbisida