Anda di halaman 1dari 11

KEGIATAN BELAJAR 2:

SARANA DAN PELAKSANAAN PENGENDALIAN GULMA

Uraian
Pada Kegiatan Belajar 1 telah diuraikan bahwa pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan cara mekanik, fisik, budidaya, kimiawi, hayati, dan genetik. Juga secara spintas
telah diuraikan bahwa untuk melakukan cara-cara pengendalian tersebut diperlukan
bahan dan alat. Misalnya untuk pengendalian mekanik diperlukan sabit, parang, dst.,
untuk pengendalian fisik diperlukan mulsa plastik hitam, untuk pengendalian budidaya
diperlukan benih, pupuk, air irigasi, cangkul, traktor, dst., untuk pengendalian kimiawi
diperlukan herbisida, sprayer, wadah pencampur herbisida, dst., untuk pengendalian
hayati diperlukan agen hayati, dst., dan untuk pengendalian hayati diperlukan benih
tanaman yang resisten terhadap kompetisi gulma. Sebagaimana diatur pada Pasal 4 PP
No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, ‘Perlindungan tanaman dilaksanakan
dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau
mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya
alam dan atau lingkungan hidup.’ Selanjutnya Pasal 12 menyatakan ‘Sarana pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan dalam rangka perlindungan tanaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 berupa: (a) alat dan mesin, (b) musuh alami, dan
(b) pestisida.’

Sebagaimana telah disoroti pada Modul 4, peraturan perundang-undangan dalam bidang


perlindungan tanaman memang mempunyai banyak kerancuan yang membingungkan.
Pada bagian ini kembali dihadapi kerancuaan yang tidak masuk akan dan oleh karena itu
membingungkan. Pada Pasal 10 Ayat 2 disebutkan bahwa pengendalian OPT dilakukan
dengan menggunakan cara-cara fisik, mekanik, budidaya, biologi, genetik, kimiawi,
dan/atau cara lain yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Penggunaan cara-cara ini
tentu saja memerlukan sarana bukan hanya alat dan mesin,musuh alami, dan pestisida.
Pengendalian fisik memerlukan bahan bakar, baik kayu bakar maupun bahan bakar
minyak, pengendalian budidaya memerlukan benih, pupuk, air irigasi, dsb., pengendalian
kimiawi memerlukan ajuvan, pengendalian hayati dengan bioherbisida juga memerlukan
ajuvan, dan pengendalian genetik memerlukan tanaman yang resisten terhadap
kemampuan bersaing gulma. Pengendalian gulma, sebagaimana juga

Ilmu Gulma 109


Modul Matakuliah

pengendalian OPT lainnya, memang memerlukan sarana lebih daripada yang disebutkan
pada Pasal 12 PP No. 6 Tahun 1995. Uraian pada kegiatan belajar ini dibatasi pada sarana
yang disebutkan pada pasal tersebut, tetapi bukan berarti bahwa sarana yang diperlukan
dalam pengendalian gulma benar sebagaimana yang diatur pada pasal tersebut.

Herbisida merupakan sarana pengendalian gulma secara kimiawi. Herbisida mempunyai


bahan aktif sebagai bahan yang beracun bagi gulma yang dalam memformulasikannya
dan mengemasnya menjadi nama perdagangan tertentu dicampur dengan bahan tidak
bereaksi lain. Setelah herbisida diaplikasikan dengan terlebih dahulu menggunakan zat
pembawa tertentu dan dengan teknik sebagaimana yang telah diuraikan pada Kegiatan
Belajar 1, bahan aktif berentuhan dengan permukaan gulma, diserap, ditranslokasikan,
dan dimetabolisme sehingga sampai pada tempat kerja herbisida dalam proses
metabolisme gulma. Formulasi herbisida dapat digolongkan menjadi formulasi cair dan
formulasi padat, masing-masing dengan sejumlah nama formulasinya.

Tabel 5.5. Golongan dan nama formulasi herbisida kimiawi


Golongan Nama Formulasi Sing- Keterangan
Formulasi katan
Cair Emulsifiable EC An emulsifiable concentrate concentration formulation usually
Concentrate contains one or several petroleum solvents and an emulsifier that
allows the formulation to be mixed with water to form an opaque
or milky emulsion (water containing small droplets of oil). Active
ingredients that are not soluble in water are often formulated as
emulsifiable concentrates.
Flowable F/FL Contain active ingredients of insoluble solids, in which the finely
ground active ingredients are mixed with a liquid, along with inert
ingredients, to form a suspension (finely ground solids suspended
in a liquid system). Flowables are mixed with water, along with
emulsifiers, to form a concentrated emulsion. The particles are
smaller than those of a wettable powder. They require only
moderate agitation and seldom clog spray nozzles if mixed
thoroughly and agitated properly.
Water-Soluble S Contain active ingredients that dissolve readily and form a true
Concentrates solution when mixed with the appropriate carrier designated on
the label. Once the solution is dissolved in the spray carrier, no
further mixing or agitation is required. There are, however, a
limited number of herbicides being formulated as solutions. They
require wetting agents for maximum foliar activity.
Ultra-Low- ULV May approach 100% active ingredient. They are designed to be
Volume used as is or to be diluted with only small quantities of specified
Concentrates solvents. These special purpose formulations must be applied with
highly specialized equipment. The advantages and disadvantages
of liquid concentrates are similar to those of emulsifiable
concentrates.
Invert Emulsions Contain a water-soluble pesticide dispersed in an oil carrier, as
opposed to regular emulsions, in which water contains small
droplets of oil. Invert emulsion concentrations have the
consistency of mayonnaise and require a special kind of emulsifier
that allows the pesticide to be mixed with a large volume of
petroleum carrier, usually fuel oil. When applied, invert emulsions
form large droplets that do not drift easily.

Ilmu Gulma 110


Modul Matakuliah

Golongan Nama Formulasi Sing- Keterangan


Formulasi katan
Microencapsulated Consist of dry and liquid pesticide particles enclosed in tiny
formulations plastic capsules which are mixed in water and sprayed in the same
way other liquid formulations are. After spraying, the capsule
slowly releases the pesticide. The encapsulation process can
prolong the active life of the pesticide by providing timed release
of the active ingredient.
Padat Granular G formulations are produced by applying a liquid formulation of the
active ingredient to particles of absorptive materials such as clay,
corn cobs, or walnut shells. The active ingredient either coats the
outside of the granules or is absorbed into them. The amount of
active ingredient is relatively low, usually ranging from 1% to
15%.
Wettable Powders WP/W Dry, finely ground formulations that resemble dust. Unlike dusts,
however, they contain wetting and dispersing agents. Wettable
powders usually must be mixed with water for application as a
spray. Many can be directly dispersed in water, but the usual
recommendation is that they be mixed with water to form a slurry
prior to introduction into the spray tank. A few products, however,
may be applied either as a dust or as a wettable powder - the
choice is left to the applicator.
Soluble Powders SP As in WP, but the particles do not dissolve in water. They settle
out quickly unless constant agitation is used to keep them
suspended. Wettable powders are among the most widely used
formulations because they offer many advantages. Most WPs are
used as soil treatments; however, sometimes they are used on
foliage.
Dry Flowables DF, Like wettable powder formulations, except the active ingredient is
atau Water- WDG prepared as granule-sized particles. Water-dispersible granules
Dispersed must be mixed with water to be applied. They can be introduced
Granulars into the sprayer tank without making a slurry first. They disperse
without clumping and, in contrast to flowables (F or L), pour
cleanly from the container. Thus, they have handling advantages
over both flowables and wettable powders.
Pelletes P Dry formulations of herbicides and other components in discrete
particles that usually are larger than 10mm3. Pellets frequently are
used for spot applications and for range weed management.
Herbicide concentrations typically are 5 to 20%.
Formulasi Water-Soluble Used to reduce the mixing and handling hazards of herbicides.
baru Packets Pre-weighed amounts of wettable powder, soluble powder, or gel
formulations are packaged in water-soluble plastic bags. When the
bags are dropped into a filled spray tank, they dissolve and release
their contents to mix with the water.
Effervescent Developed to eliminate the problem of container rinsing and to
Tablets eliminate disposal problems altogether. The tablets can be broken
into small parts or used whole, depending on the size of the field
sprayed or the application rate recommended for different soil and
crop conditions. Once the tablet is dropped into the sprayer tank, it
dissolves in a short time. A moderate level of agitation is
recommended to provide a uniform distribution of active
ingredients released from the tablet throughout the spray tank.
Sumber: http://courses.cropsci.ncsu.edu/cs414/cs414_web/CH_6_2005.htm

Formulasi herbisida dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah penanganan


sehingga:

Ilmu Gulma 111


Modul Matakuliah

1) Memungkinkan menentukan konsentrasi dan dosis aplikasi. Angka yang


dicantumkan di depan singkatan formulasi menyatakan jumlah bahan aktif yang
dikandung dalam formulasi, misalnya 1,5EC berarti formulasi mengandung 1,5 kg
bahan aktif per L formulasi.
2) Memungkinkan untuk menentukan bahan pembawa yang tepat pada saat aplikasi
3) Memungkinkan pencampuran dua atau lebih pestisida dengan formulasi yang sesuai
4) Memungkinkan efikasi herbisida lebih baik karena menjadi lebih mudah mencapai
dan diabsorpsi gulma
5) Memudahkan penanganan dan penyimpanan tanpa mengalami pengurangan daya
racun
Mengingat bahan aktif yang sama dapat diformasikan dalam beberapa formulasi maka
untuk menentukan formasulasi yang tepat perlu dipertimbangkan: karakteristik fisik dan
biologi gulma sasaran, peralatan aplikasi yang tersedia, bahaya terjadinya lepas sasaran
semprot (spray drift) dan terbawa air limpasan (run-off), kemungkinan meracuni
tanaman, harga, penyimpanan, dan tipe ekosistem tempat aplikasi.

Musuh alami merupakan sarana pengendalian gulma secara hayati. Musuh alami
mencakup pemakan gulma yang hidup dan berkembang sendiri dan yang sengaja
dikembangkan dan dilepaskan ke alam (agen hayati). Musuh alami dan agen hayati gulma
mencakup berbagai golongan organisme sebagai berikut:
1) Serangga, tungau, dan nematoda, merupakan organisme yang sangat beraneka ragam
sehingga merupakan sumber musuh alami dan agen hayati yang sangat potensial.
Sebagian besar agen hayati gulma yang digunakan saat ini berasal dari golongan ini,
misalnya Cactobkzstis cactorum (serangga Lepidoptera untuk mengendalikan kaktus)
2) Jamur dan bakteri, merupakan golomgan organisme terpenting kedua sebagai musuh
alami dan agen hayati gulma dan telah diformulasikan sebagai bioherbisida. Contoh:
jamur karat Puccinia chondrillina untuk mengendalikan beberapa jenis gulma,
khususnya skeletonweed (Chondrilla juncea), jamur Collectotrichum gloesporioides
fsp. aescbynomene, untuk mengendalikan northern jointvetch (Aeschynomene
uirginica).
3) Ikan, digunakan untuk mengendalikan gulma perairan dan sebagai sumber pangan,
misalnya dengan memelihara ikan di sawah (minapadi) menggunakan jenis-jenis ikan
herbivor (tawes, Barbonymus gonionotus di Asia serta Tilapia rendalli dan T. zilli in
Afrika) atau jenis-jenis ikan algivor (T. mossambica di Asia). Ikan Tilapia rendalli
yang dilepas dengan kepadatan 300 ekor per ha 3 minggu setelah pemindahan bibit
dari pesemaian dapat ‘menyiangi’ gulma sampai sawah benar- benar bebas gulma.
4) Mamalia, digunakan untuk mengendalikan gulma melalui proses perumputan
(grazing) secara terkendali, terutama untuk gulma golongan rumput
5) Mikroorganisme alelopatik, meliputi tumbuhan dan mikroba, dapat digolongkan
sebagai musuh alami tetapi belum ada yang digunakan sebagai agen hayati

Ilmu Gulma 112


Modul Matakuliah

Gambar 5.10. Agen hayati gulma: (a) Larva serangga Lepidoptera, Cactoblastis cactorum,
untuk mengendalikan kaktus liar, (b) pustul jamur karat Puccinia chondrillina pada daun
skeletonweed (Chondrilla juncea), (c) ikan herbivor, tawes, Barbonymus gonionotus (sin.
Puntius javanicus). Sumber: (a) http://www.aphis.usda.
gov/plant_health/plant_pest_info/cactoblastis/pgallery.shtml, (b) http://mtwow.org/
Puccinia-chondrillina-1.html, (c) http://www.fishbase.org/

Tabel 5.6. Peran musuh alami dalam pengendalian hayati biji velvet leaf dan giant
ragweed pada budidaya jagung di Ohio, AS
Weed species Pre-dispersal Post-dispersal
velvetleaf scentless plant bug Niesthrea field mice (Mus spp.)
louisianica
velvetleaf seed Althaeus folkertsi slugs Arion subfuscus and
beetle Derocerus reticulatuma
corn earworm ground beetles Amara cupreolata
cutworm
giant ragweed fruit fly Diptera: Tephritidae field mice Mus spp.
2 weevils Coleoptera: ground beetle Harpalus pensylvanicus
Curculionidae
moth Lepidoptera:
Gelechiidae
Sumber: http://www.seedconsortium.org/PUC/pdf%20files/17-%20Seeds%20as%20the%20Target.pdf

Untuk mengaplikasikan herbisida dan musuh alami diperlukan berbagai alat dan mesin.
Alat yang peling penting untuk aplikasi herbisida, baik herbisida kimiawi maupun
bioherbisida, adalah alat semprot (sprayer). Alat semprot dapat digolongkan dengan
berbagai cara. Berdasarkan cara membawanya ketika menggunakan di lapangan
dinedakan menjadi alat semprot fortable dan alat semprot yang untuk menggerakkannya
membutuhkan bantuan traktor. Alat semprot fortable terdiri atas beberapa tipe:
1) Lever-operated knapsack sprayers. These are the most commonly used portable
sprayers and are fitted with one of two types of pump. Diaphragm pumps are a durable
option where applications are made through a single nozzle. They are also suitable
for multi-nozzle booms where low spraying pressures are adequate (1-2 bar) for
example, when spraying herbicides. Piston pumps are suitable for single- nozzle use
and are preferable to diaphragm pumps for multi-nozzle use where higher pressures
are required (up to 4 bar). Under-arm levers are preferable to over- arm levers except
where crop conditions impede the movement of the lever.

Ilmu Gulma 113


Modul Matakuliah

2) Motorized backpack sprayers. These units are a good option for use with multi-
nozzle booms where prolonged pumping, even with a piston machine, is not practical.
3) Compression sprayers. Compression sprayers are necessary where field conditions
make lever-operated machines impractical, for example on steep slopes and in dense
crop foliage. They are also used in grain stores to treat wall surfaces. NB: The output
from this type of sprayer declines during the pressure cycle unless a flow control
valve is fitted to the sprayer.
4) Motorized mist blowers. Motorized mistblowers are used where the spray cloud needs to be
projected vertically to treat trees, but may also be used to spray horizontally for row and bush
crop spraying. They can also be adapted for granule application. NB: Mistblowers are not
recommended for herbicide application.
5) Controlled droplet spplication sprayer/rotary atomizers. Rotary atomizers are
particularly useful and cost effective for the application of pesticides when large areas
of crop need to be treated quickly by hand, where water for high volume spraying is
scarce and where labour is in short supply. They employ small droplets and often rely
on controlled drift techniques to achieve their high work output.

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 5.11. Berbagai tipe alat semprot fortable: (a) Lever-operated knapsack sprayers,
(b) Motorized backpack sprayers, (c) Pressure/Compression sprayers, (d) Motorized mist
blowers, dan (e) Controlled droplet spplication sprayer/rotary atomizers

Ilmu Gulma 114


Modul Matakuliah

Komponen alat semprot fortable terdiri atas komponen tangki, tenaga pemyemprot, dan
komponen penyemprot. Tangki menyimpan campuran herbisida, komponen tenaga
penyemprot menyalurkan campuran dari tangki ke komponen penyemprot. Pada alat
semprot, tenaga penyemprot diperoleh dengan cara memompa tangki, sedangkan pada
alat semprot tenaga diberikan oleh mesin.

(a) (b)
Gambar 5.12. Komponen alat semprot: (a) Pressure/Compression sprayers dan (b)
Motorized mist blowers

Selain alat semprot fortable, untuk aplikasi herbisida pada areal yang luas digunakan
sprayer yang digandeng dengan traktor yang disebut boom sprayer. Pada dasarnya
komponen dan cara kerja alat semprot tipe ini sama dengan alat semprot fortable
bermesin, yang berbeda hanya penyaluran campuran herbisida yang tidak lagi
menggunakan selang melainkan menggunakan pipa melintang yang disebut boom.

(a) (b)
Gambar 5.13. Boom sprayer: (a) komponen dan (b) penggandengan dengan traktor

Bagian penting pada komponen penyemprot semua alat semprot adalah nozzle, yaitu
lubang-lubang kecil pada ujung komponen semprot yang menentukan ukuran butiran
semprot dan pola pelepasan butiran semprot yang dihasilkan alat semprot. Terdapat
berbagai tipe nozzle, masing-masing sesuai untuk kebutuhan penyemprotan tertentu.
Untuk alat semprot portable bertenaga pompa, tipe nozzle yang lazim digunakan adalah:

Ilmu Gulma 115


Modul Matakuliah

1) Solid-cone Nozzle. This nozzle sprays a circular (conical) pattern of droplets, which
are evenly distributed over the whole circle with the centre being filled too. It
typically produces smaller spray angles and larger droplets and so is used for spot
treatments of herbicides or situations where greater downward penetration of spray is
required, but tends to be used mainly for tractor boom spraying.
2) Hollow-cone Nozzle. This nozzle produces a circular pattern with almost no spray
droplets in the centre. They are best suited to spraying crop foliage because droplets
approach the leaves from more directions giving good coverage over the many
different target surfaces in a crop. This means they are most commonly used for
insecticide and fungicide spraying in crops.
3) Regular Flat-fan Nozzle. This nozzle with a flat spray-tip sprays a narrow oval pattern
with lighter (tapered) edges. The narrow droplet pattern makes the nozzle ideal for
spraying flat surfaces. It is suited for the application of herbicides and for spraying
walls for vector control.
4) Even Flat-fan Nozzle. This nozzle with an even spray-tip provides uniform
distribution across the entire width of the spray band. The even pattern makes it
suitable for band spraying in pre- and postemergence herbicide application and for
the spraying of walls.
5) Flood-jet Nozzle. Also called as deflector, impact or anvil, produces a wide-angle
flat-fan spray pattern. More droplets land at the outer edges of the fan and the pattern
is rather uneven. Impact nozzles are operated at low pressure for preand post-
emergence herbicide and liquid fertilizer applications. At high pressure, very small
droplets can be produced.
Tipe nozzle yang lazim digunakan pada alat semprot tipe lainnya adalah:
1) Turbo flood nozzle dan TurfJet nozzles. TurboJet nozzle is modeled after the Turbo
flood nozzle, which is used for agricultural field crops. The major difference is that
the TurfJet nozzle incorporates a larger orifice to accommodate heavier application
volumes, which are common in the turf industry.
2) Hollow-cone nozzles are generally used to apply insecticides or fungicides to field
crops when foliage penetration and complete coverage of leaf surfaces are required.
These nozzles operate at pressures ranging from 40 psi to 100 psi. Spray-drift
potential is higher from hollow-cone nozzles than from other nozzles due to the small
droplets produced.
3) The wide-angle, full-cone nozzles produce large droplets. Full-cone nozzles, which
are recommended for soil-incorporated herbicides, operate at pressures between 15
psi and 40 psi. Optimum uniformity is achieved by angling the nozzles 30 degrees
and overlapping the spray coverage by 100 percent.
Pemilihan nozzle dilakukan dengan mempertimbangkan teknik dan waktu aplikasi
herbisida yang akan dilakukan serta alat semprot yang tersedia.

Ilmu Gulma 116


Modul Matakuliah

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 5.14. Tipe nozzle yang lazim digunakan pada alat semprot portabel: (a) Solid-
cone Nozzle, (b) Hollow-cone Nozzle, (c) Regular Flat-fan Nozzle, (d) Flood-jet Nozzle,
dan (e) Even Flat-fan Nozzle

Tabel 5.7. Pemilihan nozzle alat semprot untuk penyemprotan herbisida


Tekni dan waktu aplikasi Tipe Butiran Semprot Kisaran Ukuran Butiran
Semprot
foliar/postemergent contact Medium (M) 226-325
foliar/postemergent systemic Coarse (C) 326-400
soil-applied/preemergent systemic Coarse (C) 326-400
Very Coarse (VC) 401-500
Extremely Coarse (XC) > 500

Gambar 5.15. Distibusi butiran semprot ditentukan oleh ukuran butir semprot dan volume
cairan semprot per satuan luas

Sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun 1992, pelaksanaan pengendalian gulma


dengan menggunakan herbisida merupakan pilihan terakhir. Oleh karena itu, untuk
melaksanakan pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Memastikan bahwa herbisida memang diperlukan karena tidak ada cara lain yang
dapat mengendalikan gulma secara efektif
2) Memilih jenis herbisida, teknik dan waktu aplikasi, serta dosis aplikasi yang tepat
untuk menekan biaya dan mengurangi kemungkinan pencemaran terhadap
lingkungan hidup
3) Menggunakan peralatan keselamatan pada saat melakukan penyemprotan
4) Menyimpan herbisida yang belum dipakai maupun herbisida sisa di tempat khusus
yang aman
5) Memberishkan alat aplikasi di tempat khusus, bukan di badan perairan terbuka
Untuk efisiensi penggunaan herbisida, jumlah herbisida yang akan digunakan harus
dihitung dengan tepat sesuai dengan anjuran pada label. Untuk menghitung kebutuhan

Ilmu Gulma 117


Modul Matakuliah

penggunaan herbisida, diperlukan penentuan konsentrasi pencampuran (mixing


concentration) dan dosis aplikasi (rate of application) untuk memenuhi rekomendasi
sebagaimana yang dianjurkan pada label kemasan. Konsentrasi menyatakan jumlah bahan
aktif dalam satu satuan volume setelah pencampuran dengan bahan pembawa, sedangkan
dosis menyatakan jumlah bahan aktif yang harus diaplikasikan per satuan luas lahan.
Mengingat dosis berkaitan dengan luas lahan maka kecepatan bergerak pada saat aplikasi
dan lebar jangkauan alat semprot pada saat bergerak menentukan jumlah bahan aktif yang
diperlukan untuk melakukan aplikasi dengan dosis tertentu. Konsentrasi berkaitan lebih
pada ketersediaan bahan pembawa dan peralatan aplikasi yang akan digunakan,
sedangkan dosis berkaitan dengan kemampuan herbisida untuk mematikan gulma.

Latihan
Kunjungi situs: http://bulletin.ipm.illinois.edu/pastpest/articles/200002j.html, http://
www.extension.umn.edu/distribution/cropsystems/DC3885.html dan http://ohioline.osu.
edu/for-fact/0020.html dan pelajari contoh cara menghitung dosis aplikasi herbisida yang
diberikan.

Rangkuman
Untuk mengendalikan gulma dengan menggunakan cara-cara pengendalian yang telah
ditetapkan diperlukan sarana untuk melakukan aplikasi. Menurut PP No. 6 Tahun 1995,
sarana perlindungan tanaman terdiri atas alat dan mesin, pestisida, dan musuh alami.
Sesuai dengan cara pengendalian gulma, sarana pengendalian yang diperlukan
sebenarnya alat dan mesin, pestisida, dan musuh alami, tetapi juga bahan dan peralatan
lain. Herbisida merupakan bahan beracun sehingga harus dipilih sebagai alternatif
terakhir dalam pengendalian gulma. Dalam penggunaan herbisida perlu diperhatikan
formulasi dan dosis aplikasi yang direkomendasikan serta alat semprot yang akan
digunakan untuk melakukan aplikasi. Bila memungkinkan, pengendalian gulma dapat
dilakukan dengan menggunakan musuh alami maupun agen hayati.

Glosarium
formulasi herbisida: campuran bahan aktif herbisida dengan bahan lain yang tidak
bereaksi disertai dengan kandungan bahan aktif yang bersangkutan
bahan aktif herbisida: bahan dalam formulasi herbisida yang bertanggung jawab
menimbulkan keracunan terhadap gulma
bahan pembawa: bahan yang dicapurkan dengan formulasi herbisida pada saat aplikasi
konsentrasi herbisida: jumlah bahan aktif herbisida per satuan volume alat semprot
dosis herbisida: jumlah bahan aktif herbisida yang harus diaplikasikan per satuan luas
lahan
alat semprot herbisida: alat yang digunakan untuk mengaplikasikan herbisida yang
diformulasikan cair
nama bahan aktif: nama senyawa bahan aktif herbisida

Ilmu Gulma 118


Modul Matakuliah

nama perdagangan: nama yang diberikan oleh perusahaan pembuat herbisida


kepada kepada formulasi herbisida

Anda mungkin juga menyukai