0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan5 halaman
Dokumen ini membahas tentang sifat kimia bahan hasil pertanian seperti browning enzimatis, pH, dan aktivitas air (aw). Browning terjadi karena enzim oksidasi yang bereaksi dengan senyawa fenolik pada buah-buahan. pH mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan dapat diukur menggunakan indikator. Aktivitas air berhubungan dengan kadar air bebas yang dapat digunakan mikroba untuk pertumbuhan. Dokumen ini memberikan
Dokumen ini membahas tentang sifat kimia bahan hasil pertanian seperti browning enzimatis, pH, dan aktivitas air (aw). Browning terjadi karena enzim oksidasi yang bereaksi dengan senyawa fenolik pada buah-buahan. pH mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan dapat diukur menggunakan indikator. Aktivitas air berhubungan dengan kadar air bebas yang dapat digunakan mikroba untuk pertumbuhan. Dokumen ini memberikan
Dokumen ini membahas tentang sifat kimia bahan hasil pertanian seperti browning enzimatis, pH, dan aktivitas air (aw). Browning terjadi karena enzim oksidasi yang bereaksi dengan senyawa fenolik pada buah-buahan. pH mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan dapat diukur menggunakan indikator. Aktivitas air berhubungan dengan kadar air bebas yang dapat digunakan mikroba untuk pertumbuhan. Dokumen ini memberikan
1. Pustaka a. Browning enzimatis Browning (pencoklatan) adalah perubahan warna pada zat makanan dari berwarna cerah menajdi berwarna gelap (coklat) terutama terjadi pada buah-buahan (seperti pisang, salak, apel, dan lain-lain) dan pada zat yang dimemanaskan (seperti gula). Proses browning (pencoklatan) ada dua macam, yaitu: browning enzimatis dan browning karena faktor lingkungan. Pencoklatan (browning) enzimatik terjadi pada buah-buahan yang banyak mengandung substrat fenolik. Senyawa fenolik dengan jenis ortodihidroksi atau trihidroksi yang saling berdekatan merupakan substrat yang baik untuk proses pencoklatan. Proses pencoklatan enzimatik memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan oksigen yang harus berhubungan dengan substrat tersebut. Enzim-enzim yang dapat mengkatalis oksidasi dalam proses pencoklatan dikenal dengan berbagai nama, yaitu fenol oksidase, polyfenol oksidase, fenolase atau polyfenolase; masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu. Reaksi ini dapat terjadi bila jaringan tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan secara mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan integritas jaringan tanaman. Hal ini menyebabkan enzim dapat kontak dengan substrat yang biasanya merupakan asam amino tirosin dan komponen fenolik seperti katekin, asam kafeat, dan asam klorogena sehingga substrat fenolik pada tanaman akan dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan dioksidasi menjadi kuinon oleh enzim phenolase. Wiley-Blackwell (2012). b. pH pH dapat menentukan kualitas dari bahan hasil pertanian maupun produknya. pH merupakan tolak ukur penghambat munculnya kontaminan biologis seperti bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan rusaknya tekstur, rasa maupun gizi yang terkandung dalam produk. pH atau derajat keasaman terdiri dari 3 kriteria, dimana netral, asam, dan basa. Mikroba umumnya berkembang baik pada pH 6-7, sedangkan bakteri bisa tumbuh mulai dari pH 4-7 (Waluyo, 2005). Secara umum suatu larutan dapat bersifat asam, basa, dan netral atau garam. Sifat keasaman larutan tersebut, apakah dia bersifat asam atau basa dapat diketahui dengan menggunakan indikator asam-basa. Berdasarkan rentang nilai pH (derajat keasaman), asam berarti larutan yang memiliki nilai pH dibawah 7, sedangkan basa memiliki pH di atas 7, dan larutan dikatakan bersifat netral jika larutan tersebut memiliki nilai pH 7. Pengukuran sifat asam, basa, atau netral suatu bahan hasil pertanian dapat menggunakan kertas lakmus. Untuk mempermudah dalam penggunaan kertas lakmus untuk mengidentifikasi sifat asam, basa dan netral, dirangkumkan sebagai berikut: Larutan bersifat asam jika lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru berubah warna menjadi merah (semua kertas lakmus berwarna merah) Larutan bersifat basa jika lakmus merah berubah warna menjadi biru dan lakmus biru tetap berwarna biru (semua kertas lakmus berwarna biru) Larutan netral adalah ketika kertas lakmus merah tetap merah dan biru tetap biru (tidak ada perubahan warna lakmus) Pengukuran pH bahan pangan dapat menggunakan indicator pH atau pH meter. Kertas pH universal adalah salah satu jenis indikator asam basa yang berbentuk kertas seperti lakmus. Suatu kertas pH Universal memiliki beberapa warna. Warna pada kertas pH Universal menunjukkan skala nilai pH yang dimulai dari pH 1 sampai pH 14. Oleh karenanya kertas pH Universal tidak hanya berfungsi untuk mengetahui sifat asam-basa, tapi juga dapat untuk mengetahui dan mengukur nilai pH suatu larutan. Cara kerja indikator universal adalah dengan mengalami perubahan warna menjadi warna tertentu yang menunjukkan nilai pH larutan yang diuji. Cara menggunakan pH universal sama dengan cara penggunaan kertas lakmus, yaitu dengan cara dicelupkan ke dalam larutan yang ingin diuji atau diukur nilai keasaman/kebasaannya. c. Water activity Peranan air dalam berbagai produk hasil pertanian dapat dinyatakan sebagai kadar air dan aktivitas air. Sedangkan di udara dinyatakan dalam kelembaban relatif dan kelembaban mutlak. Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Dalam suatu bahan pangan, air dikategorikan dalam 2 tipe yaitu air bebas dan air terikat. Air bebas menunjukan sifat-sifat air dengan keaktifan penuh, sedangkan air terikat menunjukan air yang terikat erat dengan komponen bahan pangan lainnya. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan dan pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan cara tersebut. Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya proses kerusakan bahan makanan misalnya proses mikrobiologis, kimiawi, ensimatik, bahkan oleh aktivitas serangga perusak. Sadangkan air dalam bentuk lainya tidak membantu terjadinya proses kerusakan tersebut di atas. Oleh karenanya kadar air bukan merupakan parameter yang absolut untuk dapat dipakai meramalkan kecepatan terjadinya kerusakan bahan makanan. Dalam hal ini dapat digunakan pengertian Aw (aktivitas air) untuk menentukan kemampuan air dalm proses-proses kerusakan bahan makanan (Slamet Sudarmadji, 2003). Aktivitas air (aw) menunjukkan jumlah air bebas di dalam pangan yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Mikroba mempunyai kebutuhan aw minimal yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Di bawah aw minimal tersebut mikroba tidak dapat tumbuh atau berkembang biak. Oleh karena itu salah satu cara untuk mengawetkan pangan adalah dengan menurunkan aw bahan tersebut. Beberapa cara pengawetan pangan yang menggunakan prinsip penurunan aw bahan misalnya pengeringan dan penambahan bahan pengikat air seperti gula, garam, pati serta gliserol. 2. Tujuan Praktikum Mengetahui proses browning enzimatis pada bahan hasil pertanian Mengetahui kandungan pH pada bahan hasil pertanian Mengetahui kandungan aw pada bahan hasil pertanian dan dampaknya 3. Alat & Bahan a. Alat AW Meter pH Meter Kertas Lakmus Biru Kertas pH indicator Neraca analitik Stopwatch Pisau Wadah b. Bahan Apel Biskuit Cuka 4. Prosedur Kerja a. Proses browning enzimatis Irislah buah apel lalu diamkan selama 4 menit dan amati perubahan yang terjadi terutama pada warna buah. Pengamatan dilakukan setiap menit selama 4 kali. Catat berat awal sebelum didiamkan dan berat akhir setelah 4 menit diamati. b. Penentuan pH bahan hasil pertanian 1. Menggunakan kertas lakmus biru Siapkan kertas lakmus biru dan larutan cuka Celupkan kertas lakmus biru ke dalam larutan cuka Amati perubahan yang terjadi dan bandingkan dengan pengujian menggunakan kertas indicator pH 2. Menggunakan kertas indicator pH Siapkan kertas indicator pH dan larutan cuka Celupkan kertas ke dalam larutan cuka Bandingkan warna yang dihasilkan dengan indicator pH Bandingkan dengan hasil uji menggunakan lakmus biru 3. Menggunakan pH meter Setelah pengujian menggunakan lakmus biru diketahui larutan bersifat asam/basa/garam Pengujian menggunakan indicator pH akan mengetahui jumlah pH yang ada pada larutan cuka dengan bilangan bulat Selanjutnya mengukur pH larutan cuka menggunakan pHmeter Posisikan pH meter dalam kondisi on Celupkan ke dalam larutan hingga bohlam indicator pH tertutup larutan Amati angka yang ditunjukkan di layar pH meter Bandingkan dengan hasil menggunakan kertas lakmus dan kerta indicator pH c. Penentuan aw bahan hasil pertanian Siapkan bahan yang akan diukur Tempat tombol power pada alat Letakkan bahan di tempat sampel (sample plate) yang disediakan Tutup dengan sensor gauge dan tunggu hingga 5 menit Catat hasilnya 5. Lembar Pengamatan a. Proses Browning enzimatis Hasil Pengamatan (Warna) Berat (gr) Bahan 1 menit 2 menit 3 menit 4 menit Awal Akhir Apel b. Penentuan pH bahan hasil pertanian Hasil Pengamatan Bahan Lakmus Biru Kertas Indikator pH pH meter Larutan Cuka c. Penentuan aw bahan hasil pertanian Bahan Hasil Pengamatan aw Meter Biskuit