Anda di halaman 1dari 5

ONama : Yohana Da Costa Oliveira

Nim : 2004060080
Prodi : Agroteknologib6
Dosen PA : Dr. Jesayas A.Londingkene, SP.MP

Pertanian modern bersandar kepada penggunaan input pupuk yang cukup tinggi dengan tujuan
untuk menjamin ketersediaan dan penyerapan hara bagi tanaman. Kemampuan input pupuk
anorganik dalam meningkatkan hasil produksi pertanian tidak perlu diragukan dan telah menjadi
tonggak pendukung keberhasilan era revolusi hijau. Disisi lain faktanya, di era ini telah banyak
dilaporkan terjadi
penggunaan pupuk secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek penting kesuburan tanah
dan bahkan sebagian diantaranya telah mengakibatkan terjadi kerusakan lingkungan, seperti;
pencemaran di perairan dan efek gas rumah kaca (global warming). Memperhatikan sering
terjadinya penomena demikian, maka diperlukan upaya-upaya dalam pemanfaatan penggunaan
pupuk secara lebih hati-hati dan yang mampu mengoptimalkan pencapaian produktivitas secara
efektif dan efisien sambil tetap terjaga stabilitas kelestariaan lingkungan. Tingkat efisiensi
pemupukan di Indonesia masih relatif lebih rendah, diperkirakan berkisar diangka 50-70 bila
dibanding dengan di negara yang pertaniaannya sudah maju. Pencapai efisiensi pemupukan
yang rendah ini kendala utamanya adalah kondisi iklim dengan curah hujan relatif tinggi serta
belum maksimalnya dalam aplikasi pemupukan dan pengelolaan budidaya. Meskipun demikian,
upaya untuk meningkatkan efisiensi pemupukan tidak pernah surut, yaitu dengan upaya
mengoptimalkan kunci kaidah pemupukan, melalui tepat; jenis, dosis, cara, waktu dan
frekuensi. Di era pertanian modern, teknologi yang dapat menyederhanakan konsep kunci
kaidah pemupukan tersebut sesungguhnya dapat dirangkum kedalam rekayasa formulasi
pupuk. Kondisi lingkungan, khususnya ketersediaan hara dalam tanah
dan kebutuhan tanaman menjadi pilar utama dasar penentuan formulasi komposisi kimia pupuk.
Bentuk, jenis dan sifat kelarutan pupuk merupakan sifat-sifat penting lainnya yang dapat
dikonsepkan dalam formulasi fisik pupuk. Antara formulasi komposisi kimia dan sifat fisik pupuk
dapat diintegrasikan menjadi kesatuan formula pupuk yang mampu menjadi solusi untuk
mengatasi keterbatasan sumberdaya, khususnya sumberdaya ketersediaan bahan, energi,
tenaga, waktu dan biaya. Para pakar agronomis dan ekonomi sepakat mengemukakan bahwa
formulasi pupuk memiliki kaidah manfaat yang berkonsekuensi terhadap efisiensi.
Perkembangan formulasi pupuk sesungguhnya berjalan selaras dengan perkembangan di
bidang industri kimia dan lajunya meningkat pesat setelah pupuk majemuk diperken

Pengaruh Formulasi Pupuk Terhadap Pencapaian Efisiensi Pemupukan.

Formulasi pupuk dapat dilakukan berdasarkan sifat kimia, fisik dan penggabungan diantara
kedua sifat tersebut menjadi suatu kesatuaan yang terintegrasi. Dalam prakteknya, formulasi
kimia pupuk dilakukan terhadap rekayasa komposisi, sedangkan sifat fisik ditunjukkan terhadap
rekayasa bentuk, jenis dan sifat kelarutan pupuk. Berikut ini disajikan pengalaman PT SAM dan
Puslit lingkup perkebunan dalam mengawal aplikasi pupuk yang diformulasi tertentu dapat
mempengaruhi pencapaian tingkat efisiensi pemupukan yang
dibandingkan dengan penggunaan pupuk standar konvensional.
A. Formulasi Komposisi

Teknologi formulasi komposisi diarahkan terhadap jenis hara, kandungan hara, dan
penambahan unsur atau senyawa aditif yang berpengaruh terhadap perbaikan kualitas
tanaman, memperbaiki harkat kesuburan tanah dan mendorong percepatan ketersediaan hara.
Kebutuhan formulasi komposisi pupuk ditetapkan berdasarkan hasil penelusuran secara terukur
dan dapat dipertanggung jawabkan melalui hasil analisis tanah maupun daun. Penambahan
unsur hara yang selama ini kurang diperhatikan, namun sesungguhnya memiliki fungsi yang
dapat berkontribusi nyata terhadap perbaikan kualitas produksi tanaman juga menjadi bagian
untuk memperkuat kualitas formulasi pupuk, misalnya penambahan hara Boron (B) dan Silikat
(Si) untuk tanaman graminea. Perbaikan terhadap kualitas kesuburan tanah melalui
peningkatan kelarutan dan ketersediaan hara serta sifat fisik tanah melalui pengkayaan bahan
ameiorasi tanah, seperti penggunaan humic substance. Analisis kadar unsur dalam tanah
mencerminkan tingkat ketersediaan hara yang dapat diserap tanaman, sedangan jumlah hara
pada daun dapat mencerminkan tingkat kecukupan status fisiologi nutrisi tanaman. Dengan
diketahui secara terukur jumlah ketersediaan hara dalam tanah baik jenis maupun kadarnya
serta diketahui kebutuhan hara tanaman untuk masing-masing unsure hara, maka secara
matematis dapat ditentukan formulasi jenis dan kebutuhan hara. Pada tanah dengan kondisi
ketersediaan hara rendah dan kebutuhan tanaman terhadap hara tersebut cukup tinggi, maka
dalam penyusunan formula kebutuhan hara tersebut ditempatkan pada nilai yang
tinggi. Konsep formulasi komposisi berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara
tanah akan menekan pengaruh hara yang berlebihan terkandung dalam pupuk yang mudah
hilang karena terbawa run off atau tercucikan. Dengan demikian, sangat logis bahwa formulasi
komposis pupuk akan memaksimalkan efektifitas penggunaan pupuk.

Pengaruh formulasi komposisi pupuk yang dibandingkan dengan pupuk standar terhadap nilai
efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh akurasi kebutuhan tanaman terhadap unsur hara. Pada
tanaman yang dipupuk standar kebun yang secara umum hanya memperhatikan kebutuhan
hara utama yaitu NPK, sedangkan pada formulasi komposisi pupuk yang ditetapkan
berdasarkan ketersediaan hara tanah selain
kebutuhan utama hara NPK, juga dilengkapi oleh ketersediaan hara mikro (Fe, Mn, CU, Zn dan
B). Diketahui bahwa produksi dan pertumbuhan tanaman tidak ditentukan oleh kecukupan hara
makro saja, tetapi justru ditentukan oleh ketersediaan unsur yang paling terbatas (hukum von
libiegh).
Secara ekonomis, penggunaan formulasi komposisi pupuk berpengaruh terhadap perolehan
efisiensi.

B.Formulasi Bentuk Pupuk

Formulasi sifat fisik pupuk padatan diarahkan pada bentuk, ukuran partikel dan kemasifan
permukaan butiran. Produksi formulasi pupuk PT SAM diarahkan pada pupuk briket berbentuk
lingkaran elips dengan diameter panjang sekitar 1,0 cm dan diameter lebar sekitar 0,6 cm.
Dibanding dengan pupuk konvensional granuler (diameter 0,2-0,4 cm), formulasi pupuk briket
memiliki ukuran 5-8 kali relatif lebih besar.
Keunggulan dari formulasi fisik pupuk briket PT SAM terletak pada sizing dan kemasifan pupuk.
Ukuran luas butir yang lebih besar memiliki peluang integrasi keseluruhan unsur dalam partikel
butiran secara lengkap yang lebih terjamin dan memiliki pengaruh terhadap pelarutan pupuk
yang secara relatif lebih lambat dibanding dengan pupuk yang memiliki diameter partikel lebih
kecil. Sifat kemasipan pupuk berkaitan dengan kerapatan pori mikro di permukaan pupuk,
direkayasa melalui proses compressing menghasilkan berat jenis butiran
yang lebih besar (1,33-1,50 g/cm3) dan dapat membantu proses hancuran hidrolisis pelarutan
bahan menjadi lebih lambat. Sizing dan kemasifan pupuk berfungsi sebagai salah satu
pengendali sifat pupuk slow release. Pelepasan hara pada formulasi pupuk briket dengan
kedua sifat fisik demikian akan menjamin ketersediaan hara mengikuti pola pertumbuhan
tanaman, khususnya untuk tanaman tahunan yang siklus periode tumbuhnya relatif lebih
panjang dibanding tanaman semusim.

C. Formulasi Kecepatan Pelarutan

Kecepatan pelarutan pupuk sering menjadi sasaran utama dalam rekayasa formulasi sifat fisik
pupuk. Sifat ini menjadi penting berkaitan dengan kemampuan pupuk dalam menyediaakan
bagi tanaman. Rekayasa formulasi kecepatan pelarutan pupuk dapat dilakukan melalui
mekanisme kimia, fisika dan penggabungan diantara kedua mekanisme tersebut. Formulasi
pupuk produksi PT SAM menggunakan teknologi untuk mengatur kecepatan pelarutan pupuk
menggunakan mekanisme cara kimia dan fisik. Secara konsisten, produk pupuk PT SAM
menetapkan formulasi pupuk dengan kecepatan pelarutan pupuk dalam menyediakan hara
secara lambat terkendali (slow release) sesuai dengan pola pertumbuhan tanaman. Jenis
pupuk ini sangat cocok untuk tanaman perkebunan yang sifat siklus hidup pertumbuhannya
relatif cukup panjang.Formulasi kelarutan dan pelepasan hara menjadi bersifat slow release
dapat dilakukan menggunakan teknologi kimia melalui penambahan bahan aditif Slow Release
Agent (SRA) dan bahan coating (penyelimut) serta menggunakan teknologi fisika melalui
pengaturan sizing (ukuran butir) dan kemasifan. Formulasi pupuk slow release PT SAM
menggunakan teknologi kimia penambahan SRA dan fisika sizing. Kedua mekanisme
pengendali ini berjalan secara sinergi. Pada kesempatan ini akan diuraikan penjelasan
mekanisme pelepasan hara dari formula pupuk slow release dalam menyediakan hara untuk
tanaman perkebunan dalam kerangka teoritis.

Pengendali mekanisme fisik slow release pupuk, yaitu sizing (ukuran butir) dan kemasipan
(berkaitan dengan kerapatan pori mikro) dirancang melalui pembentukan ukuran butir briket
yang lebih besar (bentuk elips diameter panjang 1 cm, diameter lebar 0,6 cm), sehingga luas
permukaan yang bersentuhan dengan air (sebagai kreator hidrolisis) menjadi relatif lebih kecil.

Pengendali mekanisme kimia slow release Pupindo mengacu pada prinsip :

(1) reaksi kimia SRA yang memiliki kemampuan mengikat


unsure dipermukaan partikel bahan.
(2) interaksi keseimbangan antar unsur/senyawa asal bahan yang saling melindungi terhadap
proses pelarutan. Reaksi kimia SRA dengan ion-ion unsure/senyawa hara terjadi dalam ikatan
elektrostatik.

Pengendali kimia lain yaitu interaksi keseimbangan antar unsur atau senyawa yang saling
melindungi mempengaruhi pelepasan hara berdasarkan reaksi kelarutan dan pengendapan
(pembentukan senyawa yang tidak larut Pupindo direkayasa menggunakan bahan anorganik
mudah larut dalam air. Bahan baku Pupindo mengandung unsur-unsur hara anorganik, antara
lain ; N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, Zn, dan B. Unsur-unsur ini terlarut dapat berupa ion unsur
(K+, Ca2+, Mg2+, Fe2+, dll) atau ion molekul (NO3–, HPO42-, SO42- dll) yang satu sama lain
dapat berinteraksi menjadi bentuk yang terlarut atau yang tidak terlarut.

Tindakan pemupukan pada kondisi lahan yang terkendala oleh iklim bercurah hujan tinggi dan
belum maksimalnya pengelolaan budidaya khususnya cara aplikasi pemupukan secara umum
memiliki tingkat efisiensi rendah. Upaya untuk mengoptimalkan efisiensi pemupukan tidak
pernah surut, termasuk melalui usaha perbaikan pembuatan pupuk berkualitas. Formulasi
pupuk merupakan suatu upaya
merumuskan dan merekayasa pupuk yang dilakukan secara kimia maupun fisik dengan tujuan
untuk memperoleh pupuk berkualitas sesuai keinginan. Rekayasa pembuatan pupuk berkualitas
dilakukan melalui penyusunan formulasi komposisi, formulasi bentuk fisik dan formulasi sifat
kelarutan ketersediaan hara. Para pakar agronomis dan ekonomi sepakat mengemukakan
bahwa formulasi pupuk memiliki
kaidah manfaat yang berkonsekuensi terhadap efisiensi, khususnya sumberdaya ketersediaan
bahan, energy, tenaga, waktu dan biaya. Sekitar 10 tahun terakhir, PT Saraswanti Anugerah
Makmur (PT SAM) yang bekerjasama dengan Puslit Perkebunan merekayasa dan
memproduksi pupuk dengan keunggulan di bidang formulasi pupuk, khususnya pupuk briket
untuk tanaman perkebunan yang bersifat slow release. Penyusunan formulasi pupuk
disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah khususnya ketersediaan hara dan kebutuhan
tanaman. Pengalaman dalam aplikasi pupuk briket pada tanah yang specifik mampu
meningkatkan pencapaian hasil produktivitas tanaman perkebunan berkisar 5-23, relatif lebih
efisien dibanding penggunaan pupuk konvensional. Prospek formulasi pupuk kedepan akan
semakin meningkat tidak hanya karena kemampuannya dalam meningkatkan produktivitas
tanaman, tetapi juga dapat menjaga kelestarian
produktivitas lahan dan penekanan terhadap pencemaran lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai